Anda di halaman 1dari 2

”KAJIAN TRANSFORMASI SPASIAL DI KAWASAN PERI URBAN KOTA

MATARAM”

1.1 LATAR BELAKANG


Kota merupakan suatu wilayah yang mempunyai kriteria tertentu baik secaata fisik
maupun non fisik, antara lain wilayah terbangun yang mendominasi serta keberadaan
sarana dan prasarana yang lebih baik bila dibandingkan daerah sekitarnya (yunus,2008).
Pertumbuhan suatu kota akan menciptakan daerah permukiman yang semakin luas yang
juga membutuhkan lahan yang cukup besar. Desakan kebutuhan lahan untuk pembangunan
begitu kuat, sementara luas lahan tidak bertambah atau terbatas, sementara luas lahan tidak
bertambah atau terbatas. Sementara itu pengembanagan lahan skala besar tidak hanya
membawa pengaruh pada areal tempat dilakukannya pengembangan itu sendiri, tetapi juga
kerap membarikan peluang bagi daerah lain disekitarnya untuk ikut berubah.
Daerah pinggiran kota atau yang biasa disebut dengan istilah “urban fringe” atau
daerah “peri-urban” merupakan daerah yang memerlukan perhatian yang serius begitu
pentingnya daerah tersebut terhadap kehidupan baik di desa maupun kota dimasa yang akan
datang. Wilayah Peri Urban (WPU) terletak diantara dua wilayah yang sangat berbeda
kondisi lingkungannya, yaitu antara wilayah yang mempunyai kenampakan kekotaan
disatu sisi dan wilayah yang mempunyai kenampakan kedesaan disisi yang lain.
Wilayah Peri Urban (WPU) mengalami proses transformasi fisiko spasial dari bentuk-
bentuk kesedesaan menjadi bentuk-bentuk kekotaan. Yunus (2008) menegemukakan ketiga
bentuk transprformasi fisik spasial tersebut adalah (1) perkembangan konsetris (concentric
development); (2) perkembangan mamita (ribbon development) dan (3) pekembangan
lompat katak (leapfrog development). Pola ini didasarkan pada perubahan yang merupakan
perwujudan dari transformasi fisik spasial pada wilayah peri urban.
Kota Mataram yang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki daya
tarik tersediri dalam menarik penduduk wilayah lain untuk menetap disini, Pada tahun 2017
jumlah penduduk Kota Mataram yang tercatat di BPS adalah 459.314 jiwa dengan
kepadatan penduduk 7.493 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Mataram sekitar
2,14% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk Nusa Tenggara Barat (1,38%).
Pertumbuhan penduduk di Kota Mataram sendiri tidak terpusat pada satu lokasi namun
terjadi secara merata yang menyebabkan terjadinya keterbatasan lahan untuk
pembangunan, sehingga pembangunan beralih ke kawasan pinggiran kota atau peri urban
area dan menimbulkan terjadinya transformasi wilayah. Transformasi wilayah di Kota
Mataram terjadi di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Labuapi, Kecamatan Gunung Sari
dan Kecamatan Narmada. Terjadinya transformasi wilayah di 3 (tiga) Kecamatan ini
dipengaruhi oleh keterbatasan lahan pembangunan dan pembangunan jalan bypass BIL
(Bandara Internasional Lombok), sehingga akan membentuk pola tertentu yang
membedakannya karakteristik wilayah tergantung faktor yang mempengaruhinya. Oleh
karena itulah penelitian ini akan mengkaji transformasi spasial yang terjadi di peri urban
Kota Mataram beserta faktor penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai