Anda di halaman 1dari 4

http://raconquista.wordpress.

com Bahan Kuliah Minggu VI


ristania@gmail.com Dinamika Politik Lokal
STIA

Otonomi Daerah Dalam Perspektif SDM dan Manajemen Pembangunan Daerah

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen terpenting dari organisasi, berperan
sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi.
Mengingat begitu pentingnya SDM, maka perlu manajemen SDM guna mengelola secara
sistematis, terencana, dan terpola agar tujuan yang diinginkan organisasi baik di masa
sekarang maupun di masa depan dapat tercapat secara optimal.

Tantangan globalisasi dari waktu ke waktu semakin menghadapkan SDM terutama


masyarakat pada persaingan bebas (sains, teknologi, ekonomi), kultur, dan bentrokan
peradaban. Oleh karena itu guna mewujudkan SDM dengan kapasitas seperti di atas
perlu reformasi kearah pembangunan yang berpihak kepentingan sosial, berupa ekonomi
kerakyatan. Reformasi tersebut memerlukan wawasan, pendekatan, dan strategi
pembangunan selaras dan sepadan di era transparansi global.

Budaya yang melekat dalam manajemen SDM di masa lalu yang berpola sentralistis
harus berubah menuju perencanaan desentralistis, menggeser pendekatan pembangunan
sektoral harus pula berubah menjadi spasial. Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah
pada Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang merupakan perwujudan pola
perencanaan dan pendekatan pembangunan bersifat pokok, mendasar, dan mendesak,
fokus pada pemecahan masalah pembangunan. Propeda yang disusun baik akan
menampakkan visi dan misi pembangunan daerah terutama dalam hal penanganan
masalah SDM daerah.

Perlu kita pahami bahwa manajemen SDM di tingkat lokal bukan saja melibatkan aparat
pemerintahan atau birokrasi semata, akan tetapi juga melibatkan swasta (private sector)
dan masyarakat (society). Ketiga komponen tersebut merupakan wujud dari komitmen
pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance). Sehingga SDM dalam hal ini
marupakan bagian dari manajemen pembangunan daerah.

Teori dan Konsep

SDM di dalam manajemen SDM dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
mengelola dan mengolah kekuatan yang dimilikinya (sumber-sumber yang tersedia),
memanfaatkan peluang, mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi, kemudian
meningkatkan kapasitas (capacity building), dan akuntabilitas (accountability).

Dalam rangka menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi unggul (knowledge, skill,
dan, attitude), manajemen SDM harus fokus pada:
a. profesionalisme dan akuntabilitas lokal aktor,
b. tenaga professional, manajer/eksekutif pembangunan baik pemerintah dan swasta,
c. peran masyarakat dalam membentuk persepsi positif terhadap pembangunan,
berjiwa kreatif, inovatif, dan kerja keras.
http://raconquista.wordpress.com Bahan Kuliah Minggu VI
ristania@gmail.com Dinamika Politik Lokal
STIA

Menurut polling Kompas di 13 kota pada tahun 2000 lalu, masyarakat di era otonomi
daerah ternyata tidak mengubah mental aparat birokrasi melakukan KKN di daerah,
malahan memindahkan praktek tersebut dari pusat ke daerah. Sehingga praktek subur
KKN di daerah menciptakan sentra kekuasaan kecil di tiap daerah dengan budaya
perilaku birokrasi instruktif dari pusat masih kental, mengedepankan kepentingan sendiri
ketimbang daerah dan masyarakat. Selanjutnya, Kajian Litbang Kompas di tahun 2006,
mengatakan bahwa kondisi kemandirian 24 daerha kabupaten dan kota yang dimekarkan
selama periode 2000-2001 ternyata menunjukkan hasil kurang menggembirakan ketika
disandingkan dengan level pertumbuhan daerah lain. Masalah birokrasi yang minim dan
kurang terampil menyebabkan pelayanan publik terhambat.1

Kunci kesediaan SDM handal dan berkualitas adalah pemberdayaan masyarakat bawah
(grass root) dan peningkatan kualitas penyelenggara daerah agar kapabel dalam
memberikan pelayanan yang prima pada masyarakat. Masukan masyarakat dimanfaatkan
dalam teknik pengembangan SDM dan memberikan laporan dalam konteks akuntabilitas
publik kepada masyarakat. Sebaliknya masyarakat dalam hal ini perlu diyakinkan bahwa
kinerja dan akuntantabilitas aparat pelaksana atau pemerintah telah berubah ke arah
positif dari sisi sifat (attitude) sebagai memotivasi masyarakat berpartisipasi
meningkatkan kinerja pembangunan. Keseluruhan upaya mewujudkan SDM handal dan
berkualitas membutuhkan pengelolaan atau manajemen SDM yang sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat.

Manajemen SDM dalam teori Mondy (1990), menguraikan bahwa “Human resource
management is the utilization of human resources to achieve organizational objectives.”
(manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran organisasi). Sedangkan Mosses N. Kiggundu, seperti dikutip dari
Suharyanto dan Heruanto (2000), menyebutkan bahwa:
“Human resource management….is the development and utilization of personnel for the
effective achievement of individual, organizational, community, national and
international goals and objective.” (Manajemen sumber daya manusia….adalah
pembangunan dan pemanfaatan pegawai untuk mencapai tujuan dan sasaran efisien dari
individu, organisasi, komunitas, nasional, dan internasional).

Ditinjau dari teori SDM mikro, Tulus, seperti dikutip dari Suharyanto dan Heruanto
(2005), mengungkapkan bahwa:
“….perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan
hubungan tenaga kerja dimaksud membantu mencapai tuuan organisasi, individu, dan
masyarakat.”

Jeffrey D. Sachs (2004), profesor ekonomi dari Harvard University yang banyak bekerja
dalam proyek desentralisasi World Bank, IMF, dan Millenium Development Goals UNDP,
memberikan kategori SDM ke dalam 3 tingkatan:

1
Kajian Litbang Kompas 24 Mei 2006.
http://raconquista.wordpress.com Bahan Kuliah Minggu VI
ristania@gmail.com Dinamika Politik Lokal
STIA

1. technological innovator, merupakan SDM yang berdiam di negara-negara dengan


kemampuan penguasaan teknologi maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa,
dan Jepang,
2. technological adopters, merupakan SDM yang menempati negara dengan
kemampuan teknologi cukup tinggi yang didapat dengan cara mengadopsi,
meniru, bahkan mencuri teknologi dari tingkat I,
3. technological excluded, merupakan negara-negara yang SDM-nya hanya mampu
menjadi konsumen teknologi yang ditawarkan tingkat I dan II, sehingga negara-
negara tempat SDM tersebut tinggal hanya sebagai tempat pemasaran saja.
SDM lokal juga Indonesia secara keseluruhan tergabung dalam tingkat III. Agar
menghasilkan SDM yang mampu bersaing dalam kompetisi global, manajemen SDM
lokal perlu untuk mengejar ketertinggalan dari SDM pusat maupun di lingkungan negara
tetangga lainnya dengan cara meningkatkan peluang dan kemampuan SDM minimal ke
tingkat yang lebih tinggi.

Cara meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dapat dicapai dengan pendidikan


karena pada hakekatnya manusi merupakan Homo Educandum (mahluk yang dapat
dididik)) untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

Analisa Kondisi SDM Lokal

Undang-undang Pokok Kepegawaian No. 43/1999 perubahan atas Undang-undangn No.


8/1974, menyebutkan tentang manajemen SDM yang terdiri dari norma, standar,
prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas SDM pemerintah, pemindahan,
gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.
UU No. 43/1999 juga mengharapkan terbentuknya SDM profesional sebagai pelaksana
pembangunan, pemerintahan dan pelayan masyarakat, netral dari kepentingan politik dan
golongan.

Berkaitan dengan kompetensi, jumlah PNS merupakan beban organisasi atau instansi.
Menurut PP No. 95/2000 pengadaan PNS diajukan oleh Badan Kepegawaian Negara
(BKN) kepada Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN)
untuk disetujui. Oleh karena itu, kedua instansi tersebut juga berwenang menetapkan
jumlah pegawai atau pengadaan di seluruh Indonesia. Walaupun begitu, perekrutan
pegawai daerah dilakukan melalui biro kepegawaian atau kepegawaian instansi dan
Badan Kepegawaian Daerah (BKD).

Permasalahannya penanganan SDM di daerah terutama SDM aparatur adalah karena Key
Performance Indicators tidak jelas dibarengi dengan Key Performance Index tidak baku
(Armstrong, 1998). Ketidakjelasan dan ketidakbakuan tersebut dapat disebabkan karena
kurang standarnya ukuran pencapaian Knowledge, Skill, Expertise, dan Behavior yang
merupakan atribut kompetensi.

Secara garis besar kendala-kendala di daerah berkaitan dengan SDM berkisar pada:
a. PNS tidak profesional,
http://raconquista.wordpress.com Bahan Kuliah Minggu VI
ristania@gmail.com Dinamika Politik Lokal
STIA

b. Kurang SDM berkualitas (pemuda dan masyarakat inovatif),


c. Swasta yang kurang pro-aktif hanya melihat keuntungan jarak dekat tidak jauh,
sehingga membutuhkan komitmen politik dari eksekutif dan legislatif,
d. Tidak adanya penerapan knowledge based competition,
e. Kurangnya budaya learning organization berbasis knowledge management,
f. Pendekatan sistem yang tidak kunjung terintegrasi,
g. Manajemen pembanguna daerah hanya bertumpu pada eksploitasi penggunaan
sumber daya alam tanpa memikirkan SDM,
h. Manajemen pembangunan daerah kurang menggali iklim partisipatif masyarakat
sebagai bagian SDM daerah,
i. Marginalisasi kepentingan rakyat di bawah kepentingan politik pemerintah dan
pengusaha.

Dengan demikian, SDM daerah merupakan bagian penting dari kesuksesan otonomi
daerah. Dengan terbentuknya SDM profesional, maka arah pembangunan daerah dapat
lebih terarah dan kompetitif dengan pembangunan daerah di tempat lain. Tuntutan
globablisasi akan SDM berdaya saing tinggipun dapat tercapai karena kompetensi unggul
yang telah terasah dengan baik melalui peraturan perundangan dan penegakan
implementasinya, mengayomi ketiga unsur SDM daerah, birokrasi, swasta, dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai