Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK PERKEMBANGAN KAWASAN PERI URBAN DI KABUPATEN

SIDOARJO
Disusun oleh :
Biru Damar Cahyanti/S2 Pendidikan Geografi 2021

Pendahuluan perumusan kebijakan yang dilakukan


dalam pengembagan suatu wilayah
Seiring perkembangan waktu setiap
merupakan sesuatu yang mendasar dalam
wilayah akan mengalami dinamika yang
program pembangunan yang
dapat mengubah secara segi fisik, ekonomi,
mempertimbangkan aspek wilayah,
maupun sosial kehidupan masyarakatnya.
lingkungan, ekonomi, dan sosial sebagai
Dinamika yang ada dalam suatu wilayah
satu kesatuan sehingga tercapai
merupakan proses yang terjadi akibat
kesejahteraan yang optimal dan
adanya pembangunan yang berlangsung
berkelanjutan.
secara terus menerus. Berdasarkan
pendapat Sumodiningrat (2009) Kabupaten Sidoarjo merupakan
pembangunan merupakan suatu proses wilayah yang terus mengalami
yang dilakukan dari waktu ke waktu secara pembangunan secara terus menerus yang
terus menerus dalam rangka memperbaiki dilakukan oleh pemerintahan daerah
kesejahteraan ekonomi dan sosial setempat. Pembangunan tersebut
masyarakat pada suatu wilayah. Hal yang memberikan efek terhadap perubahan
sama juga dikatakan oleh Siagian (dalam terutama dari segi fisik dan sosial. Selain
Suryono, 2010) bahwa pembangunan itu, perubahan yang terjadi di Kabupaten
merupakan sebuah usaha pertumbuhan dan Sidoarjo juga diakibatkan oleh adanya
perubahan yang merencana dilakukan interkasi dan perkembangan dari Kota
secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan Surabaya. Hal tersebut dikarenakan
pemerintah menuju modernitas dalam Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan
rangka pembinaaan bangsa. Dalam langsung dengan Kota Surabaya terutama
pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah di wilayah Kecamatan Taman dan Waru.
pastinya melalui proses waktu yang tidak Berdasarkan penelitian oleh Hapsari dkk
singkat, hal tersebut dikarenakan adanya (2018:168) salah satu dampak dari adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi dari keterhubungan antara wilayah Kabupaten
pembangunan itu sendiri baik secara Sidoarjo dengan Kota Surabaya yaitu
eksternal maupun internal. terjadinya Urban Sprawl. Urban Sprawl
merupakan fenomena perembetan
Salah satu proses dari pembangunan
kenampakan fisik kekotaan ke arah luar
yaitu adanya pengembangan wilayah.
yang menyebabkan bentuk kedesaan
Pengembangan wilayah disini diartikan
mejadi bentuk-bentuk kekotaan. Kota
sebagai upaya membangun dan
Sidoarjo sendiri telah mengalami
mengembangkan suatu wilayah
perubahan yang demikian. Dalam data
berdasarkan pendekatan spasial dengan
Dinas Pertanian Kabupaten Sidoarjo Tahun
mempertimbangkan aspek sosial-budaya,
2011 Kabupaten Sidoarjo mengalami alih
ekonomi, lingkungan fisik dan
fungsi lahan pertanian terutama sawah.
kelembagaan dalam suatu kerangka
Terlihat dari tahun 2013−2016,
perencanaan dan pengelolaan
luas lahan pertanian yang semula 18.000
pembangunan yang terpadu. Dalam hal ini
Ha menjadi 12.500 Ha. Hal itu
menunjukkan adanya perubahan dari menunjukkan karakteristik kedesaan.
Kabupaten Sidoarjo yang mulanya sifat Sebaliknya, apabila pemanfaatan lahannya
wilayah yang kedesaan berubah menjadi kurang megarah sektor pertanian dengan
kekotaan tiap tahunnya. Adanya perubahan presentasi <25% maka menunjukkan
alih fungsi lahan diakibatkan oleh adanya karakteristik kekotaan. Apabila luas lahan
pertambahan penduduk yang tiap tahun berada diatanra presentasi 25-75% maka
mengalami peningkatan terutama wilayah menunjukkan karakteristik kekotaan dan
yang berbatasan langsung dengan Kota kedesaan saling mempengaruhi.
Surabaya. Dengan begitu jika dilihat dari
Aspek berikutnya terkait dengan
perubahan yang terjadi maka Kabupaten
kepadatan bangunan dari wilayah peri
Sidoarjo dapat dkatakan sebagai wilayah
urban, yang mana jika kepadatan
Peri Urban dari Kota Surabaya. Hal itu
bangunannya menujukkan tingkat yang
didasarkan atas karakteristik bertambahnya
rendah maka masih mencerminkan
penduduk dan berubahnya sektor agraris
karakteristik kedesaan, namun apabila
menjadi sektor non agraris akibat interaksi
kepadatan bangunan semakin tinggi maka
yang terjadi antara Kabupaten Sidoarjo dan
menecerminkan karakteristik kekotaan
Kota Surabaya.
(Yunus dalam Oroh dkk,2019).
Berdasarkan uraian tersebut, pada Berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan
artikel ini penulis ingin mendeksripsikan rakyat No 11 Tahun 2008 dapat
terkait dampak apa saja yang ditimbulkan diklasifikasikan tingkat kepadatan
dari perkembangan Kabupaten Sidarjo bangunan yaitu :
sebagai wilayah peri urban. Dengan begitu
1. Kepadatan rendah <15 bangunan/ha
bisa memebrikan informasi terkait seberapa
2. Kepadatan sedang 15-25
besar dampak yang ditimbulkan terutama
bangunan/ha
dalam perkembangan Kabupaten Sidoarjo
3. Kepadatan tinggi > 25bangunan/ha
dari waktu ke waktu.
Selanjutnya terkait dengan luasan
Pembahasan
pemukiman juga dapat menunjukkan
a. Wilayah Peri Urban terkait tingkat kepadtan pemukiman di
suatu wilayah peri urban. Kepadatan
Peri urban merupakan suatu wilayah
permukiman berkarakteristik kekotaan
yang terletak pada lahan-lahan terbangun
dicirikan dengan semakin tingginya nilai
tetapi berada di luar batas kota. Wilayah ini
persentase lahan permukiman yang ada.
masih termasuk pada wilayah fungsional
Sebaliknya, semakin rendah nilai
perkotaan dimana mengalami transisi dari
persentase lahan permukiman
sifat kedesaan menuju kekotaan. Wilayah
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut
peri urban memiliki karakteristik yang
masih kedesaan (Yunus, 2008). Adapun
dapat dilihat dari aspek fisik yaitu antara
persentase permukiman dapat
lain pemanfaatan lahan, kepadatan
diklasifikasikan menjadi 3 meliputi
bangunan, dan luasan pemukiman (Oroh
(Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.
dkk, 2019:389).
11 Tahun 2008):
Berdasarkan Yunus (dalam Oroh dkk,
1. Rendah, lahan permukiman <30%
2019) pemanfaatan lahan untuk
2. Sedang, lahan permukiman 30-
mengidentifikasi wilayah peri urban dapat
60%.
dilihat apabila lebih mengarah pada sektor
3. Tinggi, lahan permukiman >60%.
pertanian dengan presentase >75%
Selain itu, Yunus (dalam Oroh dkk, Peri urban sekunder merupakan wilayah
2019) menambahkan bahwa karakteristik peri urban dimana antara ciri kekotaan dan
wilayah peri urban juga dapat dilihat dari ciri kedesaan saling mempengaruhi. Pada
karakteristik sirkulasi yang berkenaan wilayah peri urban sekunder keterkaitan
dengan prasarana dan sarana transportasi yang terbentuk cenderung dengan wilayah
yaitu jalan. Di daerah perdesaan, jalan peri urban maupun wilayah perkotaan. Hal
sudah mengalami pengaspalan tetapi hanya ini menunjukkan bahwa pada wilayah peri
jalan utamanya, sedangkan di daerah urban sekunder telah terkena dampak dari
perkotaan semua jalan sampai jalan kecil perkembangan perkotaan. Rural peri urban
sudah teraspal. Sehingga, makin panjang merupakan wilayah peri urban dimana ciri
jalan beraspal pada suatu wilayah, maka kedesaan yang lebih mendominasi
akan semakin menunjukkan karakteristik dibandingkan ciri kekotaan. Pada wilayah
kekotaan. Dikuatkan dalam penelitian oleh rural peri urban keterkaitan yang terbentuk
Budiyantini (dalam Oroh dkk, 2019) bahwa cenderung dengan wilayah perdesaan,
karakteristik wilayah kekotaan ditunjukkan dikarenakan pada wilayah rural peri urban
dengan presentase panjang jalan aspal belum terkena dampak dari perkembangan
>75% dari panjang keseluruhan. Selain itu perkotaan. Hubungan keterkaitan yang
ketersediaan sarana kesehatan dan terjadi hanya disekitar wilayah desa yang
pendidikan juga dapat menunjukkan letaknya berdekatan dengan wilayah rural
karakteristik wilayah periurban karena peri urban (Santoso dan Sari, 2017).
menjadi penunjang kuaitas kehidupan
Selain itu dalam pemikiran pryor yang
manusia dan memiliki intensitas
dikembangkan oleh Yunus (dalam Oroh
penggunaan yang jauh lebih tinggi di
dkk,2019) klasifikasi wilayah periurban
daerah kekotaan. setiap tingkatan fasilitas
juga dapat dbagi menjadi empat kelompok
tersebut memiliki radius jangkauan yang
yaitu :
menunjukkan karakteristik wilayah peri
urban, dimana adanya suatu fasilitas 1. Zona bingkai kota (Zobikot)
dengan radius besar menunjukkan merupakan wilayah peri urban
karakteristik kekotaan. Sedangkan, adanya dengan karakteristik tingat keotaan
suatu fasilitas dengan radius kecil atau tidak dominan.
adanya fasilitas, menunjukkan karakteristik 2. Zona bingkai kota desa (Zobikodes)
kedesaan. merupakan wilayah transisi dimana
antara karakteristik kekotaan
b. Zona Pewilayan Peri Urban
maupun kedesaan saling
Berdasarkan Singh (dalam Oroh mempengaruhi dengan karakteristik
dkk,2019) klasifikasi wilayah dapat kekotaan yang lebih besar.
diklasifikasikan menjadi peri urban primer, 3. Zona bingkai desa kota
peri urban sekunder, dan rural peri urban. (Zobideskot) merupakan wilayah
Peri urban primer merupakan wilayah peri transisi dimana antara karakteristik
urban dimana ciri kekotaan yang lebih kekotaan maupun kedesaan saling
mendominasi dibandingkan ciri kedesaan. mempengaruhi dengan karakteristik
Pada wilayah peri urban primer keterkaitan kedesaan yang lebih besar.
yang terbentuk cenderung dengan wilayah 4. Zona bingkai desa (Zobides)
perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa merupakan wilayah yang cenderung
pada wilayah peri urban primer telah memiliki sifat kedesaan.
terkena dampak dari perkembangan kota
c. Dampak Perkembangan Wilayah primer berada pada Kecamatan Sidoarjo
Peri Urban Kabupaten Sidoarjo dan Kecamaan Waru. Presentase
penggunaan lahan di wilayah tersebut pada
Pada hasil penelitian Hapsari dan Aulia
sektor non pertanian lebih tinggi
(2018:170) Kabupaten Sidoarjo mengalami
dibandingkan dengan lahan pertanian.
pertambahan penduduk, meningkatnya
Sedangkan di Kecamatan Krembung masih
kepadatan daerah, danperubahan lahan ke
memiliki karakteristik wilayah kedesaan
non pertanian pada beberapa kecamatan di
yaitu penggunaan lahan pertanian yang
Kabupaten Sidoarjo yang mengalami urban
masih dominan (Zona Bingkai Desa). Pada
sprawl dari Kota Surabaya. Dari perubahan
aspek kepadatan bangunan wilayah
yang terjadi di sebagian kecamatan di
Kecamatan Sidoarjo, Waru, dan Taman
Kabupaten Sidoarjo menunjukkan
memiliki kepadatan bangunan yang sangat
karakteristik wilayan peri urban. Dalam hal
tinggi, hal tersebut karena mengalami
ini wilayah yang mengalami perubahan
pertambahan penduduk yang sangat
secara signifikan terjadi pada daerah
signifikan yang menjadikan kebutuhan
kecamatan yang langsung berbatasan
akan lahan menjadi besar.
dengan Kota Surabaya yaitu Kecamatan
Taman dan Kecamatan Waru. Jumlah Berdasarkan kepadatan penduduk di
penduduk di Kecamatan Waru merupakan Kabupaten Sidoarjo setiap kecamatan
yang tertinggi yaitu 11,38% dari total memiliki karateristik yang berbeda-beda.
jumlah penduduk Kabupaten Sidoajo, Dalam hal ini Kecamatan jabon menjadi
sedangkan Kecamatan Taman terbanyak wilayah yang memiliki kepadatan
kedua yaitu mencapai 10,79%. Selai itu, penduduk yang terendah. Selain itu juga di
perubahan dinamika pertambahan Kecamatan Porong, Tarik, Krembung, dan
penduduk juga mulai terjadi di Kecamatan Prambon juga menunjukkan laju
Sukodono, Kecamatan Gedangan, dan pertumbuhan yang rendah.
Candi yang berada dekat dengan Waru dan
Pada aspek ekonomi yang dapat dilihat
Taman. Di Tahun 2015 kepadatan
dari mata pencaharian penduduk maka
penduduk mencapai 3.026 jiwa/km2.
wilayah yang masih dominan di sektor
Selain itu, akibat dari perkembangan pertanian menunjukkan wilayah kedesaan,
Kabupaten Sidoarjo mengalami urban sedangkan yang didominasi oleh sektor
sprawl dilihat dari penggunaan lahan. Pada industri menunjukkan wilayah kekotaan.
tahun 2015 telah terjadi pengalihfugsian Adapun wilayah di Kabupaten Sidoarjo
lahan pertanian di Kabupaten sidoarjo yang masuk pada kategori Zona Bingkai
menjadi lahan pemukiman dan industri Kota dan Zona Bingkai Kota Desa berada
sebanyak 5,3 ribu hektar. Wilayah yang pada Sidoarjo, Buduran, Candi,
menjadi kawasan industri di Kabupaten Taman,Waru, Gedangan, Sedati,
Sidoarjo tersebar di Kecamatan Waru, Sukodono, Porong, Krembung, Tulangan,
Taman, dan gedangan yang berskala besar Balongbendo, Wonoayu, dan
hingga sedan dengan presentase sebesar Tanggulangin. Sedangkan yang
42% dari total industri yang berada di menunjukkan wilayah Zona Bingkai Desa
Kabupaten Sidoarjo. Kota meliputi Kecamatan Jabon dan Tarik.
Berdasarkan hasil skoring penelitian Berdasarkan perkembangan yang
Hapsari dan Aulia (2018) didapatkan data terjadi di kabupaten Sidoarjo dapat
wilayah dengan tingkat kekotaan tertinggi diidentifikasi terkait pengklasifikasian zona
atau yang berada di wilayah peri urban wilayah sebagai berikut :
1. Zobikot meliputi Kecamatan Simpulan
Taman, Waru, Gedangan,
Kabupaten sidoarjo merupakan
Sukodono, Krian, Siodarjo, Candi,
wilayah yang mengalami dampak Urban
dan Porong.
Sprawl akibat berinteraksi dengan Kota
2. Zobikodes meliputi Kecamatan
Surabaya. Fenomena urban sprawl
Buduran, Wonoayau, Balongbendo,
menyebabkan wilayah yang dekat dengan
Prambon, Tulangan, Tanggulangin,
Kota Surabaya mengalami perubahan
dan Krembung.
karakteristik dari sifat kedesaan menjadi
3. Zobideskot meliputi Kecamatan
kekotaan.
Sedati dan Tarik
4. Zobides meliputi Kecamatan jabon. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya telah didapatkan klasifikasi
Dari hasil tipologi di atas dapat dianalisis
untuk Kabupaten Sidoarjo memiliki empat
bahwa wilayah yang mengalami peri urban
zona peri urban yaitu :
Zobikot merupakan wilayah yang dilalui
oleh sarana prasana jalan yang dapat a. Zona Bingkai Kota merupakan
menguhubungkan kota satu dengan kota wilayah peri urban dengan
lainnya (jalan utama). Sehingga wilayah karakteristik tingat keotaan
tersbut akan cepat mengalami dominan meliputi Kecamatan
perkembangan karena adanya interaksi Taman, Waru, Gedangan,
yang cepat dengan daerah-daerah di Sukodono, Krian, Siodarjo, Candi,
sekitarnya (Hapsari dan Aulia, 2018). dan Porong.
b. Zona Bingkai Kota Desa
Berdasarkan analisis pembagian
merupakan wilayah transisi dimana
zona wilayah di Kabupaten Sidoarjo
antara karakteristik kekotaan
berdasarkan karakteristik peri urban, maka
maupun kedesaan saling
pemerintah harus bisa mengatur dan
mempengaruhi dengan karakteristik
mengelola daerah sesuai dengan
kekotaan yang lebih besar meliputi
kebutuhannya. Jika beberapa wilayah
Kecamatan Buduran, Wonoayau,
mengalami perkembangan sangat
Balongbendo, Prambon, Tulangan,
signifikan maka dibutuhkan kebijakan yang
Tanggulangin, dan Krembung.
dapat mengarahkan agar perubahan
c. Zona Bingkai Desa Kota
tersebut terus memberikan kemajuan yang
merupakan wilayah transisi dimana
positif serta menimalisir dampak-dampak
antara karakteristik kekotaan
yang sekiranya dapat memunculkan
maupun kedesaan saling
permasalahan. Selain itu, untuk daerah
mempengaruhi dengan karakteristik
yang mengalami perubahan yang cukup
kedesaan yang lebih besar.
lambat dbandingkan dengan daerah lainnya
d. Zona bingkai desa (Zobides)
maka pemerintah harus bisa mengetahui
merupakan wilayah yang cenderung
potensi unggul yang dapat dikembangkan
memiliki sifat kedesaan meliputi
misalnya di Kecamatan Jabon masih
Kecamatan Jabon.
terdapat lahan pertanian yang cukup
dominan, maka bagaimana caranya Hasil klasifikasi zona tersebut
pemerintah dapat meningkatkan potensi berdasarkan atas presentase dari
tersebut untuk kemajuan wilayah setempat penggunaan lahan, kepadatan bangunan,
dan menjadi basis sektor pertanian untuk kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan
Kabupaten Sidoarjo. penduduk di Kabupaten Sidoarjo yang
berbeda-beda di setiap kecamatan. Dengan
adanya perbedaan karateristik di setiap
zona maka pemerintah harus mengatur
strategi kebijakan yang tepat sasaran agar
dapat mengarahkan setiap wilayah sesuai
dengan potensinya. Pastinya kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah ini tidak
hanya untuk memajukan wilayah
Kabupaten Sidoarjo namun juga
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di
bidang sosial dan ekonomi.
Daftar Pustaka
Hapsari, Aprinita Dwisna dan Aulia,
Belinda Ulfa. 2018. Tipologi Wilayah Peri
Urban Kabupaten Siodarjo. Jurnal Teknik
ITS Vol 7 No 2.
Oroh, Alfiando dkk. 2019. Analisis
Keterkaitan WIlayah Peri Urban
Berdasarkan Aspek Fisik di Kecamatan
Pineleng Kabupaten Minahasa. Jurnal
Spasial Vol 6 No2 Universitas Sam
Ratulangi.
Santoso, Budi Eko dan Sari, Kartika D R.
2017. Analisis Keterkaitan Wilayah Peri
Urban di Kabupaten Gresik dengan
Wilayah Desa Kota di Sekitarnya. Jurnal
Teknik ITS Vol 6 No 2.
Suryono, Agus, 2010, Dimensi-dimensi
Prima Teori Pembangunan, Malang: UB
Press.

Anda mungkin juga menyukai