Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukan oleh kumpulan
rumahrumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki fasilitas untuk mendukung
kehidupan warganya secara mandiri. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota, maka
pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri
dari struktur ruang dan pola ruang. Sesuai dengan Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang
penataan ruang tujuan dari penataan ruang dimaksudkan untuk mencapai kondisi aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Struktur ruang merupakan bagian dari organisasi keruangan sebuah kota dan mencirikan
penggunaan lahan tertentu di kota (Bourne, 1971). Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.
Struktur kota akan selalu berubah seiring dengan pertumbuhan kota secara sosial-ekonomi, dan
membentuk suatu organisasi keruangan tertentu yang merupakan representasi penggunaan
ruang oleh manusia (Schnore, 1971). Struktur terbentuk berdasarkan persebaran kegiatan
secara spasial (Schnore, 1971). Dalam konteks Indonesia struktur ruang terbentuk berdasarkan
susunan pusatpusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai kegiatan pendukung sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki
hubungan fungsional (UU No. 26/2007).
Kota Kediri adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota
Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis dan sekaligus sebagai pusat
pengembangan regional Wilayah Pembantu Gubernur yang mempunyai pengaruh timbal balik
dengan daerah sekitarnya. Kota Kediri memiliki fungsi utama sebagai pusat pelayanan
kawasan daerah di sekitar Kediri. Pengembangan kota dikhususkan pada aspek ekonomi yang
dapat diketahui dari kebijakan dan strategi struktur ruangnya. Fungsi utama ini yang menjadi
dasar dibuatnya visi dan misi Kota Kediri. Visi Kota Kediri berdasarkan RPJP Kota Kediri
Tahun 2005-2025 adalah ”Kota Kediri yang Aman, Sejahtera, Adil, Demokratis, Bermartabat
dan Berdaya Saing”. Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur dan pola ruang
Kota Kediri.

PERENCANAAN KOTA | 1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk deliniasi Kota Kediri?
2. Bagaimana struktur eksternal dan struktur internal yang ada di Kota Kediri?
3. Bagaimana kecenderungan pola pergerakan di Kota Kediri?
4. Bagaimana tipe bentukan kota di Kota Kediri?
5. Apa tujuan dari Kota Kediri?
6. Bagaimana jaringan utilitas yang ada di Kota Kediri?
7. Bagaimana pola ruang di Kota Kediri?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan laporan ini ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui deliniasi Kota Kediri
2. Mengetahui struktur eksternal dan internal Kota Kediri
3. Mengetahui kecenderungan pola pergerakan di Kota Kediri
4. Mengetahui tipologi kota Kediri
5. Mengetahui tujuan Kota Kediri
6. Menegetahui jaringan utilitas di Kota Kediri
7. Mengetahui pola ruang Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 2
1.4.Kerangka Pikir

PEMBENTUKAN KOTA
KEDIRI

Faktor Pembentuk
Struktur Kota

Faktor Internal Faktor Eksternal

 Deliniasi Kota  Deliniasi Kota


 Kecenderungan Pergerakan  Peran Kota Terhadap
 Tipologi Kota Wilayah Sekitarnya
 Penetapan Tujuan Kota  Peran Kawasan
 Bentukan Jaringan Utilitas Sekitar Terhadap Kota
 Pola Ruang yang Bersangkutan

KOTA KEDIRI
TERBENTUK

PERKEMBANGAN
KOTA KEDIRI

Dari kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi
oleh 2 faktor yakni factor internal dan factor eksternal kota itu sendiri. Dimana factor internal
pembentuk kota terdiri dari deliniasi kota, kecenderungan pola pergerakan, tipologi kota,
penetapan tujuan kota, pembentukan jaringan utilitas kota dan pola ruang. Untuk factor eksternal
kota terdri dari deliniasi kota, peran kota terhadap sekitar dan peran kawasan sekitar terhadap kota
yang bersangkutan.

PERENCANAAN KOTA | 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Deliniasi Kota Kediri
Kota Kediri merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Timur, yang
secara administratif berada di tengah Kabupaten Kediri. Kota yang hanya memiliki 3
kecamatan dan 46 kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Grogol
Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat dan Kecamatan Ngadiluwih
Sebelah Timur : Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah
Sebelah Barat : kecamatan Banyakan dan Kecamatan Semen
Secara astronomis, Kota Kediri terletak di antara 111° 05’ - 112° 03’ Bujur Timur
dan 7° 45’ - 7° 55’ Lintang Selatan. Sebagian besar wilayah Kota Kediri (80,17%) merupakan
dataran rendah dengan ketinggian 63–100 meter di atas permukaan laut yang terletak di
sepanjang sisi Sungai Brantas. Sedangkan sisanya (18,83%) merupakan dataran tinggi dan
perbukitan dengan ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut yang tersebar di bagian
barat dan timur Kota Kediri.
Kondisi topografi Kota Kediri relatif datar yaitu pada kemiringan lereng 0 – 40%.
Sebagian besar wilayah Kota Kediri (90,49%) merupakan dataran yang terletak pada
kemiringan lereng 0 – 2%. Sedangkan wilayah Kota Kediri yang terletak pada kemiringan
lereng 15–40% adalah kawasan Gunung Maskumambang dan Gunung Klotok di bagian barat
Kecamatan Mojoroto.
Jenis batuan yang terkandung dalam struktur tanah wilayah Kota Kediri antara lain
berupa batuan sedimen, batuan gunung api dan alluvium. Sedangkan jenis tanah di Kota
Kediri adalah alluvial coklat kelabu dan mediteran.
Di Kota Kediri terdapat Sungai Brantas sepanjang 7 km yang mengalir dari arah
selatan ke arah utara seolah-olah membelah Kota Kediri menjadi wilayah barat (Kecamatan
Mojoroto) dan wilayah timur (Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren). Selain itu terdapat
Sungai Kresek sepanjang 9 km; Sungai Parang sepanjang 7,5 km; Sungai Ngampel sepanjang
4,5 km dan Sungai Kedak sepanjang 8 km. Kecamatan Mojoroto memiliki 7 sumber mata air
dengan debit paling besar adalah mata air Sendang (0–60 liter/ detik). Kecamatan Pesantren

PERENCANAAN KOTA | 4
memiliki 14 sumber mata air dengan debit paling besar adalah mata air Banteng (10–112
liter/detik).
Secara klimatologi, jumlah hari hujan di Kota Kediri pada tahun 2010 mencapai 168
hari, dengan curah hujan 5.282 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember 2010
sebesar 945 mm dan bulan Oktober sebesar 663 mm, sedangkan pada dua tahun sebelumnya
(tahun 2008 dan tahun 2009) curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret
2008 dan Januari 2009 masing-masing 1.500 mm dan 482 mm. Bila pada tahun
sebelumnya terdapat tiga bulan berturutturut, yaitu Juli sampai dengan September 2009 di
Kota Kediri tidak terjadi hujan sama sekali tetapi pada tahun 2010 ini hujan terjadi pada
sepanjang tahun

PERENCANAAN KOTA | 5
Peta 2.1. Peta Administrasi Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 6
2.1.1. Penggunaan Lahan
Kota belum sepenuhnya dilakukan secara merata keseluruh kota Kediri. Karena
pertumbuhan pembangunan dan perkembangan kota yang lebih cepat serta keterbatasan
lahan terutama di wilayah kota tidak menutup kemungkinan adanya alih fungsi lahan
sehingga terjadi perbedaan dalam perencanaan tata ruang dan kenyataan pembangunan
dilapangan. Maka perlu adanya Ketaatan pembangunan dengan perencanaan tata ruang
berdasarkan RTRW Kota Kediri. Sehingga dengan telah diberlakukan dan diterapkannya
Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Kota Kediri dapat
meratakan pembangunan di tiap kecamatan dan juga pembangunan kawaan budidaya
sesuai dengan lokasi dan wilayah yang telah ditentukan dalam RTRW Kota Kediri.

Kawasan Budidaya Kota Kediri yang merupakan wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan Kota Kediri, sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW adalah dengan meningkatkan kawasan perumahan; kawasan perdagangan
dan jasa; kawasan perkantoran; kawasan industri; kawasan pariwisata ; kawasan ruang
terbuka non hijau; kawasan ruang evakuasi bencana; kawasan peruntukan ruang bagi
kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan lainnya

Penggunaan Lahan di Kota Kediri di dominasi oleh lahan terbangun. Kota Kediri
terbagi menjadi 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan
kecamatan Pesantren. Perkembangan untuk lahan terbangun belum tersebar secara
merata. Dominasi penggunaan lahan kepadatan tinggi adalah Kecamatan Kota dengan
industri, pemukiman kepadatan tinggi (termasuk sebaran perkantoran, perdagangan jasa,
) dan wisata kota. Penggunaan lahan untuk Kecamatan Mojoroto di dominsi oleh industri,
pariwisata dan pertanian serta pemukiman kepadatan sedang dan rendah (termasuk
sebaran fasilitas pendidikan). Untuk Kecamatan Pesantren, dominasi penggunaan
lahannya adalah industri, home industri, permukiman kepadatan sedang dan rendah
(termasuk sebaran fasislitas perkantoran) serta pertanian.Untuk lebih jelas mengenai
kondisi penggunaan lahan Kota Kediri, dapat dilihat pada tabel tutupan lahan Kota Kediri
sebagai berikut :

PERENCANAAN KOTA | 7
Tabel 2.1. Tutupan Lahan Kota Kediri Tahun 2017
LUAS (Ha)
Penggunaan Lahan
Mojoroto Kota Pesantren Total
Permukiman 813.82 582.38 492.38 1888.58
Pelayanan Umum 69.42 26.50 0.65 96.57
Industri dan Pergudangan 22.02 121.77 32.82 176.61
Pariwisata 1.99 3.15 1.02 6.15
RTH Non Hijau 21.59 35.96 2.34 59.89
Ruang Terbuka Hijau 25.37 5.36 1.47 32.19
Pertanian 980.78 518.45 1586.51 3085.74
Ladang/Kebun Campuran 268.19 120.60 250.07 638.87
Hutan 163.44 0.00 0.00 163.44
Kawasan Militer 12.34 12.99 0.00 25.433
Stasiun 0.05 2.77 0.00 2.82
Sungai 75.29 44.55 0.00 119.84
LUAS (Ha) 2460.10 1490.00 2390.30 6340.40
Sumber : Kota Kediri Dalam Angka 2016 dan Digitasi Citra Landsat 2017

PERENCANAAN KOTA | 8
Peta 2.2. Peta Tutupan Lahan Kota Kediri Tahun 2017

PERENCANAAN KOTA | 9
2.2. Struktur Wilayah Kota Kediri
2.2.1. Struktur Eksternal
Sebagai wilayah kota yang berada di bagian selatan Jawa Timur, Kota Kediri
dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis dan sekaligus sebagai pusat
pengembangan regional Wilayah Pembantu Gubernur yang mempunyai pengaruh timbal
balik dengan daerah sekitarnya.
Kota Kediri berada pada jalur transportasi regional yang menghubungkan Kota
Surabaya dengan Tulungagung, Nganjuk dan Malang. Dalam konteks pengembangan
wilayah Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri merupakan pusat pengembangan SWP Kediri
dan sekitarnya yang meliputi : Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung. Kota Kediri merupakan kota Orde IIB yang
berarti termasuk dalam klasifikasi Kota Menengah. Sebagai pusat SWP, Kota Kediri
memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan tersier yakni industri, perdagangan,
pemerintahan dan pendidikan tinggi. Keberadaan economic base, yakni industri
pengolahan tembakau (PT. Gudang Garam), memberikan andil yang cukup besar sebagai
pendorong utama aktivitas perekonomian masyarakat.
Fungsi Kota Kediri sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, tumbuh dan
berkembang didukung oleh keberadaan infrastruktur transportasi yang menghubungkan
dengan beberapa daerah disekitarnya. Keberadaan infrastruktur transportasi
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang cenderung linier terutama di sepanjang
jalan arteri primer arah ke Surabaya.
2.2.2. Struktur Internal
Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang dikembangkan
di Kota Kediri yaitu : industri, pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata, maka
arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan pada bagian wilayah
kota secara merata sesuai dengan kecenderungan perkembangannya. Peruntukkan
masing-masing bagian wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut :

 Bagian Wilayah Kota A (BWK A), terdiri dari seluruh kawasan Kecamatan
Mojoroto dengan luas kawasan 2.460,40 Ha. Kegiatan yang dikembangkan :
permukiman, pariwisata, industri dan pendidikan.

PERENCANAAN KOTA | 10
 Bagian Wilayah Kota B (BWK B), terdiri dari seluruh wilayah Kecamatan Kota dan
sebagian kecil Kecamatan Pesantren dengan luas kawasan 2.185,05 Ha. Kegiatan
utama yang dikembangkan : industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata,
perkantoran dan permukiman.

 Bagian Wilayah Kota C (BWK C), mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan
Pesantren dengan luas wilayah 1.694,98 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan :
industri dan permukiman.

Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah Kota Kediri meliputi
kebijakan dan strategi pengembangan pusat pelayanan regional, pengembangan
sistem pusat pelayanan dan pengembangan sistem prasarana wilayah.

Kota Kediri merupakan PKW dan pusat SWP Kediri dan sekitarnya serta Kawasan
Andalan Kediri dan sekitarnya mempunyai fungsi sebagai pengembangan pusat
pelayanan regional. Dengan fungsi sebagai pusat pelayanan regional, Kota Kediri
harus mengembangkan fasilitas dan infrastruktur sebagai pendukung fungsi pusat
pengembangan. Sistem pusat pelayanan kota dengan sub pusat pelayanan kota
menunjukkan adanya keterkaitan antar pusat kota dan hirarki di bawahnya. Kawasan
kota disebut sebagai lingkungan kehidupan kota yang mempunyai ciri non-agraris
dengan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman. Kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman kota, pusat pelayanan jasa pemerintahan, pusat pelayanan sosial dan
pusat kegiatan ekonomi bagi sistem internal pusat kota dan sistem wilayah yang
dilayaninya disebut sebagai kawasan perkotaan.

PERENCANAAN KOTA | 11
Sub Pusat Pelayanan (SPP) Kota merupakan bagian wilayah kota yang merupakan
hirarki lebih rendah dari Pusat Kota yang terdapat dalam kawasan potensial
pengembangan kota berdasarkan lingkup pelayanan tertentu. Maksud dari pembagian
wilayah kota adalah :
 Meningkatkan persebaran kegiatan agar merata dalam pelayanan kota pada
tingkatan skala pelayanan yang lebih kecil sebagai upaya pemanfaatan ruang
secara optimal.
 Menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang ada setiap bagian
wilayah yang direncanakan.
 Menciptakan kelestarian lingkungan pemukiman pada setiap bagian wilayah kota.
Meningkatkan pembangunan kota melalui pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik komponen masing-masing bagian wilayah kota
secara terukur, baik menyangkut kuantitas maupun kualitasnya.
2.2.3. Sistem Pusat Pelayanan/Kegiaitan Kota Kediri
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang
wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Untuk mengidentifikasi Struktur Ruang di Kota Kediri
harus dilakukan Analisa sistem pusat pelayanan yang berfugsi sebagai pengendali dan
pemanfaatan dimensi. Terkait dengan tujuan tersebut, maka Analisa yang akan dilakukan

PERENCANAAN KOTA | 12
akan lebih diarahkan penetapan hirariki pusat pelayanan yang ada serta jangkauan
pelayanan yang saling memiliki sinergi antar pusat tersebut.
Untuk mengetahui sistem pusat pelayanan yang ada di wilayah Kota Kediri maka
perlu dilakukan analisa skalogram untuk mengetahui hirarki wilayah dengan
menggunakan beberpa variabel perhitungan. Diantaranya indeks fasilitas, indeks
aksesbilitas dan indeks jumlah penduduk.
Tabel 2.2. Analisis Skalogram
Index Pelayanan
No Kecamatan Index Index Index Jumlah IPK Hirarki
Penduduk Fasilitas Aksesbilitas
1. Mojoroto 46.58 55.61 95 197.18 65.73 III
2. Kota 100.00 100.00 100 300.00 100.00 I
3. Pesantren 78.39 50.64 98 227.03 75.68 II
Sumber : Analisis Skalogram 2018
Jumlah Kelas Interval Kelas
= 1+3,22 Log3 = (IPK Tertinggi -IPK Terkecil) / 4
= 1+ 3.22 = (100-37.56) / 4
= 4.22 = 4.22 => 4 = 15,.61
Berdasarkan tabel 2.2. maka dapat di tentukan pusat-pusat pelayanan di wilayah
Kecamatan Kopang sebagai Berikut:
Tabel 2.3. Sistem Pusat Pelayanan Kota Kediri
No Kecamatan IPK Hirarki Status
1. Mojoroto 65.73 III Cukup Berkembang
2. Kota 100.00 I Berkembang Pesat
3. Pesantren 75.68 II Berkembang
Sumber : Analisis Skalogram 2018
NB : IPK (37.56-53.17) = Hirarki IV
: IPK (53.17-68.78) = Hirarki III
: IPK (68.78-84.39) = Hirarki II
: IPK (84.39-100.00) = Hirarki I1

PERENCANAAN KOTA | 13
Sesuai dengan hasil analisa skalogram di Kota Kediri, dari tabel 2.3 dapat
disimpulkan bahwa Hirarki untuk masing-masing Kecamatan yang berada di Kota Kediri
adalah:
1. Hirarki I berada di Kecamatan Kota
2. Hirarki II berada di Kecamatan Mojoroto
3. Hirarki III berada di Kecamatan Pesantren

PERENCANAAN KOTA | 14
Peta 2.3. Peta Pola dan Arah Pergerakan Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 15
2.3 Kecenderungan Pergerakan Pembangunan Kota
2.3.1 Pola Pergerakan
Pola pergerakan pada wilayah Kota Kediri terdiri dari pola pergerakan manusia
dan pola pergerakan barang atau pola aliran barang. Pola pergerakan di wilayah ini
umumnya konstan. Pola pergerakan berkisar antara konsumen dengan produsen, dimana
Kota Kediri dikenal sebagai pusat perdagangan utama untuk gula dan industri rokok
terbesar di Indonesia maka produk unggulan ini akan diekspor ke luar daerah dengan
volume yang tinggi dengan menggunakan jasa trasportasi untuk memindahkanbarang
dari lokasi produksi ke distributor atau kepasar.
Pola pergerakan manusia di wilayah Kota Kediir terdiri dari pergerakan manusia
secara internal yaitu pergerakan manusia yang terjadi didalam wilayah itu sendiri, dan
pola pergerakan secara eksternal yaitu pergerakan manusia dari dalam wilayah Kota
Kediri dengan daerah lainya diluar wilayah ini ataupun sebaliknya.
Demikian pula halnya dengan pola aliran barang, pola yang terjadi dapat secara
internal yaitu perputaran barang yang terjadi didalam wilayah Kota Kediri sendiri dan
pola secara eksternal yaitu pola aliran barang yang terjadi dengan wilayah lainnya. Pola
aliran barang terjadi antar desa, kecamatan, antar daerah bahkan dengan provinsi lainnya.
Kawasan yang menjadi titik pusat pergerakan barang adalah di Kecamatan Kota.
Kecamatan Kota menjadi titik awal masuknya barang ke wilayah Kota Kediri untuk
kemudian di distribusikan ke dalam wilayah. Begitu juga dengan keluarnya barang dari
di wilayah ini, hasil produksi dan potensi Kota Kediri akan di pasarkan atau dikirim ke
luar wilayah melalui desa ini. Hal ini dikarenakan letaknya berada pada posisi strategis
yang dilalui oleh jalur utama atau transportasi utama yang menuju daerah di luar Kota
Kediri yang memudahkan dalam arus distribusi barang sehingga daerah ini menjadi pusat
industri dan perdagangan dan jasa di Kota Kediri.
2.3.2 Arah Pergerakan
Arah pergerakan akan terkait erat dengan pola pergerakan yang ada. Dari
penjelasan di atas, pola pergerakan yang ada di wilayah Kota Kediri meliputi pergerakan
manusia dan barang yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Pergerakan
manusia terjadi umumnya dalam rangka menjalankan kehidupan, baik dalam kegiatan

PERENCANAAN KOTA | 16
ekonomi, pemenuhan kebutuhan, pendidikan maupun hiburan. Sedangkan pergerakan
barang didominasi oleh distribusi barang di wilayah ini.
Pergerakan manusia yang terjadi di wilayah Kota Kediri mengarah ke Kabupaten
Kediri, Tulungagung dan Kota Surabaya adalah yang paling banyak, pergerakan baik
pertokoan, sekolah serta tempat wisata alam yang menjadi magnet bagi masyarakat untuk
datang. Pergerakan ke Kecamatan Kota umumnya untuk kegiatan ekonomi perdagangan
dan jasa serta industri dan pergudangan, dimana di Kecamatan Kota ini terdapat industry
besar gudang garam yang menjadi sentral perdagangan di wilayah Kota Kediri.

PERENCANAAN KOTA | 17
Peta 2.4. Peta Pola dan Arah Pergerakan Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 18
2.4. Tipologi Kota
Tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok
objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar, atau dapat diartikan pula bahwa tipologi adalah
tindakan berfikir dalam rangka pengelompokkan (Moneo dalam Sulistijowati 1991:11).
Menurut Sulistijowati (1991:12), pengenalan tipologi akan mengarah pada upaya untuk
mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan berdasar aspek atau kaidah tertentu.
Aspek tersebut antara lain:
1. Fungsi (meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain);
2. Geometrik (meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain); dan
3. Langgam (meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan
budaya, dan lain-lain).
Penetapan tipologi wilayah berdasarkan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
pada dasarnya sangat membantu dalam penerapan kebijakan pembangunan. Penyediaan
fasilitas kehidupan yang disesuaikan dengan tipologi wilayah memungkinkan kawasan
tersebut berkembang sesuai kemampuan dan potensinya. Menjadi hal yang sangat merugikan
apabila suatu wilayah yang berpotensi untuk berkembang, namun terhambat
perkembangannya karena kurangnya dukungan fasilitas kehidupan yang diakibatkan oleh
kesalahan dalam penetapan tipologi di wilayahnya. Atau kesalahan dalam penerapan
kebijakan pembangunannya. Hal ini seperti dinyatakan oleh David L. Iaquinta et al bahwa
“confusion in the definition leads to poor policy design and implementation and inaccurate
policy/program evaluation”.
Tabel 2.5. Pengertian Tipologi Menurut Beberapa Ahli
Sumber Faktor Pengertian Kesimpulan
Melville C
Branch Area terbangun di perkotaan yang saling
(1985) Fisik
berdekatan, yang meluas hingga kepinggiran
kota
Sekelompok komunitas yang bertujuan meningkatkan Area
produktifitas melaui konsentrasi dan spesialisasi Terbangun
Sosial
tenaga kerja, keaneka ragaman intelektual, budaya
dan kegiatan
Menghasilkan penghasilan yang cukup melalui
Ekonomi produksi barang dan jasa, untuk mendukung
kehidupan penduduk dan keberlangsungan kota
Sosial Jumlah Penduduk Tinggi Penduduk

PERENCANAAN KOTA | 19
Raldi Sosial- Heterogen dengan corak materialistis
Kegiatan
Hendro ekonomi
Koestoer Kondisi Fisik lebih modern Area
Fisik
(1997) terbangun
Bintarto Sistem jaringan kehidupan, kepadatan penduduk
Geografi Penduduk
(1989) tertinggi
Sosial – Pemusatan penduduk yang bersifat heterogen dan Sifat
ekonomi coraknya materialistis penduduk
Fisik Tempat bermukim, bekerja, hidup dan rekreasi
penduduk
Bruce W Sosial Jumlah penduduk tinggi Penduduk
Hamilton Adanya kota karena orang-orang memerlukan Keuntungan
(1994) Ekonomi keuntungan untuk melanjutkan berbagai aktivitas hidup
dalam suatu konsentrasi cara yang bersifat spasial bersama
Rondinelli Kota kecil : 5.000-10.000 jiwa
Sosial Hirarki kota
(1984)
Qinkang Di China (negara berpenduduk besar)
(1984)  Kota kecil : 50.000-199.999 jiwa
Sosial  Kota menengah : 20.000-499.999 jiwa Hirarki kota
 Kota besar : 500.000-999.999 jiwa
 Kota Metropolitan > 1.000.000 jiwa
Singh (1984) Di India (negara berpenduduk besar)
 Kota kecil : 20.000 jiwa
Sosial  Kota kecil-menengah : Hirarki kota
I : > 100.000 jiwa
II : 50.000-99.999 jiwa
III : 20.000-49.999 jiwa
National Di Indonesia
Urban  Kota kecil : 100.000 jiwa
Development  Kota sedang : 100.000-500.000 jiwa
Sosial
Study/NUDS  Kota besar : 500.001-1.000.000 jiwa
(2000)  Kota metropolitan > 1.000.000 jiwa

Sumber : Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 201, Ken Martina Kasikoen
Penetapan tipologi kawasan di Kota Kediri berdasarkan 3 aspek yakni :
1. Fisik
Area terbangun di perkotaan yang saling berdekatan dimana kondisi fisik lebih modern dan
tempat bermukim, bekerja, hidup dan rekreasi. Kota ini berkembang seiring meningkatnya
kualitas dalam berbagai aspek, yaitu pendidikan, pariwisata, perdagangan, birokrasi
pemerintah, hingga olahraga. Pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga pusat
perbelanjaan modern sudah beroperasi di kota ini. Hal ini dapat dilihat dari area terbangun
yang ada di Kota Kediri khususnya di Kecamatan Kota dimana sebagian sebagian besar kawasan
merupakan lahan terbangun yang terdiri dari permukiman, sarana, prasarana dan lainnya. Dengan
penduduk yang berasal dari berbagai macam daerah.

PERENCANAAN KOTA | 20
2. Sosial
Tipe perkotaan bila ditinjau dari segi social ialah jumlah penduduk yang tinggi yang berasal
dari berbagai daerah yang menetap dan bermigrasi untuk keperluan pendidikan, ekonomi dan
lainnya.
3. Ekonomi
Wilayah Kota Kediri salah satunya ditopang oleh eksistensi industri gula yang telah
ada sejak jaman pra kemerdekaan. Yang masih eksis dan produktif adalah PG Pesantren
Baru, sebagai bagian dari PT Perkebunan Nusantara X. Berada di Jl Mauni, Kecamatan
Pensantren, Kota Kediri, pabrik gula ini memiliki kapasitas produksi 6.250 ton gula per
hari, nomor dua terbesar dari 11 pabrik gula di wilayah PTPN X yang meliputi Sidorajo,
Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Kediri dan Tulungagung.
Industri rokok Gudang Garam yang berada di kota ini, menjadi penopang mayoritas
perekonomian warga Kediri, yang sekaligus merupakan perusahaan rokok terbesar di
Indonesia. Sekitar 16.000 warga kediri menggantungkan hidupnya kepada perusahaan ini.
Gudang Garam menyumbangkan pajak dan cukai yang relatif besar kepada pemerintah
kota.
Di bidang pariwisata, kota ini mempunyai beragam tempat wisata, seperti Kolam
Renang Pagora, Water Park Tirtayasa, Dermaga Jayabaya, Goa Selomangleng, dan Taman
Sekartaji. Di area sepanjang Jalan Dhoho menjadi pusat pertokoan terpadat di Kediri.
Beberapa sudut kota juga terdapat minimarket, cafe, hotel, hiburan malam dan banyak
tempat lain yang menjadi penopang ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sehingga Kota Kediri memiliki tipe bentukan kota yang terbelah oleh sungai yang
menjadi dua bagian yakni bagian selatan Kecamatan Mojoroto dan bagian utara Kecamatan
Kota dan Kecamatan Pesantren dengan pusat kegiatan berada di Kecamatan Kota yang
tepat berada di samping sungai brantas maka bentukan Kota Kediri yakni Kota tepian air.
Sehingga bentukan kota dari hasil pembentukan alami permukiman di Kota Kediri ialah
memiliki Pola sejajar (linnier pattern) dari perkotaan terjadi sebagai akibat adanya
perkembangan sepanjang jalan, lembah, sungai atau pantai.

2.5. Penetapan Tujuan Kota

Mengacu pada UU no. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dimana penataan ruang
wilayah perkotaan harus mencantumkan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah

PERENCANAAN KOTA | 21
Kota Kediri. Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum dengan memperhatikan
karakteristik wilayah Kota Kediri dan kecenderungan perkembangannya. Tujuan Penataan
Ruang Wilayah Kota Kediri adalah mewujudkan Kota Kediri sebagai sentra Pendidikan,
Industri, Perdagangan-Jasa dan Pariwisata, berskala regional yang nyaman dan berkelanjutan.
Sesuai dengan tujuan diatas, tentunya potensi wilayah menjadi faktor utama
keberhasilan suatu tujuan pembangunan. Diawali dari sentra pendidikan, Kota Kediri memiliki
banyak sarana pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dari faktor
inilah yang dapat memicu keberhasilan dalam menjadikan Kediri sebagai pusat kota
pendidikan. Selanjutnya dari sentra industri, Kota Kediri memiliki banyak perindustrian besar
seperti pabrik rokok, pabrik gula, dan pabrik makanan dan minuman serta pabrik-pabrik
lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi dalam mengembangkan sentra industri di
Kota Kediri.
Kemudian dari sentra perdagangan dan jasa, Kota Kediri memiliki beberapa jenis
perdagangan dan jasa modern seperti keberadaan Dhoho Plaza, Mall Kediri dan Sri Ratu serta
beberapa pusat pertokoan di jalan-jalan yang strategis. Sehingga tujuan untuk mengoptimalkan
kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Kediri dapat dibantu dari potensi yang telah dimiliki.
Dan untuk aspek pariwisata, Kota Kediri memiliki banyak tempat wisata seperti pusat wisata
kuliner di pertokoan Kelurahan Pakelan, Setonogedong dan Kemasan, wisata alam dan budaya
Selomangleng di Kelurahan Pojok dan wisata kota Pagora di Kelurahan Banjaran serta masih
banyak lagi yang lainnya. Dari semua tempat wisata tersebut sangat mendukung optimalisasi
kawasan pariwisata di Kota Kediri. Terlebih ada bermacamnya kegiatan industri di Kota Kediri
juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pariwisata industri yang dapat dibuatkan jalur khusus
untuk pariwisata.

3.6. Jaringan Utilitas


3.6.1. Jaringan Jalan

Potensi prasarana transportasi yang ada di Kota Kediri cukup beragam dari
adanya pengembangan jalan lingkar di Kota Kediri, peningkatan kegiatan dalam skala
besar menjadikan beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan kelas jalan,
adana pengembangan 5 sub terminal baru di Terminal Selomangleng, Terminal
Mojoroto, Terminal Ngronggo, Terminal Banaran dan Terminal Tempurejo,

PERENCANAAN KOTA | 22
pengembangan terminal kargo dan pangkalan umum serta perbaikan stasiun dan
penambahan armada serta rute kereta api. Namun ditinjau dari potensi yang ada,
kemacetan masih menjadi masalah utama yang perlu dilakukan penanganan efektif guna
meningkatkan aksesisibilitas jaringan jalan di Kota Kediri. Kemacetan yang berasa di
beberapa titik simpul transportasi karena merupakan jalan utama dan kepadatan
pemusatan fasilitas. Pada umumnya terjadi di sekitar pasar atau kawasan pertokoan
dengan penataakn sirkulasi keluar dan masuknya kendaraan yang bersinggungan
langsung dengan kendaraan yang memiliki intensitas sangat tinggi. Masalah lain terkait
pengembangan jalan lingkar yang direncanakan lokasinya melewati kawasan
pemukiman sehngga mengalami kesulitan dalam pembebasan tanah untuk
pengembangan sempadan. Namun kesimpulannya, peningkatan jaringan jalan dalam
kota perlu dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan wilayah.

PERENCANAAN KOTA | 23
Peta 2.5. Peta Jaringan Jalan Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 24
3.6.2. Jaringan Listrik
Kebutuhan energi masyarakat Kediri sebagian besar dilayani oleh jaringan PLN,
namun masih terdapat pula beberapa wilayah yang belum mendapatkan layanan listrik.
Adanya pembangunan GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi) di Gardu Induk
Banaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik, terutama untuk perencanaan
industri – industri di Kota Kediri.

PERENCANAAN KOTA | 25
Peta 2.6. Peta Jaringan Listrik Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 26
2.6.3. Jaringan Drainase
Jaringan drainase di Kota Kediri Terbagi menjadi 2, yakni drainase Primer yang berada di
sepanjang jalan arteri primer dan sebagian berada di jalan arteri sekunder dengan mengarah ke
anak sungai dan jaringan drainase sekunder yang berada di sepanjang jalan Lingkungan,.

PERENCANAAN KOTA | 27
Peta 2.7. Peta Jaringan Drainase Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 28
2.6.8. Jaringan Persampahan
Sistem persampahan di Kota Kediri sudah terdapat sarana angkutan sampah serta
sudah dilayani oleh petugas lapangan . Lokasi TPS berada di beberapa titik yang tersebar
di 3 Kecamatan yakni Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kediri dan Kecamatan
Pesantren.

PERENCANAAN KOTA | 29
Peta 2.8. Peta Jaringan Persampahan Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 30
2.7. Pola Ruang
2.7.1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam (SDA) dan
sumber daya buatan. Kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung, kawasan resapan
air, kawasan sempadan dungai, kawasan sekitar danau dan waduk, kawasan sekitar mata
air, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan
kawasan lindung lainnya.
Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang ada jenis
dan kriteria penetapan kawasan lindung adalah sebagai berikut:
1. Kawasan hutan lindung dengan faktor kelerengan, jenis tanah, intesitas hujan, lereng
lebih dari 40% dan ketinggian diatas 2000 meter.
2. Kawasan gambut dengan tebal gambut lebih dari 3 meter yang terletak di hulu atau
rawa.
3. Sempadan sungai dengan 5 meter sebelah luar tanggul sungai.
4. Kawasan resapan air dengan kriteria penetapan hujan tinggi, tanah mudah diresapi,
bentuk yang memudahkan peresapan air banyak
5. Sempadan pantai dengan 1000 meter dari titik pasang tertinggi sepanjang pantai.
6. Kawasn sekitar danau atau waduk dengan 50-100 meter dari tepi danau waktu pasang
7. Kawasan sekitar mata air dengan 200 meter di sekeliling mata air.
8. Kawasan suaka alam ditunjuk karena alasan keanekaragaman hayati.
9. Taman nasional ditetapkan dengan luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan
proses ekologis secara alami, sumber daya khas asli yang mendukung upaya
pelestarian sumber daya alami.
10. Taman hutan raya, wisata alam dengan memiliki ciri khas indah, cukup luas, daya
tarik khusu dan lingkungan luar yang mendukung.
11. Cagar budaya dengan nilai budaya yang tinggi, situs purbakala.
12. Kawasan rawan bencana dengan kawasan yang sring dan berpotensi tsunami.
13. Taman baru, cagar biosfir, kawan perlindungan plama nutfah, kawasan pengungian
satwa dan kawasan pantai hutan bakau ditetapkan berdasarkan kriteria khusus

PERENCANAAN KOTA | 31
Sesuai dengan prasyarat diatas serta mengacu kepada penetapan yang ada dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri, maka yang menjadi kawasan lindung di
wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut:
4. Kawasan hutan lindung yang berada di Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto
dengan jenis rimba campuran dan mahoni dengan luas 107,40 Hektar.
5. Kawasan resapan air dengan luas kurang lebih 670,50 Ha yang berada di Kelurahan
Betet, Keluarga Pakunden, Kelurahan Jamsaren di Kecamatan Pesantren dan
Kelurahan Pojok di Kecamatan Mojoroto.
6. Kawasan sempadan mata air di Kecamatan Mojoroto yaitu pada Kelurahan Pojok
dengan luas kurang lebih 2 ha dan Kelurahan Gayam seluas 6 ha.
7. Penetapan kawasan sempadan mata air di Kecamatan Kota yaitu pada Kelurahan
Ngadirejo dengan luas kurang lebih 2 ha, Kelurahan Rejomulyo dengan luas kurang
lebih 3 ha (tiga hektar) serta Kelurahan Banjaran dengan luas kurang lebih 2 ha.
8. Penetapan kawasan sempadan mata air di Kecamatan Pesantren yaitu pada
Kelurahan Singonegaran dengan luas kurang lebih 3 ha, Kelurahan Blabak seluas
kurang lebih 2 ha dan Kelurahan Betet dengan luas kurang lebih 5 ha.
9. Kawasan suaka alam Hutan wisata yang terletak di Kawasan Gunung Klotok dan
Gunung Maskumambang; dan Lereng Gunung Klotok dan Gunung
Maskumambang.
10. Kawasan Cagar budaya dan ilmu pengetahuan yakni Bangunan kuno peninggalan
sejarah, Monumen Airlangga di Kelurahan Pojok, Makam Kuno Mbah Boncolono
di Kelurahan Pojok, Makam Sunan Geseng di Kelurahan Singonegaran, Komplek
Makam Islam Mbah Wasil di Kelurahan Setono Gedong, Komplek Makam Mbah
Gunungsari di Kelurahan Jagalan, Komplek Tan Koen Swie di Kelurahan Jagalan.
11. Kawasan rawan erosi meliputi kawasan Gunung Klotok yang terletak di Kelurahan
Pojok.
2.7.2. Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan. Pemanfaatan yang dilakukan diataranya untuk kawasan hutan
produksi, kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan

PERENCANAAN KOTA | 32
pertambangan, industri, pariwisata, permukiman dan lain-lain. Pemanfaatan ini
dilakukan dalam rangka pembangunan perekonomian tetapi harus tetap memperhatikan
faktor kelestaraian lingkungan.
Dalam meningkatkan Kawasan Budidaya sangat diperlukan strategi pendekatan
yang matang. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya di Kota Kediri sendiri secara
khusus meliputi Kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, peruntukan
industry, pariwisata, RTH non hijau, ruang evakuasi bencana, dan peruntukan lainnya..
Berdasarkan hal tersebut, maka faktor utama yang berpengaruh terhadap lahan yang
sesuai terhadap pengembangan kegiatan budidaya adalah sebagai berikut :
a. Kemiringan lereng adalah kurang dari 40 %, untuk permukiman berkisar antara 3 -
15 % ;
b. Kawasan secara umum memiliki ketinggian kurang dari 2.000 m dari permukaan air
laut ;
c. Keadaan fisik arealnya memungkinkan untuk dibudidayakan secara sosial dan
ekonomi, seperti untuk permukiman, pertanian, perkebunan, dll. Selain secara sosial
dan ekonomi dapat memberikan kelangsungan kehidupan dan penghidupan, juga
secara ekologi tidak merugikan habitat lingkungan hidup. Penetapan dan
pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya di wilayah Kota Kediri memiliki
kecendurungan pemafaatan ruang pada saat ini.

PERENCANAAN KOTA | 33
Peta 2.9. Peta Pola Ruang Kota Kediri

PERENCANAAN KOTA | 34
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sebagai wilayah kota yang berada di bagian selatan Jawa Timur, Kota Kediri dijadikan
wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis dan sekaligus sebagai pusat pengembangan
regional Wilayah Pembantu Gubernur yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan
daerah sekitarnya.
2. Kota Kediri berada pada jalur transportasi regional yang menghubungkan Kota Surabaya
dengan Tulungagung, Nganjuk dan Malang. Dalam konteks pengembangan wilayah
Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri merupakan pusat pengembangan SWP Kediri dan
sekitarnya yang meliputi : Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek
dan Kabupaten Tulungagung. Kota Kediri merupakan kota Orde IIB yang berarti termasuk
dalam klasifikasi Kota Menengah.
3. Sebagai pusat SWP, Kota Kediri memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan tersier yakni industri,
perdagangan, pemerintahan dan pendidikan tinggi. Keberadaan economic base, yakni industri
pengolahan tembakau (PT. Gudang Garam), memberikan andil yang cukup besar sebagai
pendorong utama aktivitas perekonomian masyarakat.
4. Fungsi Kota Kediri sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, tumbuh dan berkembang
didukung oleh keberadaan infrastruktur transportasi yang menghubungkan dengan beberapa daerah
disekitarnya. Keberadaan infrastruktur transportasi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang
cenderung linier terutama di sepanjang jalan arteri primer arah ke Surabaya.
5. Kota Kediri merupakan PKW dan pusat SWP Kediri dan sekitarnya serta Kawasan Andalan Kediri
dan sekitarnya mempunyai fungsi sebagai pengembangan pusat pelayanan regional. Dengan fungsi
sebagai pusat pelayanan regional, Kota Kediri harus mengembangkan fasilitas dan infrastruktur
sebagai pendukung fungsi pusat pengembangan.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan ialah :
1. Menambahkan fasilitas penunjang sebagai sentra Pendidikan, Industri, Perdagangan-Jasa
dan Pariwisata, berskala regional yang nyaman dan berkelanjutan.
2. Mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan kota yang lebih baik lagi
3. Mengikuti arahan RTRW Kota Kediri.

PERENCANAAN KOTA | 35

Anda mungkin juga menyukai