Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana Strategi (REVISI)s (RENSTRA REVISI) Satuan Kerja Pemerintah Daerah ( SKPD) adalah
dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan,penganggaran,pelaksanaan dan pengawasan sertamerupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
tahapan penyusunan Rencana Jangka menengah pembangunan Daerah
*RPJMD). Renstra juga merupakan acuan di dalam penyusunan Rencana Kerja tahunan SKPD ,dimana Renja
merupakan penjabaran dari Renstra SKPD serta tetap memperhatikan Rencana tata ruang serta renstra
propinsi.Penyusunan Renstra SKPD ditujukan sebagai upaya mewujudkan perencanaan pembangunan pertanian
yang sinergis dan terpaduan antara perencanaan pembangunan pertanian Nasional.propinsi dan kabupaten/kota serta
mengoptimalkan partisifasi masyarakat.
Sesuai dengan tujuan perencanaan pembangunan,bahwa proses pnyusunan perencanaan pembangunan
daerah diharapkan dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat,penysusunan Renstra ini di dasarkan pada
penjaringan aspirasimasyarakat yang diformulasikan melalaui musranbangtan (Musyawarah pembangunan bidang
pertanian) serta memperhatikan pemmbangunan tahun-tahun sebelumnya serta memperhatikan visi misi walikota
terpilih .Kedudukan Renstra didalam pelaksanaan pembangunan di kota lubuklinggau adalah sebagai salah satu
kerangka didalam penyusunan jangka Rencana Pembangunan Jangka menengah serta menjadi acuan di dalam
menysusun rencana dan penganggaran tahunan pembangunan bidang pertanian).
Tersusunnya Renstra SKPD diharapkan dapat mewujudkan keterpaduan antara perencanaan dan pengganggaran
jangka menengah.Dimana pengambilan keputusan penetapan program dan kegiatan yang direncanakan merupakan
satu kesatuan proses perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi,konsisten dan mengikat untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran program dan kegiatan pembanguanan daerah.Sebagaimana disebutkan doi dalam
Undsang-Undang 25 tahun 2004 pengertian perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa depat yang
tepat,.melalui urutan pilihan dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.Peraturan Pemerintah RI no 8 tahun
2008 disebutkan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah Suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan
yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya ,guna pemanfaatand dan pengalokasian
sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu wilayah dengan kurun
waktu tertentu.
Renstra SKPD th 2018 – 2023 merupakan rencana kerja pemerintah lima tahunan yang merupakan
penjabaran dari vivi misi walikota terpilih masa bakrti 2018 - 2023,serta tetap memperhatikan RPJP 2005 -2025. Di
dalam RENSTRA SKPD (th 2018 - 2023) untuk bidang tanaman pangan dan perkebunan lebih menekankan
tumbuh dan berkembangnya agribisnis serta faktor-faktor pendukung seperti :1) meningkatkan produksi tan
pangan,hortikultura dan perkebunan untuk mendukung ketersediaan bahan baku bagi agribisnis tingkat desa
mempertahankan kawasan pangan abadi dalam mendukung program nasional yaitu swasembada pangan. Th 2020
,peningkatan SDM baik petugas maupun petaniagar bisa mengikuti kemajuan tehnologi,Meningkatkan nilai
tambah produk-produk pertanian melalui penyediaan sarana prasarana pasca panen, meningkatkan kesejahteraan petani
melalui penyediaan infrastuktur di lahan pertanian dan perkebunan serta tetap memperhatikan pembangunan
pertanian dan Peternakan secara berkelanjutan dan klestarian lingkungan.sedangkan untuk bidang Peternakan
disamping tetap melakukan relabilitasi lahan untuk menjaga fungsi lahan juga menumbuhkembangkan
pengembangan agribisnis pedesaan sektor Peternakan non kayu. Pencapaian target rencana pembangunan stategis
tahun 2018 – 2023 memperhatikan visi misi walikota terpilih dengan melaksanakan pendekatan kewilayahan/rencana
tata ruang serta melakukan evaluasi kegiatan – kegiatan tahun sebelumnya baik dari sergi anggaran maupun out put
kegiatan.

1.2. Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang ns penyustunan Renstra ini adalah ebeebagai


berikut :
1. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional (lembaran
negara republik indonesia tahun 2004 nomor 164. Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor
4421);
2. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (lembaran negara republik indonesia
tahun 2004 nomor 125. Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(lembaran negara republik indonesia tahun 2008 nomor 59 tambahan lembaran negara republik
indonesia nomor 4844);
3. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemrintah daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 2004 nomor 126, tambahan lembaran
negara republik indonesia nomor 4844);
4. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang pembangunan jangaka panjang (rpkp) nasional tahun 2005-
2025 (lembaga negara republik indonesia tahun 2007 nomor 33. Tambahan lembaran negara republik
indonesia nomor 4700);
5. Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang dana perimbangan (lembaran negara republik indonesia
tahun 2005nomor 137, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4575);
6. Peraturan pemeritah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah (lembaran negara
republik indonesia tahun 2005 nomor 139, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4578;
7. Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antar pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan pemrintah daerah kabupaten/kota (lembaran negara republik indonesia tahun
2007 nomor 82, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4737);
8. Peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah kota lubuklinggau;
9. Peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah (lembaran negara
republik indonesia tahun 2007 nomor 89, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4741);
10. Peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2008 tentang pedoman evaluasi penyelenggaraan pemerintah
daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 2008 nomor 19, tambahan lembaran negara republik
indonesia nomor 4815);
11. Peraturan pemerintah nomor 7 tahun 2008 tentang dekonsentrasi dan tugas pembantuan (lembaran negara
republik indonesia tahun 2008 nomor 20, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4816);
12. Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tat cara penyusunan , pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 2008 nomor 21,
tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 4817);
13. Peraturan pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional (lembaran
negara republik indonesia tahun 2008 nomor 48, tambahan lembaran negara republik indonesia nomor
4833);
14. Peraturan presiden nomor 5 tahun 2010 tetang rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)
tahun 2010-2014;
15. Peraturan bersama menteri dalam negeri, menteri perencanaan pembangunan nasional / kepala badan
perencanaan pembangunan nasional dan menteri keuangan nomor 28 tahun 210, nomor 0199/M
PPN/04/210, nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang penyelarasan rencana pembanguan jangka menengah
daerah (RPJMN) dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 210-2014;
16. peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana telah diubah dengan peraturan menteri dalam negeri nomo 21 tahun 2011 tentang
perubahan kedua atas peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah;
17. peraturan daerah kota lubuklinggau nomor 13 tahun 2006 tentang pokok-pokok Pengelolaan keuangan
daerah kota lubuklinggau;
18. peraturan daerah nomor 16 tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD)
kota lubuklinggau tahun 2005-2025 (le,baran daerah kota lubuklinggau tahun 2009 nomor 16);

1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari penyusunan RENSTRA SKPD DinasPertanian Kota Lubuklinggau tahun
2013 – 2018 adalah untuk menyediakan dokumen perencanaan lima tahunan SKPD yang memuat isu-isu
strategis, prioritas pembangunan,arah kebijakan,program –program prioritas, serta pendanaan indikatif dan
sumber-sumber pendanaannya.
Tujuan penyusunan Renstra SKPD tahun 2018 - 2023 adalah :
1. Terwujudnya pencapaian visi Misi Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau.
2. Mendukung terwujudnya Visi Misi Wali kota terpilih masa jabatan 2018 - 2023.
3. Terwujudnya integrasi,dan sinergitas pembangunan bidang tanaman pangan,hortikultura
,perkebunan dan Peternakan antara kota,propinsi dan Nasional.
4. Terwujudnya penyelelarasan dan konsistensi antara perencanaan , penganggaran, pelaksanaan,
pengendalian, dan pengawasan
5. Teroptimalnya partisipasi masyarakat khususnya bidang tanaman pangan,hortikultura ,perkebunan dan
Peternakan.
6. Termanfaatnya Sumber daya alam dan sumber daya manusia terkhusus masyarakat tani secara efektif,
efisien dan berkelanjutan.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 landasan hukum
1.3 Maksud dan tujuan
1.4 Sistematika Penulisan BAB.II
GAMBAR PELAYANAN SKPD
2.1 Identifikasi PermasalahanBerdasarkan Tugas dan Pelayanan
2.2 Sumber daya SKPD
2.3 Kinerja SKPD
2.4 Tantangan dan peluangPengembangan Pelayanan SKPD BAB .III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 IdentifikasiPermasalahan Berdasarkan Tugas dan fungsi Pelayanan rKPD
3.2 Telaahan VISI,MISI dan Program Walikota terpilih
3.4 Telaahan Renc ana tata Rang wilayah dan kajian LingkunganHidup Strategis.
3.5 Penentuan isu-isu strategis.
BAB. IV. VISI,MISI,TUJUAN DAN SASARAN ,STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 VISI, MISI
4.2 Tujuan dan sasaran Jangka Menengah SKPD
4.3.Strategi dan Kebijakan SKPD
BAB.V. RENVCNA PROGRAM DAN KEGIATAN,INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN DAN
PENDAN INDIKATIP
BAB.VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN rpjmd
BAB .VII .PENUTUP.
BAB 2
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
BAB 2
GAMBARAN PELAYANAN SKPD

1.1 Tugas,fungsi dan Struktur Organisasi SKPD.

Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau sebelumnya merupakan Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau
yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah Kota Lubuklinggau Nomor 58 tahun 2016 tentang susunan
organisasi dan tata kerja dinas daerah. Selanjutnya Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau menjadi Dinas
Pertanian Kota Lubuklinggau berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
43/Permentan/ Ot.010/8/2016 Tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas Dan Fungsi Dinas Urusan Pangan
Dan Dinas Urusan Pertanian Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1330); dan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Lubuklinggau (Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau
Tahun 2016 Nomor 7).

2.1.1Tugas pokok.
Berdasarkan peraturan Walikota Lubuklinggau no 40 tahun 2008 sebelumnya Tugas Dinas Pertanian
Kota Lubuklinggau adalah melaksanakan kewenangan daerah bidang Pertanian yang meliputi Tanaman
pangan,Hortikultura ,Perkebunan dan Kehutanan serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah propinsi. Selanjutnya setelah berubah menjadi Dinas Pertanian Kota
Lubuklinggau Berdasarkan Peraturan Walikota No 58 Tahun 2016 mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan Daerah di bidang Pertanian serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi

2.1.2Fungsi
Berdasarkan peraturan walikota lubuklinggau no 40 tahun 2008 fungsi Dinas Pertanian Kota
Lubuklinggau adalah:
a. Perumusan kebijakan tehnis di bidang tanaman pangan,hortikultura,perkebunan dan Kehutanan ;
b. Pelaksanaan peimbinaan operasional di bidang tanaman pangan,perkebunan dan kehutanan
c. Pelaksanaan bimbingan tehnis di bidang tanaman pangan,pekebunan dan kehutanan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh walikota berdasarkan peraturan perundang-undangan yangn berlaku.;
d. Melaksanakan pengendalian danpengawasan tehnis di bidang tanaman pangan,perkebunan dan kehutanan;
e. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang tanaman pangan,perkebunan dan
kehutanan sesuaiadengan kebijaksanaan yang di tetapkan oleh walikota berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
f. Pengendalian dan pembinaan Unit pelaksana tehnis disa (UPTD) dan lingkup tugasnya.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Selanjutnya setelah menjadi Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau Berdasarkan peraturan walikota
lubuklinggau no 58 tahun 2016 mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan teknis, fasilitasi dan koordinasi serta pembinaan teknis di bidang prasarana sarana dan
hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, petrnakan dan kesehatan hewan dan penyuluhan;
b. pelaksanaan kebijakan, fasilitasi dan koordinasi serta pembinaan di bidang prasarana sarana dan hortikultura,
tanaman pangan, perkebunan, petrnakan dan kesehatan hewan dan penyuluhan;
c. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang prasarana sarana dan hortikultura, tanaman
pangan, perkebunan, petrnakan dan kesehatan hewan dan penyuluhan;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait tugas dan fungsinya.
2.1.3Struktur Organisasi.
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau (Peraturan Walikota no 40 Tahun 2008)

UMUM KEUANGAN

Gambar 2. Struktur Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau (Peraturan Walikota no 58 Tahun 2016)
2.2 Sumber daya SKPD

2.2.1..Sumber daya

alam Bidang Tanaman

Pangan

Tanaman pangan merupakan salah satu sektor bidang Pertanian yang menjadi fokus Pembangunan bidang
Pertanian. Di kota Lubuklinggau Luas sawah yang telah produksi seluas 2345,5 Ha terdiri dari sawah beririgasi
tehnis, setengah tehnis,tadah hujan dll. Untuk lebih jelasnya data potensi sawah yang terdapat di Kota
Lubuklinggau dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1: Data Potensi areal sawah di wilayah Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau
No Jenis Lahan Sawah 2010
( ha )
1 2 3

1 Sawah Irigasi Tehnis 1.267


2 Sawah Irigasi setengah Tehnis 85
3 Sawah Irigasi sederhana 211
4 Sawah Desa Non PU 351,5
5 Sawah Tadah Hujan 234,1
6 Sawah Pasang Surut -
7 Sawah Lebak, polder dan lainnya 92
8 Calon Sawah/belum di cetak 104,9
Jumlah 2345,5

Komoditi tanaman pangan selain padi juga terdapat tanaman Palawija dan Hortikultura . Untuk
Lebih Jelasnya data Luas Panen dan data Produksi rata-rata per Komoditi dapat dilihat pada Tabel
Berikut :
Tabel 2 : Data Luas Panen dan Rata-rata Produksi padi,palawija dan hortikultura

Luas Panen Produksi rata-rata (Ton/Ha)


No Jenis Komoditi
2014 2015 2016 2014 2015 2016 2017
1 Padi
-Padi Sawah 4416 3770 4.340 5,13 5,38 5,40 5,5
-Padi Ladang 67 112 98 2,51 2,28 2,30 2,30
2. Palawija
-Jagung 27 152 39 4,18 3,8 3,86 3,86
-Kedelai 5 23 66 1,3 1,31 1,34 1,34
-Kacang Hijau - - 18 - - 1,15 1,15
-Kacang Tanah 9 14 17 9,0 9,0 2,55 2,55
-Ubi Kayu 71 73 81 11,66 11,63 11,65 11,65
-Ubi Jalar 19 25 19 7,9 7,9 7,93 7,93
3 -Talas - - - - - -
Hortikultura
-Buah-buahan 441,2 441,2 1219,11 1256,4 1260 1260,5
-Sayur-sayuran 140 160 8,9 8,9 9,0 9,2
-Tanaman Obat 51,08 56 9,87 9,86 9,9 9,9
- obatan 16,9 17,5 290 297,5 298 299
-Tanaman Hias btg/th btg/th
Sumber data : bidang tanaman pangan

Pada Tabel diatas terlihat Produktivitas Tanaman Padi di Kota Lubuklinggau pada tahun 2017 sebesar 5,40
ton/Ha Gabah Kering Giling. Sedangkan pada tahun 2018 meningkat sebesar 5 %.yaitu sebesar 25.289,6 ton/Ha
Gabah Kering Panen.Tanaman buah-buahan di kota Lubuklinggau juga mempunyai peranan dalam rangka
menunjang Ketahanan Pangan . Untuk lebih Jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3 : Data Luas Panen dan produksi tanaman buah-buahan di Kota Lubuklinggau.
2015 2016 2017 2018
No Luas Luas Panen Luas Luas Panen Produktifi Produksi Produktifit Produksi
Jenis
Tanam ( (Ha Tanam ( (Ha) tas (Ton)/th as (ton)/th
Tanaman
Ha ) ) Ha ) (ton)/ha (ton)/ha
1 Alpukat 33,81 24,39 36,16 24,50 40,38 40,20 31,6 64,40
2 Jeruk 6,71 4,3 8,21 4,3 11,9 11 1,77 5,6
3 Duku 6,3 3,9 6,3 3,9 20 17,5 5,3 17,60
4 Durian 193,36 130,96 193,36 130,96 330 327,42 220,6 780,60
5 Mangga 75,28 51,36 87,53 53,40 64 61,63 45,34 136
6 Nenas 0,4 0,35 0,5 0,5 25,6 17,95 1,96 19,2
7 Manggis 1,3 0,92 1,3 1 1,9 1,75 0,29 0,8
8 Pisang 40,6 28,94 40,8 29 34,79 34,72 79,44 418,10
9 Rambutan 105,31 54,59 105,31 56,69 255 245,65 68,98 69,10
10 Sawo 32,81 18,52 128,35 20 60 55,56 70,80 139,00
11 Nangka/ 5 4,54 5 5 37,36 33,93 162,4 275,2
12 Cempedak 2 1,65 2 1,9 114,8 99,76 8,14 20,5
13 Jambu biji 5 5 5 5 26,94 26,93 5,89 35,8
14 Pepaya 2 1,65 2 1,9 114,8 99,76 5,89 15,20
15 Melinjo 5 5 5 5 26,94 26,93 5,32 135,10
16 Sukun 63 27,8 63,15 32,5 97,5 83,4 132,93 4,10
17 Sirsak 2 1,90 2 2 15 14,25 5,87 16,8
18 Belimbing 3,8 3,3 4 3,5 15,6 14,8 3,45 16
19 Salak 12 7 12 7 127 126 2,83 116
20 Jambu Air 18,5 16,55 18,5 17 20,9 20,39 16,52 21,6
21 Petai 13,04 0,9 13,04 1 8,6 7,80 25,94 43

Jumlah 693,05 386,87 732,51 399,15 1306,4 1240,6 899,37 2233,7

Dari Tabel Diatas terlihat Luas panen yang terluas pada sektor tanaman buah-buahan diduduki oleh
tanaman Durian dengan produksi 327 ton buah segar per tahun pada th 2010 dan pada th 2011 terjadi
peningkatan produksi yang cukup signifikan dengan yaitu sebesar 780,60 ton per tahun,di ikuti dengan
tanaman mangga dengan produksi 136 ton per tahun. hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Durian dan
mangga merupakan potensi yang cocok untuk di kembangkan di Kota Lubuklinggau terutama di daerah
Lubuklinggau Selatan I,II,Lubuklinggau Utara I,II dan Lubuklinggau Barat I.
Bidang Perkebunan
Tanaman Perkebunan merupakan salah satu sektor bidang Pertanian yang menjadi fokus Pembangunan
bidang Pertanian. Di kota Lubuklinggau Luas perkebunan karet seluas 13.874 Ha yang telah produksi seluas 8.219,7
Ha .sedangkan komoditi lain adalah komoditi kopi,kelapa sawit dll seluas 2.094,5 Ha . Untuk lebih jelasnya data
potensi perkebunan yang terdapat di Kota Lubuklinggau dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 : Data Luas Panen dan Rata-rata Produksi tanaman perkebunan tahun 2018
Produksi LUAS AREAL
Tanaman
No Jenis Komoditi Tan.Belum menghasilkan Tan rusak/tua
2018 menghasilkan

1 Karet 9501,56 2.295,30 8.219,70 3.359


2 Kopi 678 316,75 777,15 368
3 Kelapa sawit 144 80,90 22,95 -
4 Kelapa 29,45 21,00 139,11 61,24
5 Kunyit 1.888 25,00 260,00 -
6. Kemiri 267,2 29,00 35 5,0
7 Aren 11,44 31,00 20 -
8 Tembakau 3,60 - 3,5 -
9 Kunyit 30.000 350 100 -

Sumber data : Pertanian kota lubuklinggau

Sumberdaya manusia dan sarana pendukung.


Di dalam melaknakan pelayanan kepada masyarakat khususnya bidang pertanian tanaman
pangan,hortikultura ,perkebunan dan Peternakan kota lubuklinggau di dukung oleh personil . untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 5. Data PNS yang bekerja di Dinas Pertanian kota lubuklinggau.
No Strata gol pegawai/pns Jumlah(org)
1 golongan IV 13
2 Golongan III 70
3 Golongan II 5
5 Golongan I 1

Disamping tenaga PNS Dinas Pertanian juga di bantu oleh tenaga Harian lepas tugas berbantuan penyuluh
pertanian ( thl tb pp ) yang bersifat kontrak dan berjumlah 11 orang.
Sebelumnya Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
(Tupoksi) tersebut diatas, maka dibentuk beberapa Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sebagai berikut :
a. UPTD Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Belalau II.
b. UPTD Balai benih Tanaman Perkebunan dan Peternakan Rahma.
c. UPTD Balai Penyuluh Pertanian TabaPingin.
d. UPTD Balai Penyuluh Pertanian Rahma.
e. UPTD Balai Penyuluh Pertanian Kayu Ara
f. UPTD Cabang Dinas Pertanian di masing-masing kecamatan.
Selanjutnya setelah menjadi Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya (Tupoksi) tersebut diatas, maka dibentuk beberapa Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sebagai
berikut :
g. UPTD Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Belalau II.
h. UPTD Balai benih Tanaman Perkebunan Rahma.
i. UPTD Balai Penyuluh Pertanian Taba Pingin.
j. UPTD Balai Penyuluh Pertanian Rahma.
k. UPTD Balai Penyuluh Pertanian Kayu Ara
l. Pusat Kesehatan Hewan Taba Pingin
m. Pusat Kesehatan Hewan Kayu Ara
n. Pusat Kesehatan Hewan Jogoboyo
o. Pusat Kesehatan Hewan Karang Ketuan
p. Rumah Potong Hewan Jogoboyo
q. UPTD Cabang Dinas Pertanian di masing-masing kecamatan.

Guna menunjang kelancaran kerja pada Dinas Pertanian juga dilengkapi dengan sarana gedung dan
kelengkapannya, ketersediaan kendaraan juga sebagai sarana penunjang kelancaran kerja. Data kendaraan Dinas
yang ada pada Dinas Pertanian Kota Lubuk Linggau dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 6. Data Kendaraan Dinas Yang ada di Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau.
No. Jenis Kendaraan Satuan
1. Kendaraan Roda 4 (Empat) 4 Unit
2. Kendaraan Roda 2 (Dua) 61 Unit

Dengan semakin luas dan kompleksnya tugas yang harus dilaksanakan Dinas Pertanian pada saat ini,
tentunya sangat diperlukan dukungan dana yang memadai agar apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan yang diharapkan.
2.3 Kinerja SKPD.
Kinerja Pembangunan Pertanian Kabupaten /Kota
Tabel 8. Program peningkatan produksi tanaman pangan yang telah dilakukan di kota lubuklinggau
5 tahun terakhir.

Tahun pelaksanaan
No Program/Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
1 Bantuan bibit Unggul PADI 600 ha. 400 ha 1.500 ha 1.200 ha 150 ha
2 Demfarm penangkaran benih - 25 ha - - -
3 Metode SRI - - - 100 ha 320 ha
4 SLPTT padi non hibrida - - - - 1050 ha
5 Optimasi lahan jagung/kedelai - 100 ha 50 ha - -
6 Optimasi Lahan Karet dan Jagung - - - 50 Ha 50 Ha
7 Pembangunan Jitut /JIDES 200 ha 40 ha 100 ha. 400 ha 867 ha
8. Pembangunan Rumah kompos - - - 1 unit 1 unit
9. Pembangunan UPPO - - - 1 unit 1 unit
10. Pembangunan DAM PARIT - - - - 1 unit
11. Pembangunan DAM Penahan - - - - 1 unit
12. Pembangunan Bronjong - - - - 1 unit
Sumber : Dinas Pertanian kota Lubuklinggau.

Dari program peningkatan produksi yang telah dilakukan 5 tahun terakhir ternyata telah mampu untuk
meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya tanaman padi, terbukti pada selama kurun waktu lima tahun kota
lubuklinggau mendapat penghargaan peningkatan produksi sebanyak 2 kali yaitu tahun 2010 dan tahun 2011 dengan
peningkatan produksi di atas 5 % per tahun.
Dibidang perkebunan target peningkatan produksi tahun 2012 adalah sebesar 0,94 ton/ha /tahun dengan kadar
karet kering 45 %.dan telah terealisasi sebesar 0,93 ton/ha/th dengan kadar karet kering 45%. Untuk lebih jelasnya
program peningkatan produksi yang telah dilakukan 5 th terakhir dapat dilihat pada tabel 9 berikut;
Tabel 9. Program peningkatan produksi tanaman perkebunan yang telah dilakukan 5 tahun terakhir

Tahun pelaksanaan
No Program/Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
1 Bantuan bibit karet 100 ha. 100 ha 100 ha 100 ha 100 ha
2 Bantuan bibit coklat - - 20.000 - 5.000
3 Optimasi lahan karet dg kedelai - 100 ha 50 ha - -
4 Irigasi tanah dangkal - - = - -
5 Bantuan biji karet unggul - - = - -
Sumber : Dinas Pertanian kota lubuklinggau
Dari tabel diatas terlihat peremajaan/pengembangan kebun karet rakyat yang telah dilakukan 5 tahun
terakhir telah berjumlah 500 ha dari luas tanaman karet tua/rusak yang ada seluas 3.359 Ha. Hal tersebut
disebabkan karna terbatasnya dana APBD II untuk mendukung terlaksanananya kegiatan peremajaan karet rakyat
tsb. Disamping itu adanya Status tanah yang tidak jelas yaitu lahan HGU tetapi tidak diusahakan sesuai dengan
fungsinya juga merupakan paktor penghambat peningkatan produksi.
Untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat maka program peningkatan kesejahteraan
yang telah dilakukan adalah sbb:

Tabel 2.3 Program peningkatan kesejahteraan masyarakat yang telah dilakukan 5 th terakhir
Tahun pelaksanaan
No Program/Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
1 Pembangunan jalan pertanian 2 km 5 km - - 3,75
2 Bantuan gudang pemasaran
1 unit 1 unit 1 unit
bokar
3 Bantuan alat pasca panen 100
100 Ha/paket 100 Ha/paket
.komoditi karet Ha/paket
2.4 Tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD

BIDANG TANAMAN PANGAN


1. Meningkatnya alih fungsi lahan
2. Terjadinya serangan hama penyakit dan ketidakpastian iklim
3. masih Kurang memadainya infrastruktur lahan dan air
4. Belum optimalnya ketersedian dan distribusi saprodi termasuk diantaranya distribusi Alsintan dan
berkurangnya minat generasi muda bekerja di sector pertanian.
5. Rendahnya tingkat kualitas petani di dalam mengadopsi tehnologi serta kurang tersedianya
sarana
tehnologi pasca panen di pedesaan.
6. Lemahnya posisi tawar petani di dalam pembentukan harga akibat kepemilikan lahan yang relative
kecil.
Salah satu tantangan dalam pembangunn Peternakan dan pertanian adalah adanya
kecenderungan menurunnya produktifitas lahan. Disisi lain sumber daya alam terus menurun sehingga perlu
diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula di dalam pola Usaha tani khusunya tanaman
pangan utama ( padi, jagung dan kedelai ) agar usaha tani tsb dapat berkelanjutan , maka penerapan tehnologi
harus memperhatikan faktor lingkungan baik secara fisik maupun sosial.sehingga usaha agri bisnis dapat
berkelanjutan.
Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun kedepan bila hanya
mengandalkan sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut banyak lahan sawah irigasi
yang subur beralih fungsi ke penggunaan lahan lain seperti perumahan ,kolam perikanan. Tingginya biaya
percetakan sawah baru dan berkurangnya debit air juga menjadi kendala
. Dilain pihak lahan kering yang tersedia cukup luas dan pemanfataannya untuk tanaman padi gogo belum
oftimal sehingga kedepan produksi padi gogo juga dapat di perhitungkan.
Selain Agro ekosistem cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi.
Konsep PTT (Pengelolaan tanaman terpadu) merupakan salah satu paket tehnologi yang dianjurkan didalam
Agribisnis pertanian.Khusus untuk tanman padi komponen Teknologi pilihan dalam PTT adalah sebagai
berikut :

1. Penggunaan varietas padi unggul ,bermutu dan berlabel


2. Pemupukan berimbang berdasarkan dan status hara tanah
3. Pengendalian hapen terpadu.
4. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit 1-3 btg per lubang.(metode SRI)
5. Peningkatan populasi tanaman
6. Penggunaan kompos bahan organik dan pengeringan berselang
7. pengendalian gulma
8. penen tepat waktu
9. perontokan padi sesegera mungkin

BIDANG HORTIKULTURA.
1. Usaha tani masih bersifat sampingan
2. Usaha budidaya bidang hortikultura (sayuran dan buah-buahan ) masih merupakan sampingan
atau
3. campuran belum monokultur.
4. Produk tanaman horti umumnya dijual dalam bentuk segar /tidak dalam bentuk olahan .
5. masih kurangnya pembinaan prossesing kepada petani sebagai akibat kurangnya SDM penyuluh
6. pertanian di lapangam .
7. Kurangnya kemampuan petani di dalam menerapkan tehnologi paska panen untuk meningkatkan
daya saing terhadap produk luar.
Salah satu peluang di bidang hortikultura adalah Agriprosesing hasil tanaman buah- buahan. Dari
data statistic pertanian buah durian mampu menyumbangkan produksi 780,60 ton/th. Kalau kita lihat di
pasaran buah durian kota lubuklinggau hanya dijual dalam bentuk segar sedangkan produk pengolahan
hasil di dominasi dari produk luar daerah seperti curup,tebing jambi dll.Untuk itu kedepan pembinaan petani
buahan kita khususnya petani durian selain usaha untuk tetap meningkatkan produksi buah segar ,factor
pengolahan hasil juga perlu menjadi perhatian. Begitu juga dengan tanaman sayur dalam hal ini petani
Jamur di kota lubuklinggau cukup berkembang. Saat ini telah ada 10 kelompok petani jamur yang
tersebar di kota lubuklinggau.dengan Denerapan tehnologi yang sederhana ternyata dapat memodifikasi
iklim sehingga tanaman jamur dapat tumbuh di perkotaan. Tanaman jamur juga tidak memerlukan lahan yang
luas serta dapat diusahkan di dalam ruangan/pekarangan.
BIDANG PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN.
Tantangan dan peluang.
1. Tingginya biaya pembukaan lahan baru dan sulitnya bibit unggul Baik Perkebunan Maupun
Perternakan
2. belum oftimalnya pemanfataannya lahan kering untuk tanaman perkebunan dan Lahan
Peternakan
3. Masih ada petani menanam bibit asalan
4. Usaha perkebunan masih bersifat konvensional /belum menggunakan tehnologi
5. Cara panen masih belum berfihak ke agroprosesing dengan tehnologi tepat guna.
6. Infrastruktur jalan produksi yang belum memadai.
Sebagian besar dari rencana dan program revitalisasi perkebunan mempunyai multi fungsi yaitu way
of life ( sumber kehidupan, pemasok sandang pangan, papan,konservasi alam,penghasil biofarmaka dan
penghasil bio energy.Oleh karena itu pembangunan perkebunan harus terintegrasi baik industry hulu maupun
industry hilir.Konsep agro ekosistem tanaman perkebunan adalah sbb:
1. Penggunaan Bibit unggul ,bermutu dan berlabel
2. Pemupukan berimbang berdasarkananjuran dan status hara tanah
3. Pengendalian hapen terpadu.
4. Penanaman bibit dengan jarak tanam sesuai standar
5. Penggunaan kompos bahan organik
6. pengendalian gulma
7. penen tepat waktu
Untuk melaksanakan Agroekosistem tanaman perkebunan maka pengembangan penangkaran bibit
di kota lubuklinggau tetap harus mendapat perhatian,Distribusi pupuk bersubsidi serta pembinaan petani untuk
bias memproduksi sendiri pupuk organic menjadipenting sebagai solusi apabila terjadi kelangkahan
pupuk kimia.Disamping itu penggunaan pupuk kompos juga akan meningkatkan kualitas kesuburan
tanah.Untuk menekan biaya produksi yang tinggi dan menaikkan nilai tukar petanimaka penyediaan
infrastruktur jalan produksi di areal perkebunanjuga perlu diperhatikan,begitu juga pembinaan pada paska
panen juga perlu mendapat perhatian.
BIDANG PETERNAKAN
Salah satu tantangan di bidang Peternakan adalah terjadinya iklim yang ekstrim sehingga pada
Produksi Dan Pemeliharaan Ternak Khusunya Unggas Sangat lah susah karena berkaitan dengan penyakit
khususnya unggas yang dapat berkembang dengan pesat di waktu musim penghujan.Kurangnya
kesadaran masyarakat akan arti penting Kebersihan hhewan dan lingkungan ternak hal ini sangat
mempengaruhi produksi hewan ternak terutama unggas, sapi dan kambing sebagai ternak utama. Untuk
Jumlah seluruh hewan ternak di kota lubuklinggau cukup Besar yaitu Sekitar Ekor,.
Untuk mengatasi Penyakit menular hewan ternak maka perlu di adakannya tindakan terutama
yaitu tindakan pencegahan melalui vaksinasi maupun penyemprotan disinfektan terhadap kandang
hewan ternak.
BAB 3
ISU-ISU STRATEGIS
BAB 3
ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas fungsi pelayanan SKPD.

1. Bibit
Untuk tanaman perkebunan khususnya karet, masih luasnya perkebunan rakyat yang menggunakan
bibit local dan telah berumur tua (3.359 Ha), begitu juga petani tanaman pangan masih belum mempunyai
kesadaran yang tinggi untuk menggunakan bibit unggul (sangat tergantung dengan bantuan
pemerintah/apabila tidak ada bantuan mereka tetap akan menggunakan bibit lokal.)
2. Efektifitas lahan
Masih adanya lahan HGU yang belum/tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya sehingga masih
terdapat lahan terlantar/tdk efisien serta adanya perkebunan rakyat yang berada di dalam kawasan hutan.
3. Produktifitas dan nilai tambah
Untuk tanaman pangan khususnya padi masih dibawah target nasional yaitu 8,0 ton gabah kering
panen per tahun, begitu juga tanaman perkebunan khususnya karet masih jauh dibawah target nasional
yaitu 0,98 ton /tahun dengan kadar karet kering 45 %. Untuk meningkatkan nilai tambah belum menjadi
perhatian petani, sebagai contoh tanaman pangan (padi ) dijual dalam bentuk beras hasil gilingan saja,
padahal apabila disentuh dengan sedikit tehnologi pengemasan maka petani akan mendapat nilai tambah
harga jual yang cukup signifikan. Begitu juga untuk tanaman perkebunan pada umumnya hasil karet dijual
dalam bentuk bokar padahal apabila dijual dalam bentuk SLEB tipis maka petani akan mendapatkan nilai
tambah harga jual yang cukup signifikan.Hal tersebut disebabkan belum berkembangnya penanganan pasca
panen.al : a) Masih terbatasnya kemampuan SDM petani. b)Kelembagaan pasca panen belum berkembang c )
Waktu panen kurang tepat d) Alat mesin yang tersedia di tingkat petani belum memadai d ) Belum
mantapnya kemitraan usaha antara produsen dan industri e) serta masih terbatasnya modal petani di dalam
menerapkan tehnologi pasca panen. f) belum tersedianya pasar lelang bagi produk pertanian.
4. Kelembagaan yang belum efektif
Kelembagaan yang ada masih belum mampu mengembangkan kegiatan ekonomi
masyarakat,sekaligus mempertangguhkan struktur komoditas dan efisiensi dari seluruh rangkaian kegiatan.

3.2. Telaahan VISI,MISI dan Program Walikota terpilih

Dalam rangka penyelelnggaran pemerintahan daerah yang sesuai dengan amanat UUD 1945,
maka pemerintahan daerah diharapkan dapat
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, sebagai upaya untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kerangka besar itulah, visi, misi dan program kerja Walikota dan Wakil Walikota
Lubuklinggu terpilih untuk lima tahun kedepan merupakan tahap ketiga Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah 2005-2025, diarahkan untuk membawa masyarakat Kota Lubuklinggau menuju suatu kehidupan
masyarakat yang sejahtera, berakhlak, bermartabat, berkarakter dan bermakna. Maka visi pembangunan
Kota Lubuklinggau tahun 2018 – 2023 adalah : ” Terwujudnya Lubuklinggau Sebagai Kota
Metropolis Yang Madani”
Visi Pembangunan Kota Lubuklinggau Tahun 2018-2023 ini menjadi arah cita-cita pembangunan
yang secara sistematis bagi penyelenggara pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan
pembangunan Kota Lubuklinggau. Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai berikut
pokok penjelasaannya sebagai berikut :
a. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, berakhlak mulia dan berkualitas Pembangunan
Sumber Daya Manusia dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat yang berkualitas dengan
meningkatkan derajat kesehatan dan taraf pendidikan masyarakat Kota Lubuklinggau melalui pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan pemantapan pelayanan
pendidikan untuk semua yang mengedapankan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, beretika dan berbudaya
b. Meningkatkan daya saing ekonomi dan kesejahteraan sosial
Menggerakan roda perekonomian dengan memberdayakan keberagaman masyarakat Kota
Lubuklinggau sebagai potensi pembangunan yang multikultural melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyrakat. Peningkatan dari aspek daya saing melalui
penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif sehingga menumbuhkan tingkat perekonomian di Kota
Lubuklinggau. Peningkatan status kesejahteraan sosial melalui sinergitas program-program
perlindungan sosial dan pemberdayaan lembaga dan usaha ekonomi masyarakat yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
c. Membangun infrastruktur yang berkeadilan dan berwawasan lingkungan.
Membangun infrastruktur dengan mengedapkan konektivitas dan pengembangan wilayah yang memadai dan
merata. Pembangunan infrstruktur dasar dengan mengedapkan program-program pro rakyat yang
difokuskan pada pembangunan sanitasi, air bersih, kelistrikan yang dapat mendukung aktifitas
masyarakat.
d. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik
Membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) merupakan komitmen utama
dalam upaya pencapaian visi pembangunan lima tahun mendatang, dimana salah satu upaya untuk
memwujudkan
pemerintahan yang baik melalui reformasi birokasi. Reformasi birokasi mencakup penataan kelembagaan,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur, peningkatan akuntabilitas kinerja aparatur,
pengawasan,
pelayanan publik, pengembangan budaya kerja produktif, efektif dan efisien, penguatan koordinasi antar
instansi.
Visi dan Misi dalam pembangunan Kota Lubuklinggau tahun 2013-2017 perlu diterjemahkan dan
dirumuskan lebih operasional ke dalam rumusan
kebijakan umum dan program-program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Berdasarkan isu strategis, potensi yang dimiliki
tantangan yang akan dihadapi dalam 5 (lima) tahun kedepan maka ditetapkan 7 (tujuh) prioritas
pembangunan daerah yaitu :
1. Pendidikan dan Kebudayaan
2. Kesehatan
3. Perekonomian
4. Kesejahteraan Rakyat
5. Infrastruktur
6. Lingkungan Hidup
7. Tata Kelola Pemerintahan
Penyusunan program pembangunan daerah dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan melalui strategi dan arah kebijakan secara operasional disusun berdasarkan prioritas pembangunan
daerah. Pelaksanaan program dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang mempunyai
kewenangan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun pilihan. Program-
program yang disusun tersebut merupakan program prioritas pembangunan yang berhubungan urusan
pemerintahan dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Masing-masing
program disertai dengan indikator kinerja program sebagai alat perencanaan dan pengendalian pembangunan
setiap tahunnya,sehingga perkembangan capaian sasaran dan prioritas dapat terukur. Penyusunan indikator
kinerja program berupa hasil (Outcomes) dengan mengacu pada arah dan kebijakan pro pro-growth, pro-poor,
pro- job, pro-environment, serta percepatan pencapaian tujuan MDGs serta sebagian merupakan indikator
Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk urursan-urusan yang telah diatur dengan peraturan menteri sesuai
dengan bidang urusannya. Indikator kinerja program menjadi acuan utama dalam menyusun kegiatan prioritas
yang dilakukan SKPD.
Pencapaian target indikator kinerja program disusun secara rinci untuk setiap tahunnya dan disertai
dengan kerangka pendanaan yang merupakan pagu indikatif untuk masing-masing program.

3.3. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KHLS)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubukinggau adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah Kota Lubuklinggau. RTRW ini berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang
Kota Lubuklinggau, RTRW ini juga memuat rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan
strategis, arahan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota
Lubuklinggau.
RTRW Kota Lubuklinggau disusun dengan memperkirakan perkembangan yang akan datang,
pertimbangan daya dukung – daya tampung lahan, potensi sumber daya yang ada serta batasan dan kendala
yang dihadapi Kota Lubuklinggau. Dengan demikian RTRW Kota Lubuklinggau ini diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang sehingga perkembangan sosial ekonomi dapat berjalan
secara efisien dan efektif dengan tetap menpertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta
menyesuaikan dengan kondisi perkembangan yang ada.
Faktor utama dilaksanakannya Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau
Tahun 2012 – 2032 adalah sebagai berikut :
1. Amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam Pasal 78 ayat 4 huruh (c) yang
mengamanatkan bahwa semua peraturan daerah kab/kota tentang rencana tata ruang wilayah kab/kota
disusun dan disesuaikan paling lambat 3 (tahun) terhitung sejak undang- undang ini diberlakukan.
2. Adanya perkembangan kota yang diikuti oleh perkembangan penduduk dan segala aktivitasnya yang
mengakibatkan dinamika pembangunan di Kota Lubuklinggau.
Adapun landasan hukum yang menjadi dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Lubuklinggau Tahun 2011 – 2031 meliputi
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 Tentang Pembentukan daerah Tingkat. I Sumatera Selatan
(lembaran negara RI Tahun 1959 Nomor 70, tambahan lembaran negara no. 1814 );
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikkan;
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya;
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
6. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi;
7. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Peternakan;
8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 87, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4114);
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan;
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN);
14. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
15. Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
16. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
18. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;
19. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan;
20. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Angkutan Jalan;
21. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
22. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
23. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang
Wilayah;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukkan dan Fungsi
Kawasan Hutan;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggraan penataan ruang
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan;
35. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
36. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi
dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Propinsi, RTRW Kab/Kota beserta
Rencana Rincinya;
38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan
Perkotaan;
40. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang
Rencana Tata Ruang Daerah;
41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota
42. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Lubuklinggau Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pemekaran Kota
Lubuklinggau dari 49 kelurahan menjadi 72 kelurahan;
43. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Lubuklinggau Nomor 18 Tahun 2004, tentang Pemekaran Kota
Lubuklinggau dari 4 kecamatan menjadi 8 kecamatan;
44. Peraturan Daerah (PERDA) Propinsi Sumatera Selatan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 - 2019.
45. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Lubuklinggau Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) Kota Lubuklinggau
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota Lubuklinggau merupakan perwujudan rencana tata
ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama kota Lubuklinggau dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2011- 2031 (20 tahun). Arahan
pemanfaatan ruang wilayah kota Lubuklinggau berfungsi:
1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman pemanfaatan ruang;
2. Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program utama (besaran, lokasi, sumber pendanaan,
instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
pertama; dan
4. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota Lubuklinggau disusun berdasarkan:
1. Rencana struktur ruang dan pola ruang;
2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
4. Prioritas pengembangan wilayah kota Lubuklinggau dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai
dengan RPJPD.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota Lubuklinggau disusun dengan kriteria:

1. Mendukung perwujudan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kota Lubuklinggau;
2. Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan
maupun antar lima tahunan; dan
5. Sinkronisasi antar program harus terjaga.
Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau merupakan arahan perwujudan ruang kota yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau memiliki fungsi:
Sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Lubuklinggau;
Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw Kota Lubuklinggau ;
Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Lubuklinggau.
Tujuan penataan ruang wilayah kota Lubuklinggau dirumuskan berdasarkan : Visi dan
misi pembangunan wilayah Kota Lubuklinggau;
Karakteristik wilayah Kota Lubuklinggau; Isu
strategis; dan
Kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan penataan ruang wilayah kota Lubuklinggau dirumuskan dengan kriteria: Tidak
bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi Sumatera Selatan ; Jelas dan dapat
tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam RTRWN dan RTRW propinsi
Sumatera Selatan ;
Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau adalah :
“ Penataan ruang wilayah kota bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Kota LUBUKLINGGAU yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan sebagai kota perdagangan dan jasa yang mampu menjaga keseimbangan
ekosistem ”.
Pengembangan pemanfaatan ruang di kota Lubuklinggau meliputi 3 aspek yaitu:
1. Kawasan Lindung
a. Menjaga dan mempertahankan konservasi air tanah (resapan air)
b. Penyelamatan dan pembinaan kawasan hutan, tanah, air
c. Penanganan kawasan preservasi
d. Penanganan kawasan cagar budaya
e. Menjaga dan mempertahankan fungsi kawasan lindung
2. Kawasan Budidaya
a. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
b. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
c. Penghijauan
d. Pengembangan sentra pertanian
e. Pengembangan lahan pertanian
f. Pengembangan lahan perkebunan (1.200 ha)
g. Peremajaan lahan perkebunan
h. Pengembangan benih
i. Kawasan perdagangan dan jasa
3. Ruang terbuka
a. Ruang terbuka hijau
b. Ruang terbuka non hijau
3.4 Penentuan isu-isu strategis.

1. Adanya alih fungsi lahan khusunya lahan sawah produktif menjadi lahan peruntukan lain seperti
perumahan,kolam dll, sehingga kedepan di perlukan adanya perda tentang tata ruang lahan pangan abadi
.
2. Produktifitas produk pertanian dan perkebunan.
Untuk tanaman pangan khususnya padi masih dibawah target nasional yaitu 8,0 ton gabah kering
panen per tahun, begitu juga tanaman perkebunan khususnya karet masih jauh dibawah target nasional yaitu
0,98 ton /tahun dengan kadarkaret kering 45% .Hal tersebut disebabkan karna: a) pendistribusian air
belum optimal,b) masih ada petani menggunakan bibit lokal c)menurunnya kualitas kesuburan tanah
akibat penggunaan pupuk kimia yang berkelanjutan d
) belum optimalnya penggunaan tehnologi paska panen .
3. Nilai Tambah produk pertanian /perkebunan
Untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian belum menjadi perhatian petani, sebagai contoh
tanaman pangan (padi ) dijual dalam bentuk beras hasil gilingan saja, padahal apabila disentuh dengan
sedikit tehnologi pengemasan maka petani akan mendapat nilai tambah harga jual yang cukup
signifikan. Begitu juga untuk tanaman perkebunan pada umumnya hasil karet dijual dalam bentuk bokar
padahal apabila dijual dalam bentuk SLEB tipis maka petani akan mendapatkan nilai tambah harga
jual yang cukup signifikan.Hal tersebut disebabkan belum berkembangnya penanganan pasca panen.al
a) Masih terbatasnya kemampuan SDM petani. b)Kelembagaan pasca panen belum berkembang c )
Waktu panen kurang tepat d) Alat mesin yang tersedia di tingkat petani belum memadai d ) Belum
mantapnya kemitraan usaha antara produsen dan industri e) serta masih terbatasnya modal petani di
dalam menerapkan tehnologi pasca panen. f) belum tersedianya pasar lelang bagi produk pertanian.
4. Luasnya lahan kritis yang ada di daerah padat perumahan akibat pembangunan perumahan yang tidak
memperhatikan factor lingkungan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air tanah. Usaha
budidaya perkebunan yang tidak memperhatikan topologi lahan juga menyebabkan kan terjadinya
lahan kritis .

Anda mungkin juga menyukai