1
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan globalisasi, pertumbuhan kota-kota di Indonesia mengalami
peningkatan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam RPJPN Tahun 2005-2025 diamanatkan salah satunya
adalah upaya peningkatan ketersediaan Infrastruktur Dasar. Berdasarkan amanat Perpres 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 salah satu
sasaran utama pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 yaitu: Pembangunan 5 Kawasan Metropolitan
baru di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat
investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan
pembangunan di luar Jawa. Salah satu target dari RPJMN itu sendiri adalah Metropolitan Baru
Sambotenggarong yang didalamnya terdapat Kota Samarinda dan Kota Balikpapan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada mendorong perkembangan sektor produksi prioritas
seperti: Industri; Perikanan laut; Pariwisata; dan Perdagangan dan jasa.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan adanya 13 (Tiga Belas)
Kawasan Metropolitan sebagai Kawasan Strategis Nasional Perkotaan (KSN Perkotaan) di Indonesia,
dimana didalamnya terdapat 7 Kawasan Metropolitan Eksisting dan 6 Kawasan Metropolitan Baru. Salah
satu dari 6 Kawasan Metropolitan Baru tersebut adalah Kawasan Metropolitan Sambotenggarong (Kota
Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Kartanegara) dimana status
1-1
pengembangan kawasan tersebut adalah untuk pengembangan/peningkatan fungsi kota-kota pusat
pertumbuhan nasional.
Dalam arahan Renstra Kementerian PUPR 2015-2019, Kementerian PUPR mendorong pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk ekonomi maritim dan peningkatan pemanfaatan potensi
ekonomi dan sumber daya sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka
percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan
potensi dan keunggulan daerah melalui: Pengembangan sentra ekonomi, pembangunan Kawasan
Metropolitan Baru di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan
menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna
mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa.
Kota Samarinda merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur merupakan kota sungai dengan jumlah
penduduk mencapai 812.597 jiwa (Tahun 2015), jumlah tersebut mendominasi (±23 %) total jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 3.426.638 jiwa. Total penduduk dari administratif
Sambotenggarong (Kota Samarinda-Kota Balikpapan-Kota Bontang-Kabupaten Kutai Kertanegara)
mencapai 2.309.286 jiwa ditahun 2015 mencapai ± 67,4% dari total penduduk Provinsi Kalimantan
Timur. Balikpapan memiliki penduduk sebanyak 615.574 jiwa, yang merupakan 22 % dari keseluruhan
penduduk Kaltim. Balikpapan merupakan kota dengan biaya hidup termahal se-Indonesia. Berdasarkan
Kajian Ekonomi dan Kehuangan Regional Provinsi Kalimantan Timur oleh Bank Indonesia konomi
Kaltimra pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi Kaltimra pada triwulan I 2017 sebesar 4,1% (nasional 5.01%) dengan sektor ekonomi didorong
oleh pertambangan dan industri pengolahan. Sektor ekonomi penyumbang terbesar perekonomian
Kalimantan Selatan ini beraglomerasi pada kawasan perkotaan Sambotegarong ini sehingga menjadi satu
pusat pertumbuhan di Kalimantan.
Kawasan Perkotaan Sambotenggarong berada pada Wilayah Pengembangan Strategi (WPS) 23 WPS Pusat
Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy. Dengan backbone berada pada jalur trasn
kalimantan pada kawasan ini akan berkembang kawasan baru diantaranya seperti kawasan industri
Kariangau di Balikpapan, Pelabuhan Utama Samarinda, Pelabuhan Semayang di Balikpapan yang butuh
didukung ketersediaan infrastruktur.
1-2
perencanaan yang terstruktur dan terukur, perlu dilakukan suatu studi kelayakan sistem jaringan
infrastruktur, dimana dari studi ini diharapkan dapat dinilai tingkat kelayakan suatu alinyemen pada
koridor sistem jaringan infrastruktur yang terpilih.
1-3
Gambar 1-2 Urban Form and Structure
1-4
menyusun Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di
Kawasan Metropolitan Sambotenggarong
1.3 Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini antara lain:
2. Tersusunnya profil dan kinerja infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR);
4. Terumuskannya strategi keterpaduan pengembangan kawasan secara fungsi, lokasi, besaran, biaya,
antartingkat pemerintahan, antarsektor, kelembagaan dan pembiayaan;
7. Tersusunnya Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di
Kawasan Metropolitan Sambotenggarong; dan
1-5
Gambar 1-3 Kawasan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy
Tahapan kegiatan persiapan (pendahuluan), pokok-pokok pekerjaan yang akan dilakukan dan hasil
yang diharapkan antara lain meliputi:
2. Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praktis di Indonesia atau negara lain yang
berhasil terkait pengembangan kawasan metropolitan khususnya bidang perencanaan
infrastruktur wilayah dan perkotaan;
1-6
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), Rencana Induk Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM),
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan, Rencana Induk Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan, Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran, Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air (PSDA), Rencana PSDA, dll;
4. Identifikasi delineasi kawasan yang telah berfungsi sebagai metropolitan (dominasi kegiatan
nonpertanian dan permukiman) atau Functional Urban Area (FUA) dari kota-kota untuk
melihat penjalaran fisik kota dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah
10. Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;
12. Seminar di daerah dengan mengundang narasumber dari K/L terkait diantaranya ATR,
Bappenas, Bappeda, Perhubungan dan Akademisi yang bertujuan sebagai kick off meeting
untuk mengetahui teori perencanaan dan pengembangan metropolitan yang sesuai dengan
masterplan dan development plan Metropolitan Sambotenggarong, arahan kebijakan terkait
Metropolitan Sambotenggarong; dan
2. Pengumpulan Data Primer meliputi sekurang-kurangnya survei peta dan survei kependudukan
dan data sekunder di sekitar Kawasan Metropolitan Sambotenggarong untuk kajian regional
dan kajian sistem jaringan infrastruktur. Data Primer terkait sistem jaringan infrastruktur
dimaksud meliputi sekurang-sekurangnya:
1-7
a. Data Lalu Lintas (bangkitan dan tarikan, kecepatan perjalanan, tingkat pelayanan,
peramalan lalu lintas, dsb);
b. Data Topografi;
c. Karakteristik kawasan strategis eksisting, yang mencakup kawasan industri (jenis industri,
lokasi koleksi dan distribusi, orientasi pasar), kawasan pariwisata budaya dan religi, serta
kawasan perdagangan dan jasa;
g. Karakteristik lingkungan.
a. Kondisi, sebaran, dan gap infrastruktur PUPR dan kondisi, sebaran infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR); dan
b. Kinerja pelayanan infrastruktur, khususnya pada sub-sektor SDA, Bina Marga, Cipta Karya,
dan Perumahan.
b. Keterpaduan antarsektor;
1-8
c. Keterpaduan antara pusat dan daerah dan antardaerah;
e. Kelembagaan
Tahap analisis pengembangan kawasan ini merupakan tahap inventarisasi data dan analisis data
yang akan mencakup, hal-hal berikut:
1) Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan global untuk mengetahui posisi kawasan
dalam konstelasi regional meliputi: peran kota/kawasan perkotaan pada skala global, nasional,
provinsi, dan WPS; kontribusi PDRB kawasan ke nasional dan regional; sektor unggulan dan
peluang investasi utama;
3) Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan bentuk kota (urban form and
structure) serta kecenderungan perkembangan kawasan perkotaan beserta indikasi urban
sprawl dan konurbasi;
5) Analisis daya dukung dan daya tampung untuk mengetahui kapasitas dari lingkungan sebagai
salah satu bentuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
6) Analisis kependudukan dan intensitas ruang melalui pengamatan langsung dan survey instansi
terkait sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur PUPR secara efektif dan
efisien;
1-9
8) Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi pembangunan infrastruktur melalui koordinasi
dengan sektor-sektor terkait untuk mempercepat pembangunan;
10) Analisis potensi kawasan/ sub kawasan untuk menyiapkan kawasan pertumbuhan baru;
12) Rapat Koordinasi Pusat dengan mengundang K/L terkait dan unit organisasi PUPR terkait
pembahasan isu, kebijakan, rencana dan program K/L dan sektor-sektor PUPR ; dan
1) Penyusunan Master Plan dan Development Plan Pengembangan Kawasan dan Infrastruktur;
a) Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air, dengan sasaran strategis meningkatnya dukungan
untuk kedaulatan pangan dan energi, serta meningkatnya ketahanan air;
1 - 10
Tahun Biaya Total
Bidang Kegiatan Vol Lokasi Kewenangan
Pekerjaan Satuan Biaya
On Going (MYC)
Pembangunan Irigasi, Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Rawa, Tambak MYC Kec Kab/kota
Rehabilitasi Irigasi, Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Rawa, Tambak MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Km Rupiah Rupiah
Pengendali Banjir MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Km Rupiah Rupiah
Pengaman Pantai MYC Kec Kab/kota
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Pembangunan Embung Buah Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Pengadaan Lahan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
SDA Ha Rupiah Rupiah
Bendungan, dll MYC Kec Kab/kota
Pembangunan Jalan
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Baru (termasuk Km Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
kawasan perbatasan)
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Pembangunan Jalan Tol Km Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Peningkatan/ Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Km Rupiah Rupiah
Pelebaran Jalan MYC Kec Kab/kota
Pembangunan dan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM M Rupiah Rupiah
Peningkatan Jembatan MYC Kec Kab/kota
Flyover, Underpass,
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM perlintasan tak M Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
sebidang KA
Pengadaan Lahan Jalan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
BM Ha Rupiah Rupiah
Bebas Hambatan MYC Kec Kab/kota
Pembangunan SPAM Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Ltr/dtk Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Pembangunan SPAM Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Ltr/dtk Rupiah Rupiah
IKK MYC Kec Kab/kota
Pembangunan
Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kawasan Kumuh Ha Rupiah Rupiah
MYC Kec Kab/kota
Perkotaan
Penanganan TPA Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kab/Kota Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Penanganan IPAL Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Kab/Kota Rupiah Rupiah
Regional MYC Kec Kab/kota
Revitalisasi Kawasan Tahun / Kel / Pusat/Prov/
CK Lokasi Rupiah Rupiah
(Kawasan Tematik) MYC Kec Kab/kota
Perumaha Pembangunan Rumah Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Susun MYC Kec Kab/kota
Perumaha Pembangunan Rumah Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Khusus MYC Kec Kab/kota
Perumaha Peningkatan Kualitas Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Rumah Swadaya MYC Kec Kab/kota
Perumaha Bantuan PSU untuk Tahun / Kel / Pusat/Prov/
Unit Rupiah Rupiah
n Perumahan Umum MYC Kec Kab/kota
1 - 11
kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan untuk kondisi saat
ini dan kondisi di masa mendatang yang lebih berorientasi kepada output dan outcome;
1 - 12
KPI Profil Target capaian Deviasi/Backlog
No
Bidang Indikator Infrastrukt Infrastrukt 201 201 202 201 201 202
.
ur th 2025 ur th 2017 8 9 5 8 9 5
perspektif
menghuni
Persentase
penurunan
rumah % % % % % % % %
tidak layak
huni
3) Focus Group Discussion (FGD) di daerah dengan mengundang balai dan satker PUPR, Bappeda
dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyampaikan hasil analisis
yang telah dilakukan dengan membahas isu-isu tiap sektor beserta indikasi kebutuhan program
dengan tujuan untuk mengkonfirmasi / klarifikasi validitas dan ketersediaan data, koordinasi
hasil analisis dengan unor PUPR, K/L, daerah, dan stakeholder terkait lainnya yang diikuti
dengan survei. FGD dilakukan dengan pembahasan desk program yang telah disusun dengan
ketentuan sebagai berikut:
FGD ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di balai dan satker PUPR,
Bappeda dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50 (Lima puluh) peserta;
Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari daerah
dibiayai oleh penyedia jasa minimal 3 orang;
Kelengkapan FGD sekurang-kurangnya meliputi materi FGD, seminar kit, uang harian, dan
transport untuk masing-masing peserta serta spanduk, backdrop, standing banner dan
sewa unit kendaraan roda 4 (empat) sekurang-kurangnya 2 (dua) unit untuk keperluan
acara.
1 - 13
4) Pembahasan Laporan Antara.
Kelengkapan pembahasan terdiri dari materi, uang saku, dan transport untuk masing-
masing peserta.
Identifikasi Pusat – Pusat Kegiatan yang meliputi PKN, PKW, PKSN, KSN, KEK, KSPN, KI, dll.
Identifikasi simpul - simpul transportasi yang meliputi pelabuhan, bandar udara, ASDP dan
terminal yang belum terakses oleh jalan nasional, berdasarkan dokumen rencana induk
pengembangan infrastruktur simpul transportasi.
3) Identifikasi dan Analisa Kebijakan Nasional dan Daerah yang Terkait Pengembangan Jaringan
Infrastruktur
Identifikasi kebijakan nasional dan daerah yang terkait dengan pengembangan kawasan
metropolitan, kawasan perbatasan, membuka keterisolasian daerah terpencil dan solusi
konflik, dan lain-lain.
Analisa data kondisi terkini pola pembangunan kawasan dan kewilayahan serta analisa rencana
tata ruang kawasan baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau,
Rencana Tata Ruang Provinsi, Kabupaten, dan Kota guna mempersiapkan perencanaan jaringan
transportasi jalan yang efektif dan optimal dalam membangun konektivitas antar pusat
kegiatan.
1 - 14
5) Analisis Keterpaduan Jaringan Transportasi dan Logistik Nasional/Regional.
Berdasarkan analisa rencana tata ruang dan integrasi transportasi multi moda, konsultan
mengidentifikasi rencana pengembangan jaringan infrastruktur yang optimal dalam
mendukung pengembangan wilayah di Kawasan Metropolitan Sambotenggarong. Beberapa
alternatif jaringan infrastruktur disusun dengan mempertimbangkan keefektifan dan efisiensi
penggunaan jaringan jalan tersebut.
1) Pengumpulan dan analisis data dan informasi eksisting, sekurang-kurangnya meliputi: data
kependudukan, data karakteristik nilai sosial budaya, data kondisi topografi dan geografi area
rencana perumahan dan permukiman, data kondisi iklim, data status kepemilikan rumah, data
lokasi dan sebaran permukiman kumuh, peraturan perundang-undangan dan standar-standar
perencanaan terkait perumahan dan permukiman, data pertanahan, keterjangkauan daya beli
masyarakat, kelembagaan perumahan dan permukiman, isu peran swadaya masyarakat dan
swasta serta data-data terkait lainnya
1 - 15
Identifikasi terhadap Perumahan dan Permukiman yang sedang berkembang dan keterkaitan
site terhadap dukungan kawasan perkotaan
3) Identifikasi dan Analisis Kebijakan Nasional dan Daerah terkait Pengembangan Perumahan
Permukiman
Analisa data kondisi terkini pola pembangunan kawasan dan kewilayahan serta analisa rencana
tata ruang kawasan baik RTRWN, RTR Pulau, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, dan RTRW
Kota guna mempersiapkan perencanaan jaringan infrastruktur perumahan dan permukiman
yang efektif dan optimal dalam membangun konektivitas antar pusat kegiatan.
Berdasarkan hasil analisis rencana tata ruang dan integrasi keterpaduan pengembangan
perumahan, konsultan mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana kawasan seperti
sarana (pemerintahan dan pelayanan umum, pendidikan dan pembelajaran, kesehatan,
peribadatan, perdagangan dan niaga, kebudayaan dan rekreasi, ruang terbuka, taman, lapangan
olah raga, dll) dan prasarana (jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air
limbah, jaringan persampahan, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan transportasi lokal,
dll).
Analisa biaya manfaat disusun dengan memperhatikan aspek pasar, teknis, manajemen dan
keuangan
1 - 16
berdasarkan prioritas kebutuhan perumahan permukiman dan pengembangan wilayah serta
skenario pendanaan yang paling optimum serta dapat dilaksanakan.
Survei di daerah dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi dari Bappeda dan Dinas-Dinas
terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta dari UNOR PUPR terkait penyusunan konsepsi Pra
Studi Kelayakan. Survey tahap ke-3 (tiga) dilakukan pada bulan ke-6 (enam) sekurang-kurangnya
selama 4 (empat) hari dan sekurang-kurangnya dilakukan oleh 6 (enam) orang dari tim yang
kemudian dilanjutkan dengan workshop. Workshop ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Workshop ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di balai dan satker
PUPR, Bappeda dan Dinas-Dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder
terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50 (Lima puluh) peserta;
Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari pusat/
daerah dibiayai oleh penyedia jasa minimal 3 orang;
Workshop ini membahas dan merumuskan konsepsi Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan
Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Metropolian Sambotenggarong (Samarinda-
Balikpapan-Bontang-Tenggarong)
h) Tahap Seminar Akhir Masterplan dan Development Plan dan Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan
Infrastruktur dan Perumahan Permukiman Metropolitan Sambotenggarong
Seminar yang diselenggarakan di pusat dengan mengundang dan membiayai perjalanan narasumber
dari Bappeda/Dinas PU Provinsi/Kab/Kota yang ada di Metropolitan Baru Sambotenggarong,
mengundang unor dan sektor yang terkait dalam penyusunan arahan program keterpaduan serta
Penyusunan Pra Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Penyusunan Pra Studi Kelayakan
Perumahan dan Permukiman dengan ketentuan sebagai berikut:
Seminar diselenggarakan dengan paket meeting Fullday setingkat Eselon II di Jakarta sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku yang dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh);
1 - 17
Seminar ini mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di mengundang unor dan
sektor yang terkait, serta Stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya
dihadiri 60 (Enam puluh) peserta;
Biaya transportasi, akomodasi Narasumber dan/atau moderator yang berasal dari daerah
dibiayai oleh penyedia jasa minimal 2 orang;
Kelengkapan seminar sekurang-kurangnya meliputi materi seminar, seminar kit, uang harian,
dan transport untuk masing-masing peserta serta spanduk, backdrop, standing banner untuk
keperluan acara.
i) Tahap pekerjaan lain yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi output pekerjaan
Pembahasan Laporan Akhir diselenggarakan dengan paket meeting fullday sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku yang diselenggarakan pada bulan ke 5 (lima) dalam pekerjaan ini dengan
mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan
stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 40 (empat puluh)
peserta dan Kelengkapan pembahasan terdiri dari materi, uang saku, dan transport untuk masing-
masing peserta.
1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah:
2. Dokumen strategi pencapaian target KPI Kawasan Metropolitan Sambotenggarong dalam bentuk
program dan kegiatan infrastruktur PUPR tahunan;
4. Dokumen Studi Kelayakan Sistem Jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Kawasan
Metropolitan Sambotenggarong yang memuat sekurang-kurangnya:
1 - 18
a. Rencana pengembangan jaringan Infrastruktur dan Perumahan Permukiman di Kawasan
Metropolitan Sambotenggarong; dan
5. Peta spasial dan peta indikasi program pada skala 1:10.000-1:5.000 untuk Kawasan Metropolitan
Sambotenggarong;dan
6. Laporan pelaksanaan Kegiatan (pendahuluan, antara, proceeding, dan akhir) dengan subtansi sesuai
dengan ketentuan dalam TOR.
1. Kebijakan Nasional
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, beserta
peraturan pelaksanaannya;
1 - 19
Kebijakan tata ruang jangka panjang 20 tahun terkait pengembangan perkotaan (fungsi), struktur
ruang dan pola ruang yang terkait dengan fungsi kawasan perkotaan, rencana struktur ruang,
strategi operasionalisasi perwujudan, serta kawasan strategis diamanatkan dalam:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
b. Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan;
c. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2016-2036;
d. Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bontang Tahun 2012-2032;
e. Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Balikpapan Tahun 2012-2032;
f. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda Tahun 2014-2034;
g. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033;
h. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2015-2035; dan
a. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
b. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
c. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005-2025;
d. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Balikpapan Tahun 2005-2025;
e. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Samarinda Tahun 2005-2025;
f. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Bontang Tahun 2005-2025;
1 - 20
g. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2005-2025
h. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018;
i. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Balikpapan Tahun 2011-2016;
j. Peraturan Daerah Nomor x Tahun 20xx tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Samarinda Tahun 2011-2016;
k. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Bontang Tahun 2016-2021;
l. Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun 2011-2015;
4. Kebijakan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
1 - 21
d. Infrastruktur Permukiman
Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
a. Perhubungan
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional; dan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2012 tentang Alur Pelayaran Sungai
dan Danau
c. Perhubungan Udara
1 - 22
Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana Induk masing-masing
bandar udara.
d. Perhubungan Laut
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana
Induk Pelabuhan Nasional;
e. Perkeretaapian
f. Pelabuhan Perikanan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Perikanan Nasional; dan
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Rencana
Strategis KKP 2015-2019.
a. Kawasan Industri
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019.
b. Kawasan Pariwisata
1 - 23
1.7 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
keluaran, serta dasar kebijakan dan referensi hukum
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT
Bab ini menguraikan tentang kebijakan baik itu dari level nasional, provinsi dan kebijakan
sektor lainnya yang terkait
BAB 3 KAJIAN LITERATUR, TEORI, DAN BENCHMARK KAWASAN METROPOLITAN
Bab ini menguraikan tentang kajian literature serta teori terkait dengan pekerjaan serta
benchmark yang menjadi contoh acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
BAB 4 DELINEASI KAWASAN METROPOLITAN SAMBO TENGGARONG
Bab ini menguraikan tentang pertimbangan-pertimbangan dalam mendelineasi Kawasan
yang akan dijadikan wilayah kajian dalam pekerjaan
BAB 5 PROFIL WILAYAH KAWASAN METROPOLITAN SAMBO TENGGARONG
Bab ini menguraikan tentang profil umum dan profil kinerja infrastruktur di Kawasan
Metropolitan Sambo Tenggarong
BAB 6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini menguraikan tentang pendekatan dan metodologi yag akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan ini.
BAB 7 RENCANA KERJA
Bab ini menguraikan tentang rencana kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
1 - 24
1 - 25