Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini kegiatan pariwisata sedang giat dikembangkan di Indonesia, di banyak tempat
perkembangan pariwisata menunjukkan peningkatan kunjungan yang tajam baik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Pariwisata merupakan sektor
industri yang kelangsungan hidupnya ditentukan oleh lingkungan dan rentan terhadap
kerusakan seperti dengan adanya pencemaran limbah domestik yang berbau dan tampak
kotor, tumpukan sampah dan kerusakan pemandangan yang disebabkan oleh perilaku
manusia.
Desa Sekotong Barat merupakan salah satu desa pesisir yang berada di Kecamatan
Sekotong, yang dimana di Desa Sekotong Barat mempunyai sumber daya alam wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil yang dimana salah satunya yaitu Pulau Gili Nanggu. Pulau
Gili Nanggu sejak tahun 2011 telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah
(KKLD) Kabupaten Lombok Barat, berdasarkan Peraturan Bupati Lombok Barat N0. 58
Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Lombok
Barat. Adapun status kawasan untuk perairan pulau-pulau tersebut adalah perairan Gili
Nanggu yang masuk dalam zona inti.
Berbagai keunggulan di Gili Nanggu merupakan pulau yang masih alami dengan
keragaman hayati yang cukup tinggi, mempunyai privasitas yang cukup baik dan
berpotensi dikembangkan sebagai kawasan destinasi wisata karena ke depan begitu
banyak wisatawan yang menginginkan suasana yang tenang dan alami.
Berbagai sarana dan prasarana untuk pengembangan pariwisata di kawasan Gili
Nanggu ditunjang dari kawasan Sekotong yang merupakan kesatuan interaksi yang
sinergis. Berbagai sarana dan prasarana tersebut antara lain; tersedianya infrastruktur
berupa jalan yang menghubungkan daerah Sekotong dengan Ibu kota propinsi dan wilayah
lainnya di pulau Lombok, sehingga aksesibilitas ke Gili akan menjadi lebih mudah,
telah tersedianya alat transportasi laut berupa Boat ke Gili Nanggu serta sarana
pengembangan pariwisata berupa bangunan cottage sebanyak 10 rumah yang dilengkapi
dengan kamar mandi, AC/kipas angin, kamar tidur, ruang tamu dll. terbuat dari kayu yang
cukup sederhana namun kokoh, Di sekeliling pulau telah dilengkapi dengan jalan setapak
melingkar dari beton yang dilengkapi lampu taman dan beberapa pondok wisata. Toilet
juga disediakan khusus untuk pengunjung umum yang menginap di pulau. Terdapat pula

1 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


bangunan kantor pengelola conttage, dapur, mess karyawan, musholla, restoran, tempat
menjemur, balai-balai, Gudang, ruang penyimpanan genset, vihara, penangkapan penyu,
dll. Listrik dari genset, air bersih diperoleh dari air hujan dan air tawar dari daratan Lombok
hasil pipanisasi.
Namun, dibalik potensi dan daya tarik yang dimiliki oleh Pulau Gili Nanggu, di
kawasan ini memiliki kendala berupa penurunan kualitas perairan yang disebabkan oleh
kurangnya peran pemerintah serta masyarakat terkait dalam mengelola pengembangan
pariwisata di Pulau Gili Nanggu.penurunan kualitas perairan berdampak terhadap
pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan seperti pelepasan jangkar
perahu pada sejumlah gili yang berpotensi merusak terumbu karang, aktivitas
penggunaan potassium dalam penangkapan ikan hias serta aktivitas snorkling yang
berpotensi menginjak hamparan karang-karang yang dilewatinya.
Oleh karena itu, dengan melihat keadaan yang ada di Pulau Gili Nanggu saat in yang
memiliki daya tarik sendiri dalam menarik wisatawan dan dengan kendala atau masalah
yang ada, penyusunan laporan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan kawasan
wisata pulau yaitu Pulau Gili Nanggu menjadi objek wisata yang lebih baik dan tertata
sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan perannnya dalam pengembangan objek
wisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi eksisting kawasan wisata Pulau Gili Nanggu?
2. Apa saja potensi dan masalah yang ada di kawasan wisata Pulau Gili Nanggu?
3. Bagaimana rencana pengembangan kawasan wisata Pulau Gili Nanggu??
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui kondisi eksisting yang ada di kawasan kawasan wisata Pulau Gili
Nanggu
2. Untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada di kawasan kawasan wisata Pulau
Gili Nanggu.
3. Untuk mengetahui rencana pengembangan kawasan wisata Pulau Gili Nanggu

2 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Definisi Pariwisata
Berikut adalah beberapa pendapat dari para ahli kepariwisataan.
1) Herman bahar (2000) mengemukakan bahwa definisi pariwisata adalah suatu
aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapatkan pelayanan secara
bergantian diantara orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam
mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami
dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata adalah salah satu jenis industri
biasa maupun yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup dan
menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang
kompleks. Pariwisata terdiri dari tiga unsur yaitu:
 Manusia, yang melakukan aktivitas
 Ruang, tempat melakukan perjalanan
 Waktu
2) Kepariwisataan menurut Tap MPRS Tahun 1990 adalah suatu cara untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam memberikan hiburan rohani dan jasmani. Dari ketiga
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Jadi pengertian wisata tersebut mengandung unsur yaitu :
 Kegiatan perjalanan,
 Bersifat sementara, dan
 Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata.
3) Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

3 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.
4) Pariwisata menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1982:107)
“ A proposeful human activity that serve as a link between people either within one
some country or beyond the geographical limits or state. It involves the temporary
displacement of people to other region, country, for the satisfaction of varied needs
other than exciting a renumareted function ”.
“ Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu
sendiri atau di luar negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk
mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya
dimana ia memperoleh pekerjaan tetap ”.
2.1.2 Pengetian Pantai
Pantai menurut asal kata berarti landai, miring sedikit atau datar sedangkan
menurut arti kata umum, pantai adalah perbatasan daratan dengan laut atau bagian yang
terpengaruh atau terkena air laut, dengan daerah pasang tertinggi dan surut terendah
(Poerwadarmina, W.J.S., 1976).
Wisata pantai yang dimaksud disini adalah elemen dari pantai yang dapat
dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi. Sebagai tujuan wisata
pantai, obyek tersebut dapat berupa:
1. Pantai
Sebagai transisi antara daratan dan lautan, merupakan primadona obyek
rekreasi dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampal yang
aktif Kegiata yang pasif seperti menikrnati pemandangan, sedangkan kegiatan yang
aktif seperti berselancar, jogging, dan sebagainya.
2. Permukaan laut
Ombak dan angin di permukaan laut menjadikan permukaan tersebut men
iliki potensi yang relatif rekreatit, terutama olahraga atau wisata bahari. Permukaan
laut yang tenting dan berombak besar menjadikan adanya perbeclaan jenis aktifitas.
Permukaan yang berombak kecil dengan kecepatan angin di atas 9 knot digunakan
untuk rekreasi perahu layar, selanear angin, jet ski.
3. Daratan sekitar pantai
Yaitu daerah yang mendukung keberadaan pantai yang ada. Penggunaan
utama dilakukan sebagai rekreasi dan olabraga darat, yang mampu membuat para
4 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
pengunjung lebih lama tinggal. Sebagai daya tarik pengunjung, rekreasi darat
tergantung pada topografi tanah datar serta penataan lingkungan, seperti taman dan
play ground.
Dalam merencanakan pembangunan pada obyek wisata pantai terutama agar
dapat digunakan dengan baik serta aman, maka harus mempertimbangkan kriteria
tertentu. Menurut Drs. R. Armyn Hadi (dalam Pangarso, Adi.kk., seminar:
Pengembangan Pantai Kartini, 2002 ;21) yang sesuai dengan karakter pantai, yaitu:
a. Vegetasi lingkungan
Bermacam tanaman yang tumbuli di pantai seperti Gemara, paler raja,
ban bu bias, asam kranji, pandan, flamboyan, angsana, kelompok tanaman
semak, seperti tetehan, soka, nusa indah, ma pun kelompok tanaman penutup
tanah, seperti rumput, akan dapat mempengaruhi keindahan pantai danjenis
kegiatan yang dilakukan.
b. Arus dan kecapatan angin
Arus dan kecepatan angin sangat penting dalam menentukan jenis
rekreasi yang dapat dikembangkan, yaitu jenis rekreasi yang dipengaruhi oleh
arus dan kecepatan angin, seperti dayung, berperahu layar, renang, selancar
dan ski air.
c. Oceanografi
Fluktuasi pasang surut air laut yang terlalu besar, lebih dari 200 cm, akan
sangat tidak menguntungkan bagi jenis rekreasi seperti perahu layar, power
boating. Karena kadua jenis rekreasi ini bergantung pada ketinggian air laut
dan dermaaga sebagi pencapaian menuju kapal atau perahu. Tingkat
kandungan garam pantai-pantai di Indonesia rata-rata 28-36 gr/liter.
Gelombang, laut yang tidak terlalu besar antara 0,5-1,5 meter sangat ideal
untuk selancar, power boating dan perch u layar. Sedangkan kekayaan hayati
dasar laut dengan tumbuhan dan Jenis hewan laut yang indah dengan karang-
karang sangat ideal untuk rekreasi diving atau menyelam.
d. Kemiringan pantai
Kemiringan pantai yang ideal untuk dijadikan rekreasi, seperti sand play,
berjemur, menikmati pemandangan, adalah 0-5°A Kemiringan itu terbentuk
dan landai atau tidaknya pantai sehingga mempengaruhi banyaknya hamparan
pasir yang terbentuk.
e. Posisi pantai
5 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
Posisi terhadap karang-karang mempenga- ruhi besarya ombak dan daya
tahan pantai itu menahan penggerusan akibat hempasan ombak. Usaha yang
dilakukan untuk menahan kerusakan pantai antara lain:
a) Tembok laut, merupakan konstniksi yang masif dapat menahan daya
gelombang yang relative tinggi. Bahan yang digunakan antam lain
pasangan batu dan beton.
b) Pengisian pasir, berfungsi sebagi pemecah gelombang yang
dikategotikan sebagai suatu bentuk konstruksi pengaman yang
mempertahankan bentuk garis pantai pada kedudukan yang dinginkan.
f. Luas wilayah pantai
Besarnya arus air dan ombak mempengaruhi luas wilayah pantai ini.
Hamparan pasir yang luas akan didapat pada daerah yang berombak relatif
tenang dan dikelilingi karang. Dari berbagai karakter tersebut menjadikan
kawasan pantai sebagai potensi alam yang layak dipertahankan
keberadaannya. Misalnya dengan cara konservasi yang melindungi suatu
kawasan dan habitatnya, sehingga dapat bertahan seperti tuntutan alam aslinya
dan dapat dinikmati oleh mereka yang melakukan rekreasi. Merencanakan
suatu kawasan menjadi tempat rekreasi, tentu saja harus memperhatikan aspek
perlindungan alam ini.
Dari uraian tersebut diatas diketahui bahwa untuk merencanakan
penggunaan obyek wisata pantai harus memperhatikan kriteria pantai yang
sesuai dengan karakter pantai. Karakter pantai tersebut meliputi vegetasi di
sekitar pantai, arah dan kecepatan angin, oceanografi, kemiringan pantai,
posisi pantai dan luas wilayah pantai. Selain itu dalam merencanakan kawasan
wisata pantai juga harus memperhatikan aspek perlindungan alam, agar
potensi alam pantai dapat dipertahankan keberadaannya.
2.1.3 Pengertian Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia
kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program
pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual
kepada wisatawan.
Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya
yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh

6 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik
wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.
Produk pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan,
dimiliki dan dinikmati oleh wisatawan sejak ia meninggalkan rumah, tempat tinggal
sampai ke daerah wisata yang dipilihnya hingga kembali ke tempat asalnya. Adapun yang
dimaksud dengan produk industri wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh
oleh wisatawan.
Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 yaitu : “Objek wista
adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang dibangun
dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai tempat
yang dikunjungi wisatawan”.
Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan
“Tourism Resourch dan Tourist Service. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu
yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu
mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata antara lain :
1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam.
Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.
2. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah,
kebudayaan, dan religi.
3. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti
pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.
4. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah
objek wisata.
2.1.4 Komponen Produk Wisata
Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata
memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya Tarik Wisata (Attractions)
Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke
destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian,

7 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


faktor daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang membentuk dan
menentukan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata.
Setiap destinasi pariwisata memiliki daya tarik berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan atau potensi yang dimiliki. Di bawah ini adalah jenis daya tarik wisata
yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata:
 Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala bentuk daya tarik
yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah,
bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan
 Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist attractions), meliputi:
Daya tarik wisata budaya (cultural tourist attractions), misalnya: tarian,
wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang
merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni, seni pahat, ukir,
lukis.
Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk
pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, hal demikian terlebih terjadi di
destinasi pariwisata yang memilki sangat beragam dan bervariasi daya tarik
wisata, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill dalam buku "Tourism: The
International Business" (1990): "Attractions draw people to a destination".
2. Fasilitas dan Pelayanan Wisata (Amenities)
Disamping daya arik wisata, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga
membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang perjalanan tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan perjalanan tersebut, perlu disediakan bermacam-macam
fasilitas, mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari tempat tinggal
wisatawan, selama berada di destinasi pariwisata dan kembali ke tempat semula.
"Attractions bring people to the destination; facilities service them when they get
there. Because they ara away from home,the visitor requires certain things-a place
to stay, something to eat and drink" (Robert Christie Mill, 1990: 24).
Fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisatawan tersebut
muncul dalam satu kesatuan yang saling terkait dan melengkapi satu sama lain,
sehingga dalam suatu perjalanan wisata, seluruh komponen yang digunakan tidak
dapat dipisahkan, tergantung pada karakteristik dan bentuk perjalanan wisata yang
dilakukan oleh wisatawan.

8 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Komponen fasilitas dan pelayanan perjalanan biasanya terdiri dari unsur alat
transportasi, fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum dan fasilitas
penunjang lainnya yang bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan
perjalanan. Komponan ini tidak terlepas dari adanya komponen prasarana atau
infrastuktur, yaitu suatu komponen yang menjamin bagi tersedianya kelengkapan
fasilitas. Fasilitas transportasi baru dapat disediakan apabila ada jaminan bahwa
prasarana jalan sudah tersedia, demikian juga fasilitas telekomunikasi dapat
disediakan apabila prasana jaringan penghubung ke destinasi pariwisata tersebut
sudah tersedia.
3. Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (Accesibility)
Dalam suatu perjalanan wisata, terdapat pula faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam mempengaruhi kepuasan wisatawan, yaitu faktor aksesibilitas,
yang berarti kemudahan yang tersedia untuk mencapai destinasi wisata, yang
terkadang diabaikan oleh wisatawan dalam merencanakan perjalanan wisata,
sehingga secara umum dapat mempengaruhi budget perjalanan tersebut.

9 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Sekotong Barat
3.1.1 Letak Geografis
Desa Sekotong Barat merupakan salah satu Desa Pesisir yang berada di Kecamatan
Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Desa tersebut berada pada batas-batas wilayah
sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Perairan Selat Lombok
 Sebelah Selatan : Desa Kedaro
 Sebelah Timur : Desa Sekotong Timur
 Sebelah Barat : Desa Pelangan
Penduduk Desa Sekotong Barat mayoritas adalah suku sasak dan umumnya
beragama islam. Pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan dan bertani. Menurut
hasil wawancara kami dengan beberapa masyarakat menunjukkan bahwa kondisi
sumberdaya alam wilayah pesisir dan pulau pulau kecil mengalami penurunan
kualitas, hal ini diindikasikan oleh semakin menurunnya jumlah tangkapan
masyarakat nelayan sehingga berdampak pada semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup seperti biaya
pendidikan dan kesehatan.

10 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Peta 3.1. Peta Administrasi Desa Sekotong Barat

11 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Di samping itu, kondisi ekosistem perairan laut Desa Sekotong Barat juga
terancam akibat aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah
lingkungan seperti pelepasan jangkar perahu pada sejumlah gili yang berpotensi
merusak terumbu karang, aktivitas penggunaan potassium dalam penangkapan ikan
hias serta aktivitas snorkling yang berpotensi menginjak hamparan karang-karang
yang dilewatinya.
Adapun deskripsi umum kondisi ekosistem di Desa Sekotong Barat dengan
berbagai karakteristik ekosistem laut seperti terumbu karang, hutan bakau, padang
lamun, paparan dangkal intertidal, pertambakan, muara sungai, endapan sedimen,
pantai berpasir dan pantai berbatu dapat ditemukan di sekitar kawasan Teluk
Sekotong Barat (Tawun). Keragaman ekosistem tersebut menunjukkan indikasi
keanekaragaman mahluk yang hidup di dalamnya.
Berbagai kepentingan pemanfaatan kawasan perairan sekotong barat
berdampak pada penataan ruang wilayah pesisir dan laut yang terpadu sesuai
dengan kapasitas yang masih mampu dibebankan pada kawasan tersebut. Berbagai
kepentingan pemanfaatan tersebut adalah kawasan pelabuhan laut dan wisata,
perahu wisata, penangkapan ikan, pariwisata, budidaya pertambakan, budidaya
mutiara, balai benih, dan budidaya keramba jaring apung..
Pengawasan lingkungan laut masih bertumpu pada aparat keamanan, sementara
hal ini tidaklah efisien bila tidak dilibatkan masyarakat setempat. Para
pembudidaya rumput laut, keramba jaring apung dan pengelola pariwisata berperan
penuh terhadap pemantauan pengrusakan ekosistem. Hingga survei ini berlangsung
baru satu kelompok pengawas masyarakat di sekitar Sekotong Barat yang sudah
ada yaitu PokwasmasBay Watch. Padahal aktivitas kegiatan wisata bahari di
wilayah ini cukup tinggi terutama di wilayah kepulauan gili tangkong, gili nanggu
dan gili sudak. Sehingga peran semua pihak dalam menjaga kelestarian ekosistem
diwilayah perairan Sekotong Barat secara terpadu dan berkelanjutan sangat diperlukan.
3.1.2 Kondisi Sumberdaya Pesisir dan Laut
Sebagaimana diuraikan diatas bahwa salah satu potensi wisata yang ada di
Desa Sekotong Barat adalah Gili Nanggu, Gili Tangkong, Gili Sudak serta
beberapa gili-gili lainnya adalah merupakan aset pengembangan kawasan
pariwisata yang berbasis pada wisata alam (Eco-tourism). Mengingat kawasan ini
cukup kaya dengan berbagai biota yang didukung dengan kondisi perairan yang
tenang
12 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
Berbagai keunggulan di Gili Nanggu, Gili Tangkong dan Gili Sudak dan
sekitarnya merupakan pulau yang masih alami dengan keragaman hayati yang
cukup tinggi, mempunyai privasitas yang cukup baik dan berpotensi dikembangkan
sebagai kawasan destinasi wisata karena ke depan begitu banyak wisatawan yang
menginginkan suasana yang tenang dan alami.
Berbagai sarana dan prasarana untuk pengembangan pariwisata di kawasan
Gili Nanggu, Gili Tangkong dan Gili Sudak ditunjang dari kawasan Sekotong yang
merupakan kesatuan interaksi yang sinergis. Berbagai sarana dan prasarana tersebut
antara lain; tersedianya infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan daerah
Sekotong dengan Ibu kota propinsi dan wilayah lainnya di pulau Lombok, sehingga
aksesibilitas ke Gili akan menjadi lebih mudah, telah tersedianya alat transportasi
laut berupa Boat ke Gili Nanggu, Gili Tangkong dan Gili Sudak dan sekitarnya,
saat ini jumlah boat yang beroperasi dari Tawun ke Gili Nanggu, Gili Tangkong dan
Gili Sudak adalah sebanyak 29 buah Boat dengan kapasitas mesin 15 – 45 PK.
Disamping itu telah tersedianya beberapa sarana akomodasi baik di Gili Nanggu
maupun di kawasan Sekotong Barat. Jumlah penginapan yang telah beroperasi di
Gili Nanggu ada 1 buah dengan 12 unit bungalow, dan tercatat 5 lainnya berada
di daratan Sekotong Barat.
Tersedianya sarana akomodasi di daerah Sekotong setidaknya akan
meningkatkan mobilitas wisatawan ke daerah ini, yang juga akan berdampak pada
intensitas kunjungan ke Gili Nanggu, Gili Tangkong dan Gili Sudak dan sekitarnya. Di
wilayah Sekotong Barat khususnya di Tawun juga sudah mulai berkembang sarana
wisata seperti Dive Centre, dan Snorkling Rental. Tercatat ada 2 perusahaan dive
centre yang beroperasi di kawasan ini.
3.2 Kondisi Pariwisata Gili Nangggu
3.3.1 Letak Geografis
Pulau Gili Nanggu sering disebut gili, gili bisa dikatakan sebagai suatu gugusan
kepulauan masuk kedalam wilayah administrasi pemerintahan, yaitu Dusun Tawun.
Desa Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat. Latar Belakang arti nama dan sejarah
pada setiap pulau berbeda dan unik. Pulau Gili Nanggu, berasal dari kata “ Tanggu”
dalam Bahasa sasak yang berarti “ujung”. karena dilihat dari posisi geografis berada
paling ujung deretan gili-gili/
Pulau Gili Nanggu sejak tahun 2011 telah ditetapkan sebagai Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Lombok Barat, berdasarkan Peraturan
13 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
Bupati Lombok Barat N0. 58 Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi
Laut Daerah Kabupaten Lombok Barat. Adapun status kawasan untuk perairan pulau-
pulau tersebut adalah perairan Gili Nanggu yang masuk dalam zona inti.
Topografi pulau Gili Nanggu termasuk landai dengan tingkat kemiringan rata-
rata kurang dari 30% dan berada pada ketinggian 500 m sehingga masuk dalam kategori
dataran rendah. Aksesbilitas manuju pulau Gili Nanggu tergolong mudah, karena
jaraknya cukup dekat dengan daratan utama dan perairannya cukup terlindungi. Untuk
menuju pulau tersebut bisa melalui pelabuhan lembar dengan waktu ± 1,5 jam, dan
dari pelabuhan tawun dengan waktu tempuh ± 1 jam menggunakan perahu ojek.

14 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Peta 3.2. Peta Alur Penyebrangan Gili Nanggu

15 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


3.2.2 Kependudukan, Sosial Budaya dan Kelembagaan
Pulau Gili Nanggu sebenarnya secara definitif bisa dikatakan tidak
berpenduduk, hal ini karena masyarakat yang tinggal di pulau hanya sebagai pekerja
dan menjaga lahan yang dimiliki orang lain, artinya tempat tinggal tetapnya berada di
daerah lain atau di pusa Desa Sekotong Barat. Selain itu memang alamat di Kartu Tanda
Penduduk (KTP) mereka bukkan di pulau-pulau tersebut.masyarakat yang tinggal di
pulau Gili Nanggu sebayak 25 jiwa, semuanya pegawai dari PT. Istana Cempaka Raya
yang menginvestasikan pariwisata di pulau tersebut.
Penduduk yang tinggal di Pulau Gili Nanggu umumnya berasal dari Desa
Sekotong Barat yang ada di daratan utama. Jadi penduduk yang tinggal bersuku Sasak,
khusus di Gili Nanggu dijumpai penduduk yang bersuku Bali dan Madura. Tidak ada
aktivitas budaya yang secara khusus dilakukan di pulau-pulau tersebut, karena semua
aktivitas budaya dilakukan di daratan utama. Kehidupan ekonomi warga yang tinggal
di Pulau Gili Nanggu bergantung pada pariwisata sebagai pegawai perusahan PT. Istana
Cempaka Raya. Mereka digaji secara rutin berdasarkan status pekerjaan yang
ditanggungnya.
3.2.3 Ekosistem dan Sumberdaya Hayati
1. Terumbu Karang
Kondisi penutupan karang hidup secara umum di lokasi pengamatan Pulau Gili
Nanggu berkisar 5,76% - 21 berdasarkan hasil identifikasi dan pemetaan potensi PPK.
Persentase penutupan karang hidup ini termasuk dalam kriteria karang buruk.
Penutupan karang hidup yang paling rendah pada bagian timur pulau di kedalaman 3
meter dan penutupan yang paling tinggi pada bagian barat pulau kedalaman 3 meter.
Sementara penutupan yang terlihat mendominasi adalah penutupan substrat abiotik.
Penutupan substrat abiotik yang paling rendah pada bagian utara pulau di kedalam 3
meter sebesar 27,08% dan yang paling tinggi pada bagian barat di kedalaman 10 meter
sebesar 88,4%.
Kondisi penutupan substrat dasar, secara umum bentuk pertumbuhan yang
mendominasi di kedalam 3 meter adalah bentuk pertumbuhan karang massif dan sub
massif.
2. Ikan Karang
Kelimpahan ikan terumbu karang di Pulau Gili Nanggu, paling banyak berasal
dari family Pomacentrdidae, Plotosidae, Serrinadae Dan Scaridae. Kelimpahan
pomacentrdidae sering kali merupakan jenis yang mendominasi di suatu perairan
16 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
karena jenis ikan ini cenderung sering bergerombol dan memiliki daerah ruaya yang
sempit. Jenis ikan yang mendominasinya adalah Chromis Virdis dan Pomacentrirus
molucensis. Kelimpahan ikan lain yang banyak ditemukan adalah famili Serrinadae.
Sebagian besar ikan terumbu yang berasal dari famili ini tergolong kedalam ikan target
atau ikan yang memiliki nilai ekonomis. Jenis ikan yang di temukan di perairan Pulau
Gili Nanggu adalah Pseudenthias huchtii. Kelimpahan ikan terumbu besar ketiga di
Pulau Gili Nanggu adalah family Scaridae atau ikan kakak tua.
3.2.4 Sumberdaya Non Hayati
1. Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya
Pulau Gili Nanggu cukup terkenal di kalangang wisatawan asing, terutama
mereka yang sering ke Bali. Pulau ini dijadikan tempat persinggahan sebelum
melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok atau Labuhan Bajo. Wisatawan lokal juga
sering berkunjung terutama di saat hari libur. Perairan di sekitarnya dimanfaatkan
nelayan skala kecil untuk menangkap ikan.
2. Lingkungan
a. Kualitas Perairan
Tabel 3.1. Kualitas perairan di pualu Gili Nanggu
Parameter
No Kode Lab Kode Sampel
Nitrat (NQ3-N) mg/L OrtoFosfat (PO3-p)
1 P.4758 – 1 Utara Nanggu I 0,019 0,007
2 P. 4758 – 2 Utara Nanggu 2 0,054 0,013
3 P. 4758 – 3 Utara Nanggu 3 0,115 0,010
Sumber: Hasil Identifikasi dan Pemetaan Potensi PPK Kabupatan Lombok Barat 2016
Kualitas perairan di Pulau Gili Nanggu berdasarkan hasil identifikasi dan
pemetaan potensi PPK terdiri dari kualitas dengan parameter Nitrat dan Ortofosfa.
Kualitas Nitrat yang paling tinggi berada di sampel Pulau Gili Nanggu utara Nanggu 3
dengan kualitas nitrat 0,115 mg/L dan parameter Ortofosfat yang paling tinggi berada
di sampel utara Nanggu 3 dengan kualitasnya mencapai 0,03. Kualitas tersebut masuk
dalam kualitas sedang, kualitas perairan di Pulau Gili Nanggu dipengaruhi oleh
keberadaan terumbu karang serta aktivitas masyarakat dan wisatawan. Oleh karena itu
pengelola mewajibkan partisipasi wisatawan dengan mengeluarkan uang sebesar 5000
rupiah untuk menjaga kebersihan perairan di Pulau Gili Nanggu.
3. Sarana dan Prasarana

17 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Terdepat bangunan cottage sebanyak 10 rumah yang dilengkapi dengan kamar mandi,
AC/kipas angin, kamar tidur, ruang tamu dll. terbuat dari kayu yang cukup sederhana namun
kokoh, Di sekeliling pulau telah dilengkapi dengan jalan setapak melingkar dari beton yang
dilengkapi lampu taman dan beberapa pondok wisata. Toilet juga disediakan khusus untuk
pengunjung umum yang menginap di pulau. Terdapat pula bangunan kantor pengelola
conttage, dapur, mess karyawan, musholla, restoran, tempat menjemur, balai-balai, Gudang,
ruang penyimpanan genset, vihara, penangkapan penyu, dll. Listrik dari genset, air bersih
diperoleh dari air hujan dan air tawar dari daratan Lombok hasil pipanisasi.
3. Peluang Invesatasi
Pulau ini sangat cocok dikembangkan wisata bahari karena pantainya yang indah,
vegetasi yang asri, serta pemandangan laut dan sekitarnya yang mempesona. Selain itu
lokasinya sangat strategis karena merupakan jalur pelayaran para wisatawan dari Bali yang
ingin berlibur ke Pulau Lombok.
4. Potensi dan Arahan Pengembangan
Pengembangan lebih banyak ke pengembangan wisata, karena wisatawan, karena
wisatawan sudah menjadi topongan masyarakat sekitar. Upaya-upaya pengembangan
dilakukan untuk medukung aktivitas pariwisata yang ada baik, yang dijalankan oleh sektor
wisata dalam investasi yang besar maupun oleh masyarakat lokal dengan skala kecil.
3.3 Komponen Wisata Gili Nanggu
Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata
memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian yaitu:
3.3.1 Aksesbilitas
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi
karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk
melakukan perjalanan wisata. Kawasan wisata Pulau Gili Nanggu sudah dilengkapi
dengan infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan daerah Sekotong dengan Ibu
kota propinsi dan wilayah lainnya di pulau Lombok, sehingga aksesibilitas ke Gili
akan menjadi lebih mudah, telah tersedianya alat transportasi laut berupa Boat ke
Gili Nanggu. Pulau Gili Nanggu dapat dijangkau melalui pelabuhan lembar dengan
waktu ± 1,5 jam, dan dari pelabuhan tawun dengan waktu tempuh ± 1 jam
menggunakan perahu ojek. Namun banyak masyarakat Sekotong Barat membuka
tempat penyebrangan sendiri yang dikelola secara individu maupun kelompok.
Di kawasan Gili Nanggu telah dilengkapi dengan jalan setapak melingkar dari beton
yang dilengkapi dengan lampu taman yang berfungsi sebagai penghubung antar satu
18 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
zona ke zona lainnya dan menambah estetika kawasan. Kondisi jalan setapak di Pulau
Gili Nanggu sendiri masih tertata dengan baik, hal tersebut tidak terlepas dari peran
pihak pengelola dalam menjaga destinasi wisata Pulau Gili Nanggu
Kawasan Pulau Gili Nanggu terdapat Gapura yang berfungsi sebagai penanda
(signage), ,serta areal penyebrangan yang berfungi sebagai tempat menurunkan para
wisatawan serta areal parkir perahu.
3.3.2 Amenitas
Disamping aksesbilitas, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga
membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang perjalanan tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan perjalanan tersebut, perlu disediakan bermacam-macam fasilitas, mulai dari
pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari tempat tinggal wisatawan, selama berada
di destinasi pariwisata dan kembali ke tempat semula. Di kawasan Pulau Gili Nanggu
terdapat berbagai fasilitas umum yang menunjang pengembangan wisata di Pulau Gili
yang terdiri dari:
a. Jaringan Energi dan Kelistrikan
Jaringan Energi dan Kelistrikan di Pulau Gili Nanggu sendiri bersumber dari
Genset dan Energi angin. kedua prasarana tersebut mampu memberikan
energi listrik yang dibutuhkan oleh prasarana penunjang pariwisata,
dikawasan ini juga terdapat lampu taman di sepanjang jalan setapak yang
menambah estetika kawasan, sehingga menjadi daya tarik tersediri dalam
mengembangkan kawasan Pulau Gili Nanggu.
b. Jaringan Sumberdaya Air
Jaringan sumberdaya air di Pulau Gili Nanggu bersumber dari air hujan dan
air tawar oleh masyarakat yang berasal dari daratan Lombok hasil dari
pengembangan jaringan pipanisasi yang dikelola oleh pemerintah dan
masyarakat Sekotong Barat. Air bersih tersebut digunakan oleh masyarakat
dan wisatawan untuk keperluan sehari-hari seperti wudhu, memasak, mandi
dll.
c. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah di Pulau Gili Nanggu menggunakan sistem off site,
dimana sistem tersebut memanfaatkan fasilitas MCK untuk pengelolaan
limbah yang berasal dari manusia, untuk pengelolaan limbah dari cottage
menggunakan sistem sanitary landfiil, yang memanfaatkan lahan untuk
mengelola hasil limbah industri.
19 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU
d. Persampahan
Pengelolaan sistem persampahan di Pulau Gili Nanggu, memanfaatkan TPS
yang telah disediakan oleh pihak pengelola, namun masih banyak para
wisatawan membuang sampah sembarangan baik di laut maupun di darat.
Sehingga regulasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola yaitu dengan
mengeluarkan instruksi berupa uang konstibusi sebesar Rp.5000 untuk
untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.
e. Fasilitas Pendukung Pariwisata
Fasilitas pendukung pariwisata di kawasan Pulau Gili Nanggu, terdiri
dari fasilitas keamanan, fasilitas ibadah berupa vihara dan musholla, rumah
makan, balai istirahat (berugaq), papan informasi serta tempat penangkapan
penyu.
3.3.3 Atraksi
Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke
destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Daya tarik wisata di Pulau Gili
Nanggu terdiri dari :
1. Aktivitas Snorkling Dan Diving
Aktivitas Snorkling di Gili Nanggu sendiri dipengerahui oleh keberagaman
ekosistem yang ada di Gili Nanggu.. Terdapat dua lokasi snorkeling yang cukup
terkenal di Gili Nanggu yaitu pada bagian timur pulau, tempat ikan – ikan dengan
berbagai jenis berkumpul dan pada pulau bagian selatan, yang memiliki berbagai
macam bentuk terumbu karang. Penutupan karang hidup di Gili Nanggu sendiri
yang paling rendah pada bagian timur pulau di kedalaman 3 meter dan penutupan
yang paling tinggi pada bagian barat pulau kedalaman 3 meter. Sementara penutupan
yang terlihat mendominasi adalah penutupan substrat abiotik. Untuk jenis ikan
terdiri dari ikan jenis family Scaridae atau ikan kakak tua.
2. Camping Ground
Aktivitas Camping sering dilakukan oleh berbagai komunitas masyarakat, LSM
serta masyarakat yang ingin menikmati suasan malam yang ada di Gili Nanggu.
kegiatan Camping harus melalui izin dari pihak desa atau pengelola. Selain camping

20 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


masyarakat juga dapat menyewa cottage yang dikelola oleh PT. PT. Istana Cempaka
Raya
3.4 Isu Strategis Pengembangan Pariwisata Gili Nanggu
Adapun isu-isu strategis yang ada di gili nanggu berupa potensi dan masalah yang
ada, antara lain:
3.4.1 Potensi
Potensi nyata Gili Nanggu tetap memiliki prospek yang cerah dalam konteks
pengembangan pariwisata khususnya yang berpotensi sebagai sumber penghidupan
masyarakat yang berbasis ekonomi kreatif. Masih banyak sumber ekonomi kreatif yang
belum digali dan dimanfaatkan baik yang berasal dari alam (darat dan laut), budaya,
sosial, dan buatan manusia. Adapun potensi nyata yang teridentifikasi adalah:
a. Potensi Wisata Alternatif:
 Snorkeling
 Fisihing
 Swimming
 Diving
 Photography
b. Potensi Wisata Alam
 Panorama alam yang indah
 Pasir putih
 Ombak Tenang
 Pantai yang rindang
 Pohon cemara yang menjadi ciri khas
3.4.2 Masalah
Permasalahan yang ditemukan di gili nanggu ialah:
1) Tempat pembuangan akhir sampah yang menumpuk berada tidak jauh dari
lokasi utama wisata, sehingga menjadi point negatif bagi pengunjung.
2) Tidak adanya manajemen pengelolaan limbah menyebabkan sampah
berserakan di daratan dan diterbangkan angin ke laut hingga mengendap dan
menjadi pemandangan yang tidak enak bagi para snokerler dan diver.
3) Terbatasnya pemandu wisata lokal yang pintar berbahasa asing khususnya
Bahasa Inggris.

21 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


4) Popularitas Gili Nanggu masih mendominasi sebagai akibat promosi yang
belum komprehensif.
5) Terbatasanya pilihan akomodasi baik dari segi tipe, fasilitas, pelayanan dan
harga yang sangat mahal menyebabkan wisatawan jarang menginap di pulau.
3.5 Konsep Pengembangan Pariwisata Gili Nanggu
A. Konsep Ruang
Konsep ruang kawasan Gili Nanggu dikembangkan berdasarkan blok sinstesis dan
arahan pertimbangan analisis yang telah dilakukan. Konsep ini membagi kawasan
menjadi tuga ruang, yaitu: a) Ruang inti, (2) Ruang penyangga, dan (c) Ruang
pemanfaatan. Rencana pengembangan ruang tersaji pada tabel 3.
a) Ruang Inti
Ruang inti dimanfaatkan sebagai area konservasi yang berfungsi untuk
perlindungan mutlak habitat dan populasi satwa. Pada ruang ini tidak diperbolehkan
melakukan kegiatan apapun didalamnya kecuali kegiatan konservasi, pendidikan,
dan penelitian.
b) Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan area yang berfungsi untuk merehabilitasi fungsi
lindung kawasan yang dapat menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang terus
berkembang. Pada ruang ini tidak diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya,
kecuali yang tidak menggangu fungsi lindung. Oleh karena itu, ruang ini dapat
dimanfaatkan sebagai area lindung yang dapat menjadi penyangga ruang inti dan
sekaligus sebagai penopang kawasan.
c) Ruang Pemanfaatan
Ruang pemanfaatan merupakan area yang dimaksimalkan untuk pemanfaatan yang
dapat mendukung adanya aktivitas wisata dan aktivitas masyarakat pada kawasan
ini. Secara umum ruang ini terbagi menjadi dua ruang berdasarkan pemanfaatannya,
yaitu ruang budidaya dan ruang wisata. Pada ruang budidaya akan dikebangkan lagi
menjadi ruang permukiman, perkebunan, dan perdagangan serta jasa wisata.
Sedangkan pada ruang wisata akan dikembangkan menjadi ruang agrowisata, wisata
pantai, wisata bahari, dan penerimaan.
Tabel 3.2. Konsep Ruang Pengembangan Wisata Gili Nanggu
Zona Fungsi Pengembangan
Area perlindungan mutlak habitat dan
Inti Ruang konservasi
populasi

22 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Perlindungan kelestarian lingkungan yang
Penyangga Ruang terbuka hijau
mencangkup sumber daya alam dan buatan
Area yang dimanfaatkan untuk mendukung
 Ruang budidaya
Pemanfaatan kehidupan masyrakat serta mengakomodasi
kegiatan wisata.  Ruang wisata
Sumber: Hasil Analisa 2019
B. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi ini direncanakan sebagai penghubung antar ruang yang ada
pada kawasan ekowisata ini. Jalur sirkulasi ini dibagi berdasarkan fungsi dan intensitas
penggunaanya, yaitu sirkulasi tersier, dimana jalur sirkulasi tersier merupakan sirkulasi
yang berada pada ruang penyangga dan ruang inti. Intensitas penggunaan pada jalur ini
relatif sangat rendah dan hanya dapat diakses dengan berjalan kaki.
C. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep aktivitas yang dikembangkan pada kawasan ekowisata ini disesuaikan
dengan fungsi ruang dan daya dukung masing-masing ruang. Aktivitas yang dilakukan
pada kawasan ini memanfaatkan potensi alam yang ada tanpa merusak kondisinya.
Kegiatan wisata dikawasan ini dibedakan menjadi kegiatan wisata yang dilakukan di
darat, di pantai dan di perairan.
Sedangkan konsep fasilitas yang akan dikembangkan adalah fasilitas yang dapat
mendukung aktivitas yang dilakukan pada kawasan ekowisata ini. Pengembangan
fasilitas ini dirancang dengan sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan serta aman dan nyaman bagi para pengunjung. Pembangunan fasilitas
disesuaikan dengan fungsi dan daya dukung masing-masing ruang. Penggunaan elemen
material alami akan digunakan untuk menambah estetika kawasan dan sekaligus
memberi kesan alami serta menyatu dengan alam.
D. Rencana Blok
Rencana blok merupakan hasil penggabungan dari konsep ruang, konsep sirkulasi, dan
kosep aktivitas serta fasilitas. Rencana blok ini menunjukan kawasan Gili Nanggu ini
dikembangkan menjadi 4 ruang utama, yaitu ruang konservasi, ruang terbuka hijau,
ruang budidaya, dan ruang wisata. Rencana blok ini akan menjadi dasar pengembangan
perencanaan lanskap pada kawasan ekowisata ini (Tabel 3.3).
Tabel 3.3. Rencana Blok Wisata Gili Nanggu
No Ruang Sub-ruang Luas Fungsi Pengembangan Ruang
 Perlindungan habitat  Konservasi terumbu
dan populasi satwa karang
1. Inti Konservasi
 Penelitian  Konservasi penyu
 Pendidikan  Konservasi ikan

23 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


No Ruang Sub-ruang Luas Fungsi Pengembangan Ruang
 Memberikan
perlindungan
 Hutan lindung
terhadap area
2. Penyangga Terbuka hijau  Jalur hijau jalan
dibawahnya
 Sempadan pantai
 Perlindungan fungsi
kawasan setempat
 Area sarana dan
 Perdagangan dan jasa
Budidaya prasarana penunjang
wisata
wisata
 Area wisata yang
3. Pemanfaatan memanfaatkan
potensi alam sebagai  Wisata pantai
Wisata
objeknya  Wisata bahari
 Area pendukung
kegiatan wisata
Sumber: Hasil Analisa 2019

24 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


Peta 3.3. Peta Rencana Pengembangan Gili Nanggu

25 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kondisi eksisting kawasan wisata Pulau Gili Nanggu sendiri, mengalami
penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan perairan yang disebabkan oleh
kurangnya peran pemerintah serta masyarakat terkait dalam mengelola
pengembangan pariwisata di Pulau Gili Nanggu.penurunan kualitas perairan
berdampak terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan
seperti pelepasan jangkar perahu pada sejumlah gili yang berpotensi merusak
terumbu karang, aktivitas penggunaan potassium dalam penangkapan ikan
hias serta aktivitas snorkling yang berpotensi menginjak hamparan karang-
karang yang dilewatinya.
2. Potensi yang ada di kawasan Gili Nanggu sendiri, terdiri dari aktivitas atraksi
yang ditawarkan seperti: wisata alternatif (Snorkeling , Swimming, Diving,
Photography) dan wisata alam (panorama alam, pasir putih, ombak tenang, pantai
dan vegetasi pohon cemara. Sedangkan masalah yang ada di kawasan Gili
Nanggu sendiri p opularitas Gili Nanggu masih mendominasi sebagai akibat
promosi yang belum komprehensif yang disebabkan oleh kurangnya peran
pemerintah dan masyarakat dalam mengelola wisata Gili Nanggu yang
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas perairan.
3. Konsep pengengembangan kawasan Gili Nanggu sendiri terdiri dari 1) konsep
ruang yang terdiri dari ruang inti, ruang penyangga dan ruang pemanfaatan. 2)
konsep sirkulasi sebagai penghubung antar ruang yang ada pada kawasan
ekowisata ini. Jalur sirkulasi ini dibagi berdasarkan fungsi dan intensitas
penggunaanya dan 3) konsep aktiviatas dan fasilitas Konsep aktivitas yang
dikembangkan pada kawasan ekowisata ini disesuaikan dengan fungsi ruang dan
daya dukung masing-masing ruang

26 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU


DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Herman. 2002.PengantarPariwisata. Bandung: Alfabeta.


H. Oka A. Yoeti. Drs., MBA. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata Penerbit Angkasa, Bandung.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Balai.Pustaka, Jakarta.
SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87
Tap MPRS Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

27 |PERENCANAAN WISATA GILI NANGGU

Anda mungkin juga menyukai