Anda di halaman 1dari 25

BAB

1
PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk perkotaan di Indonesia pada awal abad 21 menunjukkan kecenderungan terus meningkat dan
diperkirakan pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 257 juta, dimana 49,5% nya
merupakan penduduk perkotaan. Jumlah penduduk tahun 2020 di Pulau Kalimantan diperkirakan
mencapai 16.769.700 (6.5%), Pulau Jawa 152.449.900 (56,24%), Pulau Kalimantan 16.769.700 (6,18%),
dan Pulau Sulawesi 19.934.000 (7,35%), . Dari jumlah penduduk di Pulau Sumatera tersebut,
diprediksikan jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan TImur adalah sebesar 4.561.700.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan globalisasi, pertumbuhan kota-kota di Indonesia mengalami
peningkatan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam RPJPN Tahun 2005-2025 diamanatkan salah satunya
adalah upaya peningkatan ketersediaan Infrastruktur Dasar. Berdasarkan amanat Perpres 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 salah satu
sasaran utama pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 yaitu: Pembangunan 5 Kawasan Metropolitan
baru di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat
investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan
pembangunan di luar Jawa. Salah satu target dari RPJMN itu sendiri adalah Metropolitan Baru
Sambotenggarong yang didalamnya terdapat Kota Samarinda dan Kota Balikpapan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada mendorong perkembangan sektor produksi prioritas
seperti: Industri; Perikanan laut; Pariwisata; dan Perdagangan dan jasa.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan adanya 13 (Tiga Belas)
Kawasan Metropolitan sebagai Kawasan Strategis Nasional Perkotaan (KSN Perkotaan) di Indonesia,
dimana didalamnya terdapat 7 Kawasan Metropolitan Eksisting dan 6 Kawasan Metropolitan Baru. Salah
satu dari 6 Kawasan Metropolitan Baru tersebut adalah Kawasan Metropolitan Sambotenggarong (Kota
Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Kartanegara) dimana status

1-1
pengembangan kawasan tersebut adalah untuk pengembangan/peningkatan fungsi kota-kota pusat
pertumbuhan nasional.

Dalam arahan Renstra Kementerian PUPR 2015-2019, Kementerian PUPR mendorong pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk ekonomi maritim dan peningkatan pemanfaatan potensi
ekonomi dan sumber daya sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka
percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan
potensi dan keunggulan daerah melalui: Pengembangan sentra ekonomi, pembangunan Kawasan
Metropolitan Baru di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan
menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna
mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa.

Kota Samarinda merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur merupakan kota sungai dengan jumlah
penduduk mencapai 812.597 jiwa (Tahun 2015), jumlah tersebut mendominasi (±23 %) total jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 3.426.638 jiwa. Total penduduk dari administratif
Sambotenggarong (Kota Samarinda-Kota Balikpapan-Kota Bontang-Kabupaten Kutai Kertanegara)
mencapai 2.309.286 jiwa ditahun 2015 mencapai ± 67,4% dari total penduduk Provinsi Kalimantan
Timur. Balikpapan memiliki penduduk sebanyak 615.574 jiwa, yang merupakan 22 % dari keseluruhan
penduduk Kaltim. Balikpapan merupakan kota dengan biaya hidup termahal se-Indonesia. Berdasarkan
Kajian Ekonomi dan Kehuangan Regional Provinsi Kalimantan Timur oleh Bank Indonesia konomi
Kaltimra  pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi Kaltimra pada triwulan I 2017 sebesar 4,1% (nasional 5.01%) dengan sektor ekonomi didorong
oleh pertambangan dan industri pengolahan. Sektor ekonomi penyumbang terbesar perekonomian
Kalimantan Selatan ini beraglomerasi pada kawasan perkotaan Sambotegarong ini sehingga menjadi satu
pusat pertumbuhan di Kalimantan.

Kawasan Perkotaan Sambotenggarong berada pada Wilayah Pengembangan Strategi (WPS) 23 WPS Pusat
Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy. Dengan backbone berada pada jalur trasn
kalimantan pada kawasan ini akan berkembang kawasan baru diantaranya seperti kawasan industri
Kariangau di Balikpapan, Pelabuhan Utama Samarinda, Pelabuhan Semayang di Balikpapan yang butuh
didukung ketersediaan infrastruktur.

Melalui pendekatan kewilayahan, arah pengembangan Sambotenggarong (Kota Samarinda-Kota


Balikpapan-Kota Bontang-Kabupaten Kutai Kertanegara) tersebut di atas akan diintegrasikan secara
komprehensif dengan kebutuhan infrastrukturnya. Adapun cakupan infrastruktur perkotaan dalam
rencana pengembangan (development plan) kawasan meliputi infrastruktur PUPR (infrastruktur pada
sektor Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya, dan Perumahan), serta infrastruktur strategis lainnya
(non-PUPR).

Selain daripada itu dalam rangka mewujudkan pembangunan/pengembangan sistem jaringan


infrastruktur yang efektif di lingkungan Kabupaten/Kota dalam lingkup Kawasan Metropolitan sehingga
dapat mendorong terciptanya optimalisasi dan efisiensi anggaran pembangunan melalui suatu teknik

1-2
perencanaan yang terstruktur dan terukur, perlu dilakukan suatu studi kelayakan sistem jaringan
infrastruktur, dimana dari studi ini diharapkan dapat dinilai tingkat kelayakan suatu alinyemen pada
koridor sistem jaringan infrastruktur yang terpilih.

Memahami kondisi-kondisi tersebut diatas, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan pada tahun
anggaran 2018 ini, melakukan Kegiatan Penyusunan Masterplan dan Development Plan Kawasan dan Pra
Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman Metropolitan Sambo
Tenggarong (Samarinda-Bontang-Tenggarong)

Gambar 1-1 Kota Sebagai Mesin Pertumbuhan

1-3
Gambar 1-2 Urban Form and Structure

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan dukungan infrastruktur PUPR dalam rangka
meningkatkan Kawasan Metropolitan Baru Sambotenggarrong sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
yang terintegrasi dengan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR) dengan wilayah pengaruhnya
(hinterland), kota-kota di sekitarnya sehingga memperkuat sistem perkotaan, serta sebagai salah satu
pusat pertumbuhan utama dalam Wilayah Pengembangan Strategi (WPS) 23 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy.

Sedangkan yang menjadi tujuan dalam kegiatan ini antara lain:

 menyusun Masterplan dan Development Plan Kawasan Metropolitan Sambo Tenggarong


(Samarinda-Bontang-Tenggarong), yang terpadu antarsektor, antarwilayah, dan antartingkat
pemerintahan berdasarkan kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
jangka pendek (1-3 tahun) yang akan menjadi masukan bagi rencana tata ruang Kawasan
Metropolitan Sambotenggarong; dan

1-4
 menyusun Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di
Kawasan Metropolitan Sambotenggarong

1.3 Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini antara lain:

1. Tersusunnya profil kawasan perkotaan;

2. Tersusunnya profil dan kinerja infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR);

3. Terumuskannya review kebijakan, rencana, dan program pengembangan kawasan, pembangunan


infrastruktur PUPR, dengan mempertimbangkan pembangunan infrastruktur non-PUPR sebagai
bagian dari pengembangan sistem perkotaan;

4. Terumuskannya strategi keterpaduan pengembangan kawasan secara fungsi, lokasi, besaran, biaya,
antartingkat pemerintahan, antarsektor, kelembagaan dan pembiayaan;

5. Terumuskannya Key Performance Indicators (KPI) untuk infrastruktur PUPR;

6. Terumuskannya rencana dan program pembangunan infrastruktur PUPR pendukung kawasan-


kawasan pengembangan perkotaan untuk jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun),
dan jangka pendek (1-3 tahun);

7. Tersusunnya Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di
Kawasan Metropolitan Sambotenggarong; dan

8. Tersusunnya rekomendasi bagi penyusunan rencana tata ruang kawasan Metropolitan


Sambotenggarong.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Lingkup Wilayah Perencanaan
Lingkup wilayah kajian regional yang meliputi kawasan perkotaan yakni di Wilayah Pengembangan
Strategi (WPS) 23 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy. Secara lebih rinci
adalah sebagai berikut:

a. Penataan kawasan perkotaan di dalam Kawasan Perkotaan Sambotenggarong (Kota Samarinda-Kota


Balikpapan-Kota Bontang-Kabupaten Kutai Kertanegara)

b. Dukungan pembangunan infrastruktur PUPR dalam mewujudkan peningkatkan kapasitas


pertumbuhan dan livability (kenyamanan, keamanan, keberlanjutan, dan produktifitas) kota di
Kawasan Metropolitan Baru Sambotenggarong pada kawasan penanganan prioritas.

1-5
Gambar 1-3 Kawasan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy

1.4.2 Lingkup Tahapan dan Substansi Perencanaan


Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:

a) Tahap Persiapan dan Organisasi

Tahapan kegiatan persiapan (pendahuluan), pokok-pokok pekerjaan yang akan dilakukan dan hasil
yang diharapkan antara lain meliputi:

1. Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung;

2. Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praktis di Indonesia atau negara lain yang
berhasil terkait pengembangan kawasan metropolitan khususnya bidang perencanaan
infrastruktur wilayah dan perkotaan;

3. Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan metropolitan serta pembangunan


infrastruktur berdasarkan rencana pembangunan dan rencana tata ruang baik nasional (RPJPN
dan RTRWN), pulau/kepulauan (RTR Pulau/Kepulauan), provinsi (RPJPD, RPJMD, RTRW
Provinsi), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota), serta kebijakan sektoral
seperti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Strategi Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP), Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP), Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Pemukiman (RP3KP), Rencana Terpadu dan

1-6
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), Rencana Induk Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM),
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan, Rencana Induk Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan, Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran, Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air (PSDA), Rencana PSDA, dll;

4. Identifikasi delineasi kawasan yang telah berfungsi sebagai metropolitan (dominasi kegiatan
nonpertanian dan permukiman) atau Functional Urban Area (FUA) dari kota-kota untuk
melihat penjalaran fisik kota dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah

5. Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;

6. Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan;

7. Penyusunan peta dasar;

8. Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;

9. Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;

10. Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;

11. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK);

12. Seminar di daerah dengan mengundang narasumber dari K/L terkait diantaranya ATR,
Bappenas, Bappeda, Perhubungan dan Akademisi yang bertujuan sebagai kick off meeting
untuk mengetahui teori perencanaan dan pengembangan metropolitan yang sesuai dengan
masterplan dan development plan Metropolitan Sambotenggarong, arahan kebijakan terkait
Metropolitan Sambotenggarong; dan

13. Pembahasan Laporan Pendahuluan.

b) Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data pada pekerjaan ini meluputi:

1. Pengumpulan data sekunder meliputi sekurang-kurangnya data Metropolitan


Sambotenggarong yang pernah disusun, data sungai, kependudukan, infrastruktur, sistem
jaringan jalan, ekonomi, dan lain-lain di Tingkat Pusat, khususnya terkait dengan bidang
infrastruktur dan kawasan strategis sekurang-kurangnya di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat beserta Balai-Balainya, Kementerian Perhubungan, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/BPN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, Badan Pusat
Statisitik dll; serta di Tingkat Daerah baik provinsi, kabupaten/kota terkait;

2. Pengumpulan Data Primer meliputi sekurang-kurangnya survei peta dan survei kependudukan
dan data sekunder di sekitar Kawasan Metropolitan Sambotenggarong untuk kajian regional
dan kajian sistem jaringan infrastruktur. Data Primer terkait sistem jaringan infrastruktur
dimaksud meliputi sekurang-sekurangnya:

1-7
a. Data Lalu Lintas (bangkitan dan tarikan, kecepatan perjalanan, tingkat pelayanan,
peramalan lalu lintas, dsb);

b. Data Topografi;

c. Data Geologi dan Geoteknik;

d. Data Hidrologi dan Drainase; dan

e. Data Lingkungan dan Keselamatan (lingkungan biologi, lingkungan fisika-kimia,


lingkungan sosial-ekonomi-budaya, keselamatan jalan).

3. Penyusunan profil dan kinerja kawasan perkotaan:

a. Nama, luas, dan delineasi kawasan perkotaan;

b. Posisi kawasan dalam konstelasi regional sekurang-kurangnya meliputi: peran


kota/kawasan perkotaan pada skala global, nasional, provinsi, dan WPS; kontribusi PDRB
kawasan ke nasional dan regional; sektor unggulan dan peluang investasi utama;

c. Karakteristik kawasan strategis eksisting, yang mencakup kawasan industri (jenis industri,
lokasi koleksi dan distribusi, orientasi pasar), kawasan pariwisata budaya dan religi, serta
kawasan perdagangan dan jasa;

d. Karakteristik perekonomian yang meliputi pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi


khususnya kontribusi tiap sektor, beserta komoditas unggulan dan skala pemasarannya;

e. Karakteristik bencana, mencakup jenis bencana, intensitas bencana, sebaran lokasi


bencana, dan sebagainya;

f. Karakteristik sosial kependudukan termasuk social capital (fungsi-fungsi pranata sosial,


tradisi budaya, persepsi, dan nilai-nilai lokal); dan

g. Karakteristik lingkungan.

4. Penyusunan profil dan kinerja infrastruktur;

a. Kondisi, sebaran, dan gap infrastruktur PUPR dan kondisi, sebaran infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR); dan

b. Kinerja pelayanan infrastruktur, khususnya pada sub-sektor SDA, Bina Marga, Cipta Karya,
dan Perumahan.

5. Penyusunan Strategi Keterpaduan Pengembangan Kawasan dan Infrastruktur, sekurang-


kurangnya meliputi:

a. Prioritisasi dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur;

b. Keterpaduan antarsektor;

1-8
c. Keterpaduan antara pusat dan daerah dan antardaerah;

d. Skema pembiayaan; dan

e. Kelembagaan

6. Seminar yang diselenggarakan di pusat dengan mengundang narasumber, K/L pusat


(diantaranya Bappenas, ATR, Perhubungan dsb), akademisi/praktisi sebagai tahapan untuk :

 mengetahui teori perencanaan dan pengembangan metropolitan yang sesuai dengan


master plan dan development plan

 arah kebijakan pusat dan daerah terkait MPDP Metropolitan Sambotenggarong

 identifikasi awal isu dan permasalahan

c) Tahap Analisis Pengembangan Kawasan

Tahap analisis pengembangan kawasan ini merupakan tahap inventarisasi data dan analisis data
yang akan mencakup, hal-hal berikut:

1) Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan global untuk mengetahui posisi kawasan
dalam konstelasi regional meliputi: peran kota/kawasan perkotaan pada skala global, nasional,
provinsi, dan WPS; kontribusi PDRB kawasan ke nasional dan regional; sektor unggulan dan
peluang investasi utama;

2) Analisis basis ekonomi pengembangan kawasan untuk mengetahui Karakteristik perekonomian


yang meliputi pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi khususnya kontribusi tiap sektor,
beserta komoditas unggulan dan skala pemasarannya;

3) Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan bentuk kota (urban form and
structure) serta kecenderungan perkembangan kawasan perkotaan beserta indikasi urban
sprawl dan konurbasi;

4) Analisis arahan pengembangan wilayah untuk mengetahui arah pengembangan metropolitan


sehingga bisa mengantisipasi kebutuhan infrastruktur terutama sektor PUPR;

5) Analisis daya dukung dan daya tampung untuk mengetahui kapasitas dari lingkungan sebagai
salah satu bentuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;

6) Analisis kependudukan dan intensitas ruang melalui pengamatan langsung dan survey instansi
terkait sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur PUPR secara efektif dan
efisien;

7) Analisis penentuan kebutuhan pengembangan infrastruktur PUPR dan pemanfaatan sungai


sebagai alat transportasi melalui kajian pengembangan kawasan strategis, yang mencakup
kawasan industri (jenis industri, lokasi koleksi dan distribusi, orientasi pasar), kawasan
pariwisata, serta kawasan perdagangan dan jasa;

1-9
8) Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi pembangunan infrastruktur melalui koordinasi
dengan sektor-sektor terkait untuk mempercepat pembangunan;

9) Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi yang tidak terbatas di


APBN/APBD, namun juga mempertimbangkan potensi-potensi keterlibatan swasta sebagai
salah satu syarat untuk keberlangsungan sebuah program pembangunan;

10) Analisis potensi kawasan/ sub kawasan untuk menyiapkan kawasan pertumbuhan baru;

11) Analisis penetapan Kawasan Metropolitan Sambotenggarong melalui kesepakatan dengan


pihak-pihak terkait sebagai pegangan dalam pelaksanaan sinkronisasi dan keterpaduan
program serta penyusunan development plan;

12) Rapat Koordinasi Pusat dengan mengundang K/L terkait dan unit organisasi PUPR terkait
pembahasan isu, kebijakan, rencana dan program K/L dan sektor-sektor PUPR ; dan

13) Pembahasan Laporan Antara.

d) Tahap Penyusunan Rencana dan Program

1) Penyusunan Master Plan dan Development Plan Pengembangan Kawasan dan Infrastruktur;

2) Penyusunan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR dengan mempertimbangkan


infrastruktur non-PUPR berdasarkan kebutuhan Master Plan untuk jangka panjang (10-20
tahun), Development Plan untuk jangka menengah (5 tahunan), dan Program keterpaduan
infrastruktur jangka pendek (1-3 tahun) dilengkapi dengan pembagian kewenangan sektor
pusat, provinsi, kabupaten/kota, kemajuan pemenuhan readiness criteria (lahan, FS, Desain,
Dokumen Lingkungan). Infrastruktur PUPR sekurang-kurangnya meliputi:

a) Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air, dengan sasaran strategis meningkatnya dukungan
untuk kedaulatan pangan dan energi, serta meningkatnya ketahanan air;

b) Infrastruktur Bidang Jalan dan Jembatan, dengan sasaran strategis meningkatnya


dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing, serta meningkatnya kemantapan jalan
nasional; dan

c) Infrastruktur Bidang Permukiman dan Perumahan, dengan sasaran strategis


meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan,
meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman, meningkatnya
penyediaan dan pembiayaan perumahan.

Tabel 1-1 Contoh Format Tabel Program Infrastruktur PUPR

Tahun Biaya Total


Bidang Kegiatan Vol Lokasi Kewenangan
Pekerjaan Satuan Biaya
SDA Pembangunan Buah Tahun / Rupiah Rupiah Kel / Pusat/Prov/
Bendungan Baru dan MYC Kec Kab/kota

1 - 10
Tahun Biaya Total
Bidang Kegiatan Vol Lokasi Kewenangan
Pekerjaan Satuan Biaya
On Going (MYC)
Pembangunan Irigasi, Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Rawa, Tambak MYC Kec Kab/kota
Rehabilitasi Irigasi, Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Rawa, Tambak MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Km Rupiah Rupiah
Pengendali Banjir MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Km Rupiah Rupiah
Pengaman Pantai MYC Kec Kab/kota
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Pembangunan Embung Buah Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Pengadaan Lahan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Bendungan, dll MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Jalan
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Baru (termasuk Km Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
kawasan perbatasan)
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Pembangunan Jalan Tol Km Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Peningkatan/ Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Km Rupiah Rupiah
Pelebaran Jalan MYC Kec Kab/kota
Pembangunan dan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM M Rupiah Rupiah
Peningkatan Jembatan MYC Kec Kab/kota
Flyover, Underpass,
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM perlintasan tak M Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
sebidang KA
Pengadaan Lahan Jalan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Ha Rupiah Rupiah
Bebas Hambatan MYC Kec Kab/kota
Pembangunan SPAM Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Ltr/dtk Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Pembangunan SPAM Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Ltr/dtk Rupiah Rupiah
IKK MYC Kec Kab/kota
Pembangunan
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kawasan Kumuh Ha Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Perkotaan
Penanganan TPA Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kab/Kota Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Penanganan IPAL Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kab/Kota Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Revitalisasi Kawasan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Lokasi Rupiah Rupiah
(Kawasan Tematik) MYC Kec Kab/kota
Perumaha Pembangunan Rumah Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Susun MYC Kec Kab/kota
Perumaha Pembangunan Rumah Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Khusus MYC Kec Kab/kota
Perumaha Peningkatan Kualitas Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Rumah Swadaya MYC Kec Kab/kota
Perumaha Bantuan PSU untuk Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Perumahan Umum MYC Kec Kab/kota

d) Perumusan Key Performance Indicators (KPI) untuk infrastruktur dan rencana


pengembangan (development plan) kawasan perkotaan untuk kondisi infrastruktur,

1 - 11
kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan untuk kondisi saat
ini dan kondisi di masa mendatang yang lebih berorientasi kepada output dan outcome;

Tabel 1-2 Contoh Format Tabel Key Performance Indicators

KPI Profil Target capaian Deviasi/Backlog


No
Bidang Indikator Infrastrukt Infrastrukt 201 201 202 201 201 202
.
ur th 2025 ur th 2017 8 9 5 8 9 5
Tingkat
dukungan
kedaulatan
Sumber pangan % % % % % % % %
Daya Air dan
(Irigasi, Air ketahanan
1.
Baku, energi
penanganan Tingkat
banjir, dll) dukungan
ketahanan % % % % % % % %
air
nasional
Tingkat
konektivita
% % % % % % % %
s jalan
Jalan dan nasional
2.
Jembatan Tingkat
kemantapa
% % % % % % % %
n jalan
nasional
Persentase
peningkata
n cakupan
% % % % % % % %
pelayanan
Infrastruktu akses air
r minum
Permukima Persentase
n penurunan
(ditambahk luasan
3. % % % % % % % %
an penataan permukim
bangunan an kumuh
dan perkotaan
lingkungan, Persentase
persampah) peningkata
n cakupan
% % % % % % % %
pelayanan
akses
sanitasi
4. Perumahan Persentasi % % % % % % % %
(rumah penurunan
susun) kekuranga
n tempat
tinggal
(backlog)
berdasarka
n

1 - 12
KPI Profil Target capaian Deviasi/Backlog
No
Bidang Indikator Infrastrukt Infrastrukt 201 201 202 201 201 202
.
ur th 2025 ur th 2017 8 9 5 8 9 5
perspektif
menghuni
Persentase
penurunan
rumah % % % % % % % %
tidak layak
huni

3) Focus Group Discussion (FGD) di daerah dengan mengundang balai dan satker PUPR, Bappeda
dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyampaikan hasil analisis
yang telah dilakukan dengan membahas isu-isu tiap sektor beserta indikasi kebutuhan program
dengan tujuan untuk mengkonfirmasi / klarifikasi validitas dan ketersediaan data, koordinasi
hasil analisis dengan unor PUPR, K/L, daerah, dan stakeholder terkait lainnya yang diikuti
dengan survei. FGD dilakukan dengan pembahasan desk program yang telah disusun dengan
ketentuan sebagai berikut:

 FGD diselenggarakan dengan paket meeting Fullday setingkat Eselon II di Balikpapan


sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 5
(lima);

 FGD ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di balai dan satker PUPR,
Bappeda dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50 (Lima puluh) peserta;

 Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari daerah
dibiayai oleh penyedia jasa minimal 3 orang;

 Menghadirkan 3 (tiga) Narasumber dari pakar (2 jam pelajaran), kementerian/lembaga


dan/atau pemerintah daerah (setingkat eselon II dan setingkat eselon III, masing-masing 2
jam pelajaran) terkait, dan moderator sebanyak (2 orang); dan

 Kelengkapan FGD sekurang-kurangnya meliputi materi FGD, seminar kit, uang harian, dan
transport untuk masing-masing peserta serta spanduk, backdrop, standing banner dan
sewa unit kendaraan roda 4 (empat) sekurang-kurangnya 2 (dua) unit untuk keperluan
acara.

Tabel 1-3 Contoh Format Tabel Program Arahan Keterpadan

1 - 13
4) Pembahasan Laporan Antara.

 Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan dengan paket meeting fullday sesuai


ketentuan peraturan yang berlaku yang diselenggarakan pada bulan ke 5 (lima) dalam
pekerjaan ini dengan mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di
lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 40 (empat puluh) peserta; dan

 Kelengkapan pembahasan terdiri dari materi, uang saku, dan transport untuk masing-
masing peserta.

e) Tahap Penyusunan Pra Studi Kelayakan

Penyusunan studi kelayakan sistem jaringan Infrastruktur di Kawasan Metropolitan


Sambotenggarong, yang sekurang-kurangnya terdiri dari:

1) Pengumpulan dan analisis data dan informasi eksisting, sekurang-kurangnya meliputi


Topografi, Geologi, Hidrologi, Sosial-Ekonomi, Budaya-Lingkungan, data sistem jaringan dan
kondisi jalan, data volume lalu lintas di ruas jalan, data volume lalu lintas di persimpangan, data
waktu perjalanan, dan sebagainya.

2) Identifikasi Pusat-Pusat Kegiatan dan Simpul Transportasi Nasional

Identifikasi Pusat – Pusat Kegiatan yang meliputi PKN, PKW, PKSN, KSN, KEK, KSPN, KI, dll.
Identifikasi simpul - simpul transportasi yang meliputi pelabuhan, bandar udara, ASDP dan
terminal yang belum terakses oleh jalan nasional, berdasarkan dokumen rencana induk
pengembangan infrastruktur simpul transportasi.

3) Identifikasi dan Analisa Kebijakan Nasional dan Daerah yang Terkait Pengembangan Jaringan
Infrastruktur

Identifikasi kebijakan nasional dan daerah yang terkait dengan pengembangan kawasan
metropolitan, kawasan perbatasan, membuka keterisolasian daerah terpencil dan solusi
konflik, dan lain-lain.

4) Analisis Pola Pengembangan dan Pembangunan Kewilayahan

Analisa data kondisi terkini pola pembangunan kawasan dan kewilayahan serta analisa rencana
tata ruang kawasan baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau,
Rencana Tata Ruang Provinsi, Kabupaten, dan Kota guna mempersiapkan perencanaan jaringan
transportasi jalan yang efektif dan optimal dalam membangun konektivitas antar pusat
kegiatan.

1 - 14
5) Analisis Keterpaduan Jaringan Transportasi dan Logistik Nasional/Regional.

Identifikasi kebutuhan transportasi dan pergerakan logistik di Kawasan Metropolitan


Sambotenggarong. Analisa bentuk keterpaduan optimum antar moda transportasi guna
menunjang sistem transportasi nasional/regional yang efektif dan efisien serta mendukung
sistem pergerakan logistik yang memadai

6) Identifikasi Pengembangan Jaringan Infrastruktur

Berdasarkan analisa rencana tata ruang dan integrasi transportasi multi moda, konsultan
mengidentifikasi rencana pengembangan jaringan infrastruktur yang optimal dalam
mendukung pengembangan wilayah di Kawasan Metropolitan Sambotenggarong. Beberapa
alternatif jaringan infrastruktur disusun dengan mempertimbangkan keefektifan dan efisiensi
penggunaan jaringan jalan tersebut.

7) Analisis Biaya dan Manfaat

Berdasarkan rencana pengembangan jaringan infrastruktur yang telah disusun, konsultan


mengidentifikasi estimasi kebutuhan biaya pengembangan jaringan infrastruktur tersebut.
Konsultan kemudian mengidentifikasi ragam manfaat yang diperoleh dari hasil pengembangan
jaringan jalan di Kawasan Metropolitan Sambotenggarong. Manfaat dapat berupa manfaat bagi
pengguna jalan, perindustrian, masyarakat, maupun pemerintah. Hasil kajian manfaat tersebut
kemudian dikorelasikan dengan analisa biaya yang telah disusun guna menghasilkan skenario –
skenario pendanaan yang efektif dan efisien.

8) Prioritisasi dan Perencanaan Pengembangan Jaringan Infrastruktur

Berdasarkan seluruh analisa yang telah dilaksanakan sebelumnya, konsultan menyusun


perencanaan pengembangan jaringan infrastruktur di Kawasan Metropolitan Sambotenggarong
berdasarkan prioritas kebutuhan sistem transportasi dan pengembangan wilayah serta
skenario pendanaan yang paling optimum serta mudah untuk dilaksanakan.

f) Tahap Penyusunan Pra Studi Kelayakan Perumahan dan Permukiman

Penyusunan Pra Studi Kelayakan Perumahan dan Permukiman di Kawasan Metropolitan


Sambotenggarong, yang sekurang-kurangnya terdiri dari:

1) Pengumpulan dan analisis data dan informasi eksisting, sekurang-kurangnya meliputi: data
kependudukan, data karakteristik nilai sosial budaya, data kondisi topografi dan geografi area
rencana perumahan dan permukiman, data kondisi iklim, data status kepemilikan rumah, data
lokasi dan sebaran permukiman kumuh, peraturan perundang-undangan dan standar-standar
perencanaan terkait perumahan dan permukiman, data pertanahan, keterjangkauan daya beli
masyarakat, kelembagaan perumahan dan permukiman, isu peran swadaya masyarakat dan
swasta serta data-data terkait lainnya

2) Identifikasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman

1 - 15
Identifikasi terhadap Perumahan dan Permukiman yang sedang berkembang dan keterkaitan
site terhadap dukungan kawasan perkotaan

3) Identifikasi dan Analisis Kebijakan Nasional dan Daerah terkait Pengembangan Perumahan
Permukiman

Identifikasi dan analisis terhadap kebijakan nasional/peraturan/Standar Nasional Indonesia


(SNI) perumahan dan permukiman, serta peraturan daerah terkait dengan pengaturan
pengembangan wilayah seperti RTRW Kabupaten/Kota, RDTR dan Peraturan Zonasi, RTBL, dan
kebijakan terkait lainnya.

4) Analisis Pola Pengembangan dan Pembangunan Kewilayahan

Analisa data kondisi terkini pola pembangunan kawasan dan kewilayahan serta analisa rencana
tata ruang kawasan baik RTRWN, RTR Pulau, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, dan RTRW
Kota guna mempersiapkan perencanaan jaringan infrastruktur perumahan dan permukiman
yang efektif dan optimal dalam membangun konektivitas antar pusat kegiatan.

5) Analisis Keterpaduan Pengembangan Perumahan Permukiman dengan Kegiatan lainnya

Identifikasi kebutuhan keterpaduan pengembangan perumahan permukiman terhadap


kegiatan lainnya seperti industri, perkantoran dll. Kebutuhan pengembangan proyek
perumahan seperti pembangunan jenis perumahan dan permukiman.

6) Identifikasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Kawasan

Berdasarkan hasil analisis rencana tata ruang dan integrasi keterpaduan pengembangan
perumahan, konsultan mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana kawasan seperti
sarana (pemerintahan dan pelayanan umum, pendidikan dan pembelajaran, kesehatan,
peribadatan, perdagangan dan niaga, kebudayaan dan rekreasi, ruang terbuka, taman, lapangan
olah raga, dll) dan prasarana (jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air
limbah, jaringan persampahan, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan transportasi lokal,
dll).

7) Analisis Biaya dan Manfaat

Analisa biaya manfaat disusun dengan memperhatikan aspek pasar, teknis, manajemen dan
keuangan

8) Prioritisasi dan Perencanaan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan seluruh analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya, konsultan menyusun


perencanaan tahapan pengembangan perumahan dan permukiman hingga tahapan serah
terima aset, perawatan serta segmen penerima di Kawasan Metropolitan Sambotenggarong

1 - 16
berdasarkan prioritas kebutuhan perumahan permukiman dan pengembangan wilayah serta
skenario pendanaan yang paling optimum serta dapat dilaksanakan.

g) Tahap Survei dan Workshop Konsepsi Pra Studi Kelayakan

Survei di daerah dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi dari Bappeda dan Dinas-Dinas
terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta dari UNOR PUPR terkait penyusunan konsepsi Pra
Studi Kelayakan. Survey tahap ke-3 (tiga) dilakukan pada bulan ke-6 (enam) sekurang-kurangnya
selama 4 (empat) hari dan sekurang-kurangnya dilakukan oleh 6 (enam) orang dari tim yang
kemudian dilanjutkan dengan workshop. Workshop ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

 Workshop diselenggarakan dengan paket meeting Fullday setingkat Eselon II di Balikpapan


sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 6
(enam);

 Workshop ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di balai dan satker
PUPR, Bappeda dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50 (Lima puluh) peserta;

 Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari pusat/
daerah dibiayai oleh penyedia jasa minimal 3 orang;

 Menghadirkan 3 (tiga) Narasumber dari pakar (2 jam pelajaran), kementerian/lembaga


dan/atau pemerintah daerah (setingkat eselon II dan/atau setingkat eselon III, masing-masing
2 jam pelajaran) terkait, dan moderator sebanyak (2 orang); dan

 Kelengkapan workshop sekurang-kurangnya meliputi materi workshop, seminar kit, uang


harian, dan transport untuk masing-masing peserta serta spanduk, backdrop, standing banner
dan sewa unit kendaraan roda 4 (empat) sekurang-kurangnya 2 (dua) unit untuk keperluan
acara.

Workshop ini membahas dan merumuskan konsepsi Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan
Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Metropolian Sambotenggarong (Samarinda-
Balikpapan-Bontang-Tenggarong)

h) Tahap Seminar Akhir Masterplan dan Development Plan dan Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan
Infrastruktur dan Perumahan Permukiman Metropolitan Sambotenggarong

Seminar yang diselenggarakan di pusat dengan mengundang dan membiayai perjalanan narasumber
dari Bappeda/Dinas PU Provinsi/Kab/Kota yang ada di Metropolitan Baru Sambotenggarong,
mengundang unor dan sektor yang terkait dalam penyusunan arahan program keterpaduan serta
Penyusunan Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Penyusunan Pra Studi Kelayakan
Perumahan dan Permukiman dengan ketentuan sebagai berikut:

 Seminar diselenggarakan dengan paket meeting Fullday setingkat Eselon II di Jakarta sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku yang dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh);

1 - 17
 Seminar ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di mengundang unor dan
sektor yang terkait, serta Stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya
dihadiri 60 (Enam puluh) peserta;

 Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari daerah
dibiayai oleh penyedia jasa minimal 2 orang;

 Menghadirkan 5 (lima) Narasumber dari pakar (2 jam pelajaran), kementerian/lembaga


dan/atau pemerintah daerah (setingkat eselon II dan/atau setingkat eselon III, masing-masing
2 jam pelajaran) terkait, dan moderator sebanyak (2 orang); dan

 Kelengkapan seminar sekurang-kurangnya meliputi materi seminar, seminar kit, uang harian,
dan transport untuk masing-masing peserta serta spanduk, backdrop, standing banner untuk
keperluan acara.

i) Tahap pekerjaan lain yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi output pekerjaan

j) Tahap Pembahasan Laporan Akhir dan Penyerahan Laporan

Pembahasan Laporan Akhir diselenggarakan dengan paket meeting fullday sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku yang diselenggarakan pada bulan ke 5 (lima) dalam pekerjaan ini dengan
mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan
stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 40 (empat puluh)
peserta dan Kelengkapan pembahasan terdiri dari materi, uang saku, dan transport untuk masing-
masing peserta.

k) Tahap Pembahasan Laporan Akhir dan Penyerahan Laporan

1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah:

1. Dokumen update profil;

2. Dokumen strategi pencapaian target KPI Kawasan Metropolitan Sambotenggarong dalam bentuk
program dan kegiatan infrastruktur PUPR tahunan;

3. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Sambotenggarong, yang memuat


sekurang-kurangnya:

a. rencana (Master Plan Infrastruktur PUPR 10 tahun (tahun 2019-2028),

b. Development Plan Infrastruktur PUPR 5 tahun (tahun 2019-2023), dan

c. Program infrastruktur PUPR tahun 2020.

4. Dokumen Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Kawasan
Metropolitan Sambotenggarong yang memuat sekurang-kurangnya:

1 - 18
a. Rencana pengembangan jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Kawasan
Metropolitan Sambotenggarong; dan

b. Prioritisasi dan Program penanganan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Kawasan


Metropolitan Sambotenggarong.

5. Peta spasial dan peta indikasi program pada skala 1:10.000-1:5.000 untuk Kawasan Metropolitan
Sambotenggarong;dan

6. Laporan pelaksanaan Kegiatan (pendahuluan, antara, proceeding, dan akhir) dengan subtansi sesuai
dengan ketentuan dalam TOR.

1.6 Dasar Kebijakan dan Referensi Hukum


Dasar Hukum dan Kebijakan dalam melaksanakan pekerjaan ini sekurang-kurangnya merujuk pada:

1. Kebijakan Nasional

a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, beserta peraturan


pelaksanaannya;

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, beserta peraturan


pelaksanaannya;

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, beserta
peraturan pelaksanaannya;

d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, beserta peraturan


pelaksanaannya;

e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, beserta peraturan


pelaksanaannya;

f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional Tahun 2004-2025, beserta peraturan pelaksanaannya;

g. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, beserta peraturan pelaksanaannya;

h. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,


beserta peraturan pelaksanaannya;

i. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, beserta peraturan


pelaksanaannya; dan

j. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pangairan, beserta peraturan pelaksanaannya.

2. Kebijakan Rencana Tata Ruang

1 - 19
Kebijakan tata ruang jangka panjang 20 tahun terkait pengembangan perkotaan (fungsi), struktur
ruang dan pola ruang yang terkait dengan fungsi kawasan perkotaan, rencana struktur ruang,
strategi operasionalisasi perwujudan, serta kawasan strategis diamanatkan dalam:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);

b. Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan;

c. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2016-2036;

d. Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bontang Tahun 2012-2032;

e. Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Balikpapan Tahun 2012-2032;

f. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda Tahun 2014-2034;

g. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033;

h. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2015-2035; dan

i. Peraturan tata ruang terkait lainnya.

3. Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun)

a. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;

b. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;

c. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005-2025;

d. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Balikpapan Tahun 2005-2025;

e. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Samarinda Tahun 2005-2025;

f. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Bontang Tahun 2005-2025;

1 - 20
g. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2005-2025

h. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018;

i. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Balikpapan Tahun 2011-2016;

j. Peraturan Daerah Nomor x Tahun 20xx tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Samarinda Tahun 2011-2016;

k. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Bontang Tahun 2016-2021;

l. Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun 2011-2015;

m. Peraturan rencana pembangunan terkait lainnya.

4. Kebijakan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.

b. Jalan dan Jembatan

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 290/KPTS/M/2015


tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional;

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 248/KPTS/M/2015


tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai
Jalan Primer (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1); dan

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum


Jaringan Jalan Nasional beserta perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011 tentang Perubahan
Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 567/KPTS/M/2010 tentang
Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional.

c. Sumber Daya Air

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015


tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai; dan

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014 tentang Penetapan


Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

1 - 21
d. Infrastruktur Permukiman

 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan;

 Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan


Sistem Drainase Perkotaan; dan

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan


Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

e. Perumahan dan Kawasan Permukiman

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan


Kawasan Permukiman; dan

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

5. Kebijakan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Perhubungan

a. Perhubungan

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru


Transportasi Antarmoda/Multimoda Tahun 2010-2030;

 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional; dan

 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.

b. Perhubungan Darat (ASDP)

 Undang-Undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

 PP Nomor 1 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2012 tentang Alur Pelayaran Sungai
dan Danau

 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan


Angkutan Sungai dan Danau

c. Perhubungan Udara

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan


Kebandarudaraan Nasional; dan

1 - 22
 Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana Induk masing-masing
bandar udara.

d. Perhubungan Laut

 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;

 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana
Induk Pelabuhan Nasional;

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan


Pelabuhan Laut; dan

 Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana Induk masing-masing


Pelabuhan.

e. Perkeretaapian

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk


Perkeretaapian Nasional.

f. Pelabuhan Perikanan

 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Perikanan Nasional; dan

 Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Rencana
Strategis KKP 2015-2019.

6. Kebijakan Kawasan Strategis

a. Kawasan Industri

 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan


Industri Nasional Tahun 2015-2035; dan

 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019.

b. Kawasan Pariwisata

 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan


Kepariwisataan Nasional;

 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis


Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019; dan

 Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian


Pariwisata Tahun 2015-2019.

7. Peraturan lain yang relevan/terkait

1 - 23
1.7 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
keluaran, serta dasar kebijakan dan referensi hukum
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT
Bab ini menguraikan tentang kebijakan baik itu dari level nasional, provinsi dan kebijakan
sektor lainnya yang terkait
BAB 3 KAJIAN LITERATUR, TEORI, DAN BENCHMARK KAWASAN METROPOLITAN
Bab ini menguraikan tentang kajian literature serta teori terkait dengan pekerjaan serta
benchmark yang menjadi contoh acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
BAB 4 DELINEASI KAWASAN METROPOLITAN SAMBO TENGGARONG
Bab ini menguraikan tentang pertimbangan-pertimbangan dalam mendelineasi Kawasan
yang akan dijadikan wilayah kajian dalam pekerjaan
BAB 5 PROFIL WILAYAH KAWASAN METROPOLITAN SAMBO TENGGARONG
Bab ini menguraikan tentang profil umum dan profil kinerja infrastruktur di Kawasan
Metropolitan Sambo Tenggarong
BAB 6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini menguraikan tentang pendekatan dan metodologi yag akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan ini.
BAB 7 RENCANA KERJA
Bab ini menguraikan tentang rencana kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

1 - 24
1 - 25

Anda mungkin juga menyukai