BAB 1
PENDAHULUAN
Kota Tarakan terletak pada 117°34' Bujur Barat dan 117°38' Bujur Timur
dan berada pada 3°19' Lintang Utara dan 3°20' Lintang Selatan, serta
mempunyai luas 657,33 km² yang terdiri dari daratan seluas 250,8 km² (38,2%)
dan lautan seluas 406,53 km² (61,8%).
Kota Tarakan berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu
(Kabupaten Bulungan) di bagian utara, Laut Sulawesi dan pesisir pantai
kecamatan Tanjung Palas (Kabupaten Bulungan) di sebelah selatan. Di sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Pulau Bunyu (Kabupaten Bulungan) dan
Laut Sulawesi, serta di sebelah barat berbatasan dengan pesisir pantai
Kecamatan Sesayap (Kabupaten Bulungan). Suhu udara minimum rata-rata
24,70 C dan maximum 32,80 C dengan kelembaban udara rata-rata 79,67%,
serta tekanan udara rata-rata mencapai 1.009,96 Mbs dan curah hujan rata-rata
274,21 mm/bulan.
Kota Tarakan memiliki posisi yang strategis bagi Kalimantan Utara, yaitu
sebagai penggerak pertumbuhan Wilayah Utara dan pintu gerbang utama. Selain
merupakan pusat transit perdagangan antar pulau di wilayah utara Kalimantan,
Tarakan juga menjadi pusat transit perdagangan antara Indonesia – Malaysia
dan Filipina. Jumlah penduduk Kota Tarakan menunjukkan tren yang terus
meningkat. Pada tahun 2008 berjumlah 162.189 jiwa, sedangkan tahun 2012
meningkat menjadi 212.100, yang berarti dalam kurun waktu 2008-2012 telah
terjadi pertumbuhan sebesar 30.77% atau sebesar 7,69% per tahun dengan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 848 jiwa/km².
Persebaran penduduk Kota Tarakan tidak merata atau terjadi
ketimpangan persebaran, dimana penduduk banyak terkonsentrasi pada daerah
yang memiliki aktivitas perekonomian yang tinggi dan sarana sosial serta
infrastruktur yang lebih lengkap seperti kecamatan Tarakan Barat. Hal ini
ditunjukan dari tingkat kepadatan yang mencapai 2.665 jiwa/km², sementara
kecamatan Tarakan Utara hanya 221 jiwa/km². Luas daratan yang terbatas dan
perkembangan jumlah penduduk yang cepat menjadi kendala dan tantangan
bagi Pemerintah Kota dalam menyediakan lahan untuk permukiman dan sarana
sosial dan ekonomi dikemudian hari.
Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa RPI2-JM Bidang Cipta Karya,
selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah,
juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota
(SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka
mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pemprograman dan
penganggaran pembangunan infratsruktur Bidang Cipta Karya.
RPI2-JM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu
lima tahun yang mencakup multi sector, multi sumber pendanaan, dan multi
stakeholders.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan
dalam periode tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan
pembangunan infrastruktur, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah,
pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat/dunia usaha. Khusus untuk Bidang
Cipta Karya, rencana dan program pembangunan infrastruktur yang terdapat
pada RPI2-JM dioperasionalkan melalui RPI2-JM Bidang Cipta Karya, untuk
selanjutnya dilaksanakan pembangunannya oleh seluruh pelaku pembangunan
Bidang Cipta Karya. Gambar 1.2 memaparkan Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta
Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan dokumen perencanaan
pembangunan di daerah.
Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa arahan kebijakan, rencana, dan
indikasi program terkait khusus untuk Bidang Cipta Karya yang tercantum pada
Perda RTRW, Perda, Perwali RPJMD, RPI2-JM Bidang PU, dan Perda
Bangunan Gedung merupakan acuan dasar integrasi rencana pembangunan
permukiman. Integrasi rencana pembangunan permukiman berisikan arahan
kebijakan pengembangan permukiman di Kota Tarakan tersebut, untuk
selanjutnya diterjemahkan pada rencana induk masing-masing sektor, seperti
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota
(SSK), dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Khusus untuk Kawasan Strategis Kota (KSK), yaitu wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial
masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan, rencana pembangunan infrastruktur
permukiman dapat dikembangkan lebih rinci melalui Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kota (RTBL KSK). RTBL KSK berisikan
rencana aksi program strategis dalam penanganan kegiatan permukiman dan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan, dalam hal ini di KSK berdasarkan RTRW Kota.
Seluruh dokumen perencanaan yang ada selanjutnya dioperasionalkan
melalui RPI2-JM Bidang Cipta Karya, memuat rencana investasi yang melibatkan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dunia usaha,
masyarakat, dan bantuan pembiayaan pembangunan lainnya. Seluruh rencana
investasi, yang disusun dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan
sosial, kelembagaan, serta kapasitas keuangan daerah, kemudian disusun dalam
matriks program lima tahunan dan untuk selanjutnya dibagi dalam rencana
tahunan.
Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa seluruh anggota Satgas, baik di
tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota memiliki peran penting dalam
penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Prinsip bottom up planning cukup
kental pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ini, agar rencana yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah,
dengan tetap mengacu pada kebijakan nasional.