Anda di halaman 1dari 265

RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau


Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau
Jawa. Dengan posisi yang srategis tersebut, maka pembangunan di wilayah
Lampung mempunyai potensi dan peluang yang besar, dengan tantangan dan
permasalahan yang lebih komplek dibandingkan daerah lain. Pengembangan
dan pemanfaatan potensi dan peluang serta penanganan tantangan dan
permasalahan pembangunan memerlukan perencanaan pembangunan yang
terarah, terpadu, menyeluruh, sinergis, dan harmonis antar sektor, antar waktu,
antar wilayah, dan antar level pemerintahan.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional adalah landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Undang-undang ini merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan
pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan daerah dirumuskan
secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur,
berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Adapun perencanaan pembangunan
daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumberdaya yang ada, dalam rangka meningkatkan

Pendahuluan
Hal. 1-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka


waktu tertentu.

Merujuk kepada peraturan di atas, maka Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 merupakan
penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah
pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Masa
bakti Gubernur/Wakil Gubernur periode 2009-2014 telah berakhir pada tahun
2014 dan selanjutnya Gubernur terpilih Muhammad Ridho Ficardo dan Wakil
Gubernur terpilih Bachtiar Basri yang dilantik pada tanggal 2 Juni 2014
menyusun dan menyampaikan RPJMD Provinsi Lampung 2015–2019 yang
penetapannya paling lambat 6 (enam) bulan setelah pelantikan, sesuai dengan
ketentuan Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Tahun 2015—
2019 telah dilantik pada tanggal 2 Juni 2014, maka periode RPJMD Provinsi
Lampung disusun sesuai dokumen RPJPD Tahun 2005—2025 yaitu tahapan
pembangunan lima tahun ketiga periode 2015—2019. Selain itu mengacu
kepada mekanisme perencanaan dan penganggaran tahunan yang dimulai pada
bulan Januari sampai dengan Desember, maka RPJMD Provinsi Lampung
menggunakan periode Tahun 2015—2019.

Penyusunan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 dilakukan melalui


berbagai tahapan analisis data dan informasi hasil pembangunan, serta
penelaahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Lampung Tahun 2005–2025. Penyusunan RPJMD Provinsi Lampung Tahun
2015-2019 menggunakan 5 (lima) pendekatan, yaitu politik, teknokratik,
partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

1.2. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat I Lampung, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2688;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Pendahuluan
Hal. 1-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

Pendahuluan
Hal. 1-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4585);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi


Perangkat Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan


Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pendahuluan
Hal. 1-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008


Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5059);

20. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;

23. Keputusan Presiden Nomor 51/P Tahun 2014 Tentang Pengesahan


Pengangkatan Gubernur Dan Wakil Gubernur Lampung Masa Jabatan
Tahun 2014-2019;

24. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Lampung Tahun 2005-2025;

25. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2 0 1 0 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029;

Pendahuluan
Hal. 1-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, RPJMD Provinsi Lampung
Tahun 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan pembangunan disusun
sebagai satu kesatuan yang utuh dengan dengan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah, sehingga dalam penyusunannya,
harus memperhatikan RPJM Nasional Tahun 2010-2014,

Selanjutnya, RPJMD juga merupakan bagian dari Sistem Perencanaan


Pembangunan Jangka Panjang Daerah sehingga RPJMD Provinsi Lampung
Tahun 2015-2019 disusun dengan berpedoman pada visi, misi dan arah
kebijakan yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Provinsi Lampung Tahun 2005-2025 dan memperhatikan RTRW
Provinsi Lampung, terutama dari sisi pola dan struktur tata ruang, sebagai
dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang di Provinsi Lampung.

Selain berpedoman dan memperhatikan RPJM Nasional, RPJPD dan RTRW,


penyusunan RPJMD juga memperhatikan dokumen lainnya seperti Masterplan
Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), target
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dan RTRW Provinsi Bengkulu
dan Provinsi Banten.

RPJMD Provinsi Banten

Isu strategis RPJMD 2012—2017

a. Aksesibilitas dan mutu pelayanan pendidikan masyarakat


b. Pelayanan kesehatan masyarakat
c. Ketersediaan dan pelayanan infrastruktur
d. Penanganan kemiskinan dan pengangguran
e. Pananganan bencana alam

Pendahuluan
Hal. 1-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

f. Pengendalian lingkungan hidup


g. Pananganan ketenagakerjaan, pemerintah dan politik
h. Pengendalian kependudukan
i. Pemberdayaan ekonomi
j. Apresiasi budaya daerah
k. Pemerintahan otonom

RPJMD Provinsi Bengkulu

Isu strategis RPJMD 2010—2015

1. Masih adanya pembangunan sarana dan prasarana yang belum


terselesaikan dan belum berfungsi secara optimal;

2. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing daerah Produktivitas dan


nilai tambah sektor-sektor PDRB masih cukup rendah terutama di sektor
pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan;

3. Jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi. Sampai dengan tahun 2010
angka kemiskinan di Provinsi Bengkulu masih sebesar 18,59 % sedangkan
nasional pada tahun yang sama sebesar 13,5 %;

4. Masih rendahnya jenis dan nilai investasi yang masuk. Investasi dalam 5
tahun ke depan akan diarahkan dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan industri kerakyatan seperti pabrik-parik industri hilir
pengolah hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

5. Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum optimal. Pada tahun 2010,
proporsi PAD terhadap pendapatan daerah masih sebesar 40%. Artinya
ketergantungan pendanaan untuk pembangunan masih cukup bergantung
pada Pemerintah Pusat. Sehingga ke depannya masih sangat diperlukan
peningkatan PAD terutama melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber PAD;

6. Pembangunan perekonomian rakyat belum dibangun secara komprehensif


mulai dari sektor hulu sampai hilir Perlu dikembangkan klaster industri di
setiap kabupaten/kota sesuai dengan potensi unggulan masing-masing
daerah;

Pendahuluan
Hal. 1-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

7. Sarana dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan belum optimal


Persebaran fasilitas pendidikan dan kesehatan belum merata antar
kabupaten terutama di kabupaten-kabupaten pemekaran. Masih perlu
ditingkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat
miskin;

8. Masih banyaknya wilayah yang tergolong tertinggal baik pada tingkat


desa, kecamatan maupun kabupaten. Dari 10 kab/kota di Provinsi
Bengkulu, baru 4 kab/kota yang tidak tergolong daerah tertinggal yaitu
Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara
dan Kabupaten Rejang Lebong);

9. Infrastruktur terutama jalan sentra produksi untuk memperlancar


distribusi dan pemasaran produk-produk pertanian belum memadai. Hal
ini sangat penting dalam rangka mengurangi ongkos angkut produksi bagi
petani, nelayan maupun pengusaha kecil;

10. Kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup masih
belum optimal;

11. Perlunya peningkatan kualitas informasi bencana alam serta kapasitas


adaptasi dan penanggulangan bencana alam. Kedepannya akan
ditingkatkan kapasitas adaptasi dan mitigasi bencana seperti sosialisasi
mitigasi bencana pada masyarakat dan anak sekolah, pembentukan satgas
bencana, pembangunan jalur-jalur evakuasi bencana, pemetaan daerah
rawan bencana, penyusunan RTRW berbasis mitigasi bencana,
pembangunan gedung evakuasi (escape building), pembangunan tower
pemantau tsunami dan gudang penyimpan cadangan makanan (buffer
stock);

12. Peningkatan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP). Kedepannya


kerjasama dan peningkatan peran inspektorat dan BPKP dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi program-program pembangunan
daerah akan ditingkatkan;
13. Perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Peningkatkan pendidikan dan

Pendahuluan
Hal. 1-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

keahlian aparatur pemerintah di bidang tersebut akan ditingkatkan seperti


dengan memberikan beasiswa S2 dan S3, mengikutsertakan dalam diklat-
diklat perencanaan dan penganggaran.
14. Masih adanya permasalahan perbatasan wilayah antar Provinsi dan antar
kabupaten dalam Provinsi Bengkulu. Hal ini penting dan mendesak untuk
diselesaikan karena dapat mengganggu hubungan kerjasama antar
Provinsi dan antar kabupaten yang mengalami permasalahan perbatasan
tersebut.

Pendahuluan
Hal. 1-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

20 Tahun 5 Tahun 1 Tahun

RPJPN RPJMN RKP


pedoman pedoman
Renstra K/L

diperhatikan
diacu

dijabarkan

RPJPD RPJMD RKPD


Lampung Lampung Lampung
pedoman
pedoman
diacu

diperhatikan
Renstra
diacu

SKPD
diperhatikan
Renja
SKPD
RPJMD & RTRW
Prov. Lain

RPJPD RPJMD RKPD


Kab/Kota Kab/Kota pedoman Kab/Kota
pedoman

Renstra K/L

Gambar 1.1. Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya

Pendahuluan
Hal. 1-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Dalam penyusunannya, RPJMD Provinsi Lampung berpedoman pada beberapa


hal, yaitu:

1. RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 berpedoman pada Undang–


Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang–Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
2. RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 berpedoman pada RPJPD
2005–2025 dan memperhatikan RPJMN Teknokratik Tahun 2015–2019,
dan mempertimbangkan asas keberlanjutan dengan program-program
pembangunan sebagaimana dimuat dalam RPJMD Provinsi Lampung
2010-2014;
3. RPJMD Provinsi Lampung 2015-2019 mempertimbangkan arah
pembangunan kewilayahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Lampung (Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2010), Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2007), dan Rencana Tata Ruang Provinsi Banten dan
Bengkulu.
4. RPJMD Provinsi Lampung 2015-2019 mengacu kepada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, serta Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.

1.4. Sistematika Penulisan Dokumen

Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Lampung 2015-2019 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

I. Pendahuluan, pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum


penyusunan rancangan awal RPJMD agar substansi pada bab-bab
berikutnya dapat dipahami dengan baik. Bab ini memuat sub-sub bab:
Latar Belakang; Dasar Hukum Penyusunan; Hubungan Antar Dokumen

Pendahuluan
Hal. 1-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

RPJM dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Lainnya;


Sistematika Penulisan Dokumen; dan Maksud dan Tujuan

II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. Bagian ini sangat penting untuk
menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran
umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta
indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bab ini terdiri dari
sub bab Aspek Geografi dan Demografi; Aspek Kesejahteraan Masyarakat;
Aspek Pelayanan Umum; dan Aspek Daya Saing Daerah.

III. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Beserta Kerangka Pendanaan.


Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan dan analisis terhadap
pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan dalam tahap
perumusan ke dalam sub bab Kinerja Keuangan Masa Lalu; Kebijakan
Pengelolaan Keuangan Masa Lalu; dan Kerangka Pendanaan;

IV. Analisis Isu-Isu Strategis. Bab ini menjelaskan tentang permasalahan


pembangunan daerah terkait dengan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang relevan, dan isu-isu strategis dari permasalahan
pembangunan daerah, dengan memperhatikan dinamika internasional,
kebijakan nasional maupun regional, yang dapat memberikan
manfaat/pengaruh di masa datang terhadap Provinsi Lampung.

V. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, berisikan uraian mengenai visi, misi, tujuan
dan sasaran RPJMD atau kepala daerah terpilih dan jangka waktunya.

VI. Strategi dan Arah Kebijakan. Pada bagian ini diuraikan strategi yang dipilih
dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap
strategi terpilih.

VII. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan. Dalam bab ini diuraikan
hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan
pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian
indikator kinerja.

Pendahuluan
Hal. 1-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

VIII. Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan.


Bagian ini diuraikan hubungan urusan pemerintahan dengan SKPD terkait
beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini juga
disajikan pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode
perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja
pada awal periode perencanaan.

IX. Penetapan Indikator Kinerja Daerah, bertujuan untuk memberi gambaran


tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan
wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan
dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan
daerah setiap tahun.

X. Pedoman Transisi Dan Kaidah Pelaksanaan. Bab ini menguraikan tentang


RPJMD sebagai pedoman penyusunan RKPD dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) tahun pertama kepemimpinan
gubernur periode berikutnya, dan kaidah pelaksanaan visi, misi, dan arah
kebijakan pembangunan daerah yang telah disusun dalam dokumen
RPJMD.

XI. Penutup. Pada bab ini perlu dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman
penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan
kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum
kepala daerah pada periode berikutnya.

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 adalah


menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode lima
tahun, yang memuat visi, misi Kepala Daerah, arah kebijakan, strategi dan
program pembangunan.

Tujuan penyusunan RPJMD Provinsi Lampung tahun 2015–2019 adalah:

1. Menetapkan visi, misi, dan program pembangunan daerah jangka


menengah;

Pendahuluan
Hal. 1-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

2. Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran;

3. Menjadi pedoman untuk penyusunan RPJMD dan RKPD serta perencanaan


penganggaran Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung.

4. Sebagai pedoman penilaian keberhasilan pembangunan pemerintah


daerah.

5. Merumuskan gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka


pendanaan sebagai dasar penilaian kemampuan kapasitas pendanaan 5
tahun ke depan.

Pendahuluan
Hal. 1-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun


1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964.
Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40’’ (BT)
Bujur Timur sampai 105º50’’ (BT) Bujur Timur dan 3º45’’ (LS) Lintang Selatan
sampai 6º45’’ (LS) Lintang Selatan. Provinsi Lampung meliputi areal daratan
seluas 35.288,35 km (Lampung dalam angka, BPS, 2013) termasuk 132 pulau di
sekitarnya dan lautan yang berbatasan dalam jarak 12 mil laut dari garis pantai
ke arah laut lepas. Luas perairan laut Provinsi Lampung diperkirakan lebih
kurang 24.820 km (atlas Sumberdaya Pesisir Lampung, 1999). Panjang garis
pantai Provinsi Lampung lebih kurang 1.105 km, yang membentuk 4 (empat)
wilayah pesisir, yaitu Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk
Lampung dan Selat Sunda (160 km), dan Pantai Timur (270 km).

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung meliputi areal dataran


seluas 35.288,35 Km2 termasuk 188 pulau yang terletak pada bagian paling
ujung Tenggara Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi Lampung terletak
pada 1030 40’ – 1050 50’ Bujur Timur; serta antara 60 45’ – 30 45’ Lintang
Selatan.

Batas administratif wilayah Provinsi Lampung adalah:

1. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu


2. Sebelah Selatan dengan Selat Sunda
3. Sebelah Timur dengan Laut Jawa

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia

Secara administratif Provinsi Lampung dibagi kedalam 15 (lima belas)


Kabupaten/Kota yang terdiri atas:

1. Kabupaten Tulang Bawang dengan ibukota Menggala.


2. Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa.
3. Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih.
4. Kabupaten Lampung Timur beribukota Sukadana.
5. Kabupaten Way Kanan dengan ibukota Blambangan Umpu.
6. Kabupaten Tanggamus dengan ibukota Kota Agung.
7. Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukota Kalianda.
8. Kabupaten Lampung Utara dengan ibukota Kotabumi.
9. Kabupaten Pesawaran dengan ibukota Gedung Tataan.
10. Kota Bandar Lampung.
11. Kota Metro.
12. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu.
13. Kabupaten Mesuji dengan ibukota Mesuji.
14. Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan ibukota Panaragan.
15. Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui.

Untuk mengetahui wilayah administrasi Provinsi lampung dapat dilihat pada


peta di bawah ini.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.1.1.1 Aspek Topografi

Menurut kondisi topografi, Provinsi Lampung dapat dibagi ke dalam 5 (lima)


satuan ruang, yaitu:

1. Daerah berbukit sampai bergunung, dengan ciri khas lereng-lereng yang


curam atau terjal dengan kemiringan berkisar 25% dan ketinggian rata-
rata 300 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini meliputi Bukit Barisan,
kawasan berbukit di sebelah Timur Bukit Barisan, serta Gunung Rajabasa.

2. Daerah Berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit


sempit, kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300
meter sampai 500 meter d.p.l. Kawasan ini meliputi wilayah Gedong
Tataan, Kedaton, Sukoharjo, dan Pulau Panggung di Daerah Kabupaten
Lampung Selatan, serta Adirejo dan Bangunrejo di Daerah Kabupaten
Lampung Tengah.

3. Dataran alluvial, mencakup kawasan yang sangat luas meliputi Lampung


Tengah hingga mendekati pantai sebelah Timur. Ketinggian kawasan ini

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

berkisar antara 25 hingga 75 meter d.p.l., dengan kemiringan 0% hingga


3%.

4. Rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0,5


hingga 1 meter d.p.l.

5. Daerah aliran sungai, yaitu Tulang Bawang, Seputih, Sekampung,


Semangka, dan Way Jepara.

Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu


mencapai 1.004.735 Ha (28,47 %) dari luas daratan Provinsi Lampung. Selain
itu merupakan daerah perkebunan (20,92%); tegalan/ladang (20,50%); daerah
pertanian, dan perumahan.

2.1.1.2 Aspek Geologi

Batuan yang tertua dan tersingkap di wilayah Lampung adalah batuan


malihan/metamorf yang terdiri dari sekis, genes, filit, kuarsit, dan pualam yang
secara keseluruhan termasuk dalam kompleks Gunungkasih (Ptgm). Umur
kompleks ini belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan Pra – Karbon.
Batuan tua lainnya adalah sedimen laut dalam yang terdiri dari batupasir dan
batulempung dengan sisipan rijang dan batugamping dikenal dengan nama
Formasi Menanga (Km). Hasil temuan fosil pada batu gamping menunjukan
umur bagian tersebut tersingkap di jalur bukit barisan dan bersentuhan secara
tektonik, diterobos oleh batuan granitoid/batuan terobosan mesozoik,
diterobos oleh batuan granitoid/batuan terobosan Mosozoik akhir yang berumur
88 juta tahun yang lalu (kapur akhir, Katili, 1973). Batuan malihan terdapat pula
secara setempat dan terbatas di sekitar batuan terobosan.

Breksi dan konglomerat aneka bahan yang mengandung rombakan Formasi


Menanga dan Kompleks Gunungkasih dipetakan sebagai Formasi Sabu (Tpos)
dan Formasi Campang (Tpoc). Umur kedua formasi ini belum diketahui,
berdasarkan posisi stratigrafi diperkirakan berumur Paleosen-Oligosen Awal.
Litologi formasi campang ini terdiri dari perselingan batu lempung, serpih,

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

kalkarenit, tuf dan breksi dengan ketebalan 1.000 -1.500 meter. Diendapkan di
lingkungan turbidit di laut, di tepi pantai sampai daerah kegiatan gunung api.
Terlipat kuat dengan sumbu barat laut-tenggara, kemiringan berkisar 250 –
700. Ditafsirkan diendapkan bersamaan waktu dengan formasi tarahan dan
termasuk satuan gunung berapi efusiva.

Batuan gunung api berkomposisi andesitik (lava, breksi, tufa) yang terubah dan
terkekarkan kuat dipetakan sebagai Formasi Tarahan (Tpot), diperkirakan
setara dengan Formasi Kikim yang terdapat di daerah Bengkulu. Umur formasi
ini diperkirakan Paleosen Tengah – Oligosen Awal. Litologi tuf dan breksi
dikuasai oleh sisipan tufit. Diendapkan dilingkungan benua, mungkin busur
gunung api, magmatisma ada kaitannya dengan penujaman, secara regional
dapat dikorelasikan dengan formasi kikim. Ditafsirkan sebagai sisa busur
gunung api paleogen yang tersingkap. Keberadaannya sering disebut sebagai
bukti penunjaman disepanjang parit sunda yang terus berlangsung. Formasi
Sabu, Formasi Campang dan Formasi Tarahan tersingkap di jalur Bukit Barisan.
Batuan Granit – granodiorit yang menerobos batuan granitoid Kapur Akhir
menunjukkan umur 48,37 – 34,57 juta tahun (Eosen – Oligosen).

Penunjaman-penunjaman yang terjadi telah menjadikan wilayah Kota Bandar


Lampung sebagai area rawan bencana. Sehingga berdasarkan formasi tersebut
menimbulkan konsekuensi terhadap perencanaan ruang dimasa yang akan
datang. Dengan demikian perlu perencanaan mendalam untuk memanfaatkan
ruang yang ada bagi pembangunan dengan memperhatikan kondisi fisik
wilayah. Kondisi yang diharapkan dimasa mendatang proses pembangunan
yang dilakukan sejalan dengan keadaan wilayah yang rawan dengan bencana.

Perkembangan geologi Tersier selanjutnya di daerah ini menunjukkan


perbedaan yang nyata antara jalur Jambi – Palembang, Bukit Barisan dan
Bengkulu. Perbedaan tersebut dicerminkan dengan adanya perbedaan
sedimentasi cekungan yang terdapat di ketiga jalur tersebut.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Pada jaman Oligosen Akhir – Miosen Tengah di jalur Jambi – Palembang terjadi
sedimentasi genang laut di cekungan Sumatera Selatan yang diwakili oleh
Formasi Talangakar (Tomt) yang terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat
kuarsa, batupasir terdiri dari serpihan gampingan, napal, batulempung dan batu
lanau, Formasi Gading (Tomg) yang terdiri dari batupasir, batulanau dan batu
lempung dengan sisipan batugamping dan lignit, dan Formasi Baturaja (Tmb)
terdiri dari batugamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan.
Di jalur Bukit Barisan terjadi kegiatan gunung api yang diwakili oleh Formasi
Hulusimpang (Tomh) terdiri dari breksi gunung api, lava, tufa bersusunan
andesit/basaltik, terubah, berurat kuarsa (Tmos) yang terdiri dari perselingan
batulempung, batupasir, batulanau, serpih, terkadang gampingan.

Tektonik yang terjadi pada Miosen Tengah diikuti oleh sedimentasi laut dangkal
yang dicerminkan oleh Formasi Airbenakat (terdapat di luar Provinsi
Lampung), kegiatan gunung api di jalur Bukit Barisan yang dicerminkan oleh
Formasi Bal (Tmba) terdiri dari breksi gunung api bersusunan dasit, tufa dasitan
dan sisipan batupasir dan sedimentasi volkanik klastik laut dangkal di jalur
Bengkulu yang dicerminkan oleh Formasi Lemau (Tml) terdiri dari Batupasir
tufaan gampingan, batulempung gampingan dengan sisipan tipis atau bintal
batugamping, mengandung foram dan moluska. Aktivitas gunung api di jalur
Bukit Barisan menerus pada Miosen Akhir – Pliosen yang membentuk Formasi
Lakitan (Tmpl) terdiri dari breksi gunung api bersusunan andesitik/basaltik,
epalistik sedikit dasitan, tufa dan batupasir tufaan dan menindih secara tak
selaras Formasi Bal, sedang di jalur Bengkulu terbentuk Formasi Simpangaur
(Tmps) terdiri dari batupasir tufaan, tufa, batulempung tufaan, batugamping,
konglomerat aneka batuan, mengandung moluska dan cangkang karang, yang
menindih secara selaras Formasi Lemau.

Setelah tektonik yang terjadi pada Pliosen Tengah, sebagian besar daerah ini
terangkat ke permukaan, di jalur Jambi – Palembang diendapkan Formasi Kasai
(Qtk) yang berlingkungan darat (perselingan batupasir tufaan dengan tufa
berbatu apung, struktur silangsiur, sisipan tipis lignit dan kayu terkesikkan).
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Di jalur Bukit Barisan di endapkan Formasi Ranau (Qtr) yang terdiri dari breksi
batuapung, tufa mikaan, tufa batuapung, dan kayu terkersikkan, dan Formasi
Bintunan (Qtb) yang terdiri dari batupasir tufaan, tufa pasiran, betulempung
tufaan, konglomerat aneka batuan, tufa berbatuapung dan sisa tumbuhan.
Seluruh formasi Kasai, Ranau, Lampung selama Pliosen Akhir – Pliosen terlipat
lemah dan tererosi di akhir Plistosen. Sejak itu kegiatan gunung api berlangsung
di jalur Jambi – Palembang dan Bengkulu hanya terjadi sedimentasi.

2.1.1.3 Aspek Hidrologi

Sumberdaya air (tawar) di Provinsi Lampung tersebar di 5 (lima) daerah River


Basin. Bagian terbesar dari hulu sungai ini berada di Kabupaten Lampung Barat,
sebagian Lampung Utara, dan sebagian Tanggamus. Daerah River Basin ini
meliputi:

1. Daerah River Basin Tulang Bawang terletak di utara hingga ke arah barat,
melewati wilayah Kabupaten Lampung Utara dan Way Kanan dengan luas
River Basin 10.150 Km² dan panjang 753,5 Km dengan 9 cabang anak
sungai membentuk pola aliran dendritic yang merupakan ciri umum
sungai-sungai di Lampung. Kepadatan (density) pola aliran sebesar 0,07
dan frekuensi pola aliran 0,0009.

2. Daerah River Basin Seputih terletak di bagian tengah wilayah bagian barat
Lampung Tengah ke arah Metro dan Lampung Timur. Luas River Basin
7.550 Km², panjang 965 Km, memiliki 14 cabang sungai, density pola
aliran 0,13 dan frekuensi pola aliran 0,0019.

3. Daerah River Basin Sekampung terletak di sebagian besar wilayah


Kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Selatan bagian Utara,
hingga ke arah timur. Luas River Basin ini mencapai 5.675 Km² dengan
panjang 623 Km dan memiliki 12 cabang sungai. Pola aliran mencapai
kepadatan 0,11 dan frekuensinya mencapai 0,021.
4. Daerah River Basin Semangka terletak di wilayah Kabupaten Tanggamus
bagian selatan dan barat ke arah pantai Selat Sunda bagian barat. Luas

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

River Basin ini 1.525 Km² dengan panjang 189 Km, memiliki 8 cabang
sungai, kepadatan (density) pola aliran 0,12 dan frekuensi pola aliran
0,0052.
5. Daerah River Basin Way Jepara terletak di Kabupaten Lampung Timur
dengan luas 800 Km², dan panjang sungai mencapai 108,5 Km, memiliki 3
cabang sungai, pola aliran dengan kepadatan (density) 0,14 serta frekuensi
0,0038.

Secara hidrogeologi di Provinsi Lampung terdapat 7 (tujuh) cekungan air tanah,


yaitu cekungan air tanah Kalianda, cekungan air tanah Bandar Lampung,
cekungan air tanah Metro – Kotabumi, cekungan air tanah Talang Padang,
cekungan air tanah Kota Agung, cekungan air tanah Gedong Meneng dan
cekungan air tanah danau ranau. Dalam rangka konservasi air tanah terdapat
beberapa zona pemanfaatan air tanah, yaitu:

a. Zona Aman Potensi Tinggi (ZONA I)


b. Zona Aman Potensi Sedang (ZONA II)
c. Zona Aman Potensi Kecil (ZONA III)
d. Zona Imbuh / Resapan (ZONA IV)
e. Zona Bukan CAT

2.1.1.4 Aspek Klimatologi

Propinsi Lampung terletak di bawah katulistiwa 5° Lintang Selatan beriklim


tropis-humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudera Indonesia
dengan dua musim angin setiap tahunnya, yaitu bulan November hingga Maret
angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut, dan bulan Juli hingga Agustus
angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara. Kecepatan angin rata-rata tercatat
sekitar 5,83 km/jam. Suhu udara rata-rata berkisar antara 260C - 280C, dengan
suhu maksimum sebesar 330C dan minimum sebesar 200C. Kelembaban udara
di beberapa stasiun pengamatan menunjukkan kisaran antara 75% - 95%.
Sedangkan rata-rata curah hujan tahun sebesar 168,95 mm/bulan.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.1.1.5 Aspek Penggunaan Lahan

Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung pada garis besarnya akan
mencakup 6 (enam) fungsi perlindungan sebagai berikut:

a. Kawasan Hutan Lindung yang tersebar di Lampung Selatan, Lampung


Timur, Lampung Barat, Lampung Tengah, Tanggamus dan Way Kanan.

b. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melindungi


keanekaragaman hayati , ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk dalam
kawasan ini adalah cagar alam Kepulauan Krakatau, kawasan Bukit
Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan termasuk Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Taman Hutan Rakyat di sekitar
Gunung Betung, Gunung Rajabasa dan kawasan perlindungan satwa Rawa
Pacing dan Rawa Pakis, serta ekosistem mangrove dan rawa di pantai
Timur dan Selatan.

c. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, terutama


berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan
erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan ketersediaan air. Kawasan
ini berada pada ketinggian diatas 1.000 mdpl dengan kemiringan lebih
dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu meresapkan air kedalam
tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah sebagian besar kawasan Bukit
Barisan bagian timur dan barat yang membentang dari utara ke selatan,
Pematang Sulah, Kubu Cukuh, dan kawasan hutan lainnya. Berdasarkan
hasil analisis, luas total dari kawasan perlindungan daerah di bawahnya
hingga tahun 2029 adalah 687,37 Km2

d. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam


seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir, tsunami dan
sebagainya. Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana tanah longsor
(Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung
Barat, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan),
kebakaran hutan (Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan dan


Kabupaten Lampung Timur), tsunami dan gelombang pasang (sepanjang
pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung), dan banjir (tersebar di Kota
Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Mesuji, Kabupaten
Tulang Bawang, Kota Metro, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten
Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten
Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan). Berdasarkan hasil
analisis, luas total dari kawasan rawan bencana adalah 4.411,04 Km2

e. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi komponen


lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini berlaku secara
setempat di sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan
sekitar waduk/danau untuk melindungi kerusakan fisik setempat, seperti
Bendungan Batu Tegi, Bendungan Way Rarem, Bendungan Way Umpu,
Bendungan Way Jepara dan Bendungan Way Bumi Agung. Berdasarkan
hasil analisis, luas total dari kawasan perlindungan setempat adalah
355,83 Km2

f. Kawasan Perlindungan Laut/Zona inti di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil (PPK) adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas
tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir
dan PPK secara berkelanjutan. Konservasi pesisir dan laut sangat terkait
dengan ekosistem pesisir dan laut, yaitu ekosistem terumbu karang dan
ekosistem mangrove.

Arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya mencakup arahan pemanfaatan


kawasan hutan, kawasan pertanian, serta kawasan non-pertanian. Penentuan
bagi arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya didasarkan pada
pertimbangan berikut:

1. Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan


daya dukung lahan terhadap penggunaan lahan tertentu bila kegiatan atau
penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut memilki produktivitas

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

optimal dengan input yang minimal. Seluruh wilayah Provinsi Lampung


memiliki kesesuaian untuk berbagai aktifitas pertanian.

2. Potensi pengembangan, yang merupakan hasil penilaian ekonomi


terhadap potensi pengembangan budidaya tertentu. Pemanfaatan kawasan
budidaya direncanakan sesuai dengan upaya desentralisasi ruang bagi
pengembangan wilayah dan potensi lokal, baik sektor primer, sekunder,
maupun tersier. Berdasarkan kecenderungan perkembangan hingga tahun
2009, sektor primer merupakan sektor ekonomi potensial hampir di
seluruh wilayah Provinsi Lampung sesuai dengan potensi wilayah.

3. Pengelolaan kawasan lindung di pulau-pulau kecil dan pesisir dilakukan


melalui kegiatan pariwisata bahari, industri perikanan, pertanian organik
dan peternakan.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Dari aspek geografis, Provinsi Lampung mempunyai posisi yang strategis di


ujung selatan Pulau Sumatera, sehingga menjadi gerbang baik dari arah Pulau
Sumatera maupun dari arah Pulau Jawa. Agar posisi yang strategis tersebut
dapat berdampak optimal bagi kepentingan daerah dan kesejahteraan
masyarakat, Pemerintah Provinsi Lampung Tahun 2010 menerbitkan Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Lampung Tahun 2009-2029.

Pola ruang Provinsi Lampung meliputi:

a. Kawasan Andalan, yaitu adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di


ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di
sekitarnya. Bebarapa kawasan andalan yang diproyeksikan, yaitu Mesuji,
Bandar Lampung dan Metro, Kotabumi, dan Liwa-Krui;

b. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung pada garis besarnya akan
mencakup 5 (lima) fungsi perlindungan sebagai berikut:

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

1. Kawasan Hutan Lindung yang tersebar di Lampung Selatan, Lampung


Timur, Lampung Barat, Lampung Tengah, Tanggamus dan Way Kanan.

2. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melindungi


keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk
dalam kawasan ini adalah cagar alam Kepulauan Krakatau, kawasan
Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan termasuk
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Taman Hutan
Rakyat di sekitar Gunung Betung, Gunung Rajabasa dan kawasan
perlindungan satwa Rawa Pacing dan Rawa Pakis, serta ekosistem
mangrove dan rawa di pantai Timur dan Selatan.

3. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya,


terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir,
menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan ketersediaan
air. Kawasan ini berada pada ketinggian diatas 1.000 mdpl dengan
kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu
meresapkan air kedalam tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah
sebagian besar kawasan Bukit Barisan bagian timur dan barat yang
membentang dari utara ke selatan, Pematang Sulah, Kubu Cukuh, dan
kawasan hutan lainnya.

4. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana


alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir,
tsunami dan sebagainya. Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana
tanah longsor (Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten
Lampung Selatan), kebakaran hutan (Kabupaten Mesuji, Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur),
tsunami dan gelombang pasang (sepanjang pesisir pantai wilayah
Provinsi Lampung), dan banjir (tersebar di Kota Bandar Lampung,
Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang,

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kota Metro, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pringsewu,


Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten
Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan).

5. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi


komponen lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini
berlaku secara setempat di sempadan sungai, sempadan pantai,
sekitar mata air, dan sekitar waduk/danau untuk melindungi
kerusakan fisik setempat, seperti Bendungan Batu Tegi, Bendungan
Way Rarem, Bendungan Way Umpu, Bendungan Way Jepara dan
Bendungan Way Bumi Agung.

6. Kawasan Perlindungan Laut/Zona inti di Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil (PPK) adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan Wilayah Pesisir dan PPK secara berkelanjutan.
Konservasi pesisir dan laut sangat terkait dengan ekosistem pesisir
dan laut, yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.

c. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung, antara lain memantapkan


ekosistem Mangrove dan Rawa, pengendalian perambahan hutan, serta
alih fungsi hutan yang meliputi wilayah- wilayah sebagai berikut:
 Kecamatan Cukuh Balak, Wonosobo, dan Pulau Panggung di
Kabupaten Tanggamus.
 Kecamatan Padang Cermin di Kabupaten Pesawaran.
 Kecamatan Padang Ratu di Kabupaten Lampung Tengah.
 Kecamatan Sribawono dan Labuhan Ratu di Kabupaten Lampung
Timur.
 Kecamatan Kasui dan Banjit di Kabupaten Way Kanan.
 Kecamatan Bukit Kemuning dan Tanjung Raja di Lampung Utara.
 Kecamatan Balik Bukit, Sumberjaya, dan Belalau di Lampung Barat.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

d. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya yaitu arahan pemanfaatan


kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, serta kawasan non-pertanian
yang didasarkan pada:
 Arahan Rencana Kawasan Hutan Produksi
Kawasan budidaya kehutanan meliputi kawasan hutan produktif
terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP). Hutan Produksi
Terbatas terletak di Kabupaten Lampung Barat, sedangkan hutan
produksi tetap tersebar di Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang
Bawang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara,
Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang
Bawang Barat, Kabupate Pesawaran dan Kabupaten Lampung Selatan.
 Arahan rencana tanaman pangan lahan kering.
Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan lahan kering
meliputi hampir seluruh wilayah tengah dan timur Provinsi Lampung,
kecuali disekitar Way Tulang Bawang, daerah pesisir dan bagian
selatan Kabupaten Lampung Timur, serta bagian barat Kabupaten
Way Kanan dan Lampung Utara.

 Arahan rencana untuk tanaman pangan lahan basah.


Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan lahan basah
meliputi wilayah Tengah dan Timur Provinsi Lampung.

 Arahan rencana untuk tanaman tahunan (perkebunan).


Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman tahunan meliputi wilayah
Tengah dan Timur Provinsi Lampung.

 Arahan rencana kawasan pertambangan


Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan didasarkan pada
potensi bahan tambang dan lokasi usaha tambang yang ada di Provinsi
Lampung. Sebaran potensi pertambangan di Provinsi Lampung
meliputi: Wilayah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji,

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Tengah,


Kabupaten Lampung Timur.

 Arahan Rencana Kawasan Industri


Pengelolaan kawasan industri kecil, terutama industri pengolahan
hasil pertanian diarahkan untuk dikembangkan diseluruh kabupaten,
yaitu pada lokasi-lokasi di dekat sentra-sentra penghasil sumberdaya.
Pola yang akan dikembangkan diarahkan pada bagian tengah provinsi
ke arah timur provinsi. Industri besar terutama industri berteknologi
tinggi diarahkan untuk dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten
Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pesawaran.

 Arahan rencana Kawasan Pariwisata


Pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung lebih menekankan
pada pengembangan pariwisata di kawasan budidaya. Potensi
pariwisata di kawasan Lindung, seperti Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBSS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan lain-lain
dibahas secara terpisah dalam bahasan Rencana Pengelolaan kawasan
Lindung.

 Arahan rencana Kawasan Permukiman


Kawasan peruntukan permukiman di Provinsi Lampung akan
dikembangkan pada kawasan-kawasan yang berada di luar kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan
kawasan rawan bencana serta memiliki daya dukung yang kuat untuk
kegiatan permukiman.

Kawasan permukiman diarahkan memiliki akses menuju pusat


kegiatan masyarakat di luar kawasan serta memiliki kelengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. Rencana pengembangan
permukiman dari tingkat kepadatannya akan diklasifikasikan sebagai
berikut:

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-15
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

1. Kawasan permukiman berkepadatan tinggi akan diarahkan di


Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Tengah,
dan Kabupaten Pringsewu.

2. Kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di


Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Lampung Utara dan Kabupaten Tulang Bawang.

3. Kawasan permukiman berkepadatan rendah akan diarahkan di


Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tulang Bawang,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tanggamus
dan Kabupaten Lampung Barat.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas daerah yang sering dan berpotensi
tinggi mengalami bencana alam seperti banjir, longsor, gerakan tanah/gempa,
puting beliung, tsunami dan kebakaran hutan. Kawasan-kawasan rawan
bencana tersebut meliputi:
1. Bencana tanah longsor tersebar di Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten
Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran, dan
Kabupaten Lampung Selatan
2. Untuk kasus kebakaran hutan tersebar di Kabupaten Mesuji, Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur
3. Bencana tsunami dan gelombang pasang berpotensi terjadi di sepanjang
pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung. Sedangkan bencana banjir
tersebar di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten
Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Metro, Kabupaten Lampung
Timur, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung
Selatan.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-16
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

4. Kawasan rawan bencana alam geologi tersebar diseluruh wilayah Provinsi


Lampung yang terjadi akibat aktivitas tektonik pengaruh Sesar Mayor,
yaitu Sesar Semangko dan Sesar Mentawai, dan Sesar Minor, serta aktivitas
vulkanik.

2.1.4. Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, penduduk Provinsi Lampung


berjumlah 7.596.115 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung
tahun 1990-2000 mencapai 0,98% dan tahun 2000-2010 meningkat menjadi
1,23%. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung pada Tahun 2012 menurut BPS
Provinsi Lampung adalah sebesar 7.767.312 jiwa, dengan kepadatan penduduk
rata-rata sebesar 220 jiwa/Km2.

Dilihat dari distribusi antar Kabupaten/Kota, tiga Kabupaten yang wilayahnya


saling berdampingan yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung
Timur dan Kabupaten Lampung Selatan tercatat sebagai daerah dengan
penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 1.170.048 orang, 950.574
orang, dan 909.989 orang. Ini berarti hampir 40% dari total penduduk Provinsi
ampung bermukim di tiga kabupaten tersebut. Sebaran penduduk di Provinsi
Lampung per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kabupaten/Kota


di Provinsi Lampung Tahun 2012

Luas Wilayah Jumlah Kepadatan


No Kabupaten/Kota
(Km2) Penduduk Penduduk
KABUPATEN
1 Kab. Lampung Selatan 3.319,04 932.552 281
2 Kab. Lampung Utara 2.725,87 594.562 218
3 Kab. Lampung Tengah 3.802,68 1.192.958 314
4 Kab. Lampung Barat 4.950,40 427.773 85
5 Kab. Tanggamus 302,64 548.728 182
6 Kab. Tulang Bawang 3.196,32 410.725 128
7 Kab. Way Kanan 3.921,63 415.078 106
8 Kab. Lampung Timur 5.325,03 968.004 182
9 Kab. Pesawaran 2.243,51 407.475 182
10 Kab. Pringsewu 625,00 370.157 592

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-17
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Luas Wilayah Jumlah Kepadatan


No Kabupaten/Kota
(Km2) Penduduk Penduduk
11 Kab. Mesuji 2.184,00 191.221 88
12 Kab. Tulang Bawang Barat 1.201,00 255.833 213
KOTA
13 Kota Bandar Lampung 192,96 902.885 4.679
14 Kota Metro 61,79 149.361 2.417
PROVINSI LAMPUNG 35.288,35 7.767.312 220
Sumber: LDA,BPS, 2013

Berdasarkan hasil registrasi dan konsolidasi Kementerian Dalam Negeri,


jumlah penduduk provinsi Lampung tahun 2013 sebanyak 9.499.116 jiwa.
Secara rinci jumlah penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 hasil registrasi
dan konsolidasi Kementerian Dalam Negeri disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Rekapitulasi Data Kependudukan Provinsi Lampung Per-
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Semester II Tahun 2013

Laki-Laki Perempuan Jumlah


No. Kabupaten/Kota
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
KABUPATEN
1. Kab. Lampung Selatan 648.639 607.745 1.256.384
2. Kab. Lampung Utara 453.840 422.329 876.169
3. Kab. Lampung Tengah 746.856 696.708 1.443.564
4. Kab. Lampung Barat 235.285 213.190 448.475
5. Kab. Tanggamus 327.284 303.733 631.017
6. Kab. Tulang Bawang 214.770 200.539 415.309
7. Kab. Way Kanan 241.963 226.709 468.672
8. Kab. Lampung Timur 566.910 532.387 1.099.297
9. Kab. Pesawaran 278.417 256.429 534.846
10. Kab. Pringsewu 232.729 217.723 450.452
11. Kab. Mesuji 158.070 142.780 300.850
12. Kab. Tulang Bawang Barat 128.095 121.125 249.220
KOTA
13. Kota Bandar Lampung 606.714 556.861 1.163.575
14. Kota Metro 81.796 79.490 161.286
JUMLAH 4.921.368 4.577.748 9.499.116
* Sumber: Data hasil konsolidasi dari Ditjen Adminduk dan Catatan Sipil Kementerian Dalam
Negeri RI ke Biro Tata Pemerintahan Umum Setdaprov. Lampung

Dengan luas wilayah Provinsi Lampung sekitar 35.288,35 km2 yang didiami oleh
7.767.312 orang pada tahun 2012, maka tingkat kepadatan penduduk Provinsi
Lampung adalah sebanyak 220 orang per kilometer persegi. Dari 15

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-18
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

kabupaten/kota di Provinsi Lampung kepadatan penduduk wilayah perkotaan


jauh lebih padat dibandingkan wilayah kabupaten. Bandar Lampung memiliki
kepadatan 4.679 jiwa/km2 dan Metro 2.417 jiwa/km2. Kabupaten terpadat
selanjutnya adalah Lampung Tengahdengan jumlah 314 jiwa/km2, disusul
Lampung Selatan dengan jumlah281 jiwa/km2.

Perkembangan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung mengalami


penurunan selama 30 tahun mulai 1971-2000, dan mengalami kenaikkan lagi
pada periode 2000-2010. Hal ini signifikan dan sebanding dengan
perkembangan pertumbuhan penduduk nasional dan regional (Sumatera)
sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1.

7
6
5.77
5
Indonesia
4 3.55
3.04 Sumatera
3 2.38 Lampung
2.31 2.67 1.9
2
1.98 1.49
1.49
1 1.24
1.17
0
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010
Sumber: www.bps.go.id

Gambar 2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Lampung, Sumatera dan Indonesia


Tahun 1971-2010

Ditinjau pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Kabupaten


Tulang Bawang merupakan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk
tercepat selama kurun waktu tahun 2000-2010. Sedangkan kabupaten dengan
laju pertumbuhan penduduk terlambat selama kurun waktu tahun 2000-2010
adalah Kabupaten Pringsewu. Perkembangan laju pertumbuhan penduduk
Provinsi Lampung berdasarkan wilayah kabupaten/kota tahun 2000-2010
disajikan sebagai berikut :

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-19
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: www.bps.go.id
Gambar 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Lampung per
Kabupaten/Kota Tahun 2000-2010

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Indikator utama untuk mengetahui peningkatan pembangunan ekonomi


wilayah (daerah) adalah dengan melihat pertumbuhan ekonominya. Pada
evaluasi RPJMD I 2005-2009 pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,47%,
sedangkan pertumbuhan PDRB perkapita berkisar antara 1-1,6% pertahun.
Dalam kurun waktu lima tahun berikutnya, pertumbuhan ekonomi Lampung
berfluktuasi pada kisaran 5,26% sampai dengan 6,53%. Laju pertumbuhan
tertinggi terjadi di tahun 2012 (6,53%), sedang yang terendah terjadi di tahun
2009 (5,26%). Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
selama kurun waktu tahun 2009-2013 disajikan pada Gambar 2.3.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-20
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

7
6
6,43 6,53 5,97
5 5,88
5,26
4
3
2
1
0
2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: www.bps.go.id dan www.bi.go.id


Gambar 2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera dan


Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung menunjukkan trend
positif dan peningkatan. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Lampung selama kurun waktu 2009-2013 (5 tahun) adalah sebesar 5,97%,
lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang hanya 5,87% pertahun. Sedangkan
laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,26% pertahun.Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di
Pulau Sumatera pada tahun 2013 juga mengalami fluktuasi, dan Provinsi
Lampung masih lebih baik dibanding Aceh, Riau dan Kepulauan Riau.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-21
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: www.bps.go.id dan www.bi.go.id

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Pulau Sumatera,


dan Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung didukung oleh


pertumbuhan yang positif pada semua sektor. Rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi yang terjadi selama kurun waktu 2009-2013 adalah sektor
Keuangan/Persewaan/Jasa Perusahaan (13,84%). Sektor lain yang juga tumbuh
cukup tinggi berturut-turut adalah sector Transportasi/Komunikasi (13,63%),
sektor Jasa-jasa (9,42%) serta sektor Konstruksi (5,82%). Pertumbuhan
sektoral ekonomi Lampung dalam kurun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel
2.3.

Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung,


Tahun 2009-2013 (Persen)

No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pertanian 2,63 1,07 4,96 4,20 3,95
2 Pertambangan/Penggalian -9,21 -3,38 13,48 4,28 10,66
3 Industri Pengolahan 5,88 6,11 4,88 4,39 7,56
4 Listrik/Gas/Air Bersih 2,84 10,41 9,86 11,51 10,05
5 Konstruksi 4,87 3,71 7,77 5,82 2,50
6 Perdagangan/Hotel/Restoran 7,60 4,78 5,50 5,59 4,70
7 Transportasi/Komunikasi 11,47 15,42 12,98 13,73 7,83
8 Keu/Persewaan/Jasa Perbankan 12,91 26,88 7,48 12,44 9,48
9 Jasa-jasa 5,59 5,59 8,24 9,42 9,39
PDRB 5,26 5,88 6,43 6,53 5,97
Sumber: Statistik Perekonomian Lampung Bappeda, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-22
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tingkat pertumbuhan ekonomi per kabupaten/kota di Provinsi Lampung juga


berfluktuasi dimana yang memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi antara lain
Tulang Bawang, Pringsewu dan Mesuji. Sedangkan daerah dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi terendah adalah Lampung Timur. Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

Tabel 2.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota se-Provinsi Lampung,


Tahun 2008-2012 (Persen)

No Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012

KABUPATEN
1. Kab. Lampung Selatan 5,09 5,28 5,71 6,03 6,30
2. Kab. Lampung Utara 5,69 6,32 4,98 6,23 6,03
3. Kab. Lampung Tengah 5,66 5,94 5,88 5,75 6,37
4. Kab. Lampung Barat 5,15 5,64 5,72 4,54 6,65
5. Kab. Tanggamus -32,39 5,46 5,59 6,24 6,49
6. Kab. Tulang Bawang 6,79 -51,13 6,19 5,50 6,93
7. Kab. Way Kanan 4,60 5,04 5,17 5,49 5,67
8. Kab. Lampung Timur 5,21 4,38 5,06 6,08 5,30
9. Kab. Pesawaran 5,34 5,69 5,91 6,41 6,42
10. Kab. Pringsewu X 5,80 6,95 7,10 6,88
11. Kab. Mesuji X X 5,89 6,36 6,88
12. Kab. Tulang Bawang Barat X X 5,92 6,13 6,53
KOTA
13. Kota Bandar Lampung 6,93 6,01 6,33 6,53 6,54
14. Kota Metro 5,21 5,32 5,89 6,40 5,90
PROVINSI LAMPUNG 5,35 5,35 5,85 6,39 6,48
Sumber: LDA, BPS, 2013

2.2.1.2 Struktur Ekonomi

Dalam kurun waktu 2009-2013 perekonomian Lampung digerakkan oleh tiga


sektor ekonomi utama, yaitu sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan dan
sektor Perdagangan/Hotel/Restoran. Dominasi sektor-sektor tersebut terlihat
dari besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan total
PDRB.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-23
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.5. Kontribusi Sektor terhadap PDRB Provinsi Lampung

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pertanian 38,89 36,82 35,56 35,90 35,54
2 Pertambangan/Penggalian 2,09 1,99 2,09 2,01 2,04
3 Industri Pengolahan 14,07 15,79 16,07 15,54 15,52
4 Listrik/Gas/Air Bersih 0,58 0,55 0,54 0,55 0,56
5 Konstruksi 4,21 3,66 3,44 3,36 3,16
6 Perdagangan/Hotel/Restoran 13,44 15,25 16,01 15,85 15,94
7 Transportasi/Komunikasi 9,90 10,16 11,51 11,53 11,76
8 Keu/Persewaan/Jasa Perbankan 6,67 6,31 5,97 6,15 6,22
9 Jasa-jasa 10,15 9,46 8,82 9,10 9,27
PDRB
Sumber: Statistik Perekonomian Lampung, Bappeda, 2013

Dari Tabel 2.5. nampak kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan


PDRB Provinsi Lampung sejak tahun 2009 dan empat tahun selanjutnya tidak
mengalami pergeseran yang signifikan. Sektor Pertanian tetap merupakan
penyumbang terbesar (lebih dari 35%), sementara sector Listrik/Gas/Air
Bersih memberikan sumbangan terkecil (kurang dari 1%).

Kontribusi sektor Pertanian, meskipun masih terbesar namun menunjukkan


trend yang menurun sejalan dengan berkembangnya sector sekunder dan
tersier. Kontribusi sector Pertanian terhitung menurun rata-rata 2,2% tiap
tahunnya. Jika pada tahun 2009 kontribusinya tercatat 38,89% maka pada
tahun 2013 menjadi 35,54%.

2.2.1.3 PDRB Per Kapita

PDRB per kapita lazim digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan


masyarakat secara umum. Indikator ini lebih tepat digunakan untuk menilai
apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan
capaian nilai tambah bagi masyarakat melalui hasil kreatifitas usaha dalam
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. PDRB per kapita penduduk Lampung
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-24
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

PDRB per kapita Provinsi Lampung dalam kurun waktu 2009-2013 naik dari
sebesar Rp11,82 juta menjadi Rp20,72 juta berdasarkan atas dasar harga
berlaku atau rata-rata meningkat sekitar 15% per tahun. Namun kenaikan
tersebut bukan nilai riil, tetapi lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan tingkat
harga barang dan jasa atau inflasi. Hal itu tercermin jika disandingkan dengan
PDRB per kapita atas dasar harga konstan dalam kurun waktu yang sama,
perolehannya hanya naik dari Rp4,81 juta menjadi Rp5,81 juta atau naik rata-
rata 4,82% per tahun.

Sumber: Statistik Perekonomian Lampung, Bappeda, 2013

Gambar 2.5 Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Lampung

Pada tingkat daerah kabupaten/kota, Kota Bandar Lampung merupakan daerah


dengan rata-rata PDRB Perkapita tertinggi selama kurun waktu 2009-2013.
Sedangkan Kabupaten Lampung Barat merupakan daerah kabupaten/kota
dengan rata-rata PDRB Perkapita terendah selama kurun waktu yang sama.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-25
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.6. PDRB Perkapita Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung


Tahun 2009-2013
Rata-
No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013
rata
KABUPATEN
1 Kab. Lampung Selatan 9,88 11,19 12,20 14,82 16,92 13,00
2 Kab. Lampung Utara 11,40 13,96 17,68 21,21 26,09 18,07
3 Kab. Lampung Tengah 11,75 14,22 16,36 18,73 21,89 16,59
4 Kab. Lampung Barat 6,15 6,74 7,98 9,18 10,50 8,11
5 Kab. Tanggamus 7,88 8,90 10,39 11,83 13,52 10,50
6 Kab. Tulang Bawang 12,23 14,27 16,16 18,83 21,09 16,52
7 Kab. Way Kanan 6,23 7,39 8,43 9,52 10,91 8,50
8 Kab. Lampung Timur 9,48 11,06 12,31 13,82 15,67 12,47
9 Kab. Pesawaran 10,45 12,87 15,00 16,74 19,59 14,93
10 Kab. Pringsewu 6,97 8,15 9,33 10,56 12,13 9,43
11 Kab. Mesuji 10,47 12,80 15,63 18,28 21,46 15,73
12 Kab. Tulang Bawang
14,07 15,65 16,98 19,31 22,02 17,61
Barat
KOTA
13 Kota Bandar Lampung 19,63 21,94 25,03 28,28 31,94 25,36
14 Kota Metro 7,16 7,97 8,98 10,08 11,30 9,10
PROVINSI LAMPUNG 11,82 14,20 16,54 18,46 20,72 16,35
Sumber: LDA, BPS, 2013 dan Indikaotr Ekonomi Makro, Bappeda 2014.

Tabel 2.7. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009-2013
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Lampung
2009 2010 2011 2012 2013
Sektor
Juta Rp. % Juta Rp. % Juta Rp. % Juta Rp. % Juta Rp. %
1 Pertanian 14.693.881 40,53 14.851.400 38,69 15.587.581 38,15 16.242.780 37,32 16.884.406 36,61
Pertambangan
2 737.977 2,04 713.022 1,86 809.109 1,98 843.741 1,94 933.720 2,02
& Penggalian
Industri
3 4.879.401 13,46 5.177.596 13,49 5.430.218 13,29 5.668.830 13,02 6.097.668 13,22
Pengolahan
Listrik. Gas &
4 129.396 0,36 142.869 0,37 156.952 0,38 175.015 0,40 192.612 0,42
Air Bersih
5 Konstruksi 1.767.563 4,88 1.833.091 4,77 1.975.551 4,84 2.090.461 4,80 2.142.782 4,65
Perdagangan.
6 Hotel & 5.835.109 16,09 6.114.068 15,93 6.450.606 15,79 6.811.060 15,65 7.131.120 15,46
Restoran
Pengangkutan
7 2.428.791 6,70 2.803.218 7,30 3.166.967 7,75 3.601.848 8,27 3.883.735 8,42
& Komunikasi
Keuangan.
Persewaan &
8 3.039.338 8,38 3.856.252 10,04 4.144.817 10,14 4.660.496 10,71 5.102.391 11,06
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 2.744.839 7,57 2.898.383 7,55 3.137.140 7,68 3.432.638 7,89 3.754.912 8,14
PDRB Total 36.256.295 100 38.389.899 100 40.858.942 100 43.526.870 100 46.123.346 100

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-26
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.2.1.4 Inflasi

Tingkat inflasi Provinsi Lampung selama lima tahun terakhir berfluktuasi


terhadap tingkat inflasi nasional. Inflasi tertinggi terjadi pada Tahun 2010,
hingga mencapai 9,95.

12

10 9.95 8.38
8
6.96 Lampung
6 7.56
4.34 4.3
Nasional
4 4.18
4.3
2.79 3.79
2

0
2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: www.bps.go.id

Gambar 2.6 Perkembang Inflasi Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2009-
2013

2.2.1.5 Ketimpangan Pendapatan Masyarakat

Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat adalah


pemerataan/ketimpangan pendapatan masayarakat yang diukur dari tinggi
rendahnya Indeks Gini (Gini Ratio). Ketimpangan pendapatan di Provinsi
Lampung relatif stagnan dan selalu di bawah nasional. Bahkan pada tahun 2013
ketimpangan di Lampung justru menurun, sedangkan secara nasional
meningkat.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-27
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

0.42 0.41
0.41
0.4
0.39
0.39 0.38 0.38
0.38 0.37
Lampung
0.37 0.36
0.36 Nasional
0.37
0.35 0.36 0.36
0.34 0.35
0.33
0.32
2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2013


Gambar 2.7 Perkembangan Indeks Gini Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

2.2.1.6 Ketimpangan Pembangunan Antardaerah

Indeks Williamson, sebagai indikator yang mencerminkan ketimpangan


pembangunan antar daerah kabupaten/kota terus mengalami peningkatan
selama kurun waktu tahun 2009-2012. Hal itu berarti tingkat kesenjangan
pembangunan antardaerah kabupaten/kota di Provinsi Lampung semakin
meningkat pada setiap tahunnya.

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 2.8 Perkembangan Indeks Williamson Provinsi Lampung


Tahun 2009-2012

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-28
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.2.1.7 Kemiskinan

Perkembangan jumlah dan persentase kemiskinan pada periode 2006-2012


menunjukkan kecenderungan angka penurunan. Pada tahun 2006 jumlah
penduduk miskin Lampung berjumlah 1.638.000 jiwa dan akhir tahun 2012
menjadi 1.253.830 jiwa.

Sumber : BPS Lampung, 2013


Gambar 2.15 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Nasional
Provinsi Lampung Tahun 2009—2013

Jumlah dan persentase penduduk miskin kabupaten/kota di Provinsi Lampung


dapat dilihat pada tabel 2.12.

Tabel 2.12 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten dan Kota
di Provinsi Lampung
Jumlah
Garis Persentase
Penduduk
Kabupaten/Kota Kemiskinan(Rp/Kap/Bln) Pddk Miskin
Miskin (000)
2011 2012 2011 2012 2011 2012
KABUPATEN
1 Lampung Barat 269.670 305.991 67,88 64 ,80 15,99 15,13
2 Tanggamus 250.134 281.195 92,75 88,40 17,06 16,10
3 Lampung 256.153 288.906 177,74 169,50 19,23 18,19
Selatan
4 Lampung 257.284 290.714 189,46 180,80 19,66 18,59
Timur
5 Lampung 271.262 307.586 187,00 178 ,4 15,76 14,36
Tengah
6 Lampung Utara 274.291 311.162 155,81 148,60 26,33 25,17
7 Way Kanan 241.330 279.003 72,51 69,20 17,63 16,54
8 Tulang Bawang 256.793 295.467 40,75 38 ,8 10,11 9,43
9 Pesawaran 251.723 279.593 77,05 73,50 19,06 18,01
10 Pringsewu 269.212 304.686 43,02 41,00 11,62 11,01

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-29
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

11 Mesuji 256.185 287.820 15,32 14,60 8,07 7,69


12 Tulang Bawang 253.773 284.251 18,06 17,30 7,11 6,73
Barat
KOTA
13 Bandar 359.948 406.843 121,58 116,30 13,61 12,65
Lampung
14 Metro 255.231 294.012 19,00 18,10 12,90 12,09
Sumber : BPS Lampung, 2013

Di Provinsi Lampung masih terdapat empat kabupaten yang masuk dalam


kategori daerah tertinggal berdasarkan RPJMN Kementerian PDT, yaitu:
1. Lampung Utara;
2. Lampung Barat;
3. Way Kanan;
4. Pesawaran
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
menetapkan 6 (enam) kriteria dasar yaitu:

1. Perekonomian masyarakat;
2. Sumber Daya Manusia;
3. Infrastruktur;
4. Kemampuan Keuangan (celah fiskal);
5. Aksesibilitas;
6. Karakteristik daerah

Sesuai hasil evaluasi lanjutan tahun 2014 berdasarkan Podes 2011 dan Susenas
2012, tiga kabupaten yaitu Way Kanan, Lampung Utara, dan Pesawaran
diperkirakan akan terentaskan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan, peran
serta, dan intervensi Pemerintah Provinsi Lampung untuk membantu keempat
kabupaten tersebut untuk mempercepat pembangunan di wilayah tertinggal
tersebut.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-30
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator keberhasilan dalam pembangunan kesejahteraan sosial adalah


dengan melihat perkembangan Human Development Index atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Lampung selama 7 tahun terakhir berdasarkan data BPS menunjukkan angka
peningkatan sebagaimana Gambar2.9.

Sumber: : BPS, 2013


Gambar 2.9 Perkembangan IPM Provinsi Lampung 2006—2012

Meskipun menunjukkan peningkatan, posisi IPM Provinsi Lampung merupakan


yang terendah di antara provinsi lain di Pulau Sumatera dan berada di bawah
rata-rata nasional.

Tabel 2.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional, 2008–2012

No. Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012


1. Aceh 70,76 71,31 71,70 72,16 72,51
2. Sumatera Utara 73,29 73,80 74,19 74,65 75,13
3. Sumatera Barat 72,96 73,44 73,78 74,28 74,70
4. Riau 75,09 75,60 76,07 76,53 76,90
5. Jambi 71,99 72,45 72,74 73,3 74,78
6. Sumatera Selatan 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99
7. Bengkulu 72,14 72,55 72,92 73,4 73,93
8. Lampung 70,30 70,93 71,42 71,94 72,45
9. Bangka Belitung 72,19 72,55 72,86 73,37 73,78
10. Kepulauan Riau 74,18 74,54 75,07 75,78 76,20
INDONESIA 71,17 71,76 72,27 72,77 73,41
Sumber: BPS Lampung, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-31
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Pada tingkat kabupaten/kota,perkembangan Indeks Pembangunan Manusia


(IPM) tertinggi adalah Kota Metro, selanjutnya Kota Bandar Lampung.

Tabel 2.9 Perkembangan IPM per Kabupaten/Kota


se-Provinsi Lampung 2008-2012

No. Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012

KABUPATEN
1 Kab. Lampung Selatan 68,79 69,51 70,06 70,53 70,95
2 Kab. Lampung Utara 69,40 69,85 70,36 70,81 71,28
3 Kab. Lampung Tengah 69,93 70,38 70,74 71,29 71,81
4 Kab. Lampung Barat 68,21 68.83 69,28 69,72 70,17
5 Kab. Tanggamus 70,19 70,84 71,31 71,83 72,32
6 Kab. Tulang Bawang 69,14 69,63 70,34 70,96 71,60
7 Kab. Way Kanan 68,98 69,46 69,92 70,43 70,84
8 Kab. Lampung Timur 69,68 70,20 70,73 71,26 71,64
9 Kab. Pesawaran 68,73 69,43 69,77 70,30 70,90
10 Kab. Pringsewu X 71,74 71,97 72,37 72,80
11 Kab. Mesuji X 67,06 67,49 67,98 68,30
12 Kab. Tulang Bawang Barat X 68,53 68,98 69,32 69,82
KOTA
13 Kota Bandar Lampung 74,86 75,35 75,70 76,29 76,83
14 Kota Metro 75,71 75,98 76,25 76,95 77,30
PROVINSI LAMPUNG 70,30 70,93 71,42 71,94 72,45
Sumber : BPS, 2013

Dari perkembangan IPM semua kabupaten/kota se-Provinsi Lampung


mengalami peningkatan. Hampir semua Kabupaten/Kota IPM-nya berada di
bawah Provinsi Lampung, kecuali Pringsewu, Metro, dan Bandar Lampung.

2.2.2.2 Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH)

Salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Pendidikan (IPP) adalah


tingkat buta aksara atau tingkat kemampuan membaca dan menulis
masyarakat. Kemampuan membacadan menulis tercermin dari angka melek
huruf dan angka buta huruf.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-32
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf sebesar 7,19%. Gambar
2.10 menunjukan Provinsi Lampung masih lebih baik karena di bawah rata-rata
nasional, yaitu 4,98%.

Sumber : data BPS diolah,

Gambar 2.10 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Buta Huruf
Menurut Provinsi Tahun 2011.

Angka Melek Huruf (AMH) bagi penduduk di atas 15 tahun di Provinsi


Lampung menunjukkan peningkatan.

Sumber: BPS Lampung, 2013

Gambar 2.11 Persentase Penduduk Provinsi Lampung 15 tahun ke atas yang


Melek Huruf Tahun 2008-2012.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-33
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

b. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah(APS) dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu


7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat
SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK. Makin tinggi
APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu
daerah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Lampung selama kurun waktu
2009—2012 adalah sebagai berikut:

Sumber: BPS Lampung, 2013


Gambar 2.12 Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Lampung
Tahun 2009-2012

c. Angka Partisipasi Kasar (APK)

APK jenjang SD tahun 2009 capaiannya di atas 100%, APK SMP/MTs adalah
82,74%, dan APK SMU 60,62%. Untuk tahun-tahun berikutnya APK pada setiap
jenjang pendidikan semakin meningkat sebagaimana Gambar 2.13.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-34
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2013


Gambar 2.13 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SMP, dan SMA
Provinsi Lampung Tahun 2009—2012

d. Angka Partisipasi Murni (APM)


Angka Partisipasi Murni (APM) baik SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan
SMA/MA/Paket C di Provinsi Lampung mengalami peningkatan antara tahun
2009 hingga tahun 2012 sebagaimana disajikan pada Gambar 2.14.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2013


Gambar 2.14 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SMP, dan SMA
di Provinsi Lampung Tahun 2009-2012

Perkembangan APM (SD/SMP/SMU) di Provinsi Lampung dalam kurun waktu 4


(tahun terakhir) menunjukkan peningkatan, dan berada di atas rata-rata
nasional. Secara nasional APM SD 91,03%, APM SMP 68,12 % dan APM SMU
47,97%.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-35
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

e. Rata-rata Lama Sekolah

Sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk rata-rata 7,75 tahun (2010), tahun
2011 rata-rata 7,82 tahun, dan tahun 2012 menjadi 7,82 tahun, artinya
penduduk di Provinsi Lampung rata-rata menikmati pendidikan sampai kelas 1
SMP (kelas VII). Hal ini berarti, program wajib belajar 9 tahun belum
menunjukkan hasil yang diharapkan sehingga diperlukan keseriusan
pemerintah untuk bekerja lebih keras mendukung keberhasilan program
tersebut.

Tabel 2.10 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas


Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan
yang Ditamatkan Tahun 2011-2012

Jenjang Pendidikan 2011 2012


yang Ditamatkan L P Jumlah L P Jumlah
Tidak tamat sekolah 2,16 6,00 4,02 1,84 5,64 3,68
Belum tamat SD 22,79 24,06 23,40 23,63 23,06 23,35
SD 31,10 29,12 30,14 29,09 28,90 29,00
SLTP 20,72 20,76 20,76 21,69 21,25 21,48
SLTA 19,19 15,36 17,34 19,59 16,55 18,11
Di atas SLTA 4,05 4,70 4,36 4,16 4,60 4,37
Sumber : BPS Lampung, 2011—2012

2.2.2.3 Kesehatan

Indikator dalam Indeks Pembangunan Kesehatan (IPK) ditunjukkan


diantaranya dengan menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality
Ratio (IMR) per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 tingkat AKB secara nasional masih cukup
tinggi yaitu 32/1.000 KH di atas target MDGs yaitu 24/1.000 KH. Provinsi
Lampung AKB masih lebih baik dibandingkan rata-rata nasional yaitu 30/1.000
KH. Sedangkan Angka Kematian Balita (Akaba) per 1.000 KH, Provinsi Lampung
masih 38/1.000 KH.

Indikator selanjutnya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu jumlah wanita
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan atau
penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas per

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-36
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

100.000 kelahiran hidup. Secara nasional AKI 359/100 ribu KH (SDKI 2012),
sementara di Provinsi Lampung tahun 2013 masih terdapat 158 kasus kematian
ibu.

Tabel 2. 11 Perbandingan Capaian Indikator Kesehatan Nasional dan Provinsi


Lampung Tahun 2013
Capaian Capaian
No. Indikator
Nasional Provinsi
1 Cakupan persalinan ditolong 88,64 88,52
tenaga kesehatan
2 Cakupan kunjungan Neonatus 88,99 90,30
Pertama (KN1)
3 Cakupan Imunisasi Campak 86,3 91,8
4 Persentase Imunisasi Dasar 85,2 87,1
Lengkap
5 Cakupan Pelayanan Kesehatan 86,68 96,95
Bayi
6 Cakupan Pelayanan Kesehatan 70,26 49,10
Anak
7 Persentase Rumah Tangga 56,2 39,5
Berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat
8 Persentase Penduduk terhadap 44,1 38,07
akses air minum
9 Persentase penduduk terhadap 55,34 43,85
sanitasi layak
Sumber : BPS Lampung, 2013

2.2.2.4 Ketenagakerjaan

Indikator ketenagakerjaan yang paling umum digunakan adalah Tingkat


Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang
aktif secara ekonomi di suatu daerah. Sedangkan TPT adalah ukuran yang
menunjukkan persentase penduduk yang sedang mencari pekerjaan atau
mempersiapkan usaha, penduduk yang sudah mendapat pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja dan penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
sudah tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-37
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Berdasarkan rilis BPS Provinsi Lampung tahun 2013 TPAK tahun 2013
mencapai 3.681,1 ribu (64,84%) dan TPT mencapai 209,5 ribu (5,69%)atau
terjadi peningkatan sekitar 10 persen.

Tabel 2.13 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung

Perubahan
Uraian 2011 2012 2013
2012 2013
Tingkat Partisipasi Angkatan 68,00 66,40 64,84 -2,35 -2,35
Kerja (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,78 5,13 5,69 11,58 -7,3
(%)
Sumber: BPS Lampung, 2011-2012

Berdasarkan sektor ekonomi, terjadi pergeseran kelompok tenaga kerja dari


sektor primer, yaitu sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan ke
sektor tersier, yaitu sektor Perdagangan, Rumah Makan, Jasa Akomodasi dan
sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

Tabel 2.14 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Agustus Agustus Agustus Persentase


2011 2012 2013 Perubahan
Uraian Agt'12 Agt'12
(dalam ribu jiwa) - -
Feb'12 Agt'11
1. Pertanian, Perkebunan,
1.715 1.666 541,6 -13,86 -2,86
Kehutanan, Perikanan
2. Industri 359 329 329 5,45 -8,36
3. Perdagangan, Rumah Makan,
606 625 625 -11,35 3,14
Jasa Akomodasi
4. Jasa Kemasyarakatan, Sosial
439 448 448 -6,28 2,05
dan Perorangan
5. Lainnya 364 380 380 25,83 4,40
TOTAL 3.483 3.448 3.448 -7,59 -1,00
Sumber : BPS, 2013

2.2.2.5. Ketransmigrasian

Provinsi Lampung sejak tahun 1905 merupakan daerah penempatan


transmigrasi di Indonesia, namun mulai tahun 2007 Provinsi Lampung telah
berubah statusnya menjadi daerah pengirim transmigrasi ke pulau Kalimantan
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-38
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

dan Sulawesi yang disebabkan semakin tingginya jumlah penduduk di Provinsi


Lampung

Tabel 2.15 Data Pengiriman Transmigrasi asal Provinsi Lampung


ke pulau Kalimantan
Daerah Penempatan
Tahun Daerah Asal/ Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan
No
Penempatan Kabupaten Timur Tengah Selatan Barat
KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa
1. 2009 Pesawaran 25 105 - - - - - -
Lampung Selatan - - 25 104 - - - -
Lampung Utara - - 25 104 - - - -
Jumlah 1 25 105 50 208 0 0 0 0
2. 2010 Pesawaran 25 111 - - - - - -
Lampung Selatan - - 15 70 - - - -
Lampung Utara - - - - 25 93 - -
Jumlah 2 25 111 15 70 25 93 0 0
3. 2011 Pesawaran - - 25 94 - - - -
Lampung Selatan - - 25 107 - - 25 94
Pringsewu - - - - - - 20 68
Jumlah 3 0 0 50 201 0 0 45 162
4. 2012 Lampung Selatan - - 20 81 - - - -
Pesawaran - - 25 86 - - - -
Pringsewu - - 25 92 - - - -
Jumlah 4 0 0 70 259 0 0 0 0
5. 2013 Lampung Selatan - - 15 59 - - - -
Pesawaran - - 10 40 - - - -
Pingsewu - - 15 49 - - - -
Lampung Tengah - - 10 37 - - - -
1 3
Lampung Utara - - - - - -
10 32
Jumlah 5 0 0 50 185 0 0 10 32
Sumber : Disnakertrans Prov. Lampung

Disamping itu dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat


di kawasan Transmigrasi di Provinsi Lampung telah dibangunan 3 buah Kota
Terpadu Mandiri (KTM), yaitu :
- KTM Mesuji di Kabupaten Mesuji.
- KTM Rawapitu di Kabupaten Tulang Bawang.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-39
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

- KTM Way Tuba di Kabupaten Way Kanan

Selain itu di Provinsi Lampung juga terdapat sebuah Museum tentang sejarah
transmigrasi yang dikenal dengan Musem Ketransmigrasian yang terletak di
desa Bagelen Kabupaten Pesawaran yang merupakan sarana wisata sejarah dan
pendidikan dibidang ketransmigrasian di Indonesia khususnya di Provinsi
Lampung.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-40
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.2.3. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Target Realisasi Pencapaian Target (2013)


Batas Waktu
No Bidang / Jenis Layanan Indikator Kinerja Rencana
Pencapaian 2009 2010 2011 2012 2013
Pencapaian
I Sosial
1 Pelaksanaan program/kegiatan bidang
Pemberian bantuan sosial bagi % PMKS skala provinsi yang memperoleh 80 2011—2015 21,47 46,28 50,76 47,70 50,22
penyandang masalah kesejahteraan bantuan social untuk pemenuhan kebutuhan
social skala provinsi dasar
Penyelenggaraan pelayanan dan % panti social skala provinsi yang 60 2011—2015 100 100 100 100 100
rehabilitasi dalam panti social skala melaksanakan standar operasional pelayanan
provinsi kesejahteraan sosial
2 Penyediaan sarana dan prasarana sosial
A Penyediaan sarana prasarana panti % panti social skala provinsi yang 80 2011—2015 0 0 0 100 100
social skala provinsi menyediakan sarana prasarana pelayanan
kesejahteraan social
B Penyediaan sarana prasarana % organisasi social/yayasan/LSM yang 60 2011—2015 0 0 0 4 4
pelayanan luar panti sosial skala menyediakan sarana prasarana pelayanan
provinsi kesejahteraan social luar panti
3 Penanggulangan korban bencana
A Bantuan social bagi korban bencana % kab/kota yang memberikan bantuan sosial 80 2011—2015 50 50 50 50 50
skala provinsi bagi korban bencana skala provinsi
C Distribusi logistik bencana Ketersediaan logistik bencana di daerah 100% 2010-2015 100% 100% 100% 100% 100%
4 Pelaksanaan dan Pengembangan Jaminan
A Penyelenggaraan jaminan social skala % kab/kota yang menyelenggarakan jaminan 40 2011—2015 0 0 0 21 21
provinsi social bagi penyandang cacat fisik dan mental,
serta lanjut usia tidak potensial
II Lingkungan Hidup
1. Pelayanan informasi status mutu air % Jumlah sumber air yang dipantau 100 2009—2013 16,67 100 100 100 100
kualitasnya, ditetapkan status mutu airnya
dan diinformasikan status mutu airnya
2. Pelayanan informasi status mutu % jumlah kab/kota yang dipantau kualitas 100 2009—2013 0 0 0 0 0
udara ambein udara ambiennya dan diinformasikan mutu
udara ambiennya
3. Pelayanan tindak lanjut pengaduan % jumlah pengaduan masyarakat akibat 100 2009—2013 0 100 100 100 100
masyarakat akibat adanya dugaan adanya dugaan pencemaran dan atau

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-41
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Target Realisasi Pencapaian Target (2013)


Batas Waktu
No Bidang / Jenis Layanan Indikator Kinerja Rencana
Pencapaian 2009 2010 2011 2012 2013
Pencapaian
pencemaran dan atau perusakan perusakan lingkungan hidup yang
lingkungan hidup ditidaklanjuti batas waktu pencapaian
III Ketahanan Pangan
1 Ketersediaan dan Cadangan Pangan Penguatan Cadangan Pangan 60% 2010-2015 23.87 47.13 82.80 93.05 60%
2 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan
Distribusi dan Akses Pangan 100% 2010-2015 100 100 100 100 100%
Akses Pangan di Daerah
3 Penganekaragaman dan Keamanan Pengawasan dan Pembinaan Keamanan
80% 2010-2015 100 100 93.62 90.62 80%
Pangan Pangan
4 Penanganan Kerawanan Pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan *) 60% 2010-2015 15.05 25.27 50.00 91.89 60%
IV Bidang Pemerintahan Dalam
Negeri
1 Posko Siaga Bencana Jumlah laporan kejadian bencana di Propinsi 1100 2010—2015 117 312 347 180 1100
Lampung laporan lapor
an
2 Evakuasi korban bencana skala % kab/kota yang menggunakan sarana 80 2011—2015 0 0 0 50 50
provinsi prasarana tanggap darurat lengkap untuk
evakuasi korban bencana skala provinsi
V Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1 Penanganan Pengaduan/ Laporan Cakupan Perempuan dan Anak Korban 100% 2014 0 0 0 0 0
Korban Kekerasan Terhadap Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan
Perempuan dan Anak Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam
Unit Pelayan Terpadu
2 Pelayanan Kesehatan Bagi Cakupan Perempuan dan Anak Korban 100% 2014 0 0 0 0 0
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan
Kekerasan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di
Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan
PPT / PKT di RS
3 Rehabilitasi Sosial Bagi Perempuan a. Cakupan Layanan Rehabilitasi Sosial yang 75% 2014 0 0 0 0 0
dan Anak Korban Kekerasan Diberikan oleh Petugas Rehabi-litasi social
Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban
Kekerasan di dalam Unit Pelayanan
Terpadu

b. Cakupan Layanan Bimbingan Rohani yang 75% 2014 0 0 0 0 0

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-42
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Target Realisasi Pencapaian Target (2013)


Batas Waktu
No Bidang / Jenis Layanan Indikator Kinerja Rencana
Pencapaian 2009 2010 2011 2012 2013
Pencapaian
Dierikan Oleh Petugas Bimbingan Rohani
Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban
Kekerasan di Dalam Unit Pelayanan
Terpadu
4 Penegakan dan Bantuan Hukum Bagi a. Cakupan Penegakan Hukum dari Tingkat 80% 2014 0 0 0 0 0
Perempuan dan Anak Korban Penyidikan sampai dengan Putusan
Kekerasan Pengadilan atas Kasus-kasus Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak
b. Cakupan Perempuan dan Anak Korban 50% 2014 0 0 0 0 0
Kekerasan yang Mendapatkan Layanan
Bantuan Hukum
5 Pemulangan dan Reintegrasi Sosial a. Cakupan Layanan Pemulangan Bagi 50% 2014 0 0 0 0 0
Bagi Perempuan dan Anak Korban Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
Kekerasan
b. Cakupan Layanan Reintegrasi Sosial Bagi 100% 2014 0 0 0 0 0
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
6 Pelayanan Kesehatan Bagi Cakupan Perempuan dan Anak Korban 100% 2014 0 0 0 0 0
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan
Kekerasan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di
Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan
PPT / PKT di RS
VI Komunikasi dan Informasi
1 Publikasi peraturan tentang standar Pelaksanaan Forum dalam rangka sosialisasi 108 kali 2009-2019 0 7 kali 15 23 31
pelaksanaan Jasa Titipan peraturan dibidang jasa titipan di Kab/Ko se- kali kali kali
Provinsi Lampung
2 Publikasi peraturan tentang standar Pelaksanaan Forum dalam rangka sosialisasi 87 kali 2009-2019 0 5 kali 11 17 24
pengunaan Frekuensi Radio peraturan pengguna frekuensi radio di kali kali kali
Kab/Ko se-Provinsi Lampung
3 Publikasi informasi pembangunan Persentasi Pemutaran Film/Video tentang 80% 2010-2014 0 0 60% 65% 72%
melalui mobil unit film Pembangunan Pemerintah Provinsi Lampung
kepada Masyarakat di Kab/Ko se-Provinsi
Lampung
4 Pembelajaran Teknologi Informasi Peresentasi pengenalan dan pembelajaran 80% 2010-2019 0 0 60% 64% 73%
Komunikasi (TIK) melalui Mobil M- tentang TIK melalui mobil M-CAP kepada
CAP masyarakat di Kab/Ko se-Provinsi Lampung

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-43
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Target Realisasi Pencapaian Target (2013)


Batas Waktu
No Bidang / Jenis Layanan Indikator Kinerja Rencana
Pencapaian 2009 2010 2011 2012 2013
Pencapaian
5 Publikasi Informasi Pembangunan Persentase updating informasi pembangunan 80% 2009-2019 0 60% 65% 67% 70%
melalui website Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Lampung yang dapat
Lampung diakses masyarakat melalui subdomain
www.lampungprov.go.id
6 Desiminasi Pembangunan Daerah Pelaksanaan pertunjukan seni tari dan pekan 28 kali 2013-2019 0 0 0 0 0
melalui pertunjukan rakyat informasi daerah pertunjukan
seni tari
dan 49 kali
Pekan
Informasi
Daerah
7 Pembelajaran TIK pada Kelompok pembinaan UMKM dan Pembelajaran, 14 kali 2013-2019 0 0 0 0 0
Informasi Masyarakat (KIM) promosi multimedia pembinaan
UMKM dan
7 kali
pembelajar
an dan
promosi
multimedia

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-44
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Urusan Wajib

2.3.1.1 Bidang Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Lampung dalam kurun waktu lima
tahun (2008-2012) terus menunjukkan kenaikkan. Rata-rata kenaikan tertinggi
selama kurun waktu (2008-2012) adalah pada jenjang pendidikan SMA dengan
rata-rata kenaikan adalah sebesar 9%. Rata-rata kenaikan APS pada jenjang
pendidikan SMP sebesar 6,51%, dan SD sebesar 0,78%.

Tabel 2.16. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2008


s.d 2013 Provinsi Lampung
Jenjang
No 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pendidikan
1 7—12 98,26 98,53 98,71 97,90 98,59 99,03
2 13—15 85,16 85,92 86,62 85,85 90,03 90,99
3 16—18 50,69 50,44 51,34 55,41 59,80 64,36
4 19—24 9,06 8,97 8,97 10,01 11,60 16,32
Sumber: BPS, 2013

Dilihat dari tabel bahwa APS SD/MI Provinsi Lampung menunjukkan fluktuasi
antara 97,83% hingga 98,71%. APS SMP/MTs Provinsi Lampung menunjukkan
kecenderungan naik dari 84,41% tahun 2008 menjadi 90,03% tahun 2012.
Sedangkan tingkat SMA juga mengalami peningkatan dari 54,70% (2008)
menjadi 59,80% tahun 2012.

b. Rasio Ketersediaan Sekolah per Jenjang Pendidikan

Selama lima tahun terakhir rasio ketersediaan sekolah dengan jumlah murid
pada semua jenjang pendidikan menunjukkan penurunan. Tahun 2008 rasio SD
1: 209 murid dan tahun 2012 menjadi 1:189 murid; SMP tahun 2008 1:270
murid pada tahun 2012 menjadi 1:262 murid; SMA tahun 2008 1:308 murid dan
tahun 2012 menjadi 1:307 murid, sedangkan SMK menunjukkan peningkatan

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-45
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

yaitu tahun 2008 rasionya 1:306 murid dan pada tahun 2012 menjadi 1:321
murid.

Tabel 2.17. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun


2008-2012 Provinsi Lampung

No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD
1. 1. Jumlah gedung sekolah 4.565 4.599 4.553 4.565 4.576
1.2. Jumlah Murid 954.072 960.502 977.467 945.451 865.997
1.3. Rasio 209 209 215 207 189
2 SMP
2.1. Jumlah gedung sekolah 1.147 1.207 1.142 1.226 1.255
2.2. Jumlah Murid 309.402 340.995 320.127 320.215 329.087
2.3. Rasio 270 283 280 261 262
3 SMU
3.1 Jumlah gedung sekolah 390 390 476 476 425
3.2 Jumlah Murid 120.178 121.796 162.647 162.647 130.555
3.3 Rasio 308 312 342 342 307
4 SMK
4.1 Jumlah gedung sekolah 245 263 316 316 301
4.2 Jumlah Murid 74.852 75.412 933.302 93.302 96.502
4.3 Rasio 306 287 2.953 295 321
Sumber: BPS, 2013

c. Rasio Guru Terhadap Murid


Selama kurun waktu tahun 2008-2012 rasio ketersediaan guru di Provinsi
Lampung menunjukkan perbandingan yang ideal. Pada jenjang SD Tahun 2012
rasio guru-murid adalah 1 : 13 siswa, jenjang SMP adalah 1:14 siswa, dan
jenjang SMU adalah 1 : 12 siswa. Sedangkan untuk SMK rasio guru terhadap
murid tahun 2008 1:13 dan tahun 2012 menjadi 1:15 murid.

Tabel 2.18. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun
2008-2012 Provinsi Lampung

Jenjang
No 2008 2009 2010 2011 2012
Pendidikan
1 SD
1.1. Jumlah Guru 49.467 56.985 69.682 69.766 64.517
1.2. Jumlah Murid 960.502 978.944 944.570 945.451 865.997
1.3. Rasio 19 17 14 14 13
2 SMP
2.1. Jumlah Guru 20.435 23.149 27.778 27.864 22.776
2.2. Jumlah Murid 309.402 340.995 320.127 320.215 329.087
2.3. Rasio 15 15 12 11 14
3 SMU
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-46
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Jenjang
No 2008 2009 2010 2011 2012
Pendidikan
3.1. Jumlah Guru 11.057 11.104 12.695 12.695 10.638
3.2. Jumlah Murid 120.178 121.796 162.647 162.647 130.555
3.3. Rasio 11 11 13 13 12
3 SMK
3.1. Jumlah Guru 5.753 5.771 6.985 6.985 6.325
3.2. Jumlah Murid 74.852 75.412 93.302 93.302 96.502
3.3. Rasio 13 13 13 13 15
Sumber: BPS Lampung, 2013

2.3.1.2 Bidang Kesehatan

a. Prasarana dan Sarana Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,


Pemerintah Provinsi Lampung terus menambah dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas prasarana sarana kesehatan. Prasarana seperti rumah sakit daerah,
puskesmas, puskesmas pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), poliklinik
desa, hingga penyiapan kendaraan operasional kesehatan.

Tabel 2.19. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Lampung


Tahun 2008-2012
Tahun RS RB Puskesmas Posyandu Klinik Kes Polindes
2008 32 104 261 7615 232 314
2009 33 60 261 7625 223 314
2010 42 59 269 7617 262 314
2011 45 88 273 7785 420 1675
2012 47 88 277 8005 223 1801
Sumber: BPS, 2013
Ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan di Provinsi Lampungkesehatan
pemerintah pada setiap kabupaten di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel
2.20.

Tabel 2.20. Jumlah Puskesmas dan Pustu per kabupaten


di Provinsi Lampung
Jumlah Puskes- Puskms
No. Kabupaten/Kota Pustu Posyandu
Penduduk mas Rwt Inap
1. Lampung Barat 285.508 19 9 60 524
2. Tanggamus 542.439 22 5 55 646
3. Lampung Selatan 922.397 24 6 75 992
4. Lampung Timur 961.971 33 11 90 1251
5. Lampung Tengah 1.183.427 37 7 14 1375

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-47
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Jumlah Puskes- Puskms


No. Kabupaten/Kota Pustu Posyandu
Penduduk mas Rwt Inap
6. Lampung Utara 590.620 26 6 78 623
7. Way kanan 410.532 19 14 67 424
8. Tulang Bawang 402.226 18 5 41 254
9. Pesawaran 403.178 12 2 42 420
10. Pringsewu 369.336 10 2 36 373
11. Mesuji 189.442 9 4 35 150
Tulang Bawang
12. 253.429 9 4 38 187
Barat
13. Pesisir Barat 136.370 0 0 0 0
14. Bandar Lampung 891.374 28 10 52 632
15. Metro 147.050 11 2 6 154
Lampung 7.691.007 277 87 689 8.005
Sumber: BPS Lampung, 2013

Dilihat dari jumlah ketersediaan prasarana kesehatan di Provinsi Lampung bila


dibandingkan dengan jumlah penduduk rasionya memang masih tinggi. Jumlah
puskesmas per 100 ribu penduduk maka rasionya 1:3,7; Puskesmas pembantu
per 100 ribu penduduk rasionya 11,08, Poskesdes per 2.500 penduduk
rasionya 1:0,58 dan rumah sakit daerah pada setiap kabupaten/kota per 250
ribu penduduk rasionya 0,39.

Sumber: BPS Lampung, 2013

Gambar 2.16 Rasio Puskesmas per 100 ribu penduduk di Provinsi Lampung
Tahun 2012

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-48
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dari grafik di atas, rasio ketersediaan puskesmas terhadap 100 ribu penduduk
yang terendah adalah Lampung Selatan dengan rasio hanya 2,57, Pringsewu
rasio sebesar 2,67 dan Pesawaran dengan rasio 2,97. Sedangkan daerah dengan
rasio tertinggi adalah Metro dengan rasio 7,39, dan kabupaten dengan rasio di
atas Provinsi Lampung adalah Lampung Utara, Tanggamus, Tulang Bawang,
Lampung Barat, Way Kanan dan Mesuji dengan rasio di atas 4.

b. Tenaga Kesehatan

Selain ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan dalam memenuhi


pelayanan kesehatan kepada masyarakat, adalah terpenuhinya ketersediaan
sumberdaya manusia atau tenaga medis/kesehatan untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seperti dokter, perawat, bidan dan
tenaga kesehatan lainnya. Adapun ketersediaan tenaga kesehatan menurut unit
kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 2.21. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Provinsi


Lampung, 2012

Tenaga Paramedis
Unit Kerja Dokter
Perawat Bidan Farmasi
Puskesmas 668 3235 3542 83
Instalasi Farmasi 10
Labkesda 1 - - 5
Dinas Kesehatan 11 23 14 9
Rumah Sakit 269 1444 245 61
Jumlah 976 4893 3852 201
Sumber: BPS, 2013

Tingkat ketersediaan tenaga kesehatan (dokter dan tenaga paramedis) adalah


dengan menghitung besaran rasio antara ketersediaan tenaga kesehatan
dengan tingkat satuan penduduk. Jumlah ketersediaan tenaga kesehatan per
satuan penduduk tingkat capaian Provinsi Lampung dibandingkan dalam skala
nasional disajikan pada Gambar 2.17.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-49
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 2.17 Rasio Dokter Umum per 100 ribu Penduduk di Indonesia
Tahun 2012

Secara nasional, rasio dokter umum di Provinsi Lampung ternyata berada pada
posisi 5 terbawah dengan nilai 11,4 jauh di bawah rasio nasional sebesar 13,7.

Ganbar 2.18 Rasio Dokter Umum per 100 ribu Penduduk di Provinsi Lampung
Tahun 2012

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-50
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dilihat dari grafik di atas, daerah dengan rasio terendah adalah Tanggamus
hanya 4,6. Sedangkan daerah dengan rasio di atas Provinsi Lampung adalah
Tulang Bawang, Lampung Utara, Lampung Barat, Way Kanan, Pringsewu,
Bandar Lampung, dan Metro dengan rasio tertinggi sebesar 50,4 bahkan
melampaui target “Indonesia Sehat” sebesar 40.

Tabel 2.22. Rasio Tenaga Medis dan Paramedis per 100 Ribu Penduduk
di Provinsi Lampung Tahun 2012
Rasio
No Tenaga Medis
Nasional Provinsi
1 Dokter Gigi 4,3 3,2
2 Perawat 89,9 71,2
3 Bidan 49,9 44,2
Sumber: BPS, 2013

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh ketersediaan tenaga medis dan
paramedis di Provinsi Lampung rasionya masih di bawah nasional.

70
60
Jumlah Puskesmas

50
40
PONED

30
20
10
0
200 201 201 201 201 201
9 0 1 2 3 4
PONED 42 42 46 48 57 65

Sumber : olahan data BPS 2013

Gambar 2.19 Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar (Puskesmas Mampu PONED)


di Provinsi Lampung Tahun 2009 - 2014

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-51
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

20
15
10
5 RS PONEK
0

Sumber : olahan data BPS 2013

Gambar 2.20 Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (RS Mampu PONEK)


di Provinsi Lampung Tahun 2009 – 2014

2.3.1.3 Bidang Infrastruktur

a) Jalan dan Jembatan

Panjang ruas Jalan Nasional di Provinsi Lampung berdasarkan SK Menteri


Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009 mencapai 1.159,573 km. Panjang ruas
jalan di provinsi Lampung adalah 1.702,81 km (Kep. Gubernur Lampung
Nomor: G/433.a/III.09/HK/2011).Adapun kondisi akhir tahun 2013 dapat
dilihat pada tabel 2.23.

Tabel 2.23. Status Jalan dan Jenis Perkerasan

Status Panjang Hotmix Penetrasi Agregat Onderlaag Tanah


Jalan (km) (km) (km) (km) (km) (km)
Nasional 1.159,57 1.159,57 - - - -
Provinsi 1.702,81 1.333,32 216,16 15,81 90,13 47,39
Total 2.862,38 2.492,89 216,16 15,81 90,13 47,39
Sumber: Dinas Bina Marga dan Satker P2JN Prov. Lampung, 2013

Dari Tabel 2.23. terlihat bahwa masih ada 15,81km jalan provinsi yang jenis
perkerasannya masih berupa Agregat dan Tanah sepanjang 47,39 km. Bagian ini
perlu segera ditangani agar seluruh Jalan Provinsi mempunyai kualitas
permukaan yang sama.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-52
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.24. Status dan Kondisi Pelayanan Jalan Nasional dan Provinsi
Lampung Tahun 2013

Kondisi
Panjang
Status Jalan
(km)
Baik Sedang Rusak Kritis
Nasional 1.159,573 279,22 833,25 27,22 19,88
Provinsi 1.702,81 604,79 446,73 366,41 284,88

Total 2.862,38 861,66 1.152,98 451,29 414,46

Sumber: Dinas Binamarga dan Satker P2JN Provinsi Lampung 2013

Ditinjau dari status dan kondisi pelanyanannya 24% jalan nasional yang ada di
Provinsi Lampung dalam kondisi baik, 71,86% dalam kondisi sedang, 2,35%
rusak, dan hanya 1,71% yang dalam kondisi kritis. Sepanjang 35,52% jalan
provinsi dalam kondisi baik, 26,23% dalam kondisi sedang, 21,52% dalam
kondisi rusak, dan 16,73% dalam kondisi kritis.

Aspek esensial lainnya dalam mendukung kinerja transportasi jalan adalah


jembatan. Beberapa jembatan pada ruas nasional dibangun pada tahun 1970-
an, seperti Way Tipo (1970), Way Tahmi (1980),dan Way Pangubuan (1980).
Bahkan jembatan Way Pangubuan di Terbanggi Besar beberapa waktu lalu
mengalami ‘ambles’ sehingga mengganggu kinerja Jalur Lintas Tengah. Untuk
itu Satker P2JN Provinsi Lampung bersama Dinas Bina Marga telah melakukan
identifikasi untuk penanganan (perbaikan dan duplikasi) pada 11 jembatan
yang berada di ruas jalan nasional. Jumlah jembatan status provinsi Tahun 2013
adalah 525 unit, dengan kondisi baik 464 unit dan kondisi rusak 61 unit.

Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatera dengan tingkat


arus lalu lintas yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif
mengatasi permasalahan Pemerintah Provinsi telah menggagas pembuatan
jalan tol Bakauheni-Batas Sumsel dan pembangunan Infrastruktur Penghubung
Selat Sunda. Untuk pembangunan jalan tol Bakauheni-Batas Sumsel terdiri dari
dua segmen, yaitu segmen Bakauheni-Terbanggi Besar dan segmen Terbanggi
Besar-Batas Sumatera Selatan. Pembangunan jalan Tol dimulai tahun 2004

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-53
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

dengan melakukan studi pra FS untuk segmen Terbanggi Besar-Bakauheni.


Rencana pembangunan jalan Tol mengalami beberapa kendala antara lain
karena kegagalan pada proses tender. Saat iini sudah disusun Feasibility Studi
(FS), Basic Desain (BD), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan Row
Plan pada segmen Bakauheni-Terbanggi Besar. Untuk Segmen Terbanggi Besar-
Batas Sumsel sudah disusun Feasibility Studi dan saat ini sedang disusun BD dan
Amdal. Tahun 2014 juga sudah mulai dilakukan proses pengadaan lahan dengan
mengacu pada UU 2/2012tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.

Dalam rangka pengawasan penyelenggaraan jalan, terdapat 3 Jembatan


Timbang yang hingga saat ini dioperasikan, yaitu di Kabupaten Mesuji,
Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Way Kanan.

b) Kereta Api

Pembangunan bidang transportasi darat antara lain dilakukan melalui


pengembangan perkeretaapian, yaitu KRD Tanjung Karang-Kotabumi yang
diawali melalui uji coba pada tahun 2005 untuk angkutan Lebaran dan cukup
berhasil sehingga dilanjutkan hingga saat ini.

Selain itu, terdapat jalur kereta api yang merupakan bagian dari jaringan jalan
KA Sumatera “trans sumatera railways” dan akan dikembangkan jalur kereta api
Bukit Asam Trans Pasific Railways (BATR), dan jalur short cut kereta api
Rejosari-Tarahan Lampung.

Volume rata-rata layanan angkutan penumpang kereta api tahun 2013 mencapai
sekitar 800.000 orang/tahun, dan angkutan barang mencapai sekitar
400.000ton/tahun. Khusus untuk angkutan batubara, volume muatan rata-rata
saat ini mencapai 12 juta ton/tahun,dengan dibangunnya double track
diperkirakan mampu mencapai 22 juta ton/tahun.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-54
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.25. Data Angkutan Kereta Api Provinsi Lampung Tahun 2009-2013
TAHUN DAN JUMLAH
NO URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013
I ANGKUTAN PENUM PANG DAN BARANG
A RIT (X) 1.458 1.457 1.458 1.480 1.502
B PENUMPANG
1 Penumpang Naik
- Kapasitas Tersedia 570.876 427.526 658.544 701.550 783.101
- Kapasitas Terpakai 665.114 859.588 922.733 990.125 993.735
- Load Factor (%) 116,51 201,06 225,10 255,20 256,10
2 Penumpang Turun
- Kapasitas Tersedia 575.330 427.526 427.526 350.901 401.001
- Kapasitas Terpakai 296.190 769.983 835.725 668.957 718.019
- Load Factor (%) 51,48 180,10 200,15 100,50 100,50
C BARANG (TON)
1 Barang Muat
- Kapasitas Tersedia 84.302 224.565 256.201 425.228 497.899
- Kapasitas Terpakai 84.302 224.565 256.201 425.228 497.899
- Load Factor (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Barang Bongkar
- Kapasitas Tersedia 84.302 224.565 256.201 425.228 512.180
- Kapasitas Terpakai 84.302 224.565 256.201 256.201 310.101
- Load Factor (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013

Provinsi Lampung memiliki satu terminal tipe A, yaitu Terminal Rajabasa yang
berada di Bandar Lampung. Terminal Type B sebanyak 11 buah, yaitu Terminal
Panjang, Kota Agung, Mulyojati, Kotabumi, Bukit Kemuning, Menggala,
Bakauheni, Liwa, Way Ratu Krui, Betan Subing dan yang terakhir terminal
Kemiling. Terminal Type C sebanyak 18 buah, yaitu Terminal Bunut, Pasar
Bawah, Sukaraja, Gaya Baru, Kalianda, Metro Kota, Kali Cinta, Pasar Dekon,
Simpang Propau, Unit II, Way Tenong, Bandarjaya, Mataram Baru, Daya Murni,
Sekincau, Pringsewu, Gedong Tataan Sukaraja dan Gading Rejo.

c) Pelabuhan Laut, Sungai dan Penyeberangan

Infrastruktur perhubungan laut dipergunakan untuk angkutan barang dan


angkutan penumpang khususnya antarpulau. Provinsi Lampung memiliki dua
puluh lima pelabuhan yang terdiri dari satu pelabuhan penyeberangan

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-55
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Bakauheni, delapan belas pelabuhan laut (1 pelabuhan Panjang, 1 pelabuhan


Kota Agung, 4 pelabuhan regional dan 12 pelabuhan lokal) serta 6 TUKS.

Pelabuhan Panjang dikembangkan berdasarkan persyaratan ISPS


code(International Ship and Port Facility Security), sedangkan pelabuhan-pelabuhan
lain dikembangkan untuk meningkatkan aksesibilitas di Provinsi Lampung guna
mendukung pengembangan ekonomi masyarakat.Perhubungan Sungai, Danau dan
Penyeberangan dilayani melalui Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) yang
menghubungkan Provinsi Lampung dan Provinsi Banten (Merak).

Jenis kapal yang melayani angkutan penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni


adalah kapal Roro dengan berat antara 3.000-5.000 GRT dan mempunyai daya
angkut penumpang 379-1.900 orang, dan kendaraan mencapai 171 trip/hari
(Perhubungan Dalam Angka Tahun 2013).

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Gambar 2.21 Jumlah Trip Perjalanan Kapal Ro-Ro di Pelabuhan Bakauheni
Tahun 2009-2013
Selama kurun waktu lima tahun terakhir 2009-2013 kondisi arus penumpang
kapal Ro-ro di Bakauheni berfluktuasi. Arus penumpang tertinggi terjadi pada
tahun 2011, yaitu terdapat 1.798.488 orang yang naik dan 1.801.256 orang yang
turun.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-56
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Gambar 2.22 Jumlah Arus Penumpang Kapal Ro-Ro di Pelabuhan Bakauheni
Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Gambar 2.23 Jumlah Kapal di Pelabuhan Panjang Tahun 2009-2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-57
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Ganbar 2.24 Berat Kapal di Pelabuhan Panjang Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Gambar 2.25 Jumlah Arus Barang Luar Negeri di Pelabuhan Panjang
Tahun 2009-2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-58
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013


Gambar 2.26 Jumlah Arus Barang Dalam Negeri di Pelabuhan Panjang
Tahun 2009-2013

d) Perhubungan Udara

Pada bidang infrastruktur perhubungan udara Provinsi Lampung memiliki dua


bandar udara umum (Bandara Radin Inten II dan Bandara Pekon Seray), dua
pangkalan udara(Gatot Subroto dan Astra Ksetra), dan delapan bandara
khusus.Bandara Radin Inten II yang terletak di Branti Lampung Selatanmemiliki
ukuran runway 2.500 x 45 meter sehingga bisadidarati danmelayani pesawat B-
737 seri 200, 300, 500 dan 800. Rute yang dilayani dari Bandara Radin Inten II
adalah Lampung—Jakarta dengan frekwensi 13 kali sehari per hari, Lampung—
Medan via Batam 1 kali sehari dan Lampung—Bengkulu via Pekon Serai 2 kali
seminggu.

Tabel 2.26. Angkutan Udara melalui Bandara Raden Inten II

KARGO (Kg)
PESAWAT PENUMPANG BAGASI (Kg)
TAHUN Total
Total DTG/BRK Total DTG/BRK Total DTG/BRK
DTG/BRK
2009 5.530 552.713 3.749.719 673.687
2010 6.442 732.135 5.093.760 1.039.114
2011 9.648 1.006.688 6.551.157 2.343.050
2012 10.341 1.206.141 7.851.676 2.804.980
2013 10.147 1.158.399 7.681.676 3.043.025

Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-59
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Adapun 8 bandara khusus yang dimiliki swasta untuk melayani kepentingan


perusahaan sendiri adalahBandara Khusus PT. Gula Putih Mataram, Bandara
Khusus PT. Indo lampung Perkasa, Bandara khusus PT. Nusantara Tropical
Fruit, Bandara Khusus Tambling, Bandara Khusus Sungai Buaya, Bandara
khusus Sumber Indah Perkasa, Bandara Khusus Way Kambas dan Bandara
Khusus Sungai Merah.

e) Pengairan (Irigasi)

Infrastruktur pengairan berupa jaringan irigasi, kewenangan provinsi adalah


daerah irigasi dengan luas 1.000 s/d 3.000 Ha atau daerah irigasi kecil lintas
Kabupaten/Kota. Luas daerah irigasi kewenangan provinsi secara keseluruhan
mencapai luas 19.340 Ha, yang berada pada Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Seputih-Sekampung, Mesuji-Tulang Bawang, dan Semangka.

Daerah Irigasi (DI) Sekampung Sistem, yang meliputi: DI Sekampung, DI


Punggur Utara, DI Batanghari Utara, dan DI Raman Utara, yang kondisinya
banyak terdapat kerusakan. Kerusakan meliputi saluran sepanjang 8.550 m,
130 pintu air, dan 67 buah bangunan. Pada DI Batang Hari Utara kerusakan
meliputi: saluran sepanjang 209 m, 442 buah pintu air; dan 172 buah bangunan.
Pada DI Way Rarem meliputi: saluran sepanjang 2500 m, 79 buah pintu air,
dan 15 buah bangunan. Pada sisi lain, kondisi jaringan tersier yang airnya
terjamin umumnya dalam kondisi baik, namun pada petak tersier yang kurang
cukup mendapatkan air umumnya mengalami kerusakan dengan proporsi rata-
rata mencapai sekitar 30%.

Pada tahun 2004, terdapat bendungan sebanyak 2 buah dan embung sebanyak
41 unit, sedangkan pada tahun 2007 bendungan bertambah menjadi 3 buah dan
embung 84 unit. Fasilitas pengairan tersebut mampu mengairi sawah
fungsional seluas 230.062 Ha dan pada tahun 2012 menjadi 535.124 Ha.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-60
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

f) Pos dan Telekomunikasi

Pelayanan Pos dan Telekomunikasi diselenggarakan oleh BUMN, yaitu PT Pos


Indonesia dan PT Telkom, sedangkan Dinas Perhubungan melakukan perizinan,
pembinaan, dan pengawasan. Jumlah Kantor Pos yang ada sebanyak 103 unit,
terdiri atas : Kantor Pos kelas III dan IV sebanyak 2 unit, serta Kantor Pos kelas
VI dan VII sebanyak 4 unit.

Jumlah fasilitas telekomunikasi yang ada saat ini adalah: Sambungan Telepon 26
STO; Telepon Selular 3 Operator (Telkomsel, Indosat, dan Neo-N) yang memiliki
144 BTS dengan 282.897 pelanggan; wartel 2.095 unit; Perusahaan Jasa telepon
43 perusahaan; ORARI 4.994 anggota; KRAP 2.226 Anggota; RSNP 42 Anggota;
serta IKR/G 2 penyelenggara.

g) Listrik

Pada sisi lain, penyediaan energi listrik di Provinsi Lampung dilakukan oleh dua
unit organisasi PT PLN (Persero), yaitu: PT PLN (Persero) Wilayah Lampung
dan PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan
(Sumbagsel) Sektor Bandar Lampung. Daya pembangkit yang termasuk dalam
sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan mencapai 1.584,6 MW.

Beberapa pembangkit listrik yang berlokasi di Provinsi Lampung saat ini


mampu mensuplai daya sebesar 186,73 MW. Selain itu, sampai saat ini terdapat
1.356 desa yang telah mendapat pelayanan listrik dan 690 desa masih belum
terlayani (33,72%). Meskipun demikian, masih terdapat banyak potensi
pembangkit energi belum dikembangkan, seperti: energi panas bumi, potensi
pasang surut dan gelombang laut, angin, mikrohidro, serta panas matahari.

Jumlah pelanggan PLN hingga Oktober 2013 sebanyak 1.471.887 pelanggan


dengan daya tersambung 1.863 kVA dan konsumsi listrik 254,4 GWh/bulan.
Rincian pelanggan PLN yaitu:

Tabel 2.27. Jenis dan Jumlah Pelanggan PLN Lampung

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-61
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

No. Jenis Pelanggan Jumlah


1 Sosial kecil 27.075
2 Sosial besar 1.563
3 Rumah Tangga Sangat Kecil (450-900 VA) 1.286.944
4 Rumah Tangga Kecil (1300-2200) 110.373
5 Rumah Tangga Besar 7.447
6 Bisnis Kecil 17.661
7 Bisnis Besar 13.661
8 Bisnis Sangat Besar 66
9 Industri Kecil 8
10 Industri Menengah 252
11 Industri Besar 236
12 Kantor Pemerintah Kecil 1.372
13 Kantor Pemerintah Menengah 1.417
14 Kantor Pemerintah Besar 11
15 Lain-lain 3.821
Sumber: Bisnis.com, accessed 2013

Tabel 2.28. Realisasi Elektrifikasi Provinsi Lampung Tahun 2011—2013

No. Uraian 2011 2012 2013

1 Jumlah PLG (Juta) 1,24 1,36 1,55


2 Tambahan PLG (Ribuan) 203,0 118,1 187,6
3 Daya Tersambung 1.459 1.663 1.951
4 Tambahan Daya Tersambung 232,8 204,1 287,5

5 kWh Jual 2.426 2.793 3.182


6 Pertumbuhan kWh jual 7,4 15,1 13,9
7 Beban Puncak 583 655 756
8 Rasio Elektrifikasi 60,70 70,01 77,6

Sumber: RUPTL PLN Distribusi Lampung

h) SDA dan Lingkungan Hidup

Data tahun 2003 berdasarkan hasil perhitungan terhadap hasil-hasil kegiatan


rehabilitasi hutan selama kurun waktu 2010—2013 menerangkan bahwa
tingkat kerusakan hutan Provinsi Lampung masih cukup tinggi, dimana
prosentase kerusakan sebesar ±54%. Berdasarkan data kerusakan tersebut
maka dapat dijelaskan bahwa meskipun secara status hukum kawasan hutan

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-62
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Lampung masih cukup luas, namun secara ekologis fungsinya tidak dapat
berjalan secara optimal. Fakta saat ini bila tidak dilakukan upaya penanganan
terhadap hutan yang masih baik dan hutan hasil rehabilitasi kemungkinan besar
takut kerusakan tersebut semakin meningkat seiring berkembangnya jumlah
penduduk.

i) Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk


memastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan
target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan
terhadap air minum layak dan sanitasi dasar.

Tabel 2.29. Capaian dan Target MDG’s Air Minum Provinsi Lampung

Kabupaten/ Pencapaian Tahun


No.
Kota 2012 2013 2014 2015
1 Lampung Barat 50,2 51,0 54,2 57,9
2 Tanggamus 54,8 55,8 57,8 59,8
3 Lampung Selatan 53,2 55,9 58,6 60,9
4 Lampung Timur 52,1 53,7 55,8 57,8
5 Lampung Tengah 58,2 62,5 67,1 71,7
6 Lampung Utara 57,9 62,2 65,0 67,7
7 Way Kanan 59,9 64,9 73,0 81,7
8 Tulang Bawang 50,8 51,3 53,7 56,6
9 Pesawaran 60,5 61,2 65,1 69,7
10 Pringsewu 51,7 51,6 56,3 61,7
11 Mesuji 41,2 43,8 66,1 89,2
12 Tulang Bawang Barat 55,5 59,0 72,9 87,3
13 Bandar Lampung 55,6 56,5 57,6 58,6
14 Metro 62,4 59,5 67,7 77,1
Capaian MDG’s 54,8 56,9 60,9 65,2
Sumber: Hasil Perhitungan Workshop MDG’s Lampung, 2013

Pada gambar berikutpersentase rumah tangga menurut sumber air minum


layak di Indonesia sebesar 41,66%. ProvinsiLampung ternyata di bawah rata-
rata nasional yaitu hanya 33,25%.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-63
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Gambar 2.27 Persentase Rumah Tangga dengan Akses ke Sumber Air Minum
Layak Menurut Provinsi di Indonesia tahun 2012

j) Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen
penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan
kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,
mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya
sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan
munculnya penyakit.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-64
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.30. Persentase capaian MDG’s rumah tangga menurut akses


terhadap sanitasi layak s.d tahun 2011:

S umber: Workshop MDG’s Lampung, 2013

Tabel 2.31. Tabel Berikut Capaian dan Target MDG’s Sanitasi

Provinsi Lampung

Kabupaten/ Pencapaian Tahun


No.
Kota
2012 2013 2014 2015
KABUPATEN
1. Kab. Lampung Selatan 53,48 54,45 54,92 55,67
2. Kab. Lampung Utara 33,76 34,13 34,78 35,66
3. Kab. Lampung Tengah 46,81 47,21 47,82 48,45
4. Kab. Lampung Barat 15,50 16,42 17,96 19,46
5. Kab. Tanggamus 67,00 68,70 70,02 71,70
6. Kab. Tulang Bawang 32,58 33,11 34,98 37,34
7. Kab. Way Kanan 22,53 23,61 25,02 26,74

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-65
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kabupaten/ Pencapaian Tahun


No.
Kota
2012 2013 2014 2015
8. Kab. Lampung Timur 33,94 34,69 35,02 36,35
9. Kab. Pesawaran 58,18 58,49 59,77 61,67
10. Kab. Pringsewu 20,28 23,50 26,29 29,83
11. Kab. Mesuji 24,63 27,71 29,46 33,57
12. Kab. Tulang Bawang
43,51 44,16 46,50 51,40
Barat
KOTA
13. Kota Bandar Lampung 83,34 83,48 83,22 84,79
14. Kota Metro 68,18 71,29 73,46 76,94
Hasil Perhitungan
43,12 44,35 45,66 47,83
Provinsi Lampung 2013
Hasil Kesepakatan
45,39 47,25 49,35 51,66
Provinsi Lampung 2012

Sumber: Hasil Perhitungan Workshop MDG’s Lampung, 2013

Pada Gambar 2.28 persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi
layak di Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah dari target Renstra Tahun
2012 sebesar 69%.Provinsi Lampung sendiri hanya 43,35% terendah nomor 5
setelah Papua, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan NTT.

Sumber : Workshop MDG’s Lampung, 2013


Gambar 2.28 Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak
Menurut Provinsi di Indonesia tahun 2012

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-66
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

k) Rumah Tangga Kumuh

Rumah tangga kumuh merupakan indikator komposit yang disusun dari


banyaknya rumah tangga dengan kategori air minum tidak layak, sanitasi tidak
layak, sufficient living area dan durability of housing.

Sufficient living area adalah luas lantai hunian per kapita > 7,2m2 (Peraturan
Menteri Perumahan Rakyat). Durability of housing dihitung dari rumah tangga
yang menghuni bangunan dengan kriteria: (i) jenis atap terluas terbuat
ijuk/rumbia dan lainnya, (ii) jenis dinding terluas dari bambu dan lainnya, (iii)
jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal 2 kriteria terpenuhi, maka rumah
tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah tangga kumuh.

Tabel. 2.32 Capaian dan target MDG’s Rumah Tangga Kumuh


Provinsi Lampung:
Luas Target
N Kawasan Tahun Target Pengurangan Kawasan Kumuh (Ha) MDGs
Kab/Kota
o Kumuh Penetapan
(Ha) 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kota Bandar 6.870 2013 1.145,0 858,8 763,3 667,9 3.435
Lampung
2 Lampung Barat 48,6 Dalam Proses 8,1 6,1 5,4 4,7 24
3 Lampung Selatan 179.850 2011 29.975,0 22.481,3 19.983,3 17.485,4 89.925
4 Lampung Tengah 4 2010 0,7 0,5 0,4 0,3 2
5 Lampung Timur 5.697 Dalam Proses 949,5 712,1 633,0 553,9 2.849
6 Lampung Utara 940 2010 156,7 117,5 94,0 101,8 470
7 Kota Metro 28,13 2012 5,0 3,6 3,1 14,1 14
8 Pesawaran 682,3 Dalam Proses 113,7 121,3 68,2 37,9 341
9 Pringsewu 1.589 Draft 2011 264,8 198,6 176,6 154,5 795
10 Tanggamus 1.274 Dalam Proses 212,3 159,3 141,6 123,9 637
11 Tulang Bawang 5.472 Dalam Proses 1.368,0 912,0 390,9 65,1 2.736
12 Way Kanan 15,0 Dalam Proses 3,8 1,6 1,3 0,8 8
13 Tulang Bawang 2.613 Dalam Proses 435,5 326,6 290,3 254,0 1.306
Barat
14 Mesuji 9.861 Dalam Proses 1.643,5 1.232,6 1.096 958,7 4.931
Provinsi Lampung 214.944 36.281,59 27.131,86 23.647,01 20.423,11 107.472

Sumber: Hasil Perhitungan Workshop MDG’s Lampung, 2013

Persentase rumah tangga kumuh di Indonesia sebesar 14,60%, posisi Provinsi


Lampung masih lebih baik karena di bawah rata-rata nasional, yaitu 12,94%.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-67
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Gambar 2. 29 Persentase Rumah Tangga Kumuh Di Indonesia Tahun 2012

2.3.1.4 Bidang Perencanaan Pembangunan

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan urusan perencanaan


pembangunan berdasarkan lampiran Permendagri Nomor 54 tahun 2010
adalah ketersediaan dokumen perencanaan seperti:

 RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA


 RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA
 RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA
 Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD

Keempat dokumen diatas ada di Pemerintah Provinsi Lampung dan telah di


PERDA kan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang telah di-PERDA-kan melalui
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Lampung Tahun 2005-2025. Saat ini sedang
disusun RPJMD yang baru untuk tahun 2015 sampai tahun 2019. Rencana Kerja

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-68
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Pemerintah Daerah disusun setelah RPJMD disahkan dan berlaku selama satu
tahun. Pada dasarnya RKPD dibuat dengan mengacu pada RPJMD.

Indikator Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD belum dapat dihitung


karena data RKPD tidak tersedia ketika dokumen ini disusun. Namun
berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa perwakilan SKPD, diketahui bahwa
dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD yang menjadi input bagi RKPD,
SKPD menggunakan dokumen RPJMD sebagai referensi utama. Secara kualitatif
dapat disimpulkan bahwa RKPD telah mengakomodir muatan RPJMD.

2.3.1.5 Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Pemberdayaan koperasi merupakan langkah strategis dalam meningkatkan dan


memperkuat dasar kehidupan perekonomian masyarakat, karena koperasi
sebagai gerakan ekonomi rakyat dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur.

2.3.1.6 Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kebijakan peningkatan upaya pemberdayaan, pengetahuan, keterampilan dan


kemandirian perempuan dilaksanakan Pemerintah Provinsi Lampung dengan
sasaran :

a. Meningkatkan pemberdayaan perempuan

b. Meningkatnya penguatan kelembagaan PUG

c. Meningkatnya peranan perempuan di bidang politik.

Disamping itu juga terdapat kebijakan terhadap perempuan dan anak dari
kekerasan dalam rumah tangga serta perdagangan perempuan dan anak
(trafficking). Adapun rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang
terjadi di Provinsi Lampung Tahun 2014 dari Bulan Januari sampai dengan
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-69
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2014 sebesar 52%, yang diperoleh dari perbandingan antara jumlah KDRT
sebanyak 122 orang dengan jumlah kasus Tahun 2014 sebanyak 235 orang
dikali 100%.

Sedangkan untuk capaian kinerja indicator penyelesaian pengaduan


perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di Provinsi
Lampung dari Bulan Januari sampai dengan Agustus 2014 sebesar 73%, yang
diperoleh dari perbadingan antara jumlah penyelesaian pengaduan sebanyak
109 orang dengan jumlah kasus sebanyak 150 orang dikali 100%.

2.3.1.7 Bidang Penanaman Modal

Kebijakan penciptaan iklim usaha yang kondusif, promosi dan kerjasama


investasi sangat diperlukan dalam rangka mencapai meningkatkan realisasi
investasi.

Tabel 2.33. Jumlah Proyek dan Nilai Investasi di Provinsi Lampung

Jumlah Nilai Investasi


Tahun Proyek
PMA PMDN PMA (USD) PMDN (RP.) Jumlah
2010 9 3 143.146.659 857.553.943.825 2.167.345.873.675
2011 8 10 140.809.480 3.719.178.738.793 5.019.233.391.123
2012 146 176 114.320.470 304.228.400.000 1.333.112.630.000
2013 137 103 25.800.000 980.600.000.000 1.220.540.000.000
Keterangan :
1. Tahun 2010 Kurs USD.1,- = Rp.9.150,-
2. Tahun 2011 Kurs USD.1,- = Rp.9.000,-
3. Tahun 2012 Kurs USD.1,- = Rp.9.000,-
4. a. Tahun 2013 Semester I Kurs USD.1,- = Rp.9.300,-
c. Tahun 2013 Triwulan III Kurs USD.1,- = Rp.9.600,-
Sumber : BPMPD Provinsi Lampung, 2014

Sedangkan untuk penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja
Asing (TKA) di Provinsi Lampung disajikan sebagaimana tabel berikut :

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-70
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel.2.34 Penyerapan TKI dan TKA di Provinsi Lampung Tahun 2010—2013

PMDN PMA Jumlah


Tahun
TKI TKA TKI TKA TKI
2010 424 0 5.962 12 6.386
2011 18.307 7 38.854 70 57.161
2012 13.752 19 22.847 69 36.599
2013 2.331 42 4.742 28 7.703
Sumber : BPMPD Provinsi Lampung, 2014

2.3.1.8 Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Program keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Provinsi Lampung terus


mengalami kemajuan. Hal ini tampak pada semakin banyaknya akseptor KB
baru di Provinsi Lampung.

Tabel.2.35 Penyerapan TKI dan TKA di Provinsi Lampung Tahun 2010—2013

Jenis Kontrasepsi Jumlah Akseptor Persentase

IUD 37.476 6,68


MOW 2.766 0,49
MOP 966 0,17
Implant 39.917 7,11
Suntikan 219.072 39,05
Pil 201.829 35,97
Kondom 59.035 10,52

Jumlah 561.061 100

Sumber : Badan PP dan PA, 2013

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

2.3.2.1 Bidang Pertanian

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki ketergantungan tinggi


terhadap sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penopang utama
perekonomian Provinsi Lampung. Produk pertanian yang unggul di Provinsi

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-71
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Lampung adalah tanaman pangan seperti padi yang merupakan salah satu
sentra produksi nasional dan saat ini berada pada peringkat ke 7 Nasional,
jagung berada pada peringkat 3 Nasional, ubi kayu berada pada peringkat satu
Nasional dan kedelai, yang semuanya merupakan komoditas strategis nasional.

Tabel 2.36. Luas Panen – Produktivitas - Produksi Tanaman Padi


Provinsi Lampung

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

2005 496.538 42,78 2.124.144


2006 494.102 43,11 2.129.914
2007 524.955 43,97 2.308.404
2008 506.547 46,22 2.341.075
2009 570.417 46,88 2.673.844
2010 590.608 47,54 2.807.676
2011 606.973 48,45 2.940.795
2012 641.876 48,32 3.101.455
2013*) 632.504 49,80 3.149.984
Sumber: BPS, 2013
*) Angka Sementara

Sedangkan untuk tanaman jagung di Provinsi Lampung, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.37. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas


Tanaman Jagung Provinsi Lampung

Produktivitas
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ku/Ha)

2005 411.629,00 1.439.000,00 34,96


2006 33.264,00 1.183.982,00 35,59
2007 369.971,00 1.346.821,00 36,40
2008 387.549,00 1.809.886,00 46,70
2009 434.542,00 2.067.710,00 47,58
2010 447.509,00 2.126.571,00 47,52
2011 380.917,00 1.817.906,00 47,72
2012 360.264,00 1.760.275,00 48,86
2013*) 397.563,00 1.944.957,00 48,92
Sumber: BPS, 2013
*) Angka Sementara

Komoditas pertanian yang cukup strategis lainnya yang dihasilkan di Provinsi


Lampung adalah kedelei, yaitu dengan data sebagai berikut:

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-72
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.38. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Tanaman Kedelai Provinsi Lampung

Produktivitas
Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton)
(Ku/Ha)
2005 4.110,00 11,43 4.699,00
2006 3.158,00 11,38 3.594,00
2007 3.008,00 11,29 3.396,00
2008 5.658,00 11,80 6.678,00
2009 13.518,00 11,95 16.153,00
2010 6.195,00 11,82 7.325,00
2011 9.232,00 11,90 10.984,00
2012 6.708,00 11,92 7.993,00
2013*) 5.291,00 12,26 6.489,00
Sumber: BPS, 2013
*) Angka Sementara

Jenis tanaman pangan yang selama beberapa tahun ini terus ditanam
masyarakat dan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik luas tanam
maupun produksinya adalah ubi kayu. Pertambahan luas lahan tanaman ubi
kayu rata-rata meningkat 5% setiap tahunnya, sedangkan tingkat produksinya
rata-rata pertahun meningkat sekitar 9%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.39. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Tanaman Ubi Kayu Provinsi Lampung

Luas Panen Produktivitas


Tahun Produksi (Ton)
(Ha) (Ku/Ha)
2005 252.984,00 190,00 4.806.254,00
2006 283.430,00 194,00 5.499.403,00
2007 316.806,00 201,86 6.394.906,00
2008 318.969,00 242,09 7.721.882,00
2009 309.047,00 244,92 7.569.178,00
2010 346.217,00 249,48 8.637.594,00
2011 368.096,00 249,76 9.193.676,00
2012 324.749,00 258,27 8.387.351,00
2013* 352.047,00 259,87 9.148.597,00
Sumber: BPS, 2013
*) Angka Sementara

2.3.2.2 Bidang Perkebunan

Untuk produksi sub sektor perkebunan dari 14 jenis tanaman yang


dikembangkan di Provinsi Lampung, yaitu :

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-73
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.40. Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Lampung


TAHUN
NO JENIS KOMODITI 2009 2010 2011 2012 2013
Ton Ton Ton Ton Ton
1 Kelapa Dalam 104.833 110.002 116.925 111.859 112.217
2 Kelapa Hibrida 7.438 980 1.133 1.337 1.301
3 Karet 57.938 71.833 70.188 75.368 78.766
4 Kelapa Sawit 364.862 370.606 390.906 442.037 440.412
5 Kapuk 315 255 245 204 199
6 Tebu 798.885 744.302 658.338 772.989 744.911
7 Tembakau 81 386 618 1.159 892
8 Lada 22.311 22.344 24.498 24.407 24.639
9 Kayu Manis 506 431 436 603 608
10 Cengkeh 625 623 720 799 876
11 Vanili 92 64 65 70 64
12 Kopi Robusta 145.191 145.009 144.516 134.700 127.057
13 Kopi Arabika 29 16 10 14 16
14 Kakao 26.046 26.564 30.509 31.953 32.507

Sumber: Angka Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2013)

Dilihat dari produksinya, jenis tanaman pada sub sektor perkebunan yang
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun adalah karet,
kelapa dalam, tebu, kakao dan kelapa sawit.

Tabel.2.41. Perkembangan Produktivitas Perkebunan


Provinsi Lampung 2009-2013

TAHUN
NO JENIS KOMODITI 2009 2010 2011 2012 2013
Kg/ha Kg/ha Kg/ha Kg/ha Kg/ha
1 Kelapa Dalam 963 1.032 1.110 1.088 1.090
2 Kelapa Hibrida 747 522 559 650 663
3 Karet 898 1.036 1.052 926 954
4 Kelapa Sawit 3.060 3.063 3.044 3.030 3.013
5 Kapuk 155 174 179 219 221
6 Tebu 6.654 6.542 5.610 6.708 6.410
7 Tembakau 516 834 840 1.232 930
8 Lada 466 464 506 515 519
9 Kayu Manis 521 531 522 678 695
10 Cengkeh 160 170 191 220 238
11 Vanili 223 217 227 260 283
12 Kopi Robusta 998 1.002 1.004 940 886
13 Kopi Arabika 158 222 345 483 552
14 Kakao 950 951 1.019 953 934

Sumber: Angka Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2013)

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-74
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Beberapa komoditas mengalami penurunan produktivitas, hal ini disebabkan


karena usia tanaman yang sudah berumur tua dan kondisi perubahan iklim.

Tabel.2.42. Perkembangan Luas areal Perkebunan provinsi Lampung


2009-2013
TAHUN
NO JENIS KOMODITI 2009 2010 2011 2012 2013
Ha Ha Ha Ha Ha

1 Kelapa Dalam 128.151 126.706 126.628 123.854 123.211


2 Kelapa Hibrida 17.151 3.120 2.712 1.229 2.227
3 Karet 97.598 115.008 123.624 156.307 168.449
4 Kelapa Sawit 153.160 157.402 194.616 209.288 209.758
5 Kapuk 2.463 1.829 1.661 1.331 1.303
6 Tebu 120.054 113.779 117.344 115.238 116.207
7 Tembakau 229 463 736 941 959
8 Lada 64.073 64.297 63.679 62.054 61.982
9 Kayu Manis 1.766 1.283 1.318 1.319 1.280
10 Cengkeh 7.303 7.099 7.357 7.474 7.714
11 Vanili 814 610 579 479 407
12 Kopi Robusta 162.954 162.247 161.532 160.565 161.091
13 Kopi Arabika 225 95 45 98 149
14 Kakao 39.576 45.627 50.401 58.640 63.297

Sumber: Angka Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2013)

Luas lahan masing-masing komoditas sebagian besar bertambah luas. Dari 14


Komoditas tersebut, ditetapkan 7 (tujuh) komoditas unggulan meliputi Kopi,
Kakao, Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Lada dan Tebu. Provinsi Lampung juga
merupakan sentra produksi tebu yang berada diperingkat kedua nasional
dengan kontribusi sebesar 25,19 %. Selain itu merupakan sentra produksi lada
yang berada pada peringkat kedua nasional dengan kontribusi sebesar 25,40%.

2.3.2.3 Bidang Peternakan

Populasi ternak sapi potong mengalami peningkatan yang sangat signifikan


dimana pada tahun 2009 sebesar 463.032 ekor, meningkat ditahun 2013
menjadi 834.154 ekor, untuk populasi kambing mengalami peningkatan
sebesar 1,089 juta ekor tahun 2013 dari 1.015 ekor di tahun 2009. Populasi
ayam potong juga meningkat dari tahun 2009 sebesar 24,087 juta ekor

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-75
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

menjadi 27,963 juta ekor di tahun 2013. Provinsi Lampung juga dikenal sebagai
sentra utama sapi potong yang berada pada peringkat 6 nasional serta pemasok
terbesar Sumatra dan Jabodetabek

Tabel 2.43. Populasi Ternak di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

No Populasi 2009 2010 2011 2012 2013


Sapi
1 463.032 496.066 742.776 778.050 834.154
Potong
Kambing
(ekor)
2 1.015.700 1.050.330 1.090.647 1.159.543 1.089.176
(ekor)
Ayam
3 24.087.464 24.203.461 25.788.858 26.782.929 27.963.200
potong
Sumber : Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2014

Kebutuhan akan daging untuk Provinsi Lampung masih belum dapat dipenuhi
dari dalam provinsi. Pada Tahun 2013 impor ternak besar Provinsi Lampung
sebanyak 91.175 ekor. Ancaman penyakit ternak yang terdapat di Provinsi
Lampung diantaranya rabies, flu burung, brucellosis, gangguan reproduksi,
jembrana, parasit cacing dan lain-lain.

Tabel 2.44. Lumbung Ternak Provinsi Lampung (ekor)

No Kabupaten Jumlah Sapi Potong


1 Lampung Tengah 226.003
2 Lampung Timur 100.636
3 Lampung Selatan 95.172
4 Way Kanan 26.320
5 Lampung Utara 25.614
6 Tulang Bawang 22.261
7 Tulang Bawang Barat 14.366
Sumber : Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2014

Tabel 2.45. Realisasi Pemasukan Sapi Impor Provinsi Lampung


Sampai Dengan Bulan Agustus 2014 (ekor)

No Nama Perusahaan Kapasitas Kandang Realisasi Impor


1 PT. Austasia Stockfeed 15.000 22.015
2 PT. Santori 25.000 32.403
3 PT. Fortuna 2.500 3.585
4 PT. Agro Giri Perkasa 32.000 13.324
5 PT. Andini Agroloka 4.500 3.469
6 PT. Great Giant Lifestock 20.000 33.000
7 PT. Elders Indonesia 2.500 10.840
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-76
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

No Nama Perusahaan Kapasitas Kandang Realisasi Impor


8 PT. Nusantara Tropical Farm 8.000 7.774
9 PT. Sumber Cipta Kencana 1.000 950
10 PT. Lemang Mesuji 2.500 350
Total 113.000 128.676
Sumber : Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2014

2.3.2.4 Bidang Kehutanan

Di Provinsi Lampung masih terdapat lebih dari 1 (satu) juta hektare kawasan
hutan dengan berbagai fungsinya, berdasarkan data yaitu:

Tabel 2.46. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya


di Provinsi Lampung Tahun 2012

No Fungsi Hutan Luas Area (ha)


1 Kawasan Suaka Alam dan Kawasan 462.030,00
Lestarian Alam (KSA-KPA)
2 Hutan Lindung 317.615,00
3 Hutan Produksi Terbatas 33.358,00
4 Hutan Produksi Tetap 191.732,00
Jumlah 1.004.735,00
Sumber: BPS Lampung, 2013

Pengusahaan hutan dilakukan oleh masyarakat dengan pembinaan dari pihak


Dinas Kehutanan dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu, yaitu:

Tabel 2.47. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu di Provinsi Lampung


Tahun 2002-2012

Damar
Kayu Damar Rotan Rotan Getah
Tahun Arang Mata
Bakar Batu Kecil Manau Karet
Kucing
2002 - 17.967,52 3 019,45 - 232,98 10 000 -
2003 - 5.303,99 5.495,80 - 125.034 5.800 -
2004 - 17.625,80 6.503,32 - 126,00 16.993,16 -
2005 - 24.533 4.242,74 1.351,30 705,25 3.000 -
2006 - 2 416,41 6.518 1.977,94 320,46 - -
2007 - 6 043,09 6.250 1.016,34 436,74 4.690 -
2008 - 2 757,14 5.850 1.035 1.358,00 - -
2009 - 122,00 3.845,70 300 - - -
2010 8,18 - - - 889,42 - -
2011 - 5.437,58 6.817,28 - 652,41 2.045,08 22.330.875
2012 - - 6.500,28 - - - 19.403,35

Sumber: BPS, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-77
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Namun hutan di Provinsi Lampung telah mengalami kerusakan yang cukup


parah sekitar 544.085 hektare atau 54,15%. Yang terparah adalah Hutan
Produksi sekitar 76,48%, Hutan Konservasi 37,38% dan Hutan Lindung sekitar
62,73%. Kerusakan kawasan hutan yang tinggi tersebut secara bertahap dapat
diminimalisir dengan mengimplementasikan program-program pemberdayaan
masyarakat sekitar / dalam kawasan hutan untuk turut serta dalam percepatan
rehabilitasi, pengamanan hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya
dengan memanfaatkan hasil hutan yang sesuai dengan ketentuan. Khusus untuk
kawasan hutan lindung telah diimplementasikan kegiatan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal,
adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan
lingkungan hidup. Berikut ini adalah progress kegiatan HKm di Provinsi
Lampung :

Tabel 2.48. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Kab/Kota


di Provinsi Lampung Tahun 2002-2012

Izin Usaha HKm


No. Kabupaten
Kelompok (Ha)
1 Lampung Barat 50 24.760,66
2 Lampung Utara 6 5.875,00
3 Tanggamus 32 46.677,00
4 Lampung Tengah 9 13.135,86
5 Lampung Timur 1 920,00
6 Way Kanan 10 12.198,58
7 Lampung Selatan 5 3.132,00
8 Pringsewu 2 3.642,00
Total 115 110.341,10

Sumber: BPS, 2013

Selain kegiatan HKm, pada awal tahun 2014 telah diinisiasi untuk
pengembangan hutan desa di kawasan hutan lindung. Saat ini pada tahap
verifikasi terhadap 22 desa calon penerima izin usaha pemanfaatan hutan desa
(IUPHD) yang mengelilingi kawasan hutan lindung Gunung Rajabasa Register 3
di Kabupaten Lampung Selatan.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-78
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dalam meminimalisir kerusakan kawasan hutan produksi di Provinsi Lampung


telah mengimplementasikan kegiatan nasional berupa Pembangunan Hutan
Tanaman Rakyat (HTR) di Kawasan Hutan Produksi Terbatas (KHPT) Pesisir
Kabupaten Pesisir Barat dengan luas 15.387 hektar yang dikelola oleh 8
koperasi. Dalam kegiatan HTR ini masyarakat dalam wadah koperasi diberikan
akses untuk mengelola kawasan hutan produksi untuk pemanfaatan hasil kayu
maupun non kayu. Ke depan kawasan hutan produksi yang belum dikelola oleh
pihak ketiga dan bermasalah dengan perambahan, maka kegiatan HTR ini
sangat potensial untuk dikembangkan.

2.3.2.5 Bidang Perikanan

Sub sektor perikanan di Provinsi Lampung juga sangat potensial, baik perikanan
laut maupu perairan umum, sebagaimana grafik berikut:

164,552 154,484 144,485


200,000 143,813
150,000

100,000 Perikanan Laut


Perairan Umum
50,000 8,532 7,524
7,036 6,930
0
2009 2010 2011 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Gambar 2.30 Produksi Perikanan Laut dan Perairan Umum di Provinsi Lampung

Selain produksi perikanan dari perikanan laut dan perairan umum, juga
dihasilkan dari hasil budidaya, sebagaimana berikut:

Tabel 2.49. Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Lampung

Jenis Budidaya 2008 2009 2010 2011 2012


Budidaya Laut 1.473 4.201 9.448 10.696 10.154
Tambak 158.264 78.031 53.248 54.666 50.615
Kolam 23.919 21.987 32.378 50.453 56.076
Keramba 802 545 696 508 560
Jaring Apung 1.270 1.482 2.145 2.747 1.012
Minapadi 430 744 160 159 56
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 `

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-79
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Potensi luas lahan budi daya perikanan: terdiri dari Potensi Tambak 163.649,48
ha, Potensi kolam 690.092 ha, Mina Padi 32.105,3 ha, Karamba 10.089,78 ha,
Karamba Jaring Apung 11.032 ha dan Budidaya Laut 53.485,5 ha.

2.3.2.6 Bidang Politik dan Pemerintahan

1) Politik dan Kemasyarakatan

Perkembangan politik di Provinsi Lampung dapat dilihat dari perkembangan


aktivitas masyarakat melalui partai politik (Parpol). Jumlah anggota DPRD
Provinsi Lampung tahun 2009-2014 adalah sebanyak 75 orang. Pada tahun
2014 ini pemilihan umum kembali dilaksanakan untuk periode 2014-2019 dan
diikuti oleh 10 partai politik. Hasil perolehan jumlah anggota DPRD Provinsi
Lampung tahun 2014-2019 adalah sebanyak 85 orang.

Tabel 2.50 Jumlah Perolehan Kursi Partai Politik DPRD Provinsi Lampung
Hasil Pemilu Tahun 2009 dan 2014

Pemilu/ Jumlah Kursi


No Nama Partai Politik
2009 2014
1 Partai Demokrat 14 10
2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 11 17
3 Partai Golongan Karya 10 10
4 Partai Keadilan Sejahtera 7 8
5 Partai Amanat Nasional 7 8
6 Partau Gerindra 6 10
7 Partai Hanura 6 2
8 Partai Kebangkitan Bangsa 5 7
9 Partai Persatuan Pembangunan 3 5
10 Partai Demokrasi Kebangsaan 2 x
11 Partai Karya Peduli Bangsa 4 x
12 Partai Nasdem X 8
Jumlah 75 85

Sumber: BPS, 2013 dan www.kpu.go.id , 2014

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-80
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dinamika masyarakat Lampung juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada berbagai bidang
kehidupan. Jumlah LSM bergerak dalam bidang tertentu sampai dengan akhir
tahun 2005 mencapai 69 buah.

2) Pemerintahan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1964, Provinsi Lampung


merupakan keresidenan Lampung, yang kemudian menjadi Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1964 Provinsi Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi
Lampung dengan ibukota Tanjungkarang—Telukbetung.

Gambar 2.31 Peta Administrastif Provinsi Lampung

Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 15 kabupaten/kota yang


selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah kecamatan.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-81
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.51 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Luas
Jumlah
No Kabupaten/Kota Ibukota Wilayah
Kecamatan
(km2)
KABUPATEN
1 Kab. Lampung Selatan Kalianda 17 2.007,01
2 Kab. Lampung Utara Kotabumi 23 2.725,63
3 Kab. Lampung Tengah Gunung Sugih 28 4.789,82
4 Kab. Lampung Barat Liwa 15 2.043,17
5 Kab. Tanggamus Kota Agung 20 2.731,16
6 Kab. Tulang Bawang Menggala 15 4.385,84
7 Kab. Way Kanan Blambangan Umpu 14 3.921,63
8 Kab. Lampung Timur Sukadana 24 4.337,89
9 Kab. Pesawaran Gedung Tataan 9 1.173,77
10 Kab. Pringsewu Pringsewu 9 625
11 Kab. Mesuji Mesuji 7 2.184
12 Kab. Tulang Bawang Panaragan Jaya 8
1.201
Barat
13 Kab. Pesisir Barat Krui 11 2.907,23
KOTA
14 Kota Bandar Lampung Bandar Lampung 20 192,96
15 Kota Metro Metro 5 68,79
JUMLAH 215 35.288,09
Sumber: www.lampung.bps.go.id, 2014

Jumlah sumber daya manusia aparatur pemerintah yang ada di Provinsi


Lampung hingga Semester I Tahun 2014 berjumlah 49.107 orang.

Tabel 2.52. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Lampung

Jumlah Pegawai
No. Bulan
Gol I Gol II Gol III Gol IV Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
1 Januari 291 2.526 4.615 731 8.163
2 Februari 291 2.520 4.593 733 8.137
3 Maret 291 2.524 4.613 732 8.160
4 April 284 2.510 4.655 747 8.196
5 Mei 284 2.507 4.663 748 8.202
6 Juni 278 2.518 4.659 794 8.249
Jumlah 1.719 15.105 27.798 4.485 49.107
Sumber: diolah dari data kepegawaiam BKD Provinsi Lampung 2014

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-82
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dari total keseluruhan tersebut di atas, pegawai Pemerintah Provinsi Lampung


per Desember tahun 2013 sebanyak 8.173 orang dengan komposisi didominasi
oleh golongan III sebanyak 4.619 orang (56,52%), golongan II sebanyak 2.612
orang (31,96%); golongan IV sebanyak 643 orang (7,87%), dan sisanya 299
orang (3,65%) pada golongan I.

Berdasarkan latar belakang pendidikan, PNS Pemerintah Provinsi Lampung


masih didominasi lulusan Sekolah Lanjutan Atas, yaitu sebanyak 3.427 orang
(41,60%). Sedangkan jumlah PNS yang telah menyelesaikan program Doktor
atau S-3 hanya 2 orang (0,03%).

Sumber: diolah dari data kepegawaiam BKD Provinsi Lampung 2014


Gambar 2.32 Komposisi PNS Provinsi Lampung Berdasarkan Pendidikan

Sebagian besar PNS, yakni sebanyak 4.784 orang (57,07%) berada pada
golongan III, sebanyak 2.632 orang (31,40%) berada pada golongan II; 666
orang (7,95%) berada pada golongan IV, dan sisanya 300 orang (3,58%)
berada pada golongan I.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur


Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor
9, 10, dan 11 Tahun 2007 jumlah formasi jabatan struktural baik Eselon I, II, III
dan IV sebanyak 1.852 orang. Rincian dari seluruh pejabat eselon di Pemerintah
Provinsi Lampung dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-83
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: diolah dari data kepegawaiam BKD Provinsi Lampung 2014

Gambar 2.33 Jumlah Pejabat Eselon pada Pemprov Lampung

2.4. Aspek Daya Saing

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam hal daya saing dapat ditunjukkan dengan
mengukur berapa pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, nilai tukar
petani serta produktivitas total daerah. Berikut adalah data-data mengenai
kemampuan ekonomi daerah :

2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita

Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan


tukar petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. NTP
dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan
petani.

Tabel 2.53 Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumahtangga dan Kontribusinya


terhadap Pertumbuhan PDRB (Persen)

Tahun Pertumbuhan Kontribusi Konsumsi Kontribusi Pertumbuhan


Konsumsi Rumahtangga Komponen PDRB PDRB
Rumahtangga terhadap Lain terhadap
Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB
2009 5.28 3.02 (57.38) 2.24 (42.62) 5.28
2010 5.38 3.07 (52.14) 2.52 (47.88) 5.88
2011 5.54 3.16 (49.06) 3.28 (50.92) 6.43
2012 8.38 3.81 (55.22) 2.92 (44.78) 6.53
2013 8.96 3.92 (65.71) 2.05 (34.29) 5.97
umber : LDA, BPS (2013)

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-84
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.4.1.2 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan


tukar petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. NTP
dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan
petani.

Tabel 2.54 Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Tahun 2009—2013

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

Lampung 111.60 115.40 121.48 126.04 120.87

Indonesia 99.85 101.76 104.58 105.24 104.67

umber : BPS (2014)

2.4.1.3 Produktivitas Total Daerah

Produktivitas total daerah yang dicerminkan dengan nilai tambah bruto


tergambar pada tabel berikut :

Tabel 2.55 Produktivitas Total Daerah Provinsi Lampung


Berdasarkan Sektor Tahun 2010
Nilai Tambah Bruto
No Sektor Persentase
(Ribuan) (Rp)
1 Tanaman Pangan 20.720.328 13,89
2 Industri Makanan dan Minuman 19.471.099 13,05
3 Perdagangan Besar dan Eceran 15.942.775 10,68
4 Perikanan 13.434.146 9,00
5 Perkebunan 7.071.308 4,74
6 Administrasi Pemerintah, 5.877.254 3,94
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
7 Tanaman Hortikultura 5.806.907 3,89
8 Peternakan 5.757.692 3,86
9 Informasi dan Konsumsi 5.558.729 3,73
10 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 5.331.872 3,57
11 Lainnya 44.235.168 29,65
Total 149.207.278 100
umber : diolah dari BPS Lampunhg (2014)

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-85
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.4.1.4 Ekspor-Impor

Kinerja sektor perdagangan salah satunya dapat dilihat dari kegiatan ekspor
dan impor. Ekspor Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan, selama
periode tahun 2009-2013 nilai ekspor tumbuh rata-rata 15,41% per tahun dan
10,28% untuk volume ekspor.

Komoditas ekspor utama Provinsi Lampung adalah lemak, minyak & malam,
dan produk nabati. Komoditas yang juga besar kontribusinya adalah minyak
kelapa sawit dan kopi. Tujuan utama ekspor Lampung adalah negara-negara di
kawasan Asia (terutama India, RRC, Taiwan dan Jepang), kawasan Eropa
(terutama Belanda & Italia),dan USA. Perkembangan volume dan nilai ekspor
Provinsi Lampung tahun 2009-2013 terlihat pada Gambar 2.34.

Sumber: Statistik Perekonomian Lampung, Bappeda, 2013

Gambar 2.34 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Provinsi Lampung


Tahun 2009 – 2013 (Ribu USD)

Impor Provinsi Lampung berfluktuatif dalam kurun waktu 2009 – 2013. Nilai
impor tumbuh rata-rata 31,49 persen per tahun dan 46,72 persen untuk volume
impor. Perkembangan volume dan nilai impor Provinsi Lampung tahun 2009-
2013 sebagaimana ditunjukkan Gambar 2.35.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-86
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Sumber: Statistik Perekonomian Lampung, Bappeda, 2013

Gambar 2.35 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Provinsi Lampung Tahun
2009 – 2013 (Ribu USD)

Impor utama Provinsi Lampung adalah makanan, minuman, minuman keras dan
tembakau, selain itu juga kendaraan, pesawat terbang, kendaraan dan
perlengkapannya, serta produk industri kimia dan industri sejenisnya. Impor
terutama dari kawasan Amerika sekitar 50% dan Asia sekitar 35%. Negara asal
impor terutama adalah Amerika Serikat, Amerika Latin, dan RRC.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

2.4.2.1 Aksesbilitas Daerah

Fasilitas wilayah atau infrastruktur untuk daya saing daerah adalah fasilitas
yang menunjang aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan
antar wilayah. Aksesbilitas Provinsi Lampung dapat ditunjukkan dengan
infrastruktur transportasi. Provinsi Lampung memiliki jaringan jalan nasional
sepanjang 1.159.573 Km dan jalan provinsi sepanjang 1.702,81 km.

Mobilisasi pergerakan angkutan penumpang dan barang telah didukung oleh:


a. Volume rata-rata layanan angkutan penumpang kereta api tahun 2013
mencapai 800.000 orang/tahun, angkutan barang sekitar 400.000
ton/tahun, dan angkutan batubara volume rata-rata saat ini mencapai 12
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-87
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

juta/ton/tahun. Dengan akan dibangunnya double track diperkirakan


mampu mencapai 22 juta ton/tahun.
b. Provinsi Lampung memiliki 1 terminal tipe A, 11 terminal type B sebanyak
11, dan terminal type C sebanyak 18.
c. Infrastruktur perhubungan laut dipergunakan untuk angkutan barang dan
angkutan penumpang dimana Provinsi Lampung memiliki 25 pelabuhan.
Jenis kapal yang melayani angkutan penyeberangan di pelabuhan
Bakauheni adalah kapal Roro dengan berat antara 3.000—5.000 GRT dan
mempunyai daya angkut penumpang 379—1.900 orang dengan kendaraan
mencapai 171 trip/hari.
d. Pada bidang infrastruktur perhubungan udara Provinsi Lampung memiliki
2 bandar udara umum, 2 pangkalan udara dan 8 bandara khusus.

2.4.2.2 Penataan Wilayah

Pemerintah Provinsi Lampung dalam penataan wilayah pada Tahun 2013


mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2029.
Dalam peraturan tersebut kawasan hutan lindung mencakup 9% dari luas
wilayah Provinsi Lampung, kawasan rawan bencana 12,5% dari luas wilayah
Provinsi Lampung, kawasan peruntukan pertanian 18% dari luas wilayah
Provinsi Lampung, kawasan peruntukan industry 0,6% dari luas wilayah
Provinsi Lampung dan untuk permukiman 6,6% dari luas wilayah Provinsi
Lampung.

2.4.2.3 Fasilitas Bank dan Non Bank

Fasilitasi bank dan non bank di Provinsi Lampung cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dengan terus bertambahnya jumlah bank yang ada di Provinsi
Lampung.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-88
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.56 Jumlah Kantor Bank menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Bank
di Provinsi Lampung
Bank Umum BPR
Kab/Kota
KP KC KCP KK PP ATM KP KC KK
Lampung Barat 0 0 13 1 4 2 0 2 1
Tanggamus 0 1 27 3 4 10 1 3 1
Lampung Selatan 0 1 33 3 7 19 2 3 2
Lampung Timur 0 0 21 0 3 2 4 2 0
Lampung Tengah 0 3 36 3 6 23 5 3 3
Lampung Utara 0 4 20 2 7 20 2 2 4
Way Kanan 0 0 6 1 2 0 1 2 0
Tulang Bawang 0 1 20 1 3 8 1 5 1
Pesawaran 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Pringsewu 0 0 10 2 0 3 0 1 0
Mesuji 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tulang Bawang Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bandar Lampung 1 37 74 22 42 211 14 2 41
Metro 0 3 21 2 8 21 3 4 3

Jumlah 1 50 282 40 86 319 33 29 56

Sumber : Lampung dalam Angka, 2013

2.4.2.4 Fasilitasi Listrik

Pasokan daya untuk memenuhi kebutuhan sub-sistem Lampung dipenuhi dari


pembangkit yang ada di wilayah Lampung dan transfer daya sub-sistem
Sumatera Selatan. Total pasokan daya yang didapat dari dua sumber tersebut
pada kondisi normal adalah sebesar 894,7 MW. Terdiri dari 645,7 MW dari
pembangkit dan ditambah 250 MW dari transfer Sumbagsel.

Beban puncak tertinggi yang pernah dicapai yaitu pada bulan Juni 2014 adalah
803,4 MW, sehingga cadangan daya pada kondisi normal kira-kira sebesar 91,3
MW. Interkoneksi sub-sistem Lampung dengan sub-sistem Sumatera Selatan
melalui satu jalur transmisi 150 kV Baturaja—Bukit Kemuning.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-89
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2.4.2.5 Fasilitas Pariwisata

Provinsi Lampung setiap tahun berupa meningkatkan pembangunan pariwisata


melalui program-program yang mengembangkan pariwisata dan produk wisata.
Salah satu indikatornya tampak pada berkembangnya usaha-usaha bidang
pariwisata di Provinsi Lampung.

Tabel 2.57 Jumlah Usaha Pariwisata menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi Lampung
Banyaknya Usaha Pariwisata
Kab/Kota Rumah
Hotel Bintang Hotel Melati Obyek Wisata
Makan
Lampung Barat 0 48 12 62
Tanggamus 0 9 77 86
Lampung Selatan 0 20 37 49
Lampung Timur 0 9 10 72
Lampung Tengah 0 17 12 64
Lampung Utara 0 12 47 64
Way Kanan 0 5 25 29
Tulang Bawang 0 10 15 30
Pesawaran 0 0 7 17
Pringsewu 0 8 15 69
Mesuji 0 1 12 34
Tulang Bawang Barat 0 1 11 56
Bandar Lampung 11 52 26 191
Metro 0 10 8 120

Sumber : Lampung Dalam Angka 2013

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

2.4.3.1 Investasi

Salah satu variabel penting dalam menunjang perkembangan ekonomi


adalahkegiatan investasi. Investasi akan menghasilkan output, menciptakan
lapangan kerja, dan menyerap bahan baku. Investasi tercermin pada PMDN,
PMA, PMTB, dan kredit perbankan.

Salah satu indikator investasi adalah PMDN. Kondisi PMDN di Lampung


mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Yang tertinggi pada tahun 2011
Gambaran Umum Daerah
Hal. 2-90
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

sebanyak 71 proyek. Investasi yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA)
tahun 2013 sebanyak 137 proyek dan merupakan tahun terbanyak.

Tabel 2.58 Rencana Investasi dan Tenaga Kerja dari Proyek PMA dan PMDN
yang Telah Mendapat Persetujuan menurut Lapangan Usaha
di Provinsi Lampung
Jumlah Investasi Tenaga Kerja
Lapangan Usaha Ket
Proyek (Juta) Proyek
0 0 0 PMA
Pertanian
1 33.200 126 PMDN
1 1.200 54 PMA
Pertambangan dan Penggalian
0 0 0 PMDN
6 11.113,3 468 PMA
Industri Pengolahan
3 209.857,5 300 PMDN
4 69.943,1 645 PMA
Industri Makanan
2 2.364.223,3 100 PMDN
2 231.316,7 78 PMA
Listrik, Gas dan Air Bersih
1 219.875,5 27 PMDN
1 1.222,2 82 PMA
Konstruksi/ Bangunan
0 0 0 PMDN
Perdagangan, hotel dan 2 3.422,2 124 PMA
restoran 0 0 0 PMDN
Pengangkutan dan 0 0 0 PMA
Telekomunikasi 0 0 0 PMDN
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 0 0 0 PMA
Perusahaan 0 0 0 PMDN
2 12.997,2 57 PMA
Jasa-Jasa
0 0 0 PMDN
18 331.214,7 1.508 PMA
Jumlah
8 2.827.156,3 678 PMDN

Sumber : Lampung Dalam Angka 2013

Sumber: BPS Lampung 2013

Gambar 2.36 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan Jumlah Tahun
2009-2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-91
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Nilai proyek PMA dan PMDN juga mengalami fluktuasi seiring dengan jumlah
realisasi proyek. Untuk PMDN tahun 2011 merupakan nilai proyek tertinggi
yang mencapai Rp6,8 triliyun sedangkan tahun 2013 hanya Rp161,15 miliar.

Sumber: BPS Lampung 2013

Gambar 2.37 Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Nilai Proyek (Rp juta)

Sementara nilai proyek PMA tahun 2011 juga merupakan yang tertinggi
mencapai US$731.801.928 dan tahun 2013 sekitar US$46.762,90.

Sumber: BPS Lampung 2013

Gambar 2.38 Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Nilai Proyek (US$)

Nilai investasi tercermin dari nilai Pembentukan Modal TetapDomestik Bruto


(PMTDB). PMTDB Lampung tahun 2013 sebesar Rp7.817.713 juta yang tumbuh

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-92
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

6,24%. Selama periode 2009-2013 PMTDB tumbuh rata-rata 7,91%. Kontribusi


PMTDG terhadap PDRB Lampung sebesar 16,95%.

Tabel 2.59 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Provinsi


Lampung Tahun 2008 - 2012

Rincian 2009 2010 2011 2012 2013

Laju pertumbuhan (%) 3,82 7,08 9,30 9,04 6,24

Kontribusi thd PDRB (%) 18,33 17,22 17,30 17,75 16,95


Sumber: www.lampung.bps.go.id, 2013

2.4.3.2 Keamanan dan Ketertiban

Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan komposisi penduduk yang


sangat majemuk secara sosio-kultural. Kemajemukan kultural dari sisi positif
merupakan kekayaan khazanah daerah, namun sekaligus bisa menjadi
persoalan manakala tidak direkat dengan integrasi yang kuat dan dapat menjadi
penyebab konflik sosial. Provinsi Lampung pernah mengalami berbagai konflik,
meskipun dalam skala yang tidak besar, pemicunya cukup beragam, mulai dari
persoalan politik, ekonomi, sosial maupun kultural. Beberapa konflik yang
pernah mencuat ke permukaan, antara lain: kasus Way Jepara; Padang Ratu;
daerah sentra industri perkebunan dan pemukiman transmigrasi di Lampung
Utara; Way Kanan; Lampung Selatan; serta eks reklamasi Rawa Sragi.

Untuk menjaga ketentraman dan ketertiban Kepolisian Daerah Lampung (Polda


Lampung) dibantu dengan beberapa Kepolisian Resort, terdiri dari :

a. Polres Bandar Lampung, mencakup wilayah Kota Bandar Lampung;


b. Polres Lampung Selatan, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Selatan
dan Kabupaten Pesawaran;
c. Polres Tanggamus, mencakup wilayah Kabupaten Tanggamus dan
Kabupaten Pringsewu;
d. Polres Lampung Tengah, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Tengah;
e. Polres Lampung Timur, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Timur;
f. Polres Lampung Utara, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Utara;

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-93
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

g. Polres Lampung Barat, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Barat dan


Kabupaten Pesisir Barat;
h. Polres Tulang Bawang, mencakup wilayah Kabupaten Tulang Bawang,
Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji;
i. Polres Metro, mencakup wilayah Kota Metro;
j. Polres Way Kanan, mencakup wilayah Kabupaten Way Kanan.

Selain Polda Lampung, Provinsi Lampung juga dibantu oleh Komando Resort
Militer (Korem) 043 yang membawahi beberapa Komando Distrik Militer
(Kodim), yaitu :

1. Kodim 0410, mencakup wilayah Kota Bandar Lampung,


2. Kodim 0411, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
Timur dan Metro
3. Kodim 0412, mencakup wilayah Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan,
Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Mesuji.
4. Kodim 0421 mencakup wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan
Pesawaran.
5. Kodim 0422 mencakup wilayah Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir
Barat.
6. Kodim 0424 mencakup wilayah Kabupaten Tanggamus dan Pringsewu.

Parameter lain untuk menilai kondisi kamtibmas di Provinsi Lampung adalah


tingkat upaya pemberantasan penyalahgunaan psikotropika dan napza. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan operasi yang dilakukan oleh kepolisian
secara rutin, serta bekerjasama dengan aparat terkait.

Meskipun angka Crime Index masih cukup tinggi, namun secara umum dapat
dikatakan stabilitas daerah cukup terjamin. Hal ini dapat dibuktikan dengan
semakin menurunnya konflik sosial. Sementara itu, guna mengantisipasi
perkembangan terorisme, maka telah diambil berbagai langkah, antara lain:
melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait guna antisipasi
terhadap potensi atau perkembangan terorisme; meningkatkan kewaspadaan

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-94
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

dan deteksi dini terhadap ancaman terorisme serta gangguan terhadap


keamanan dan ketertiban umum; sosialisasi mengenai perkembangan serta
bahaya terorisme, serta meningkatkan peran Komunitas Intelejen Daerah
(Kominda) Lampung.

Masalah penyalahgunaan NAPZA telah dilakukan sosialisasi bahaya NAPZA dan


memfungsikan Seaport Interdiction di Pelabuhan Bakauheni sebagai salah satu
upaya untuk memutus jaring peredaran narkoba yang masuk ke Provinsi
Lampung. Jenis Tindak Pidana dari tahun ketahun menunjukkan angka
penurunan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Tahun 2011 terjadi 4.872 JTP
dan tahun 2012 menurun menjadi 4.112 JTP.

Tabel 2.60 Jenis dan Penanganan Tindak Pidana Polda Lampung


Tahun 2009 2013
2009 2010 2011 2012 2013
Jenis
No
Kejahatan
JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP

1 Pembunuhan 39 39 38 31 41 29 22 14 22 18
Penganiayaan
2 214 165 216 164 188 156 196 148 159 144
Berat
3 Curas 723 533 535 330 595 274 507 290 665 277
4 Curat 1809 1442 1908 1213 1720 1075 1419 987 1535 828
5 Curanmor 1538 361 1431 320 1448 342 1324 532 1464 512
6 Narkoba 503 504 501 498 790 797 644 643 889 893

JUMLAH 4.826 3.044 4.629 2.556 4.782 2.673 4.112 2.614 4.734 2.672

Sumber: Kepolisian Daerah Provinsi Lampung

Berdasarkan data di atas, jenis tindak pidana (JTP) yang banyak terjadi di
Provinsi Lampung tahun 2009 - 2013 adalah pencurian dan pemberatan
(curat), pencurian kendaraan bermotor (curanmor) serta narkoba. Sedangkan
untuk Penanganan Tindak Pidana (PTP) yang banyak dilakukan Kepolisian
Daerah Lampung adalah pencurian dan pemberatan (curat), penganiayaan
berat, narkoba dan tindak pidana lainnya.

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-95
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Secara rasio per jumlah penduduk, tahun 2012 merupakan tahun dengan rasio
penanganan tindak pidana tertinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.

Tabel 2.61 Rasio Penangan Tindak Pidana per Jumlah Penduduk Tahun 2007-
2012 di Wilayah Polda Lampung
Rasio/Jumlah
Tahun JTP PTP
Penduduk
2007 177 79 0,13
2008 195 54 0,09
2009 225 173 0,29
2010 430 259 0,37
2011 180 111 0,16
2012 351 264 0,38
Sumber: BPS Lampung, 2013

2.4.3.3 Fasilitasi Perizinan

Proses perizinan di Provinsi Lampung dilaksanakan pada Badan Penanaman


Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung. Dalam
pelayanan perizinan telah mengacu pada Peraturan Kepala Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung Nomor
503/5998.a/II.06/2012 tentang Standar Prosedur Operasional (Standard
Operating Procedure) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan pada Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung.

Tabel 2.62. SOP Lama Proses Perizinan Provinsi Lampung

No. Jenis Perizinan dan Non Perizinan Lama Proses Perizinan


I Subbid Ekonomi
1 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) 2 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
2 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) 2 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
3 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) 2 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
4 Izin Trayek Mobil Bus Umum AKDP 30 Hari
5 Izin Trayek Angkutan antar Jemput (AJDP) 30 Hari
dalam Provinsi
6 Izin Prinsip Penanaman Modal 3 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
7 Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal 3 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
8 Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal 5 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
9 Izin Usaha Industri 7 Hari (Setelah Persyaratan Lengkap)
10 Izin Usaha Cabang Penyalur Alat Kesehatan 30 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
(PAK)

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-96
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

No. Jenis Perizinan dan Non Perizinan Lama Proses Perizinan


11 Izin Usaha Cabang Pedagang Besar Farmasi 42 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
(PBF)
12 Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) 35 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
13 Izin Distributor Obat Ikan 14 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
14 Izin Distributor Obat Hewan 14 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
15 Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi 14 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
(PBF)
16 Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan 48 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
(PAK)
II Subbid Pembangunan
1 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi 1 Bulan (Setelah Persyaratan Lengkap)
Khusus Pengangkutan dan Penjualan Mineral
dan Batubara Lintas Kab/Kota
2 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi 1 Bulan (Setelah Persyaratan Lengkap)
Khusus Pengolahan dan Pemurnian Mineral dan
Batubara Lintas Kab/Kota
3 Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu 30 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
(IUIPHHK)
4 Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil 30 Hari Kerja (Setelah Persyaratan Lengkap)
Hutan Kayu (IUIPHHK)
5 Izin Galian Penanaman Kabel Serat Optik 6 Hari (Setelah Persyaratan Lengkap)
6 Surat Keterangan Tanda Daftar sebagai 7 Hari (Setelah Persyaratan Lengkap)
Pedagang Benih
7 Dispensasi Penggunaan Ruang Manfaat Jalan dan 1 Bulan (Setelah Persyaratan Lengkap)
Jembatan

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Penciptaan lapangan kerja tidak lain adalah untuk menampung angkatan kerja
dan pengurangi angka pengangguran sehingga beban tanggungan akan semakin
berkurang. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Lampung Tahun 2010-2012
berfluktuasi sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.63 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja dan Pengangguran di


Provinsi Lampung Tahun 2010—2012

No Uraian 2010 2011 2012


1 Angkatan Kerja 3.957.697 3.696.066 3.637.897
1.1. Bekerja 3.737.078 3.482.301 3.449.307
1.2. Pengangguran 220.619 213.765 188.590
Bukan Angkatan Kerja
2 (sekolah, mengurus RT 1.866.673 1.739.560 1.851.685
dan lainnya)
Sumber: LDA, BPS, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-97
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 2.64 Jumlah Lulusan Universitas Lampung menurut Fakultas dan Strata
di Provinsi Lampung Tahun 2012
Klasifikasi
No Uraian Jumlah
Diploma Sarjana Pasca
1 Ekonomi + Diploma Ekonomi 163 455 65 683
2 Hukum 0 489 80 569
3 FISIP 30 378 65 473
Pertanian + Diploma
4 0 427 34 461
Pertanian
Keguruan dan Ilmu
5 Pengetahuan + Diploma 37 1.710 158 1.905
Pendidikan
6 Tehnik 34 271 10 315
7 MIPA 49 204 0 253
8 Kedokteran 0 209 0 209
Jumlah 313 4.143 412 4.868
2011 658 2.991 351 4.000
2010 1.193 2.999 299 4.491
2009 1.260 2.451 170 3.881
2008 1.131 2.381 200 3.715
2007 1.441 2.525 0 3.966

Sumber: LDA, BPS, 2013

Gambaran Umum Daerah


Hal. 2-98
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

NCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSILAMPUNG TAHUN 2011 - 2015

B A B II I
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal


apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada
peraturan perundang-undangan (money follow function).

Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD, sehingga analisis


mengenai pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan
keuangan daerah. Oleh karenanya, perlu dilakukan analisis pengelolaan
keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelumnya, yang pada
dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau
kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan
daerah.

Dalam menganalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan,


terlebih dahulu harus memahami jenis obyek pendapatan, belanja dan
pembiayaan sesuai dengan kewenangan.

Analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan pendanaan di


masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan
yang dihadapi. Analisis tersebut diatas dilakukan dengan kerangka pemikiran
sebagaimana disajikan dalam gambar di bawah ini.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kebijakan di Bidang
Keuangan Negara

Asumsi Tingkat
Indikator Angka Rata-rata Pertumbuhan
pertumbuhan setiap objek Pendapatan
Makro
pendapatan daerah Daerah
Ekonomi

Kebijakan Intensifikasi
dan Ekstensifikasi

Sumber: Permendagri No. 54 Tahun 2010

Gambar 3.1. Analisis Proyeksi Pendapatan

Penjelasan dari gambar diatas yaitu bahwa dari serangkaian asumsi indikator
ekonomi makro yang disinkronkan dengan Kebijakan Keuangan Negara dan
kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan oleh daerah, akan
diperoleh angka rata-rata pertumbuhan setiap objek Pendapatan Daerah yang
secara kumulatif mengindikasikan tingkat pertumbuhan Pendapatan Daerah.
Oleh karenanya, langkah awal untuk melakukan analisis tersebut yaitu
menganalisis Pendapatan Daerah.

Pemerintah Provinsi Lampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan


daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
Tahun 2006 jo. Pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Lampung dilaksanakan dalam suatu


sistem terintegrasi diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang menjamin

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan


kebijakan pendapatan maupun belanja daerah.

Struktur APBD Provinsi Lampung terdiri dari (1) Penerimaan Daerah yang
didalamnya terdapat pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah;
(2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja Daerah dan (3)
Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk


menggambarkan tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah, sehingga analisis
pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan
daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah
guna mewujudkan visi dan misi.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

A. Pendapatan Daerah

Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Lampung dapat dilihat dari aspek tingkat
realisasi APBD, perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi
sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi
belanja daerah, permasalahan yang muncul serta potensi tantangan ke depan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dijelaskan bahwa


Pendapatan Daerah sebagaimana meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh Daerah. Pendapatan Daerah diperoleh dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD); Dana Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Tabel untuk dapat melihat perkembangan Pendapatan Daerah secara
keseluruhan, terlebih dahulu dilihat asumsi indikator makro ekonomi sebagai
gambaran kondisi perekonomian di lapangan, yaitu sebagai berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009—2013 Provinsi Lampung
(dalam jutaan)
Tahun Rata-rata
Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 (%)
Pendapatan 1.742.386 2.091.684 2.528.175 3.760.547 4.410.727 26,74%
PAD 860.357 1.118.340 1.376.418 1.706.131 2.183.412 26,25%
Pajak daerah 725.464 951.316 1.199.945 1.465.711 1.667.107 23,29%
Retribusi daerah 75.266 7.059 8.689 8.190 8.339 -17,86%
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 12.137 12.869 150.554 21.270 23.549 250,19%
dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 47.490 147.095 167.632 210.958 484.417 94,79%
Dana Perimbangan 829.026 970.241 1.106.487 1.280.942 1.421.737 14,46%
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 160.504 237.470 251.104 310.715 300.966 18,57%
Dana Alokasi Umum 628.505 643.376 769.973 939.139 1.060.663 14,24%
Dana Alokasi Khusus 40.016 27.573 42.210 31.088 60.108 22,25%
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khsus 0 61.821 43.200 0 805.578 -32,53%
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 53.002 3.101 45.269 773.473 18.712 694,18%
Hibah 52.252 3.101 45.269 773.473 693,59%
Dana darurat 0 - 0,00%
Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan 0 - - 0 786.866 0,00%
Pemda lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus 0 0 - 0,00%
Bantuan keuangan dari Provinsi atau - - - - 4.410.730 0,00%
Pemda lainnya

Lain-lain - - - 2.140.377 0,00%

Sumber : Biro Keuangan

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dari tabel perkembangan APBD Provinsi Lampung Tahun 2009—2013 tingkat


pertumbuhan pendapatan daerah rata-rata 26,74% pertahun. Tingkat
pertumbuhan PAD ternyata lebih tinggi dibanding pertumbuhan Dana
Perimbangan, yaitu 26,25% berbanding 14,16% pertahun.

Gambar 3.2. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun


2009-2013

Tingginya pertumbuhan rata-rata PAD dibanding Dana Perimbangan


berimplikasi positif terhadap besaran kontribusi PAD terhadap APBD. Selama
periode 2009—2013 rata-rata kontribusi PAD terhadap APBD mencapai
50,66% dibandingkan Dana Perimbangan 42,95% dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah (LPDS) yang hanya 6,39%. Dengan semakin besarnya
kontribusi PAD terhadap APBD semakin baik terhadap kemandirian daerah.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.3. Rata-rata Kontribusi Pos Penerimaan Daerah Provinsi Lampung


Tahun 2009—2013

Sumber penerimaan pendapatan daerah APBD sebagaimana pasal 5 Undang-


Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terdiri dari pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pada ayat (2) sumber pendapatan daerah bersumber dari (1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, dan (3) Lain-lain
Pendapatan yang Sah (LPyS). Sedangkan pembiayaan sebagaimana ayat (3)
bersumber dari (1) sisa lebih perhitungan anggaran daerah (SiLPA); (2)
penerimaan pinjaman daerah; (3) dana cadangan daerah; dan (4) hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada pasal 6 ayat (1) undang-undang di atas sumber PAD adalah dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi salah satu
indikator kemandirian daerah hal keuangan dengan melihat besaran
(prosentase) pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah.
Semakin besar penerimaan dan prosentase PAD terhadap total penerimaan
daerah maka menunjukkan daerah tersebut semakin mandiri.

Dari tabel 3.1. tingkat pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) rata-rata
26,25% pertahun. Pertumbuhan PAD ditopang oleh Pajak daerah 23,29%
pertahun, kontribusinya rata-rata sebesar 85,62% pertahun. Pos penerimaan

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

lain yang cukup besar terhadap PAD adalah Lain-lain PAD yang Sah dengan
kontribusi rata-rata 10,80% dan Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang
berkontribusi rata-rata 3,69% pertahun. Sementara Retribusi Daerah dalam
periode 2009-2013 cenderung mengalami penurunan rata-rata minus 5,74%
pertahun dengan kontribusi hanya sekitar 2,62%. Berikut grafik pertumbuhan
PAD Provinsi Lampung:

Gambar 3.4. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung Tahun


2009-2013

Pertumbuhan PAD Tahun 2010 meningkat 29,99% dibanding tahun


sebelumnya, namun pada dua tahun berikutnya cenderung menurun, dan baru
tahun 2013 kembali naik menjadi 27,97%.

Penerimaan PAD lebih banyak ditopang oleh pajak daerah yang memberikan
kontribusi lebih dari 85%. Namun tingkat pertumbuhannya selama 2009—
2013 cenderung menurun, sebagaimana grafik berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.5. Pertumbuhan Pendapatan Pajak Daerah terhadap PAD Provinsi


Lampung 2010-2013

Sumber penerimaan PAD yang lain adalah Retribusi Daerah, kontribusinya


sangat kecil hanya sekitar 2,62% pertahun dengan pertumbuhan yang
cenderung menurun rata-rata minus 17,5% pertahun. Seperti gambar di bawah
ini.

Gambar 3.6. Pertumbuhan Retribusi terhadap PAD Provinsi Lampung 2010-


2013

Penerimaan dari pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


cukup besar dibandingkan Retribusi Daerah, kontribusinya rata-rata 3,69%
pertahun dan pernah melonjak tajam penerimaannya pada tahun 2011,
sebagaimana grafik berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.7. Pertumbuhan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah terhadap PAD


Tahun 2010—2013

Pos penerimaan PAD yang terbesar setelah pajak daerah adalah dari Lain-lain
PAD yang Sah yang memberikan kontribusi rata-rata 10,80% pertahun, dengan
rata-rata pertumbuhan sekitar 94,79%. Grafik di bawah ini menunjukkan
perkembangan pertumbuhan LPADA:

Gambar 3.8. Pertumbuhan Lan-lain PAD yang Sah terhadap PAD Tahun 2010-
2013

Dana Perimbangan

Dana Perimbangan tahun 2010—2013 memiliki pertumbuhan rata-rata


11,42% pertahun. Sumber Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),
dan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.9. Pertumbuhan Penerimaan Dana Perimbangan Provinsi Lampung


Tahun 2010-2013

Melihat perkembangan penerimaan dari Dana Perimbangan menunjukkan


penurunan, hal ini menunjukkan cukup baik karena di sisi lain penerimaan dari
pendapatan asli daerah (PAD) justru meningkat.

Dari empat sumber penerimaan Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus


(DAK) memiliki pertumbuhan lebih besar selama lima tahun terkahir yaitu rata-
rata 22,25% pertahun. Sedangkan penerimaan dari Dana Penyesuaian Otonomi
Khusus (DPOK) memiliki kencenderungan negatif, sebagaimana grafik berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.10. Rata-rata Pertumbuhan Dana Perimbangan (DBH, DAU, DAK, dan
DPOK) Provinsi Lampung Tahun 2010—2013

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Penerimaan dari LPDS diperoleh dari pos penerimaan dana hibah, tahun 2010
hanya Rp3,1 miliar turun dari tahun 2009 yang mencapai Rp52,25 miliar. Pada
tahun 2011 kembali meningkat menjadi Rp45,27 miliar, tahun 2012 melonjak
menjadi Rp773 miliar lebih, dan tahun 2013 sebesar Rp746 miliar lebih.
Perkembangan LPDS dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.11. Pertumbuhan LPDS Provinsi Lampung Tahun 2010-2013

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

B. Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai


pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Analisis Belanja Daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran
realisasi dari kebijakan pembelanjaan pada periode tahun 2009—2013 yang
digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan belanja dimasa yang
akan datang dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan
daerah.

Untuk melihat upaya pemenuhan aparatur selama 4 (empat) tahun terakhir


dapat dilihat rincian proporsi belanja sebagai berikut:

Tabel 3.2. Realisasi Jenis Belanja APBD Provinsi Lampung Tahun


2009-2013

Tahun
Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
Belanja 1.847.107 2.004.899 2.566.069 3.835.996 3.884.530
Belanja Tidak Langsung 1.053.357 961.863 1.142.940 1.943.346 1.811.554
Belanja Pegawai 386.715 410.142 441.047 487.796 497.339
Belanja Bunga - - - - -
Belanja Subsidi - - - - -
Belanja Hibah 32.877 38.365 35.897 741.236 761.046
Belanja Bantuan sosial 111.879 87.950 109.417 7.842 5.448
Belanja Bagi hasil kpd
407.170 378.734 406.965 472.104 357.471
Prov/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan keuangan
kpd Prov/Kab/Kota dan 23.158 19.314 114.627 212.755 170.214
Pemdes
Belanja tidak terduga 91.558 27.358 34.987 21.613 20.036
Belanja Langsung 793.750 1.043.036 1.423.129 1.892.650 2.072.976
Belanja Pegawai 73.709 83.123 107.893 135.517 100.797
Belanja Barang dan jasa 486.751 534.104 683.986 925.182 1.168.090
Belanja Modal 233.290 425.809 631.250 831.951 804.089

Sumber: Biro Keuangan, diolah

Pada tabel berikut disajikan proporsi realisasi Belanja Daerah dibandingkan


anggaran belanja Tahun 2009—2013.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.3. Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terhadap
Anggaran Belanja Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Prosentase Rata-
Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 rata
Belanja
Belanja Tidak Langsung 57,03% 47,98% 44,54% 50,66% 46,64% 57,03%
Belanja Pegawai 20,94% 20,46% 17,19% 12,72% 12,80% 20,94%
Belanja Bunga 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Belanja Subsidi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%


Belanja Hibah 1,78% 1,91% 1,40% 19,32% 19,59% 1,78%
Belanja Bantuan sosial 6,06% 4,39% 4,26% 0,20% 0,14% 6,06%
Belanja Bagi hasil kpd
22,04% 18,89% 15,86% 12,31% 9,20% 22,04%
Prov/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan keuangan
kpd Prov/Kab/Kota dan 1,25% 0,96% 4,47% 5,55% 4,38% 1,25%
Pemdes
Belanja tidak terduga 4,96% 1,36% 1,36% 0,56% 0,52% 4,96%
Belanja Langsung 42,97% 52,02% 55,46% 49,34% 53,36% 42,97%
Sumber: Biro Keuangan, diolah

Dari rincian realisasi Belanja Daerah tersebut diatas, dapat dilihat selama 5
(lima) tahun rata-rata proporsi Belanja Tidak Langsung (BTL) sebesar 68,57%,
sedangkan Belanja Langsung (BL) rata-rata hanya 31,43%. Upaya
menyeimbangkan proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terus
diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang didanai belanja
langsung (belanja modal). Karenanya proporsi BTL dari tahun 2010 hingga
2013 mengalami penurunan, sementara BL mengalami peningkatan.

Pertumbuhan anggaran belanja daerah rata-rata peningkatannya 24,43%


pertahun. Anggaran belanja tidak langsung tumbuh rata-rata hanya 7,14%
pertahun dan sedangkan belanja langsung tumbuh mencapai 82,71% per tahun.
Perkembangan belanja daerah, belanja langsung dan belanja tidak langsung
dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Gambar 3.12. Pertumbuhan Anggaran Belanja, Belanja Tidak langsung dan


Belanja Langsung Tahun 2010—2013

Pada Belanja Tidak Langsung porsi terbesar adalah untuk pengeluaran belanja
hibah rata-rata sebesar 59,65% dan belanja pegawai rata-rata 48,63%.

Pada Belanja Langsung dalam bentuk belanja modal berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK RI Tahun 2009—2011, 60,21% digunakan untuk Jalan,
Irigasi dan Jaringan; Bangunan dan Gedung 18,07%; dan peralatan dan mesin
14,60%.

Sementara proporsi anggaran untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan


pembangunan yaitu terdiri dari 9 (sembilan) fungsi dapat dilihat dari tabel
berikut:

Tabel 3.4. Alokasi Anggaran untuk Kepentingan Fungsi Pemerintahan dan


Pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

FUNGSI 2009 2010 2011 2012 2013


Pelayanan Umum 909.085 971.349 1.151.499 1.160.043 2.214.965
Ketertiban dan
22.247 25.414 27.430 34.298 41.390
Ketentraman
Ekonomi 144.655 181.326 201.345 241.237 297.208
Lingkungan Hidup 4.721 6.406 7.265 7.954 11.742
Perumahan dan
163.521 202.559 388.276 686.399 1.001.419
Fasilitas Umum

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

FUNGSI 2009 2010 2011 2012 2013


Kesehatan 143.387 171.218 277.544 330.626 391.229
Pariwisata dan
12.681 17.062 18.644 21.158 24.526
Budaya
Pendidikan 284.700 250.634 213.459 298.806 338.545
Perlindungan
15.096 13.861 17.536 57.730 89.531
Sosial
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id 2009—2013

Alokasi anggaran untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pembangunan


dalam kurun waktu 2009—2013 proporsi terbesar pertama adalah pelayanan
umum rata-rata 49,47% dan perumahan/fasilitas umum rata-rata 16,88%.
Secara rinci porsi alokasi anggaran kesembilan fungsi tersebut adalah sebagai
berikut:

Gambar 3.13. Persentase Porsi Anggaran untuk Pelaksanaan Fungsi


Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2009-
2013

c. Pembiayaan

Pembiayaan Daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali


dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-15
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Secara garis besar, analisis Pembiayaan Daerah bertujuan untuk memperoleh


gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun
anggaran sebelumnya terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan
untuk menentukan kebijakan pembiayaan di masa yang akan datang dalam
rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah.

Perkembangan perbandingan antara pendapatan daerah dan belanja selama


kurun waktu 4 (empat) tahun sebenarnya relatif berimbang meskipun dalam
alokasinya jumlah belanja lebih besar daripada pendapatan sehingga anggaran
menjadi defisit. Namun defisit anggaran tersebut seluruhnya dapat ditutupi oleh
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya, sepeti gambar di
bawah ini.

Sumber: www.djpk.depkeu.go.id

Gambar 3.14 Perkembangan Susplus/Defisit Anggaran dan Sumber Pembiayaan


Anggaran Provinsi Lampung Tahun 2010—2013

3.1.2. Neraca Daerah

Tujuan dari Analisis neraca daerah adalah untuk mengetahui kemampuan


keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas,
dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana
pembangunan daerah. Gambaran mengenai neraca Provinsi Lampung dalam
kurun waktu tahun 2009-2013 disajikan berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-16
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.5 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2008-2013

Rata-Rata
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertumbuhan

1 2 3 4 5 6 7 8
ASET
ASET LANCAR
1 Kas di Kas Daerah 179,263,961 72,036,862 152,140,145 109,215,439 14,762,911 36,217,133 16.40
2 Kas di Bendahara Pengeluaran 4,408,424 6,914,516 1,560,481 9,873 84,012 37,782 115.18
3 Kas di Bendahara Penerimaan 8,666,220 8,851,505 14 181,753 1,028,400 1,033,266 254236.89
4 Kas di BLUD - - 7,463,326 8,437,481 8,849,796 4,861,593 14.57
5 Investasi Jangka Pendek - - - - - - 0.00
6 Piutang Pajak 21,076,331 19,004,599 19,997,778 23,057,388 52,442,722 - 7.63
7 Piutang Retrbusi 10,294,218 6,373,530 11,491,596 24,199,128 14,502,679 45,930,470 65.89
8 Piutang Dana Bagi Hasil 215,843
9 Piutang Bag Lancar Pjual Angsuran 354,242 156,760 175,232 133,542 150,642 213,817 -2.60
10 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 90,722 93,120 89,970 10,887,474 304,568 441,129 2389.62
11 Piutang Lainnya 1,524,344 1,330,857 2,830,424 40.00
12 Persediaan 5,695,254 6,376,346 9,961,308 13,007,400 14,659,308 15,293,218 23.16
JUMLAH ASET LANCAR 229,849,375 119,807,242 202,879,855 190,653,827 108,331,742 106,858,835 -5.82

INVESTASI JANGKA PANJANG


13 Investasi Non Permanen 32,075,950 33,799,900 33,799,900 18,229,192 16,600,813 14,139,561 -12.89
Dana Bergulir 18,229,192 16,600,813 14,139,561 15.25
14 Investasi Permanen 72,278,657 72,347,857 77,734,101 201,528,070 206,114,340 225,184,956 35.66
Penyertaan Modal Pemerintah 198,841,873 203,428,143 222,498,759 22.34
Investasi Permanen Lainnya 2,686,197 2,686,197 2,686,197 20.00
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 104,354,607 106,147,757 111,534,001 219,757,263 222,715,153 239,324,518 22.53

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-17
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Rata-Rata
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertumbuhan

1 2 3 4 5 6 7 8
ASET TETAP
15 Tanah 172,577,858 373,528,138 378,458,475 235,614,483 381,173,545 464,776,239 32.75
16 Peralatan dan Mesin 348,580,453 341,774,469 399,476,366 427,890,898 489,088,447 571,442,548 10.64
17 Gedung dan Bagunan 1,176,249,542 1,254,878,488 1,272,834,665 421,497,564 458,185,351 529,688,865 -6.89
18 Jalan, Jaringan dan Instalasi 2,886,740,167 3,180,612,237 3,362,282,500 3,660,784,013 3,982,039,450 4,241,094,666 8.01
19 Aset Tetap Lainnya 47,814,030 49,553,960 13,126,066 11,199,856 11,747,724 13,002,677 -13.79
20 Kontruksi dalam Pengerjaan 0,00 3,338,125 16,002,749 82,926,557 179,065,028 350,281,747 221.83
21 Akumulasi Penyusutan 0,00 0,00 0,00 - - -
JUMLAH ASET TETAP 4,631,962,051 5,203,685,420 5,442,180,823 4,839,913,374 5,501,299,548 6,170,286,745 6.34

DANA CADANGAN
Dana Cadangan - - - - - -
JUMLAH DANA CADANGAN - - - - - -

ASET LAINNYA
Tuntutan Ganti Rugi 476,257 336,865 14.15
Aset Lain-lain 212,279,452 - 190,397,823 212,221,547 433,603,945 472,306,403 24.94
JUMLAH ASET LAINNYA 212,279,452 - 190,397,823 212,221,547 434,080,202 472,643,268 24.98
JUMLAH ASET 5,178,445,486 5,429,640,419 5,946,992,503 5,462,546,012 6,266,426,647 6,989,113,368 6.50

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Jngk Pendek Lainnya 100,433,629 69,203,078 157,849,164 167,288,736 290,340,587 604,995 56.98
JML KWJBN JK PENDEK 100,433,629 69,203,078 157,849,164 167,288,736 290,340,587 604,995 56.98
KEWAJIBAN JK PANJANG

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-18
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Rata-Rata
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertumbuhan

1 2 3 4 5 6 7 8
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG - - - - - - -
JUMLAH KEWAJIBAN 100,433,629 69,203,078 157,849,164 167,288,736 290,340,587 604,995,103 56.98

EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 78,951,379 161,163,954 117,662,795 23,696,615 41,116,509 34.16
Pendapatan yang ditangguhkan 8,851,505 14 181,753 1,028,506 1,033,266 254256.47
cadangan piutang 25,628,010 31,754,578 59,801,878 68,947,304 49,415,841 39.84
cadangan persediaan 6,376,346 9,961,308 13,007,400 14,659,308 15,293,218 40.77
Dana yang harus disediakan
untuk pembayaran utang
jangka Pendek (69,203,078) (157,849,164) (167,288,736) (290,340,587) (604,995,103) 83.20
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 50,604,163 45,030,691 23,365,091 (182,008,853) (498,136,268) -132.88

EKUITAS DANA INVESTASI


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 106,147,757 111,534,001 239,324,518 21.01
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 5,203,685,420 5,442,180,823 6,170,286,745 20.92
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 190,397,823 472,643,268 20.00
Dana yang harus disediakan
untuk pembayaran utang
jangka panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 5,309,833,177 5,744,112,648 6,882,254,532 1.64

EKUITAS DANA CADANGAN


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN
JUMLAH EKUITAS DANA 5,360,437,341 5,789,143,339 5,653,199,840 6,374,758,381 13,978,226,736 47.54

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 5,429,640,419 5,946,992,503 5,820,488,577 6,665,098,968 14,583,221,840 48.14

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-19
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Selanjutnya akan disajikan analisis terhadap neraca keuangan Provinsi


Lampung untuk periode tahun 2009-2013 yang mencakup rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio aktivitas sebagai berikut:

RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick. Rasio
likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah
dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.

Rumus yang digunakan adalah dengan membagi aset lancar dibagi dengan
kewajiban jangka pendek.

Rasio lancar = aktiva lancar : kewajiban jangka pendek

Kemudian quick rasio diperoleh dengan jalan mengurangkan aset lancar dengan
persediaan kemudian dibagi dengan kewajiban jangka pendek.

Rasio quick = (aktiva lancar – persediaan) : kewajiban jangka pendek

RASIO SOLVABILITAS

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


Pemerintah Daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

Rasio solvabilitas juga merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar beban
hutang yang ditanggung Pemerintah Daerah dibandingkan dengan aset yang
dimiliki atau untuk mengukur sejauh mana aset Pemerintah Daerah dibiayai
dari hutang. Rumus rasio solvabilitas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah
adalah:

Rasio total hutang terhadap total aset = total hutang : total aset

Rasio hutang terhadap modal = total hutang : total ekuitas

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-20
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Hasil analisa perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas Provinsi


Lampung untuk Tahun 2009-2013 berdasarkan formulasi tersebut adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.6 Analisis Rasio Keuangan Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009-
2013
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
A Rasio Likuiditas
1 Rasio lancar (current ratio) 228.86 173.12 128.53 113.97 37.31 17.66
2 Rasio quick (quick ratio) 223.19 163.91 122.22 106.19 32.26 15.13

B Rasio Solvabilitas
1 Rasio total hutang terhadap total 1.94 1.27 2.65 3.06 4.63 8.66
asset
2 Rasio hutang terhadap modal 1.29 2.73 2.96 4.55 4.33

C Rasio Aktivitas
1 Rasio rata-rata umur piutang 1,82 1,60 3,53 2,61 2,73
2 Rasio Umur persediaan 346 hari 399 hari 322 hari 344 hari 357 hari

Berdasarkan data neraca Pemerintah Provinsi Lampung sebagaimana tersaji


pada tabel dan hasil perhitungan rasio keuangan menunjukkan bahwa
kemampuan keuangan Provinsi Lampung dalam kondisi sehat sebagaimana
ditunjukkan oleh rasio likuiditas dan rasio solvabilitas.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuditas yang
digunakan dalam analisis yaitu :

1. Rasio Lancar

Rasio lancar menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera


harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Berdasarkan tabel di atas, Rasio lancar
pada Tahun 2013 adalah sebesar 17,66. Hal ini berarti kemampuan membayar
hutang Pemerintah Provinsi Lampung sebesar 17,66 kali lebih.

2. Rasio Quick

Rasio Quick menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayar


kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Berdasarkan tabel diatas, Rasio Quick pada Tahun 2013 adalah sebesar 15,13.
Hal ini berarti kemampuan Pemerintah Provinsi Lampung dalam membayar

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-21
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

kewajiban jangka pendeknya sangat baik.

Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah


Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Solvabilitas terdiri
atas :

1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset

Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset menunjukkan seberapa besar pengaruh
hutang terhadap aktiva. Semakin besar nilainya diartikan semakin besar pula
pengaruh hutang terhadap pembiayaan dan menandakan semakin besar resiko
yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Besar Rasio Total Hutang
Terhadap Total Aset pada Tahun 2013 sebesar 8,66.

2. Rasio Hutang Terhadap Modal

Rasio Hutang Terhadap Modal menunjukkan seberapa perlu hutang jika


dibandingkan dengan kemampuan modal yang dimiliki. Semakin kecil nilainya
berarti semakin mandiri, tidak tergantung pembiayaan dari pihak lain. Pada
tahun 2013 Rasio Hutang Terhadap Modal Pemerintah sebesar 4,33.

Rasio Aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada
kegiatan pelAyanan Pemerintah Daerah. Rasio Aktivitas terdiri atas :

3. Rasio Rata-rata umur piutang

Rasio ini melihat berapa lama hari umur piutang yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Dilihat pada tahun 2013
bahwa rasio rata-rata umur piutang sebanyak 2,73 kali. Ini menunjukkan rata
rata umur piutang mengalami penurunan disebabkan pendapatan mengalami
kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan kenaikan piutang.

4. Rasio rata-rata persediaan

Rasio ini melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan
(menggunakan persediaan untuk memberikan pelayanan publik). Dilihat pada
tahun 2013 bahwa rasio ini menunjukkan perputaran persediaan pada tahun
2013 sebesar 1,06 kali. Ini menunjukkan bahwa target pelayanan publik
tercapai sesuai dengan target anggaran.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-22
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu dilakukan untuk
mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan.
Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan menghasilkan
kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah.

Dalam kurun waktu lima tahun mulai dari 2009 sampai dengan tahun 2014
pengelolaan keuangan daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang mengamanatkan bahwa Laporan Keterangan Pertanggung-jawaban Kepala
Daerah sekurang-kurangnya menjelaskan arah kebijakan umum daerah;
pengelolaan keuangan daerah secara makro termasuk pendapatan dan belanja
daerah; penyelenggaraan urusan desentralisasi; penyelenggaraan tugas
pembantuan; dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.

1) Kebijakan Umum Pendapatan Daerah

Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan berbagai upaya berkaitan


dengan intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah Tahun 2009-2014
meliputi:

a). Penggalian dan pengembangan sumber-sumber pendapatan asli daerah,


meningkatkan pendataan potensi pajak/retribusi daerah serta
meningkatkan pemungutan pajak/retribusi daerah.

b) Melakukan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak


dan retribusi daerah.

c). Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada masyarakat guna


meningkatkan kesadaran membayar pajak/retribusi.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-23
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

d). Melakukan pendataan ulang terhadap aset atau kekayaan daerah yang
dapat menjadi sumber pendapatan daerah serta mengoptimalkan
penggunaannya dalam memaksimalkan pendapatan daerah.

e). Mengintensifkan dan mengevaluasi semua Peraturan Daerah yang


berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

f). Meningkatkan koordinasi, konsultasi maupun rekonsiliasi khususnya bagi


pendapatan yang bersumber dari Dana Perimbangan maupun Bantuan
Keuangan.

Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan kebijakan terkait pendapatan


daerah sebagai berikut:

 Pendapatan Asli Daerah

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari empat jenis, yaitu: Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

 Dana Perimbangan.

Dana Perimbangan merupakan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat.


Dana Perimbangan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu Bagi Hasil Pajak dan
Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana Alokasi Umum (DAU); dan Dana Alokasi Khusus
(DAK).

 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Lain–lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari Pendapatan Hibah, Dana
Penyesuian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda
lainnya.

2) Kebijakan Umum Belanja Daerah

Secara umum, kebijakan umum keuangan daerah menyangkut tentang belanja


daerah Tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-24
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung terdiri dari:

a. Belanja Pegawai.

Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan


tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Pemerintah Provinsi Lampung, termasuk gaji, uang refresentasi dan tunjangan
pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah termasuk penghasilan/penerimaan lainnya ditetapkan sesuai
peraturan yang berlaku.

b. Belanja Hibah

Belanja Hibah dianggarkan untuk KORPRI, Kwarcab Pramuka, KONI, PMI serta
untuk mengakomodir dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

c. Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Sosial dianggarkan untuk membantu pelaksanaan kegiatan


yang bersifat sosial kemasyarakatan, yaitu organisasi sosial kemasyarakatan,
kelompok masyarakat, anggota masyarakat serta bantuan keuangan kepada
partai politik sesuai ketentuan yang berlaku. Bantuan sosial akan diberikan
secara selektif yang peruntukannya jelas dan dapat dipertanggung jawabkan
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Pemberian bantuan
sosial sifatnya tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

d. Bagi Hasil

Belanja Bagi Hasil dianggarkan bersumber dari pendapatan pemerintah


Provinsi Lampung kepada kabupaten / kota yang berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata cara penganggaran dana bagi hasil
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah.

e. Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk bantuan keuangan kepada

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-25
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa, bantuan kepada daerah otonomi


baru dan bantuan kepada partai politik.

f. Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga dianggarkan untuk menanggulangi kegiatan-kegiatan


yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh
pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja yang mendanai
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang,
seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan.

2. Belanja Langsung

Belanja Langsung terdiri dari:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai pada Belanja Langsung meliputi Honorarium PNS, Honorarium


Non PNS, Uang Lembur PNS, dan Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan
Bimbingan Teknis PNS

b. Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/ pengadaan


barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau
pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah.

c. Belanja Modal

Belanja Modal dominan digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam


rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi/jaringan, peralatan dan mesin serta aset tetap lainnya.

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

a. Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dibanding Anggaran

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-26
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam perencanaan dan


pelaksanaan APBD yang merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya
disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan
pendapatan maupun belanja daerah mengacu pada aturan yang melandasinya
baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Anggaran pemerintah daerah yang
tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun yang
disusun secara jelas dan spesifik serta merupakan desain teknis pelaksanaan
strategi untuk mencapai tujuan daerah dalam bentuk alokasi dana. Pada tabel
3.5 berikut dapat dilihat proporsi anggaran belanja Provinsi Lampung dari
tahun 2009—2013 adalah difokuskan pada pelayanan umum.

Demikian juga alokasi belanja, sebagaimana trend Tahun 2009-2013 maka porsi
anggaran belanja tidak langsung akan dilakukan penyesuaian dengan
memperbesar anggaran belanja langsung (belanja modal) sehingga pelaksanaan
pembangunan terutama dalam memenuhi pelayanan publik dapat terpenuhi.

Sumber: LHP BPK RI Tahun 2009-2011, APBD Lampung Bappeda, 2013

Gambar 3.15 Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak
langsung TA 2009-2013

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-27
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Pada Tahun Anggaran 2009 porsi anggaran belanja tidak langsung sangat besar
hingga mencapai 87,48% dan pada tahun 2013 menurun hingga 49,12%.
Sedangkan anggaran belanja langsung (belanja modal) meningkat dari hanya
12,52% tahun 2012 menjadi 50,88% tahun 2013.

b. Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur

Secara umum tentang belanja daerah yang menginformasikan mengenai


proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Provinsi Lampung
tertuang pada Tabel berikut :

Tabel 3.7 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Lampung


Tahun 2009—2013
Realisasi (Jutaan Rp)
No. Uraian
2009 2010 2011 2012 2013

1 Belanja Tidak Langsung 340,061 366,549 394,528 418,140 435,044

Gaji dan Tunjangan 340,061 366,549 394,528 418,140 435,044


2 Belanja Langsung 607,114 660,818 208,152 1,130,359 1,331,184

Belanja Pegawai 120,363 126,715 58,760 153,021 161,450

Belanja Pegawai BLUD 39,974 52,156 1,644


- -
Belanja Barang dan Jasa 486,751 534,103 109,417 925,181 1,168,089

Total Belanja 947,176 1,027,368 602,681 1,548,500 1,766,229


Sumber : Biro Keuangan (diolah)

Tabel 3.8 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi


Lampung Tahun 2009—2013

Total Belanja Untuk Total Pengeluaran


No. Uraian Pemenuhan Kebutuhan (Belanja + Pembiayaan Prosentase
Aparatur (Rp) Pengeluaran) (Rp)

1 Tahun Anggaran 2009 947,176,358,615.00 1,847,107,847,257.00 51.28


2 Tahun Anggaran 2010 1,027,368,001,269.48 2,008,899,187,339.48 51.14
3 Tahun Anggaran 2011 602,681,173,397.00 2,572,069,521,582.99 23.43
4 Tahun Anggaran 2012 1,548,500,588,982.15 3,835,996,351,819.31 40.37
5 Tahun Anggaran 2013 1,766,229,356,610.80 3,884,534,953,491.60 45.47
Sumber : Biro Keuangan (diolah)

Pada Tabel 3.7 digambarkan bahwa belanja pemenuhan kebutuhan aparatur


selama Tahun 2009 – 2013 mengalami peningkatan seiring dengan kebijakan

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-28
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

kenaikan gaji setiap tahun. Namun, pada Tabel 3.8 digambarkan bahwa selama
Tahun 2009 – 2013 proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur
dibandingkan dengan total belanja daerah semakin kecil. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan penggunaan anggaran daerah Provinsi Lampung semakin baik,
seiring penurunan proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur.

3.2.2. Analisis Pembiayaan

Pembiayaan daerah yang termuat dalam APBD Provinsi Lampung terdiri atas
penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Pada sisi
penerimaan pembiayaan daerah terdiri dari SiLPA Tahun lalu, penerimaan
kembali penyertaan modal, penerimaan kembali piutang dan penerimaan
hutang. Sedangkan sisi pengeluaran pembiayaan terdiri dari SiLPA Tahun
berkenaan, pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal/investasi.
Selisih antara Penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan
merupakan pembiayaan netto dan selisih antara penerimaan daerah dengan
belanja daerah merupakan surplus/defisit belanja.

Pada Tahun Anggaran 2009-2013 terjadi defisit yaitu pada TA 2009, 2011, dan
2012. Namun defisit yang ada seluruhnya bisa ditutupi oleh Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.

Tabel 3.9. Penutup Defisit Anggaran Provinsi Lampung 2009-2013 (juta)


PERIODE
URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN DAERAH 1.742.386 2.091.684 2.508.733 3.721.020 3.901.950
BELANJA DAERAH 1.847.107 2.004.899 2.566.069 3.835.996 3.884.534
A. SUPRLUS/DEFISIT (104.721) 86.784 (57.335) (114.975) 17.415
PEMBIAYAAN NETTO: 183.672 75.029 174.429 138.672 23.710
Penerimaan Pembiayaan 183.672 79.029 180.429 138.672 23.710
Pengeluaran Pembiayaan 0 4.000 6.000 0 0
Silpa 78.951 161.814 117.093 23.696 41.126
Sumber: Biro Keuangan

Dalam hal pembiayaan Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan beberapa


kebijakan, yaitu :

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-29
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

1. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih


besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh.
Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan
pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

2. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali


baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, mencakup : sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya (SiLPA); pencairan dana cadangan; hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan; penerimaan pinjaman daerah; penerimaan
kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik


pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun tahun anggaran
berikutnya, mencakup: pembentukan dana cadangan; penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah; pembayaran pokok utang;dan pemberian
pinjaman daerah. Adapun Kebijakan pengeluaran pembiayaan Provinsi
Lampung pada tahun 2011-2014 adalah :

1. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran penyertaaan


modal investor daerah;

2. Pembayaran pokok hutang.

Selain itu, terhadap arah kebijakan Provinsi Lampung untuk dana masyarakat
dan mitra yang merupakan potensi daerah yang perlu terus dikembangkan dan
didorong untuk mendukung proses pembangunan Provinsi Lampung diarahkan
melalui upaya menjalin kerjasama yang lebih luas dan meningkatkan partisipasi
swasta/masyarakat untuk menarik investasi yang lebih besar ke Provinsi
Lampung. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan investasi daerah adalah:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-30
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

1. Deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat


berinvestasi di Provinsi Lampung;

2. Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan pihak swasta atau


dengan pihak government/pemerintah lain dengan perjanjian yang
disepakati;

3. Kegiatan investasi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat, dimana investasi ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang
dapat melibatkan peran masyarakat luas seperti sektor tanaman pangan
dan holtikultura, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan
kemudian pengembangan industri hilir dan pengolahan yang berbasis
pertanian dan kelautan, perkebunan, listrik, dan industri manufaktur;

4. Mendorong investasi masyarakat yaitu investasi non fasilitas yang banyak


dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat local.

3.3. Kerangka Pendanaan

3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas


Utama

Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama


Provinsi Lampung dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja
daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta
prioritas utama selama 5 (lima) tahun.

Pengeluaran wajib dan mengikat dari tahun ke tahun meningkat secara


signifikan. Pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama secara rinci
pada tabel berikut.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-31
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.10 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009-2013
(dalam ribuan)

2009 2010 2011 2012 2013


KODE URAIAN
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
5 BELANJA 620,533,536,615 703,669,216,725 804,745,581,119 878,171,346,035 952,940,445,220
5 . 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 386,715,732,235 416,719,262,432 441,047,552,377 487,797,064,603 497,338,947,954
5 . 1 . 1 Belanja Pegawai 386,715,732,235 416,719,262,432 441,047,552,377 487,797,064,603 497,338,947,954
5 . 1 . 1 . 01 Gaji dan Tunjangan 340,061,463,866 366,549,057,446 394,528,841,744 418,140,643,754 435,044,792,587
5 . 1 . 1 . 02 Tambahan Penghasilan PNS 4,556,100,000 15,372,550,000 13,218,116,300 13,912,073,750 16,945,687,000
5 . 1 . 1 . 03 Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan anggota DPRD 6,245,050,000 6,583,800,000 9,277,800,000 9,286,800,000 9,295,800,000
serta KDH/WKDH
5 . 1 . 1 . 04 Biaya Pemungutan Pajak Daerah 35,853,118,369 28,213,854,986 24,022,794,333 46,457,547,099 36,052,668,367
5.2 BELANJA LANGSUNG 233,817,804,380 286,949,954,293 363,698,028,742 390,374,281,432 455,601,497,266
5.2.1 Belanja Pegawai 71,962,958,283 76,544,846,144 107,892,859,219 130,036,835,503 94,602,478,968
5 . 2 . 1 . 00 Belanja Pegawai BLUD - - 39,974,456,373 52,156,063,702 1,644,281,618
5 . 2 . 1 . 01 Honorarium PNS 38,320,386,891 39,565,387,394 32,178,546,096 37,295,442,175 42,835,356,250
5 . 2 . 1 . 02 Honorarium Non PNS 29,608,074,742 32,273,499,650 31,172,555,250 40,585,329,626 50,122,841,100
5 . 2 . 1 . 03 Uang Lembur 4,034,496,650 4,705,959,100 4,567,301,500 - -
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 135,079,777,365 165,491,290,380 180,890,219,034 205,377,118,368 217,118,586,422
5 . 2 . 2 . 04 Belanja Premi Asuransi - 1,010,427,995 840,962,276 - -
5 . 2 . 2 . 11 Belanja Makanan dan Minuman 34,045,591,586 36,596,408,291 31,786,910,673 46,191,655,089 46,595,281,150
5 . 2 . 2 . 12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 2,564,706,000 2,383,528,750 3,104,030,250 4,429,025,000 3,887,075,313
5 . 2 . 2 . 13 Belanja Pakaian Kerja 657,961,750 605,758,000 552,612,400 516,312,500 521,471,500
5 . 2 . 2 . 14 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu 1,201,980,500 16,025,286,700 19,488,804,550 22,019,040,050 18,754,547,725
5 . 2 . 2 . 15 Belanja Perjalanan Dinas 89,581,117,029 99,258,909,544 115,469,566,175 123,013,795,429 137,516,089,344
5 . 2 . 2 . 16 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 619,725,000 537,895,000 419,950,000 95,557,200 356,028,000
5 . 2 . 2 . 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi, bimbingan teknis PNS 6,392,715,500 7,651,076,100 7,001,382,710 8,811,733,100 9,488,093,390
& Studi Banding
5 . 2 . 2 . 18 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 15,980,000 1,422,000,000 2,226,000,000 - -
5.2.3 Belanja Modal 26,775,068,732 44,913,817,769 74,914,950,489 54,960,327,561 143,880,431,876
5 . 2 . 3 . 01 Belanja Modal Pengadaan Tanah 1,138,542,350 1,138,542,350 43,607,719,139 83,602,693,366
5 . 2 . 3 . 02 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat - - 907,500,000 845,259,000 15,103,770,000
5 . 2 . 3 . 03 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat 5,383,770,000 9,670,706,969 3,969,997,000 18,556,168,045 14,706,951,550
Bermotor

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-32
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

2009 2010 2011 2012 2013


KODE URAIAN
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
5 . 2 . 3 . 04 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak 160,133,000 350,680,000 2,985,500 109,500,000 67,150,000
Bermotor
5 . 2 . 3 . 05 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di atas Air 692,499,000 562,953,400 - - -
Bermotor
5 . 2 . 3 . 06 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di atas Air - 24,300,000 - - -
Tidak Bermotor
5 . 2 . 3 . 08 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel 327,901,800 1,057,380,000 1,307,715,000 973,833,000 459,865,000
5 . 2 . 3 . 10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 2,794,499,875 1,469,369,000 1,890,968,550 3,466,314,000 6,142,274,750
5 . 2 . 3 . 11 Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor 2,321,845,450 5,121,373,225 3,236,935,100 4,065,772,500 6,215,751,750
5 . 2 . 3 . 12 Belanja Modal Pengadaan Komputer 7,263,120,333 10,814,474,825 7,601,413,200 16,691,431,166 7,161,420,510
5 . 2 . 3 . 13 Belanja Modal Pengadaan mebeulair 3,817,312,124 11,728,656,050 9,428,613,500 5,171,703,850 5,410,479,500
5 . 2 . 3 . 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur 270,694,000 232,101,500 164,740,000 160,197,000 149,571,200
5 . 2 . 3 . 15 Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan Rumah Tangga 518,687,850 427,747,750 440,282,000 254,415,000 446,771,500
5 . 2 . 3 . 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio 1,638,228,250 1,448,950,700 1,715,795,000 2,773,162,000 1,214,602,750
5 . 2 . 3 . 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi 285,750,600 390,032,000 285,595,500 828,864,000 1,184,370,000
5 . 2 . 3 . 09 Belanja Modal Pengadaan Micropon Conference System - - - - -
5 . 2 . 3 . 18 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur 162,084,100 476,550,000 354,691,000 930,823,000 2,014,760,000
5 . 2 . 3 . 33 Belanja Modal Pengadaan Alat / Sarana Keselamatan / - - - 132,885,000 -
Emergency

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-33
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

3.3.2. Kerangka Pendanaan

Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil


keuangan daerah, yang akan dialokasikan untuk pendanaan program
pembangunan jangka menengah daerah selama lima tahun ke depan. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah
sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan ke pos-pos mana sumber
penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah
adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas
utama.

3.3.2.1. Proyeksi Pendapatan

Melihat capaian kinerja pendapatan daerah Tahun 2009--2013, pada masa yang
akan datang pendapatan daerah diharapkan dapat meningkat lebih tinggi, yang
diikuti dengan berbagai upaya-upaya untuk dapat mencapainya. Beberapa
kebijakan pendapatan daerah dirumuskan untuk meningkatkan pendapatan
daerah selama Tahun 2015 - 2019, yaitu sebagai berikut :

a. Intensifikasi Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;


b. Penyesuaian Tarif Pajak dan Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak tertentu;
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan umum kepada masyarakat/
wajib pajak;
d. Membangun sistem dan prosedur administrasi pelayanan perpajakan dan
retribusi berbasis online system;
e. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta profesionalisme SDM
Aparatur;
f. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka optimalisasi
penerimaan DBH Pajak/Bukan Pajak;
g. Optimalisasi dan pemberdayaan aset daerah;
h. Meningkatkan kualitas manajemen aset daerah;
i. Meningkatkan kontribusi BUMD;
j. Penyempurnaan Dasar Hukum Pungutan.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-34
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Dengan melihat performa pendapatan daerah tahun 2015—2019, bahwa


pendapatan daerah tumbuh rata-rata 26,74% pertahun. Sumber pendapatan
daerah itu diperoleh dari pendapatan asli daerah (PAD) yang tumbuh rata-rata
26,25%%, Dana Perimbangan rata-rata naik 14,46%, dan Lain-lain Pendapatan
yang Sah tumbuh rata-rata 694,18%.

Dengan melihat perkembangan pendapatan daerah pada kurun waktu 2009-


2013 sehingga dapat diproyeksi pendapatan sebagaimana tabel berikut:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-35
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.11. Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi Lampung 2015-2019

TAHUN
Rata-Rata
No. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan

A PENDAPATAN 4,697,690,697,838 5,113,176,770,083 5,638,774,603,920 6,224,932,095,639 6,861,734,616,785 9.94


1 Pendapatan Asli Daerah 2,341,611,590,152 2,572,361,195,178 2,826,291,782,061 3,105,703,792,828 3,413,129,267,708 9.88
1.1. Pajak Daerah 2,122,600,000,000 2,334,860,000,000 2,568,346,000,000 2,825,180,600,000 3,107,698,660,000 10.00
1.2. Retribusi Daerah 8,014,152,820 7,212,737,538 6,491,463,784 5,842,317,406 5,258,085,665 -10.00
Hasil Pengelolaan Keuangan
1.3. 25,838,906,072 26,614,073,254 27,412,495,452 28,234,870,315 29,081,916,425 3.00
Daerah yg Dipisahkan
1.4. Lain-lain PAD yang sah 185,158,531,260 203,674,384,386 224,041,822,825 246,446,005,107 271,090,605,618 10.00
2 Dana Perimbangan 1,579,395,051,686 1,737,334,556,855 1,976,675,075,658 2,249,790,705,809 2,544,182,049,168 12.67
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
2.1. 337,687,738,636 371,456,512,500 408,602,163,750 449,462,380,125 494,408,618,137 10.00
Pajak
2.2. DAU 1,192,855,693,050 1,312,141,262,355 1,508,962,451,708 1,735,306,819,464 1,978,249,774,190 13.50
2.3. DAK 48,851,620,000 53,736,782,000 59,110,460,200 65,021,506,220 71,523,656,842 10.00
Lain-lain Pendapatan Yang
3 776,684,056,000 803,481,018,050 835,807,746,201 869,437,597,002 904,423,299,909 3.88
Sah
3.1. Hibah 21,486,438,000 18,069,589,650 18,973,069,133 19,921,722,589 20,917,808,719 -0.23
Dana Penyesuaian dan otonomi
3.2. 755,143,930,000 785,349,687,200 816,763,674,688 849,434,221,676 883,411,590,543 4.00
Khusus
Bantuan Keuangan dari
3.3. Provinsi dan Pemerintah 53,688,000 61,741,200 71,002,380 81,652,737 93,900,648 15.00
Daerah Lainnya
Sumber : Dinas Pendapatan, diolah

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-36
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

3.3.2.2. Proyeksi Belanja

Kebijakan belanja daerah Tahun 2009-–2013 adalah sebagai berikut :

a. Membiayai program dan kegiatan yang menjadi prioritas Lampung selama


5 (lima) tahun ke depan;
b. Memenuhi pelaksanaan program prioritas daerah sesuai dengan urusan
pemerintahan yang harus dilaksanakan;
c. Memenuhi pelaksanaan program yang berstandar pelayanan minimal dan
operasional;
d. Mengakomodir program pembangunan yang dijaring melalui aspirasi
masyarakat dalam Musrenbang;
e. Mengedepankan program-program yang menunjang pertumbuhan
ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan pengentasan
kemiskinan;
f. Diarahkan untuk mendanai belanja yang bersifat wajib dan mengikat guna
menjamin kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat;
g. Mempertahankan alokasi belanja sebesar 20% untuk pembiayaan
pendidikan.

Adapun hasil proyeksi kebutuhan belanja mengikat (belanja tidak langsung)


dan belanja wajib (belanja langsung) dengan tabel berikut ini:

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-37
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.12. Proyeksi Belanja Daerah Provinsi Lampung 2015-2019

TAHUN Rata-Rata
No. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan

B BELANJA 4.723.190.697.837 5.128.383.462.602 5.676.784.914.405 6.244.452.222.671 6.889.031.068.574 13,97


1 Belanja Tidak Langsung 2,637,568,597,837 2,897,818,242,602 3,185,531,894,405 3,549,874,052,671 3,956,852,658,574 19.05
1.1. Belanja Pegawai 771,913,782,261 849,072,160,458 933,979,376,503 1,074,076,282,979 1,235,187,725,426 12.50
1.2. Belanja Hibah 807,823,430,000 888,275,773,000 977,103,350,300 1,074,813,685,330 1,182,295,053,863 9.99
1.3. Belanja Bantuan Sosial 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000 0.00
1.4. Belanja Bagi Hasil 1,000,000,000,000 1,100,000,000,000 1,210,000,000,000 1,331,000,000,000 1,464,100,000,000 54.18
1.5. Belanja Bantuan Keuangan 25,642,600,000 28,206,860,000 31,027,546,000 34,130,300,600 37,543,330,660 10.00
1.6. Belanja Tidak Terduga 22,488,785,577 22,563,449,144 23,721,621,602 26,153,783,762 28,026,548,625 5.72
2 Belanja Langsung 2.085.622.100.000 2.230.565.220.000 2.491.253.020.000 2.694.578.170.000 2.932.178.410.000 8,90

Sumber : Biro Keuangan, Bappeda (diolah)

Tabel 3.13. Matrik Proyeksi Belanja Daerah Provinsi Lampung 2015-2019

TAHUN
NO SKPD
2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7
1 BIRO TATA PEMERINTAHAN UMUM 2.000.000.000 2.100.000.000 2.205.000.000 2.300.000.000 2.450.000.000
2 BIRO OTONOMI DAERAH 2.000.000.000 2.100.000.000 2.205.000.000 2.300.000.000 2.450.000.000
3 BIRO HUKUM 2.000.000.000 2.100.000.000 2.205.000.000 2.300.000.000 2.450.000.000
4 BIRO PEREKONOMIAN 2.600.000.000 2.710.000.000 2.730.000.000 2.805.000.000 3.000.000.000
5 BIRO ADMINISTRASI PEMBANGUNAN 3.000.000.000 3.105.000.000 3.213.000.000 3.327.000.000 3.444.000.000
6 BIRO BINA SOSIAL 2.000.000.000 2.060.000.000 2.140.000.000 2.220.000.000 2.300.000.000

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-38
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

TAHUN
NO SKPD
2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7
7 BIRO BINA MENTAL 36.000.000.000 42.060.400.000 45.300.000.000 50.600.000.000 65.000.000.000
8 BIRO UMUM 45.250.000.000 46.947.000.000 48.644.000.000 50.341.000.000 52.038.000.000
9 BIRO KEUANGAN 12.000.000.000 12.600.000.000 13.230.000.000 13.900.000.000 14.600.000.000
10 BIRO PERLENGKAPAN DAN ASET 17.000.000.000 17.625.000.000 18.200.000.000 18.750.000.000 19.445.000.000
11 BIRO ORGANISASI 2.000.000.000 2.950.000.000 3.000.000.000 3.050.000.000 3.100.000.000
12 BIRO HUMAS DAN PROTOKOL 3.088.710.000 3.200.000.000 3.500.000.000 3.605.000.000 3.750.000.000
13 SEKRETARIAT DPRD 75.000.000.000 77.250.000.000 79.568.000.000 82.000.000.000 85.000.000.000
14 INSPEKTORAT PROVINSI 8.500.000.000 8.800.000.000 9.000.000.000 9.400.000.000 9.700.000.000

15 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 13.138.000.000 15.300.000.000 16.600.000.000 18.300.000.000 19.600.000.000


16 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAERAH 8.000.000.000 7.875.000.000 8.268.000.000 8.682.200.000 9.200.000.000
BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
17 7.500.000.000 8.100.000.000 8.700.000.000 11.400.000.000 14.000.000.000
DAERAH
18 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH 5.000.000.000 7.000.000.000 7.100.000.000 7.200.000.000 7.764.000.000

19 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 8.000.000.000 8.400.000.000 8.820.000.000 9.261.000.000 9.724.000.000


BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
20 6.000.000.000 6.225.000.000 6.450.000.000 7.075.000.000 7.500.000.000
PERIZINAN TERPADU
BADAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN,ARSIP
21 3.000.000.000 6.000.000.000 7.000.000.000 9.000.000.000 11.000.000.000
DAN DOKUMENTASI DAERAH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
22 9.000.000.000 15.002.750.000 14.754.000.000 15.932.000.000 17.772.500.000
PEMERINTAHAN DESA
23 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 7.000.000.000 7.449.000.000 7.822.000.000 8.250.000.000 8.700.000.000
24 BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DAERAH 14.801.750.000 15.500.000.000 17.000.000.000 18.500.000.000 25.000.000.000

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-39
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

TAHUN
NO SKPD
2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN
25 3.100.000.000 5.000.000.000 6.500.000.000 7.500.000.000 8.200.000.000
INOVASI DAERAH
26 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 17.900.000.000 18.795.000.000 19.000.000.000 23.100.000.000 25.300.000.000
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.H.ABDUL
27 165.000.000.000 196.000.000.000 218.000.000.000 236.000.000.000 245.800.000.000
MOELOEK
28 RUMAH SAKIT JIWA DAERAH 13.000.000.000 14.300.000.000 14.729.000.000 17.025.000.000 20.800.000.000

29 KANTOR SANDI DAERAH 600.000.000 700.000.000 750.000.000 775.000.000 1.000.000.000

30 DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN 290.000.000.000 298.700.000.000 317.661.000.000 329.967.800.000 340.000.000.000


31 DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA 10.000.000.000 10.500.000.000 11.025.000.000 11.580.000.000 12.155.000.000
32 DINAS KESEHATAN 100.000.000.000 102.413.270.000 115.615.570.000 140.113.670.000 155.000.000.000
33 DINAS SOSIAL 12.000.000.000 12.250.000.000 14.500.000.000 18.000.000.000 25.000.000.000
34 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 12.000.000.000 13.000.000.000 15.000.000.000 17.000.000.000 20.000.000.000
35 DINAS PERHUBUNGAN 72.500.000.000 76.125.000.000 79.931.250.000 85.927.900.000 90.500.000.000

36 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 13.661.290.000 12.621.000.000 13.013.000.000 13.520.000.000 15.710.000.000

37 DINAS PARIWISATA & EKONOMI KREATIF 10.000.000.000 11.500.000.000 12.500.000.000 13.500.000.000 15.000.000.000
38 DINAS BINA MARGA 800.000.000.000 841.220.000.000 935.520.000.000 947.595.000.000 957.288.750.000
39 DINAS PENGAIRAN DAN PEMUKIMAN 111.132.350.000 117.000.000.000 190.000.000.000 250.000.000.000 360.000.000.000

DINAS KOPERASI & USAHA MIKRO KECIL


40 6.000.000.000 6.960.000.000 8.020.000.000 9.320.000.000 10.700.000.000
MENENGAH

41 DINAS PERINDUSTRIAN 4.000.000.000 4.560.000.000 5.300.000.000 8.500.000.000 9.130.000.000


42 DINAS PERDAGANGAN 5.000.000.000 6.125.000.000 7.515.000.000 8.730.000.000 10.235.000.000

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-40
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

TAHUN
NO SKPD
2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN
43 31.000.000.000 37.000.000.000 38.000.000.000 39.000.000.000 40.900.000.000
HOLTIKULTURA
44 DINAS PERKEBUNAN 9.000.000.000 10.500.000.000 11.500.000.000 13.500.000.000 15.000.000.000
45 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 15.000.000.000 15.870.000.000 16.667.500.000 17.505.000.000 18.384.000.000
46 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 23.000.000.000 24.000.000.000 25.000.000.000 26.500.000.000 27.000.000.000
47 DINAS KEHUTANAN 7.500.000.000 7.875.000.000 8.500.000.000 13.750.000.000 18.000.000.000
48 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI 10.000.000.000 11.175.000.000 11.590.000.000 19.005.000.000 15.420.000.000
49 DINAS PENDAPATAN 17.600.000.000 19.360.000.000 21.296.000.000 23.425.600.000 25.768.160.000
SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUH
50 11.000.000.000 11.390.500.000 11.795.000.000 12.214.000.000 13.000.000.000
PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
51 6.000.000.000 6.225.000.000 6.450.000.000 7.675.000.000 8.900.000.000
DAERAH
SEKRETARIAT DEWAN PEMBINA KORPS PEGAWAI
52 2.250.000.000 2.407.500.000 2.430.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000
NEGERI SIPIL RI
SEKRETARIAT BADAN PERWAKILAN PEMERINTAH
53 10.000.000.000 10.500.000.000 11.025.000.000 15.600.000.000 20.500.000.000
DAERAH PROV. LAMPUNG DI JAKARTA
54 SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN DAERAH 2.500.000.000 2.533.800.000 2.765.700.000 2.751.000.000 3.000.000.000
55 UNIT LAYANAN PENGADAAN 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000

JUMLAH 2.085.622.100.000 2.230.565.220.000 2.491.253.020.000 2.694.578.170.000 2.932.178.410.000

Sumber : Bappeda, diolah

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-41
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

3.3.2.3. Proyeksi Surplus/Defisit

Proyeksi pembiayaan daerah di masa yang akan datang dari sisi penerimaan
yaitu menggunakan perkiraan penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
tahun sebelumnya dan penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban,
serta membentuk dana cadangan dari sisi pengeluaran.

Dengan memperhatikan proyeksi pendapatan dan belanja daerah dalam


beberapa tahun terakhir, maka gambaran surplus/defisit dalam anggaran
daerah dapat diketahui. Tingkat realisasi surplus/defisit menunjukkan pola
pada saat penetapan APBD dalam posisi defisit sedangkan pada laporan
realisasi justru terjadi surplus anggaran. Karena itu defisit anggaran
diproyeksikan semakin menurun pada lima tahun mendatang. Namun
mengingat banyak urusan pemerintahan yang telah dicapai oleh Provinsi
Lampung masih dibawah standar pelayanan minimum (SPM) khususnya bidang
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan perhubungan membutuhkan
investasi yang sangat besar untuk mengejar dan mencapai SPM tersebut. Untuk
mencapai SPM terutama pada 9 bidang urusan pemerintahan membutuhkan
pendanaan yang sangat besar.

Dalam hal pengeluaran pembiayaan, Pemerintah Provinsi Lampung melalui


Perda Nomor Tahun 2014, telah menetapkan besaran penyertaan modal.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-42
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.14. Proyeksi Pembiayaan Daerah Provinsi Lampung 2015-2019

TAHUN
No. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
1 Surplus / Defisit 590,847,449,172 (15,206,692,519) (38,010,310,485) (19,520,127,032) (27,296,451,788)
2 Pembiayaan (590,847,449,172) 15,206,692,519 38,010,310,485 19,520,127,032 27,296,451,788
a Penerimaan Pembiayaan 26,000,000,000 28,706,692,519 53,010,310,485 33,020,127,032 42,296,451,788
a.1 Silpa 26,000,000,000 28,706,692,519 53,010,310,485 33,020,127,032 42,296,451,788
b Pengeluaran Pembiayaan 8,500,000,000 13,500,000,000 15,000,000,000 13,500,000,000 15,000,000,000
b.1 Penyertaan Modal pada PT. LJU 8,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000
b.2 Penyertaan Modal pada PT. Wahana Raharja - - 1,500,000,000 - 1,500,000,000
b.3 Penyertaan Modal pada PT. Askrida 500,000,000 500,000,000 500,000,000 500,000,000 500,000,000
b.4 Penyertaan Modal pada PT. Bank Lampung - 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000
b.5 Pembayaran hutang - - - - -
c Dana Cadangan - - - - -
Sumber : Biro Keuangan dan Biro Perekonomian, diolah

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-43
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

3.3.2.4. Perhitungan Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan dihitung melalui proyeksi kapasitas riil keuangan daerah


untuk mendanai pembangunan daerah berdasarkan proyeksi belanja dan
pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat.

Tabel 3.15. Tabel Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan
Mengikat Tahun 2015-2019

TAHUN (Rp.000)
No. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
Belanja Tidak
1 1,178,055,118 1,971,635,609 2,167,700,998 2,431,230,066 2,727,314,274
Langsung
Belanja Pegawai 771,913,782 849,072,160 933,979,376 1,074,076,282 1,235,187,725
Belanja Bagi Hasil
383,652,550 1,100,000,000 1,210,000,000 1,331,000,000 1,464,100,000
Kab/Kota
Belanja Tidak
22,488,785 22,563,449 23,721,621 26,153,783 28,026,548
Terduga
2 Belanja Langsung 202,834,724 216,322,544 230,769,172 246,246,725 262,832,978
Belanja Pegawai 107,232,324 112,593,940 118,223,637 124,134,819 130,341,560
Belanja Jasa Kantor 95,602,399 103,728,603 112,545,535 122,111,905 132,491,417
3 Pengeluaran
500,000 13,500,000 15,000,000 13,500,000 15,000,000
Pembiayaan Daerah
Dana Cadangan 0 0 0 0 0
Penyertaan Modal 500,000 13,500,000 15,000,000 13,500,000 15,000,000
Total 1,381,389,842 2,305,186,757 2,526,015,706 2,813,088,697 3,137,638,669
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 3.16. Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Tahun 2015-2019

TAHUN (Rp.000)
No. URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
1 Pendapatan 4,697,690,697 5,113,176,770 5,638,774,603 6,224,932,095 6,861,734,616
Pencairan Dana
2 - - - - -
Cadangan
3 SiLPA 26,000,000 28,706,692 53,010,310 33,020,127 42,296,451
Total Penerimaan 4,723,690,697 5,141,883,462 5,691,784,914 6,257,952,222 6,904,031,068
Dikurangi
Belanja dan
Pengeluaran
4 Pembiayaan yang 1,381,389,842 2,305,186,757 2,526,015,706 2,813,088,697 3,137,638,669
Wajib dan Mengikat
(Prioritas I)
Kapasitas Riil
Kemampuan 3,342,300,854 2,836,696,704 3,165,769,208 3,444,863,525 3,766,392,398
Keuangan
Sumber: Hasil Analisis

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-44
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh proyeksi kapasitas riil kemampuan


keuangan daerah yang kemudian akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan Anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang belum
dialokasikan dengan proyeksi seperti digambarkan pada Tabel 3.17.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-45
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.17. Proyeksi Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015-2019

Proyeksi (Rp)
No Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kapasitas Keuangan Daerah 4,723,690,697,838 5,141,883,462,602 5,691,784,914,405 6,257,952,222,671 6,904,031,068,573
Prioritas I (Wajib dan Mengikat) 1,374,928,131,675 2,194,350,271,690 2,405,651,500,309 2,682,376,254,250 2,995,686,660,745
1.1 Belanja Tidak Langsung 1,178,055,118,666 1,971,635,609,602 2,167,700,998,105 2,431,230,066,741 2,727,314,274,051
1.2 Belanja Langsung 196,373,013,009 209,214,662,088 222,950,502,204 237,646,187,509 253,372,386,694
1.3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 500,000,000 13,500,000,000 15,000,000,000 13,500,000,000 15,000,000,000
Kapasitas riil kemampuan keuangan 3,348,762,566,163 2,947,533,190,912 3,286,133,414,096 3,575,575,968,421 3,908,344,407,828
2 Rencana alokasi pengeluaran prioritas II 1,882,787,375,691 2,014,242,675,482 2,260,483,847,123 2,448,331,444,751 2,669,345,431,792
Belanja Program Prioritas dalam rangka pencapaian
2.1 1,526,249,275,300 839,967,451,165 970,124,124,260 1,093,844,447,995 1,256,068,476,040
visi misi KDH

2.2 Belanja Program Prioritas Pembangunan Daerah 29,498,379,241 830,239,820,231 931,901,883,539 975,501,205,311 1,005,780,996,326

2.3 Belanja Program Prioritas Pendukung Lainnya 327,039,721,150 344,035,404,086 358,457,839,324 378,985,791,445 407,495,959,426

3 Rencana alokasi pengeluaran prioritas III 849,627,741,300 933,290,515,430 1,025,649,566,973 1,127,244,523,670 1,238,998,976,037
3.1 Uang Lembur 6,461,711,300.00 7,107,882,430.00 7,818,670,673.00 8,600,537,740.30 9,460,591,514.33
3.2 Bantuan Hibah : 807,823,430,000 888,275,773,000 977,103,350,300 1,074,813,685,330 1,182,295,053,863
3.3 Bantuan Sosial 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000 9,700,000,000
Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dan
3.4 25,642,600,000.00 28,206,860,000.00 31,027,546,000.00 34,130,300,600.00 37,543,330,660.00
Pemerintahan Desa
4 Surplus Anggaran Riil/Berimbang 616,347,449,172 - - - -

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-46
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.18. Proyeksi Kerangka Pendanaan Alokasi Prioritas I, II dan III Provinsi Lampung Tahun 2015-2019

Proyeksi (Rp)
No Uraian
2015 % 2016 % 2017 % 2018 % 2019 %
1 Prioritas I 1,374,928,131,675 33.47 2,194,350,271,690 42.68 2,405,651,500,309 42.27 2,682,376,254,250 42.86 2,995,686,660,745 43.39
2 Prioritas II 1,882,787,375,691 45.84 2,014,242,675,482 39.17 2,260,483,847,123 39.71 2,448,331,444,751 39.12 2,669,345,431,792 38.66
3 Prioritas III 849,627,741,300 20.69 933,290,515,430 18.15 1,025,649,566,973 18.02 1,127,244,523,670 18.01 1,238,998,976,037 17.95
Total 4,107,343,248,666 100.00 5,141,883,462,602 100.00 5,691,784,914,405 100.00 6,257,952,222,671 100.00 6,904,031,068,574 100.00

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-47
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Penetapan persentase tiap tahun sesuai urutan prioritas (I, II, dan III) bukan
menunjukan urutan besarnya persentase tetapi lebih untuk keperluan
pengurutan pemenuhan kebutuhan pendanaannya. Besaran persentase
ditentukan sesuai analisis umum tentang kapasitas pendanaan dari program
prioritas yang dirancang untuk menunjang prioritas dimaksud. Berdasarkan
evaluasi atau analisis dari penyelenggaraan pembangunan daerah 5 (lima)
tahun sebelumnya relatif baik untuk peningkatan alokasi pendanaan secara
bertahap. Dengan demikian kerangka pendanaan selama 5 (lima) tahun dapat
ditampilkan pada Tabel 3.19

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-48
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Tabel 3.19. Proyeksi APBD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019

Rata-Rata
TAHUN
No. URAIAN Pertumb
2015 2016 2017 2018 2019 uhan

A PENDAPATAN 4,697,690,697,838 5,113,176,770,083 5,638,774,603,920 6,224,932,095,639 6,861,734,616,785 9.94


1 Pendapatan Asli Daerah 2,341,611,590,152 2,572,361,195,178 2,826,291,782,061 3,105,703,792,828 3,413,129,267,708 9.88
1.1. Pajak Daerah 2,122,600,000,000 2,334,860,000,000 2,568,346,000,000 2,825,180,600,000 3,107,698,660,000 10.00
1.2. Retribusi Daerah 8,014,152,820 7,212,737,538 6,491,463,784 5,842,317,406 5,258,085,665 -10.00
Hasil Pengelolaan
1.3. Keuangan Daerah yg 25,838,906,072 26,614,073,254 27,412,495,452 28,234,870,315 29,081,916,425 3.00
Dipisahkan
1.4. Lain-lain PAD yang sah 185,158,531,260 203,674,384,386 224,041,822,825 246,446,005,107 271,090,605,618 10.00
2 Dana Perimbangan 1,579,395,051,686 1,737,334,556,855 1,976,675,075,658 2,249,790,705,809 2,544,182,049,168 12.67
Dana Bagi Hasil
2.1. 337,687,738,636 371,456,512,500 408,602,163,750 449,462,380,125 494,408,618,137 10.00
Pajak/Bukan Pajak
2.2. DAU 1,192,855,693,050 1,312,141,262,355 1,508,962,451,708 1,735,306,819,464 1,978,249,774,190 13.50
2.3. DAK 48,851,620,000 53,736,782,000 59,110,460,200 65,021,506,220 71,523,656,842 10.00
Lain-lain Pendapatan
3 776,684,056,000 803,481,018,050 835,807,746,201 869,437,597,002 904,423,299,909 3.88
Yang Sah
3.1. Hibah 21,486,438,000 18,069,589,650 18,973,069,133 19,921,722,589 20,917,808,719 -0.23
Dana Penyesuaian dan
3.2. 755,143,930,000 785,349,687,200 816,763,674,688 849,434,221,676 883,411,590,543 4.00
otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
3.3. Provinsi dan Pemerintah 53,688,000 61,741,200 71,002,380 81,652,737 93,900,648 15.00
Daerah Lainnya

B BELANJA 4,106,843,248,666 5,128,383,462,602 5,676,784,914,405 6,244,452,222,671 6,889,031,068,574 13.97

1 Belanja Tidak Langsung 2,021,221,148,666 2,897,818,242,602 3,185,531,894,405 3,549,874,052,671 3,956,852,658,574 19.05


1.1. Belanja Mengikat 1,178,055,118,666 1,971,635,609,602 2,167,700,998,105 2,431,230,066,741 2,727,314,274,051 25.41

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-49
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Rata-Rata
TAHUN
No. URAIAN Pertumb
2015 2016 2017 2018 2019 uhan

1.2. Belanja Prioritas III 843,166,030,000 926,182,633,000 1,017,830,896,300 1,118,643,985,930 1,229,538,384,523 9.89
2 Belanja Langsung 2,085,622,100,000 2,230,565,220,000 2,491,253,020,000 2,694,578,170,000 2,932,178,410,000 8.90
2.1. Belanja Prioritas I 196,373,013,009.14 209,214,662,087.92 222,950,502,203.57 237,646,187,509.13 253,372,386,693.58 6.58
2.2. Belanja Prioritas II 1,882,787,375,690.86 2,014,242,675,482.08 2,260,483,847,123.44 2,448,331,444,750.57 2,669,345,431,792.10 9.14
2.3. Belanja Prioritas III 6,461,711,300.00 7,107,882,430.00 7,818,670,673.00 8,600,537,740.30 9,460,591,514.33 10.00
Surplus/Defisit 590,847,449,172 -15,206,692,519 -38,010,310,485 -19,520,127,032 -27,296,451,789 9.64
C PEMBIAYAAN (590,847,449,172) 15,206,692,519 38,010,310,485 19,520,127,032 27,296,451,788 9.64
Penerimaan Pembiayaan 26,000,000,000 28,706,692,519 53,010,310,485 33,020,127,032 42,296,451,788 21.36
Pengeluaran Pembiayaan 616,847,449,172 13,500,000,000 15,000,000,000 13,500,000,000 15,000,000,000 -21.40
Total APBD 4,723,690,697,838 5,141,883,462,602 5,691,784,914,405 6,257,952,222,671 6,904,031,068,574 9.95
Sumber : Dinas Pendapatan, Biro Keuangan dan Bappeda ProvinsiLampung (diolah)

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-50
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

Kerangka pendanaan merupakan kerangka pelaksanaan program-program


untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam rangka pencapaian target
indikator pembangunan Provinsi Lampung lima tahun ke depan melalui dana
APBD Provinsi Lampung. Oleh karena keterbatasan APBD Provinsi Lampung
maka sangat diperlukan dukungan sumber pendanaan lainnya yaitu APBN,
APBD Kabupaten/Kota, Lembaga Donor, Corporate Social
Responsibility/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (CSR/PKBL) dan
partisipasi masyarakat.

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Hal. 3-50
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan

4.1.1. Pembangunan Bidang Ekonomi

1) Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung selama 5 tahun terakhir


(2008—2012) menunjukkan tren positif, namun terdapat 4 sektor yang
mengalami kecenderungan penurunan, :

a. Sektor Pertanian, merupakan sektor basis dengan LQ=3 dan


penyumbang terbesar dalam PDRB sebesar 40,33%, namun dalam
perkembangannya mengalami pertumbuhan yang cenderung
melambat sebesar 0,76% pertahun;

b. Sektor Pertambangan mengalami pertumbuhan yang cenderung


melambat rata-rata 11,2% pertahun;

c. Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan cenderung


melambat rata-rata 0,49% pertahun;

d. Sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan cenderung melambat


sekitar 1,95% pertahun.

2) Pada tahun 2012 impor bahan pangan masih tinggi, dapat dilihat dari
defisit neraca perdagangan luar negeri yang mencapai US25,9 juta;

3) Menurunnya produksi hasil perkebunan yang menjadi ciri khas Lampung


seperti kopi pada Tahun 2012 hanya 134 ribu ton, dibandingkan pada
Tahun 2011 produksi kopi sebesar 144 ribu ton. Sedangkan produksi lada
tidak mengalami penurunan, pada tahun 2012 dan tahun 2011 produksi
lada tetap 24 ribu ton.;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

4) Kondisi kawasan hutan di Provinsi Lampung cukup memprihatinkan,


dimana tingkat kerusakan masih 54,15% atau sekitar 544.085 ha dari luas
hutan yang ada. Kondisi kerusakan terparah adalah hutan produksi sekitar
76,48%, hutan konservasi 37,38% dan hutan lindung sekitar 62,73%.
Kecepatan upaya rehabilitasi lahan kritis dan reboisasi juga belum
sebanding dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Kerusakan hutan
tersebut diatas pada akhirnya akan dapat mengancam kepunahan plasma
nutfah dan menurunnya keanekaragaman hayati di Provinsi Lampung.

5) Menurunnya produksi perikanan tangkap dan budidaya, ditunjukkan


dengan data pada tahun 2012 hasil penangkapan perikanan laut turun
menjadi 144 ribu ton, hasil perikanan perairan umum 6,9 ribu ton,
budidaya laut 10 ribu ton, tambak sekitar 50 ribu ton, jaring apung sekitar
1.000 ton;

6) Perdagangan dan Koperasi menghadapi masalah:

a. Lebih dari 38% dari 4.548 koperasi tidak aktif

b. Rendahnya partisipasi anggota dalam pengembangan kegiatan usaha


koperasi

c. Rendahnya kompetensi manajerial SDM pelaku usaha UMKM.

d. Rendahnya akses: permodalan (informasi sumber permodalan,


kondisi UMKM yang belum bankable); pasar; penggunaan teknologi
tepat guna; informasi; dan kelembagaan.

e. Daya saing produk koperasi dan UMKM lebih rendah dibandingkan


produk-produk impor.

f. Pengembangan industri tidak berbasis potensi sumber daya lokal.

g. Penguasaan, Pemanfaatan dan Penerapan IPTEK rendah, berakibat


rendahnya inovasi produk dan proses produksi.

h. Kurangnya peningkatan produk berorientasi ekspor dan substitusi


impor.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

7) Infrastruktur listrik dan energi menghadapi masalah sebagai berikut:

a. Lampung mengalami defisit listrik sekitar 100—150 MW;

b. Rasio elektrifikasi hanya 71% sementara nasional 78%;

8) Infrastuktur Jalan mengahadapi permasalahan:

a. Kondisi jalan nasional 10% rusak berat dan 7% kritis;

b. Kondisi jalan provinsi 21,52% rusak berat dan 16,73% kritis;

9) Infrastruktur Irigasi menghadapi masalah:

a. Rendahnya penyediaan sumber daya air irigasi karena kerusakan


hutan

b. Kerusakan jaringan irigasi karena rendahnya pemeliharaan

10) Infrastruktur permukiman menghadapi masalah

a. Rendahnya cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi (limbah,


sampah, drainase)

b. Rendahnya penyediaan sumberdaya air baku untuk air minum

11) Sektor Perhubungan menghadapi masalah:

a. Belum terwujudnya sistem integrasi antarmoda angkutan

b. Masih tinggi tingkat over loading angkutan barang

c. Keberadaan bandar udara belum memadai untuk menampung


perkembangan jumlah penumpang dan barang

d. Banyaknya kapal-kapal penyeberangan yang sudah tua

12) Bidang Pendapatan dan Keuangan menghadapi masalah:

a. Porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung masih


dibawah 50%;

b. Belanja modal hanya 21,99% dari total belanja daerah;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

c. Belum mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dari dana


alokasi khusus (DAK) dan dekonsentrasi, dan potensi daerah
khususnya kerjasama dengan pihak swasta..

13) Bidang Penanaman Modal menghadapi masalah:

a. Pertumbuhan investasi cenderung positif namun kecil atau lambat;

b. Kualitas infrastruktur pendukung investasi masih belum memadai


dan belum merata seperti prasarana jalan dan listrik.

c. Konflik hubungan industrial seperti perbedaan pendapat tentang


penetapan besarnya upah minimum regional dan penggunaan tenaga
kerja dengan sistem outsourching.

14) Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menghadapi masalah

a. Lemahnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata (ODTW) serta


sarana dan prasarana

b. Belum meratanya pembangunan pariwisata

c. Kurangnya sadar wisata masyarakat

d. Masih rendahnya SDM yang profesional di bidang pariwisata

e. Ekonomi kreatif belum berkembang

15) Bidang Ketahanan Pangan menghadapi masalah:

a. Masih tingginya impor bahan pangan

b. Pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh


seluruh lapisan mayarakat

c. Penganekaragaman/diversifikasi pangan masih terbatas

16) Bidang Perencanaan Pembangunan menghadapi masalah:

a. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi (KISS) antar dokumen


perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah, dan provinsi
dan kabupaten belum optimal

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

b. Kualitas dan kuantitas SDM perencanaan belum memadai

c. Database dan peta belum terintegrasi

17) Bidang Penataan Ruang menghadapi masalah:

a. Belum memadainya pranata data bidang penataan ruang khususnya


rencana rinci tata ruang

b. Tidak konsistennya perencanaan tata ruang dengan pemanfaatan


ruang

c. Terdapat deviasi pemanfaatan ruang karena lemahnya pengendalian


pemanfaatan ruang

18) Bidang Komunikasi dan Informatika menghadapi masalah:

a. Pemanfaatan internet dalam penyelenggaraan pemerintah belum


optimal

b. Penyebarluasan informasi terkait kebijakan pemerintah belum


optimal

c. E-Government masih sangat terbatas

19) Bidang Penangggulangan Bencana menghadapi masalah:

a. Masih rendahnya kualitas SDM dalam penanggulangan bencana

b. Keterpaduan dalam penanggulangan dan penanganan bencana belum


terbangun

20) Bidang Lingkungan Hidup menghadapi masalah:

a. Masih tinggi tingkat pencemaran sungai dan lingkungan lainnya

b. Kerusakan kawasan pesisir dengan ditandai kekeringan hutan


mangrove

c. Rendahnya pemahaman dan keberadaan masyarakat akan pelestarian


lingkungan hidup

d. Penggundulan dan penggalian bukit – bukit.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

e. Pengawasan atas pencemaran lingkungan masih sangat terbatas

f. Kapasitas organisasi dan SDM masih sangat terbatas

4.1.2. Pembangunan Sosial Budaya

1) Bidang Pendidikan menghadapi masalah:

a. Rata-rata lama sekolah hanya 7,44 tahun berarti tingkat pendidikan


sampai dengan kelas 1 SMP, program pendidikan 9 tahun belum
optimal;

b. Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMU rendah hanya 59,80%;

c. Angka Partisipasi Murni (APM) SMU rendah hanya 45,980%;

d. Angka buta huruf masih di atas rata-rata nasional yaitu 7,19%;

e. Rasio guru ideal, namun distribusi guru tidak merata

2) Bidang Kesehatan menghadapi masalah:

a. Angka Kematian Ibu (AKI) nasional yaitu 359 per 100.000 KH (SDKI,
Tahun 2012);

b. Masih tingginya kasus kematian ibu Provinsi Lampung yaitu 158


kasus (2013)

c. Masing tinggi Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Lampung sebesar


30 per 1.000 KH (SDKI, 2012) dan kasus kematian bayi 159 kasus;

d. Masih tingginya angka kematian anak balita 32 per 1.000 KH (SDKI,


2012);

e. Masih tingginya angka kematian kasus kematian balita 32 per


1000KH = 64 kasus;

f. Masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan


dasar, rasio puskesmas 3,68 per 100.000 penduduk, dibawah
nasional 3,89;

g. Rasio posyandu 1,07 terendah ketiga nasional;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

h. Rasio Puskesmas 1: 28.041 (2012), idealnya 1: 20.000

i. Rasio Dokter rendah, Lampung 11,4 ; nasional 13,7

j. Rasio Perawat: nasional 96,2 dan Lampung 70,85 (2012)

3) Bidang Hukum, Ketertiban, dan Keamanan Masyarakat menghadapi


masalah:

a. Masih tingginya gangguan keamanan dan kriminalitas

b. Rentan terhadap konflik horizontal

c. Masih banyaknya konflik tanah antar masyarakat, antara masyarakat


dengan perusahaan, dan masyarakat dengan pemerintah

d. Belum memadainya landasan hukum bagi pelaksanaan urusan


pemerintahan dan pembangunan

4) Bidang Kebudayan menghadapi masalah:

a. Masih rendahnya apresiasi dan perlindungan terhadap budaya lokal

b. Kuatnya pengaruh budaya asing kepada generasi muda

c. Masih rendahnya promosi budaya lokal di dalam dan luar negeri

d. Pemanfaatan nilai budaya bagi pembangunan masih terbatas

e. Terjadinya degradasi penggunaan bahasa lokal dalam lingkungan


masyarakat

5) Bidang Pemuda dan Olahraga menghadapi masalah

a. Rendahnya produktivitas pemuda dalam pembangunan

b. Melemahnya karakter bangsa pada generasi muda

c. Merebaknya bahaya narkoba di kalangan generasi muda

d. Terbatasnya ketersediaan sarana olah raga berskala nasional

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

e. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk mewadahi aktivitas dan


kreativitas generasi muda generasi muda yang lebih berkualitas dan
mandiri

f. Lemahnya pola pembinaan bagi atlet

g. Kurangnya frekuensi kejuaraan olah raga tingkat provinsi maupun


nasional

h. Rendahnya mental juara dan sportifitas

6) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak menghadapi


masalah:

a. Indeks Pembangunan Gender 63,50 Nomor 9 di Sumatera (Nasional


67,80)

b. Indeks Pemberdayaan Gender 65,86 Nomor 4 di Sumatera (Nasional


69,14)

c. Masih rentan permasalahan traficking terhadap perempuan dan anak

7) Bidang Pemberdayaan Masyarakat menghadapi masalah:

a. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan;

b. Belum optimalnya kelembagaan dan kualitas aparatur desa;

c. Rendahnya kemampuan masyarakat desa dalam mengakses


kesempatan berusaha.

d. Rendahnya pemanfaatan nilai budaya masyarakat untuk mendorong


percepatan pembangunan

e. Minimnya penggunaan dan pemanfaatan Iptek Masyarakat pedesaan


untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan

8) Bidang Sosial menghadapi masalah:

a. Kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang masalah


kesejahteraan sosial (PMKS);

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

b. Tingginya urbanisasi dari desa ke kota atau keluar provinsi;

c. Belum terintegrasinya penanganan penduduk miskin

d. Tingginya kesenjangan sosial antara desa dan kota dan antara


individu dengan indivudu lainnya.

e. Belum terbangunnya komunikasi yang konstruktif antar kelompok


masyarakat dari berbagai latar belakakng (social, ekonomi, budaya,
dan agama)

9) Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian menghadapi masalah:

a. Kualitas tenaga kerja masih rendah;

b. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata;

c. Tingginya tingkat pengangguran terbuka usia muda;

d. Keterbatasan penyediaan infrastruktur wilayah transmigrasi;

e. Belum optimalnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat


transmigrasi

f. Balai Latihan Kerja di Provinsi Lampung kekurangan guru pengajar


dan peremajaan peralatan

10) Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil menghadapi masalah:

a. Belum selesainya program administrasi dokumen kependudukan

b. Penduduk migran belum terdokumentasi secara baik

11) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera menghadapi masalah:

a. Kualitas pelayanan belum maksimal sehingga intensifikasi pelayanan


KB sangat penting;

b. Belum optimalnya ketahanan keluarga;

c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk ber-KB.

12) Bidang Penelitian dan pengembangan inovasi daerah:

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

a. Pemanfaatan data kajian penelitian pengembangan dalam proses


perencanaan masih belum optimal.

b. Masih kurangnya kepekaan peneliti dalam menangkap fenomena


problematik yang terjadi dalam masyarakat untuk menjadi obyek
penelitian.

c. Belum memadainya pengetahuan teori dan informasi para peneliti


dan SDM bidang penelitian dan pengembangan.

4.1.3. Pembangunan Otda, Politik Dalam Negeri, Pemerintahan Umum,


Administrasi Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian

1) Bidang Otda, Politik Dalam Negeri, Pemerintahan Umum, Administrasi


Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian menghadapi
masalah:

a. Belum sinkronnya impelementasi peraturan antara tingkat pusat dan


daerah

b. Penegakkan hukum masih lemah dan belum optimalnya


perlindungan hukum dan HAM

c. Organisasi pemerintahan daerah masih belum sesuai dengan bidang


urusan sesuai dengan kondisi lokal, dan belum sesuai dengan bidang-
bidang urusan pada organisasi pemerintah.

d. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah


yang belum sepenuhnya melaksanakan pemerintahan yang bersih
(Clean Government)

e. Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya melaksanakan


prinsip good governance

f. Masih rendahnya kapasitas dan profesionalitas SDM aparatur

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

g. Pendataan aset belum terselesaikan dan adanya aset-aset yg belum


tersertifikasi;

h. Pendapatan daerah dari BUMD masih sangat terbatas

i. Pelayanan publik masih belum sesuai harapan masyarakat

2) Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri menghadapi masalah:

a. Pendidikan politik masyarakat masih rendah

b. Terdapat potensi gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban


masyarakat yang bernuansa SARA.

c. Terdapat potensi gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban


masyarakat karena latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan politik
dan yang bernuansa SARA

3) Bidang Pertanahan menghadapi masalah:

a. Lahan belum bersertifikat

b. Banyak masalah batas wilayah, baik antar kabupaten, maupun antar


provinsi.

c. Lamanya proses penyelesaian sengketa pertanahan antara


pemerintah, perusahaan dan masyarakat

d. Okupasi tanah negara oleh masyarakat

4.2. Isu Strategis

1. Pada tahun 2015, apabila AEC tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar
tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa,
investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih
bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang
bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

2. Provinsi Lampung berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I


dengan konsekwensi Provinsi Lampung berada pada jalur laut/udara yang
terbuka dengan dunia luar sehingga bisa dilalui kapal dan pesawat udara
asing, kondisi ini bisa dimanfaatkan menjadi jalur perdagangan ilegal
(human traficking, ilegal fishing, ilegal logging).

3. Lokasi strategis Provinsi Lampung menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera


namun daya dukung infrastruktur seperti jaringan transportasi darat baik
lintas timur maupun lintas barat guna memperlancar arus barang dan
orang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa dan sebaliknya dalam kondisi
rusak;

4. Persaingan antardaerah yang ketat di mana efisiensi, produktivitas dan


nilai tambah menjadi pertimbangan kinerja. Menjadikan Provinsi Lampung
relatif tertinggal dibanding daerah lain yang lebih efisien dan produktif
dalam menciptakan nilai tambah yang tinggi. Sehingga berakibat pada
beratnya peningkatan keunggulan daerah (komparatif dan kompetitif)
secara sektoral, komoditas dan jasa unggulan;

5. Dengan adanya penerapan standardisasi barang dan jasa yang dikaitkan


dengan isu lingkungan, HAM, dan buruh berakibat menjadi terhambatnya
perdagangan akibat lemahnya pemahaman isu global. Hal ini menuntut
Pemda perlu melakukan pengembangan kebijakan yang responsif
terhadap isu, kesepakatan dan hukum internasional;

6. Adanya perubahan teknologi dan informasi harus dilihat sebagai potensi


untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Hal ini
menuntut untuk dilakukan pengembangan ekonomi kreatif dan berbasis
iptek (knowledge-based economy).

7. Di alam demokrasi sekarang ini proses politik menjadi mahal sehingga


menimbulkan pemborosan uang negara yang merupakan investasi yang
tidak produktif. Pemerintah dan Pemerintah daerah perlu melakukan

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

percepatan konsolidasi demokrasi untuk mencegah pemborosan yang


lebih besar lagi.

8. Terjadinya konflik kepentingan antara legislatif dan eksekutif yang


mengakibatkan tidak optimalnya kinerja birokrasi dalam pelayanan
publik.

9. Ketidapastian hubungan pusat, provinsi dan kabupaten/kota telah


memunculkan lemahnya koordinasi dan sinergi pusat-daerah, tidak
optimalnya pengelolaan anggaran negara dan daerah, dan konflik
antardaerah. Karena itu pemerintah harus mengembangkan forum-forum
kerjasama antardaerah;

10. Rendahnya mutu layanan publik: Standar Pelayanan Minimal


mengakibatkan lambatnya peningkatan kesejahteraan rakyat dan
kemajuan daerah. Diperlukan regulasi pemerintah yang bertujuan
mengembangkan dan pelaksanaan manajemen berbasis kinerja;

11. Lemahnya manajemen sumberdaya dan asset daerah: tata ruang, SDA,
tanah, dan laut telah mengakibatkan tidak optimalnya pengelolaan
sumberdaya secara berkelanjutan sehingga meningkatkan kerusakan
lingkungan. Perlu upaya penataan dan pengembangan manajemen sumber
daya dan asset daerah, perencanaan tata ruang dan tata guna lahan;

12. Belum berjalannya reformasi birokrasi daerah telah memunculkan


ketidakpastian dan kelambanan, karenanya dibutuhkan pengembangan
sistem insentif dan disinsentif;

13. Lemahnya kerjasama dan kemitraan pemerintah dan swasta


mengakibatkan rendahnya investasi, pemerintah perlu melakukan
perencanaan dan pengembangan kerjasama pemerintah dan swasta

14. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan yang terendah di Pulau


Sumatera yaitu hanya 72,45;

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

15. Perkembangan jumlah penduduk Provinsi Lampung dengan laju


pertumbuhan ± 1,23% selama 10 tahun terakhir, memberikankan
konsekuensi dari kondisi tersebut adalah ketersediaan ruang, lapangan
kerja, dan lain-lain dengan tetap memperhatikan keseimbangan dengan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

16. Masih tinggi angka kemiskinan di Lampung yaitu 14,86%, masih diatas
rata-rata nasional sekitar 11,66%;

17. Kerusakan hutan di Provinsi Lampung hingga tahun 2012 sudah mencapai
55% dari luas yang ada akibat berbagai tekanan pembangunan dan
aktivitas masyarakat. Potensi ekonomi dari kawasan hutan berupa hasil
hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan keanekaragaman hayati belum
termanfaatkan secara maksimal.

18. Beberapa daerah-daerah berpotensi ekonomi (Tanggamus, Lampung


Barat, Lampung Timur, Mesuji, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat,
Lampung Selatan, Lampung Utara dan Way Kanan) belum terlayani oleh
sarana dan prasarana yang memadai.

19. Masih banyaknya lahan-lahan produktif di wilayah kabupaten yang belum


termanfaatkan secara optimal.

20. Terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah, khususnya antara


Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi dengan kabupaten-kabupaten
di Provinsi Lampung.

21. Menurunnya daya dukung lingkungan yang ditandai dengan semakin


tingginya frekuensi terjadinya bencana banjir pada musim hujan dan
terjadinya kelangkaan air pada musim kemarau.

22. Kerusakan ekosistem pesisir dan pantai, pendangkalan dan pencemaran


sungai, semakin meningkatnya polusi udara di lingkungan perkotaan, dan
semakin punahnya fauna dan flora lokal.

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2014—2019

23. Masih tingginya konflik pertanahan antara masyarakat dengan pemerintah


(negara) dan masyarakat dengan perusahaan (negara/swasta)

24. Adanya peningkatan penggunaan teknologi dan informasi harus dilihat


sebagai potensi yang mendukung percepatan sinkronisasi pelaksanaan
pembangunan di daerah Kabupaten/Kota

Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategik


Hal. 4-15
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1. Visi

Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk di wujudkan. Secara ontologis, visi
merupakan das sollen, yaitu apa yang sebenarnya menjadi tujuan atau keinginan
yang ideal yang disepakati oleh seluruh stakeholders dan terkristalisasi dalam
bentuk jati diri.

Pada umumnya visi dibangun untuk mendorong semangat seluruh stakeholders


agar dapat berperan serta aktif dalam pembangunan dan sekaligus sebagai
inspirasi untuk menggerakkan seluruh kemampuan stakeholders untuk secara
bersama dan sinergis membangun daerah.

Masyarakat Lampung berkehendak untuk menjadikan visi pembangunan


sebagai aspirasi, peta jalan atau langkah strategik, energi masyarakat untuk
pembangunan, dan identitas masyarakat untuk bergerak ke arah yang lebih
maju, baik secara komparatif ataupun secara kompetitif. Visi pembangunan
Provinsi Lampung ini merupakan kondisi akhir daerah dan wilayah Lampung
yang dikehendaki oleh seluruh komponen pemangku kepentingan
(stakeholders) di Provinsi Lampung dalam periode 2015—2019.

Visi Provinsi Lampung juga memperhatikan janji-janji kampanye gubernur


terpilih yaitu :

a. Bidang Infrastruktur. Menyediakan infrastruktur jalan dan jembatan di

seluruh Lampung untuk memperlancar roda perekonomian rakyat.

b. Bidang Investasi. Sistem perizinan yang cepat, mudah, dan murah

c. Bidang Reformasi Birokrasi. Pemerintahan yang bersih, transparan,

profesional dan berjiwa memberi dan dan melayani.

Visi dan Misi


Hal. 5-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

d. Bidang Pemerintahan. Membangun infrastruktur pendukung pertanian

dan mengembangkan kawasan sentra komoditas unggulan pertanian

untuk mencapai swasembada dan ketahan pangan daerah.

e. Bidang Kesehatan. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan

mempermudah birokrasi.

f. Bidang Pendidikan. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan

melestarikan budaya daerah lampung.

Hal-hal penting memasuki tahapan III dari RPJPD Provinsi Lampung, adalah:

1. Mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan pemerataan kualitas


dan kesejahteraan antar wilayah;
2. Dinamika ekonomi yang atraktif dimantapkan dengan memperluas
jangkauan jaringan kerja kegiatan ekonomi dalam skala Nasional dan
Internasional.
3. Pengembangan, Pemanfaatan dan penerapan Iptek serta Penguatan Inovasi
pada upaya optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya dan
infrastruktur.

Oleh karenanya penting sekali menjadikan visi pembangunan Provinsi Lampung


menjadi visi bersama (shared vision). Dengan mendasarkan modal dasar
Provinsi Lampung, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan
mengacu pada visi pembangunan jangka panjang Indonesia Tahun 2005-2025
dan visi pembangunan jangka panjang Provinsi Lampung Tahun 2005-2025,
maka visi dalam RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015—2019 adalah:

“LAMPUNG MAJU DAN SEJAHTERA 2019 ”

Maksud Visi di atas adalah:

Provinsi Lampung Merupakan Daerah Yang Maju dan Berdaya Saing

Maju mempunyai konotasi modern atau industrialized. Kemajuan mencakup


domain perekonomian, Iptek dan inovasi, pendidikan, dan civilization (politik

Visi dan Misi


Hal. 5-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

dan hukum). Perekonomian yang maju umumnya berbasis industri,


perdagangan, dan jasa, didukung oleh infrastruktur yang mantap dan memadai.
Proses produksi didukung oleh penerapan sains dan teknologi yang kental.
Tingkat pendapatan masyarakat tinggi dengan pembagian yang lebih adil dan
merata.

Sebagaimana diuraikan dalam visi pembangunan nasional, kemajuan suatu


bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang erat
antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk
derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang tinggi dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil;
angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih
baik. Secara keseluruhan kualitas sumberdaya manusia yang makin baik akan
tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.

Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi Lampung menjadi


daerah dengan kinerja ekonomi tinggi. desa/kampung/pekon tertinggal yang
ada di Lampung memiliki porsi relatif besar dari jumlah penduduk yang ada.
Pengangguran yang tinggi mencapai lima persen dari jumlah penduduk. Kondisi
ini paradok dengan potensi atau kekayaan wilayah yang dimiliki oleh Provinsi
Lampung dan kedekatan dengan pusat ekonomi nasional DKI Jakarta yang
dapat ditempuh dalam waktu 25-40 menit melalui pesawat udara dan enam jam
dengan moda transportasi darat dan laut. Kondisi ini menjadi motivasi untuk
mencapai visi menjadi provinsi maju dengan merancang strategi pembangunan
yang memungkinkan untuk terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi yang konsisten
dan persisten. Masyarakat Lampung akan memanfatkan secara optimal segala
bentuk peluang dan kesempatan pada wilayah lain di Indonesia bahkan di luar
negeri untuk kemajuan demi terwujudnya masyakarat yang makmur. Pada era
globalisasi sekarang masyarakat Lampung akan meningkatkan kemampuan dari
yang sudah ada dalam mekanisme perdagangan bebas. Sebagai bangsa pejuang,
semua elemen pemangku kepentingan akan berjuang secara proaktif untuk
keluar dari keterpurukan sehingga menjadi sejajar dengan masyarakat yang
lebih maju di Provinsi di luar Lampung dengan senantiasa menjunjung tinggi

Visi dan Misi


Hal. 5-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

nilai-nilai kebangsaan seperti yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Tahun 1945.

Untuk menjadi daerah yang maju syarat yang harus dipenuhi adalah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pemanfatan sumberdaya alam
secara berkelanjutan, penciptaan iklim usaha kondusif untuk peningkatan
investasi, peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan yang mendukung
terwujudnya organisasi berkewirausahaan (entrepreneuring government),
pemanfaatan Iptek dan inovasi secara optimal, ketersediaan infrastruktur fisik
serta infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.

Kemajuan hanya dicapai oleh manusia berkualitas, oleh karena itu menciptakan
manusia yang berkualitas adalah tujuan pokok. Sentral dari pembangunan
adalah manusia, oleh karena itu kehandalan strategi peningkatan sumber daya
manusia akan menjamin terwujudnya penduduk yang berkualitas. Sumber daya
manusia berkualitas memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan
berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan penduduk
ditandai oleh makin meningkatnya partisipasi pendidikan menengah dan
tinggi ditandai dengan jumlah tenaga ahli serta profesional yang dihasilkan
oleh sistem pendidikan.

Dengan tingginya kualitas sumberdaya manusia akan terjadi proses


perberdayaan ekonomi rakyat secara alamiah dalam masyarakat pada
gilirannya akan mendorong kemajuan berbagai sektor pembangunan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam semua sektor pembangunan
dan elemen pemangku kepentingan akan menjadi penentu terwujudnya daya
saing daerah. Daya saing ditentukan juga oleh ketersediaan infrastruktur dan
sarana pendukung dengan kualitas tinggi, pemanfaatan ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi dan komunikasi.

Provinsi Lampung Memiliki Birokrasi Pemerintah Yang Bersih Bebas


Korupsi dengan Tatakelola Pemerintahan yang Baik dan Pemerintah yang
Berorientasi Melayani.

Birokrasi pemerintahan visioner juga akan menjadi faktor pendukung manakala


dapat mendorong dengan kebijakan, menfasilitasi dan melindungi proses

Visi dan Misi


Hal. 5-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

peningkatan kemakmuran yang berbasis pada prinsip kewirausahaan. Kualitas


birokrasi demikian akan berindikasi pada kemampuan manajemen
pemerintahan yang bersih bebas korupsi (clean government) dengan
mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) yang
berorientasi pelayanan publik secara prima.

Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat memastikan


tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan yang disajikan. Dimensi pelayanan
yang menjadi fokus peningkatan kualitas pelayan publik adalah: prosedur
pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kedisiplinan
petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan petugas
pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan
dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan,
kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan.

Akhirnya dari segi perekonomian, birokrasi pemerintahan daerah yang baik


akan mampu mengalokasikan belanja pembangunan dari hasil pengembangan
ekonomi daerah, implikasinya pemerintah harus mendorong PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) setinggi-tingginya untuk menciptakan sumber PAD
(Pendapatan Asli Daerah).

Provinsi Lampung Merupakan Daerah yang Berkemandirian dan


Berkeadilan Sosial, Politik, Hukum, Ekonomi serta Disokong Oleh Proses
Demokratisasi.

Menjadi provinsi yang maju dan sejahtera diantara provinsi di Indonesia adalah
cita-cita yang ingin diwujudkan oleh seluruh masyarakat Lampung. Pemahaman
untuk menjadi Lampung maju dan sejahtera memiliki pengertian bahwa
masyarakat Lampung sebagai bagian dari bangsa Indonesia akan menentukan
nasib sendiri dengan segala potensi yang dimiliki oleh sumberdaya wilayah dan
sumberdaya manusianya sebagai bentuk kemandirian dan kemajuan.

Kemajuan dan kesejahteraan akan terjadi ketika keswasembadaan atau


kemandirian dalam berbagai kebutuhan kehidupan dan pembangunan tercapai.
Swasembada pangan, pertanian non pangan, energi, dan produk teknologi
mengurangi ketergantungan sumber dari luar negeri. Hasil produksi dari

Visi dan Misi


Hal. 5-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

berbagai sektor perekonomian menonjol secara kualitas dan produktifitas.


Swasembada harus menjadi fokus perhatian untuk mengurangi ketergantungan
dan kerawanan serta menciptakan daya tahan tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak ekonomi dunia. Keswasembadaan dapat dicapai
sejatinya adalah memanfaatkan keunggulan secara maksimal. Selain
swasembada, kesejahteraan akan terwujud ditentukan oleh kepastian hukum,
etika politik luhur yang menjunjung tinggi budaya demokrasi, ketentraman dan
ketertiban, budaya kerja keras masyarakat. Dalam proses pembangunan
Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Lampung harus dapat memastikan
keterlibatan penuh dari masyarakat dalam peningkatan perekonomian.

Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang civilized dan berkeadilan (justice
for all) yang memiliki sistem dan kelembagaan politik, dan hukum yang mantap,
serta berkehidupan demokratis, tidak diskriminatif dalam bentuk apapun,
bebas berpendapat, menggunakan hak politik, kesamaan di depan hukum,
menjunjung tinggi HAM, beretika, disiplin, tertib, serta menghargai profesi.

Provinsi Lampung Merupakan Daerah Sejahtera Dengan Budaya Luhur

Sejahtera mempunyai konotasi whealthy atau prosperous. Masyarakat yang


sejahtera berarti secara ekonomi makmur, dengan pembagian yang lebih adil
dan merata. Jumlah penduduk terkendali (laju pertumbuhan lebih rendah)
derajat kesehatan tinggi, angka harapan hidup tinggi, dan kualitas pelayanan
sosial lebih baik. Masyarakat sejahtera terjamin hak-haknya dan berkesempatan
sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan,
kesehatan, dan pelayanan sosial, serta kebutuhan dasar yang layak.

Tanah Sai Bumi Ruwa Jurai, sejahtera melalui revitalisasi dan transformasi
budaya Lampung, masyarakat Lampung menjadi lebih kreatif, produktif, dan
inklusif yang berorientasi pada peningkatan kesejahterahteraan dengan segala
potensi dan kelebihan yang dimiliki.

Dengan revitalisasi dan transformasi budaya Lampung, masyarakat


memperoleh perlindungan keamanan, ketentraman, dan ketertiban. Masyarakat

Visi dan Misi


Hal. 5-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

sejahtera umumnya berkehidupan religius dan bermoral tinggi, rukun,


harmonis, berbudaya, berkesenian, dan berolahraga.

5.2. Misi

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Lampung


Tahun 2015-2019, dirumuskan 5 (lima) Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian


daerah.
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan
pelayanan sosial.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, iptek dan inovasi, budaya
masyarakat, dan toleransi kehidupan beragama yang toleran.
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang
berkelanjutan.
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis
kearifan lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan
antisipatif.

Misi 1. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian


Daerah.

Misi ini adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth)
melalui pengembangan potensi dan keunggulan yang dimiliki Provinsi Lampung
dengan memperkuat investasi (pro investment) diberbagai sektor dan ekonomi
yang berbasis kerakyatan dan kemitraan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat
ditandai juga oleh upaya pemerataan dengan trickle down effect yang tinggi.

Upaya memperkuat ekonomi Lampung dengan mengembangkan potensi dan


keunggulan yang dimiliki dengan orientasi ekonomi nasional dan global.
Ekonomi berbasis agro terus dimantapkan dan diperkuat, kemudian
ditransformasikan ke ekonomi berbasis industri, perdagangan, dan jasa
berbasis teknologi. Investasi baru (dalam dan luar negeri) harus dipacu untuk
memperluas kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi dan pemerataannya
harus diorientasikan untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan

Visi dan Misi


Hal. 5-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

pendapatan masyarakat, dan menurunkan jumlah penduduk miskin.


Pembangunan ekonomi tidak mengeksploitisasi sumber daya alam dan tidak
merusak lingkungan.

Perkuatan ekonomi merupakan penciptaan daya saing berkelanjutan atau


sustainable competitive advantage sebagai hasil dari pengelolaan sumber daya
didukung kompetensi yang tinggi (core competence). Produktivitas barang dan
jasa yang dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya saing sehingga
meningkatkan nilai tambah produk dan kemandirian daerah. Penguatan
kemandirian daerah diindikasikan oleh kapasitas fiskal yang tinggi terutama
dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi.

Dampak akhir dari pembangunan ekonomi Lampung adalah kesejahteraan


sosial yang berkeadilan. Kesejahteran dicapai melalui pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 1 antara lain: Urusan Pertanian,
Urusan Kelautan dan Perikanan, Urusan Kehutanan, Urusan Perindustrian,
Urusan Perdagangan, Urusan Ketahanan Pangan, Urusan Koperasi dan UMKM,
Urusan Penanaman Modal dan Perijinan, serta Urusan Pariwisata.

Misi 2. Meningkatkan Infrastruktur Untuk Pengembangan Ekonomi Dan


Pelayanan Sosial.

Misi ini adalah upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas


infrastruktur guna pengembangan ekonomi daerah dan pelayanan sosial.
Melalui misi ini mulai diletakkan dasar pembangunan infrastruktur dasar dan
pengembangan infrastuktur skala tinggi yang bersifat visioner, fungsional,
sekaligus monumental. Pembangunan infrastruktur yang dimaksud juga
meliputi pengembangan cakupan infrastruktur (transportasi, darat, air, sungai,
dan udara, energi, dan telematika) yang berorientasi pada pengembangan
ekonomi lokal dalam bingkai pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan
infrastruktur ini diorientasikan untuk menarik investasi (dalam dan luar negeri)
lebih lanjut dalam rangka pengembangan daerah secara keseluruhan serta
untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi kebutuhan dasar masyarakat.

Visi dan Misi


Hal. 5-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 2 antara lain: Urusan Pekerjaan
Umum, Urusan Perhubungan, Urusan Penataan Ruang, Urusan Perumahan,
Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral, serta Urusan Ketransmigrasian.

Misi 3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan Iptek dan Inovasi,


Kesehatan, Budaya Masyarakat, dan Toleransi Kehidupan Beragama.

Misi ini adalah upaya mengembangkan dan memperkuat kualitas sumber daya
manusia (SDM) dengan mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang. Pengembangan SDM berkualitas
didukung dengan peningkatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak, kualitas jasmani (keolahragaan), kesehatan dan pengendalian
pertumbuhan penduduk dan transmigrasi. Pada gilirannya, SDM yang
berkualitas akan mampu menguasai, mengembangkan, memanfaatkan Iptek
dan inovasi, diperkuat ciri yang inovatif dalam berbagai aspek kehidupan. Bagi
golongan masyarakat kurang mampu peningkatan kualitas SDM akan didukung
oleh pelayanan kesejahteraan sosial yang memadai.

Peningkatan kualitas budaya masyarakat Lampung yang direaktualisasi,


direvitalisasi, dan ditransformasi, melalui redefinisi 5 (lima) prinsip kehidupan
masyarakat Lampung, yaitu:1. Pi'il Pesenggiri; 2. Sakai Sambayan; 3. Nemui
Nyimah; 4. Nengah Nyappur; dan 5. Bejuluk Beadek. Redefinisi prinsip
kehidupan Lampung menitikberatkan pada pemaknaan budaya yang
konstruktif, transformatif, kreatif, dan produktif serta bernilai sosial dan
ekonomi yang tinggi.Sebagai upaya menopang masyarakat berbudaya, perlu
dibina masyarakat yang agamis(beriman, bertaqwa, toleran, dan berbudi
pekerti luhur).

Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 3 antara lain: Urusan


Pendidikan, Urusan Perpustakaan, Urusan Kesehatan, Urusan Kebudayaan,
Urusan Sosial, Urusan Ketenagakerjaan, Urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera, Urusan
Kepemudaan dan Olahraga, dan Urusan Agama

Visi dan Misi


Hal. 5-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Misi 4. Meningkatkan Pelestarian SDA dan Kualitas Lingkungan Hidup yang


Berkelanjutan.

Misi ini merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara keberadaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Keseimbangan ini
diupayakan dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan
kehidupan pada masa kini dan masa depan, serta mengantisipasi perubahan
iklim global. Pemanfaatan ruang diupayakan serasi antara penggunaan untuk
pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, serta upaya konservasi dan pemanfaatan
nilai ekonomis sumber daya alam yang berkelanjutan.

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung


kualitas kehidupan diperbaiki dengan meningkatkan kelestarian dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
Selain itu juga diupayakan memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan
pada semua fasilitas umum, sosial dan wilayah pemukiman.

Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 4 antara lain: Urusan


Lingkungan Hidup, Urusan Energi Sumberdaya Mineral, Urusan Kehutanan.

Misi 5. Menegakkan Supremasi Hukum, Mengembangkan Demokrasi


Berbasis Kearifan Lokal, dan Memantapkan Kepemerintahan yang
Baik dan Antisipatif.

Misi ini adalah upaya untuk mendukung pemantapan profesionalisme aparat


keamanan dalam melindungi dan mengayomi masyarakat. Juga dimaksudkan
untuk memantapkan kelembagaan demokrasi yang kokoh, memperkuat peran
masyarakat sipil, menjamin pengembangan dan kebebasan pers, melakukan
pembenahan struktur hukum, meningkatkan kesadaran hukum, dan
menegakkan hukum serta memberantas KKN.

Juga upaya mewujudkan kepemerintahan daerah yang baik, sehingga terwujud


pemerintah yang bersih, berwibawa, bertanggung jawab, dan profesional yang
berorientasi pada pelayanan publik yang efektif, efisien dan berkeadilan dengan
berorientasi pada pelayanan publik prima.

Visi dan Misi


Hal. 5-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 5 antara lain:Urusan Otonomi


Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian, Urusan Pertanahan, Urusan Perencanaan
Pembangunan, Urusan Komunikasi dan Informatika, Urusan Statistik, Urusan
Kearsipan, Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, Urusan
Kependudukan dan Catatan Sipil, Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

5.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan


pemerintahan daerah dalam mendukung pelaksanaan misi. Pernyataan tujuan
dan sasaran dipaparkan pada satu matriks berkaitan dengan setiap misi, yaitu:

Visi dan Misi


Hal. 5-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tabel 5.1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Provinsi Lampung

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
Misi Kesatu: Meningkatkan 1. Peningkatan pertumbuhan 1. Kontribusi sektor 35,25% 35,80% 35,73% 35,68% 35,63%
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kontribusi sektor pertanian terhadap
Pembangunan dan mengurangi pertanian terhadap PDRB PDRB Provinsi
Ekonomi ketimpangan Provinsi Lampung; Lampung
memperkuat pembangunan daerah 2. Kontribusi sektor 6,20% 6,50% 6,83% 7,17% 7,53%
dan perkebunan terhadap
Kemandirian PDRB
Daerah 3. Kontribusi sektor 5,69% 6,77% 7,84% 8,92% 10%
peternakan terhadap
PDRB
4. Kontribusi sektor 7,74% 8,13% 8,54% 8,97% 9,42%
perikanan terhadap
PDRB
5. Kontribusi sektor 1,08% 1,39% 1,69% 2% 2%
kehutanan terhadap
PDRB
6. Nilai Tukar Petani 124,53 125,64 125,65 126,65 125,65
(NTP)
7. Nilai Tukar Nelayan 113,72 113,86 114 114,15 114,29
(NTN)
2. Terpenuhinya kebutuhan 1. PDRB per kapita 7,090 7,106 7,106-7,5 7,106-7.5 7,106-7,.5
konsumsi pangan per kapita (konstan)
masyarakat untuk memenuhi 2. Pola pangan harapan 87,50% 89,50% 91,70% 93,50% 95,00%
kecukupan energi; melalui peningkatan
diversifikasi pangan
3. Pengeluaran 298.064 312.967 328.615 345.046 362.298
konsumsi pangan per
kapita per bulan
4. Pengeluaran 245.532 257.809 270.699 284.234 298.446
konsumsi non pangan
per kapita per bulan

3. Meningkatnya pertumbuhan Kontribusi sub sektor 16,44% 17,33% 18,22% 19,11% 20,00%
dan kontribusi sektor industri pengolahan hasil

Visi dan Misi


Hal. 5-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
industri pengolahan terhadap pertanian terhadap PDRB
PDRB Provinsi Lampung; Prov. Lampung
4. Meningkatnya pertumbuhan 1. Kontribusi sub sektor 16,65% 17,48% 18,35% 18,35% 18,35%
dan kontribusi sub sektor perdagangan
perdagangan pada PDRB terhadap PDRB Prov.
Provinsi; Lampung

2. Pertumbuhan ekspor 6% 6,25% 6,30% 6,50% 6,70%


non migas
5. Meningkatnya peran 1. Jumlah koperasi aktif 65% 70% 70% 72% 75%
koperasi dan UMKM dalam
perekonomian daerah; 2. Jumlah UMKM 375.425 384.810 394.430 404.291 414.398
6. Peningkatan kontribusi 1. Jumlah proyek 10% 12% 13% 14% 15%
penanaman modal penanaman modal
(investasi) terhadap (PMA dan PMDN)
perekonomian daerah ; yang terealisasi
2. Laju pertumbuhan 9,94 10,94 12,03 13,24 14,56
investasi (PMTB) atas
dasar harga berlaku
7. Berkembangnya kontribusi 1. Kontribusi sektor 1,41 1,48 1,55 1,63 1,71
pariwisata pada pariwisata terhadap
perekonomian daerah. PDRB
2. Jumlah wisatawan 2.134.380 2.347.817 2.582.599 2.840.859 3.124.945
nusantara
3. Jumlah wisatawan 27.127 29.840 32.824 36.106 39.717
mancanegara
8. Peningkatan kontribusi Pertumbuhan PAD 2,64% 8,84% 10,28% 10,40% 10,23%
pendapatan asli daerah
(PAD).
Misi Kedua: Meningkatkan kuantitas 1. Tersedianya 1. Persentase 85,50% 87,25% 92,25% 93,25% 95,25%
Meningkatkan dan kualitas prasarana, infrastruktur/prasarana dan kemantapan jalan
Infrastruktur sarana, dan utilitas sarana transportasi yang negara
Untuk dasar wilayah. handal, terintegrasi dengan 2. Persentase 65,00% 70,00% 75,00% 80,00% 85,00%
Pengembangan sistem transportasi nasional kemantapan jalan
Ekonomi Dan untuk mendukung provinsi
Pelayanan pergerakan orang dan

Visi dan Misi


Hal. 5-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
Sosial barang;

2. Terwujudnya tata ruang Tercapaianya tingkat Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
wilayah sesuai arah kesesuaian antara
pemanfaatan ruang nasional, RTRW Provinsi
provinsi dan kabupaten/kota; Lampung dengan
penataan ruang

3. Tersedianya sumber daya air 1. Terpeliharanya 65% 70% 75% 80% 85%
yang handal dan berkualitas kondisi jaringan
untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan bangunan
rumah tangga (domestik), pelengkap
pertanian (irigasi), industri, 2. Pembangunan 12% 14% 16% 18% 20%
dan untuk berbagai embung dan
keperluan lainnya baik pada bangunan penampung
waktu sekarang maupun air lainnya
yang akan datang; 3. Rehabilitasi/pemeliha
raan bantaran dan 15% 12% 9% 6% 3%
tanggul sungai
4. Meningkatnya akses Jumlah pembangunan 12% 14% 16% 18% 20%
masyarakat terhadap sarana rumah baru per tahun
dan prasarana dasar
pemukiman (mencakup
persampahan, air bersih, air
limbah);
5. Meningkatnya cakupan 1. Kontribusi sektor 2,06 2,16 2,27 2,38 2,50
pelayanan dan kualitas pertambangan
infrastruktur energi dan terhadap PDRB
ketenagalistrikan di Provinsi 2. Rasio elektrifikasi 72% 73% 74% 76% 78%
Lampung dari 72 % menjadi rumah tangga
78% di akhir tahun 2019; 3. Rasio elektrifikasi 100% 100% 100% 100% 100%
rumah tangga

Visi dan Misi


Hal. 5-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
Misi Ketiga: 1. Meningkatkan indeks 1. Meningkatnya angka melek Angka melek huruf 96% 96,5% 97% 97,5% 98%
Meningkatkan pembangunan huruf.
kualitas pendidikan
pendidikan, masyarakat yang
2. Tuntasnya wajib belajar 1. Angka Partisipasi 108 110 112 114 116
kesehatan, cukup tinggi dan
pendidikan 9 tahun ; Kasar (APK)
Iptek dan berkualitas
SD/MI/Paket C
Inovasi,
2. APK SMP/MTs/Paket 94 95 96 97 98
budaya
B
masyarakat,
3. Angka Partisipasi 95 96 97 98 99
dan toleransi
Murni (APM)
beragama
SD/MI/Paket A
4. Angka APM 74 75 76 77 78
SMP/MTs/Paket B
5. Angka rata-rata lama 7,50 7,55 7,60 7,65 7,70
sekolah
3. Meningkatnya tingkat 1. APK SMA/SMK/MA 70 72 74 76 78
pendidikan masyarakat ke /Paket C
jenjang menegah dan tinggi; 2. APM SMA/SMK /MA /
Paket C 62 64 66 68 70
2. Meningkatkan indeks 1. Meningkatnya akses dan Persentase 100% 100% 100% 100% 100%
pembangunan dan mutu pelayanan kesehatan terlaksananya
derajat kesehatan terutama untuk kesehatan koordinasi, pemantauan
masyarakat ibu dan anak dengan dan evaluasi serta
menurunkan AKB dari pembinaan dan
7,11/1000KH Tahun 2012 pengembangan bidang
menjadi 6,6/1000 KH Tahun kesehatan dan
2019 pelayanan KB di
Kab/Kota se-Provinsi
Lampung
3. Mewujudkan 1. Terinternalisasinya nilai-nilai Pemanfaatan nilai-nilai 100% 100% 100% 100% 100%
kehidupan budaya dan kearifan lokal tradisional, peninggalan
masyarakat yang kesejarahan,
berbudaya kepurbakalaan dan
museum bagi
pengembangan budaya
daerah

Visi dan Misi


Hal. 5-15
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
4. Terwujudnya kualitas 1. Meningkatnya pelayanan Pelayanan dan 100% 100% 100% 100% 100%
pelayanan sosial kesejahteraan dan rehabilitasi
kepada masyarakat rehabilitasi bagi tuna sosial, kesejahteraan sosial
5. Mewujudkan 1. Meningkatnya kualitas dan 1. Rasio ketergantungan 52,55 46,51 46,52 46,60 46,75
kompetensi dan perlindungan terhadap 2. Tingkat pengangguran 5,18 4,56 4,01 3,50 3,11
produktivitas kerja tenaga kerja; terbuka
3. Kemiskinan 12,86 11,86 10,86 10,50 9,86
6. Mewujudkan 1. Meningkatnya kesejahteraan 1. Besaran penempatan 100 kk 100 kk 115 kk 120 kk 125 kk
pengembangan masyarakat transmigrasi dan transmigrasi ke luar
kawasan transmigrasi berkembangnya kawasan Lampung
transmigrasi 2. Fasilitas yang 3 unit 3 unit 4 unit 4 unit 4 unit
dibangun di kawasan
KTM
7. Mewujudkan kualitas 1. Meningkatnya indeks 1. Indeks pembangunan 65,86-66 66-68 68-69 69-70 70-70,5
pembangunan pembangunan dan gender
kesetaraan gender kesetaraan ; 2. Indeks pemberdayaan
dan kesejahteraan gender 63,5-64,5 64,5-66,5 66,5-67,5 67,5-68,5 68,5-69
keluarga 2. Meningkatnya kesejahteraan 1. Terbentuk dan
keluarga; berjalannya
kelompok ekonomi 45% 50% 60% 65% 70%
kreatif perempuan di
kab/kota di Provinsi
Lampung.
Berlanjutnya
pembinaan
kesejahteraan
keluarga di seluruh
kabupaten/kota di
Provinsi Lampung
3. Meningkatnya peran pemuda 1. Peningkatan dan 84 Org 84 Org 84 Org 84 Org 84 Org
dan prestasi olahraga dalam pembinaan peran
pembangunan kualitas hidup serta pemuda
dan kehidupan masyarakat; 2. Pembinaan 56 Org 56 Org 56 Org 56 Org 56 Org
pemasyarakatan dan
pengembangan
olahraga

Visi dan Misi


Hal. 5-16
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
8. Mewujudkan kualitas 1. Meningkatnya kualitas Pembinaan lembaga 100% 100% 100% 100% 100%
kehidupan kehidupan beragama; sosial dan keagamaan
kemasyarakatan dan
keagamaan yang
toleran
9. Meningkatkan 1. Mengembangkan jaringan Terpenuhinya 100% 100% 100% 100% 100%
kapasitas dan kinerja kelembagaan dan peneliti kebutuhan
SDM, sehingga mampu data/informasi
menjadi pelaku difusi pembangunan daerah
dan inovasi teknologi
10. Meningkatkan jalinan 1. Meningkatkan kapasitas dan Meningkatkan kapasitas 100% 100% 100% 100% 100%
kerjasama dan kapabilitas sumber daya dan kapabilitas sumber
hubungan sinergitas iptek untuk menghasilkan daya iptek untuk
antar lembaga iptek di produk litbang yang berdaya menghasilkan produk
daerah guna bagi daerah litbang yang berdaya
guna bagi daerah

Misi Keempat: Mewujudkan 1. Penurunan beban 1. Kelas status mutu D C C C B


Meningkatkan keseimbangan pencemaran, pengendalian sungai utama dan
Pelestarian lingkungan dan kerusakan lingkungan, serta waduk besar
SDA Dan keberlanjutan perlindungan dan konservasi 2. Jumlah hari dengan N/A 27-30 27-30 27-30 27-30
Kualitas pembangunan. SDA; kualitas udara hari hari hari hari
Lingkungan perkotaan kategori baik/th baik/th baik/th baik/th
Hidup Yang baik
Berkelanjutan 2. Peningkatan upaya adaptasi 1. Menurunnya tingkat 45% 40% 35% 30% 25%
dan mitigasi perubahan iklim; pencemaran air
3. Peningkatan manfaat 1. Luas rehabilitasi 84.014 106.953 129.892 152.831 175.770
kawasan hutan produksi hutan dan lahan
Lampung dan aspek termasuk mangrove
ekonomis dan ekologis (hektar)

Misi Kelima: 1. Mewujudkan keadilan, 1. Terciptanya keadilan, Optimalisasi pemanfatan 100% 100% 100% 100% 100%
Menegakkan Kepastian, dan kepastian dan kemanfaatan teknologi informasi
Supremasi kemanfaatan hukum hukum di masyarakat; hukum
Hukum, di masyarakat.

Visi dan Misi


Hal. 5-17
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019

MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
Mengembangk 2. Mengembangkan 1. Meningkatnya kinerja 1. Reformasi birokrasi 100% 100% 100% 100% 100%
an Demokrasi pemerintahan yang pemerintahan ditandai
Berbasis baik dan antisipatif dengan meningkatnya
Kearifan Lokal, kepercayaan publik melalui
dan pelayanan prima
Memantapkan 2. Meningkatnya kapasitas dan 1. Tingkat produktifitas 50% 70% 80% 90% 100%
Kepemerintaha akuntabilitas kinerja dan kinerja aparatur
n yang Baik pelayanan publik birokrasi
dan Antisipatif 3. Terwujudnya pemerintahan 1. Indeks persepsi 50% 70% 80% 85% 90%
yang bersih dan bebas KKN korupsi
4. Terwujudnya perencanaan 1. Konsistensi antar 100% 100% 100% 100% 100%
pembangunan yang dokumen
berkualitas dan partisipatif perencanaan
3. Memperkuat 1. Meningkatnya kinerja 1. Indeks kepuasan 2 3 3,5 3,6 3,8
kapasitas manajemen pelayanan publik yang masyarakat (skala 1-
birokrasi memuaskan masyarakat dan 5)
kualitas pelayanan yang
merata
4. Merealisasikan 1. Meningkatnya kualitas Meningkatnya indeks 50% 55% 60% 65% 70%
pembangunan kehidupan berdemokrasi demokrasi
politik dengan proses demokrasi
yang menghargai
kebebasan, persamaan,
keadilan dalam kerangka
supremasi hukum.

Visi dan Misi


Hal. 5-18
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif


tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD
dengan efektif dan efisien. Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan
program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan
jangka menengah Provinsi Lampung Tahun 2015-2019.

Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan


sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah
kebijakan. Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan
strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Rangkaian strategi dan arah kebijakan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan
dan sasaran pembangunan jangka menengah Provinsi Lampung Tahun 2015-
2019 disajikan pada Tabel 6.1.

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019

VISI: “LAMPUNG MAJU DAN SEJAHTERA 2019 ”


Misi I : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Daerah

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatkan 1.1 Peningkatan pertumbuhan dan 1.1.1 Revitalisasi dan Percepatan a Meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura,
pertumbuhan ekonomi kontribusi sektor pertanian Peningkatan Produksi Pertanian perkebunan, dan peternakan bermutu melalui ekstensifikasi, intensifikasi,
dan mengurangi terhadap PDRB Provinsi Lampung; Tanaman Pangan dan rehabilitasi, diversifikasi berbasiskan pada IPTEK dan sumber daya lokal
ketimpangan Hortikultura, Perkebunan, (kawasan)
pembangunan daerah Peternakan, Perikanan, serta
Kehutanan b Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan budidaya dan tangkap

c Pengembangan produksi dan produktivitas hasil hutan untuk memenuhi


ketersediaan pangan dan bahan baku industri dalam negeri

1.2 Terpenuhinya kebutuhan 1.2.1 Mengembangkan a Meningkatkan keanekaragaman konsumsi dan kualitas pangan, serta
konsumsi pangan per kapita Penganekaragaman Pangan, menurunnya ketergantungan terhadap pangan pokok beras, ketersediaan
masyarakat untuk memenuhi Keamanan Pangan dan dan konsumsi sepanjang tahun sampai tingkat rumah tangga serta kualitas
kecukupan energi dan protein; Ketersediaan Cadangan Pangan dan pengendalian keamanan pangan
dan Akses Pangan serta
Distribusi Pangan

1.3 Meningkatnya pertumbuhan dan 1.3.1 Peningkatan daya saing industri a Meningkatkan unit usaha industri kecil menengah, penyerapan tenaga kerja
kontribusi sektor industri unggulan berbasis potensi lokal industri kecil menengah, serta kemitraan antar industri
pengolahan terhadap PDRB daerah
Provinsi Lampung; b Meningkatkan pelayanan terhadap pelaku usaha IKM serta mendorong
tumbuhnya industri-industri andalan masa depan (industri agro, industri
kreatif dan industri teknologi informasi komunikasi)
c Meningkatkan sinergitas pengembangan industri, penguasaan teknologi
industri terutama industri pengolahan hasil pertanian/perkebunan, produk
pertanian/perkebunan, industri makanan dan minuman serta penyerapan
tenaga kerja oleh industri besar

d Meningkatkan mutu kemasan pangan dan merek dalam rangka peningkatan


daya saing bagi IKM

e Meningkatkan mutu hasil dan menengah yang berbasis eksport dalam


rangka peningkatan daya saing era globalisasi

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1.4 Meningkatnya pertumbuhan dan 1.4.1 Peningkatan daya daing a Pengembangan sistem jaringan distribusi barang kebutuhan pokok
kontribusi sub sektor perdagangan barang dan jasa masyarakat dan barang strategis lainnya secara efektif dan efisien
perdagangan pada PDRB Provinsi
Lampung ; b Meningkatkan volume ekspor komoditi unggulan

c Meningkatkan pengawasan barang beredar dan jasa serta perlindungan


terhadap konsumen dan produsen

1.5 Meningkatnya peran koperasi 1.5.1 Penumbuhan dan Perkuatan a Memfasilitasi penumbuhan wirausaha baru dan berdaya saing, serta
dan UMKM dalam perekonomian Koperasi dan UMKM pengembangan inkubator bisnis dan UMKM yang dilaksanakan bersama
daerah seluruh stakeholders, termasuk perguruan tinggi dan pelaku bisnis

b Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi, akses teknologi tepat guna,


akses pasar melalui promosi dan kreasi produk UMKM serta dukungan
pendampingan tempat usaha dan permodalan bagi UMKM dengan
jaminan kolateral bekerjasama kolateral perbankan dan lembaga
keuangan mikro
1.6 Peningkatan kontribusi 1.6.1 Peningkatan daya saing a Menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dalam rangka
penanaman modal (investasi) investasi daerah mempertahankan keberadaan investasi yang ada serta menarik investasi
terhadap perekonomian daerah; baru

1.7 Berkembangnya kontribusi 1.7.1 Mengembangkan produk a Meningkatkan keunggulan daya tarik dan promosi wisata untuk
pariwisata pada perekonomian wisata yang unik, tradisional peningkatan ekonomi masyarakat
daerah dan mencerminkan jati diri
masyarakat Lampung yang
berakar pada alam dan budaya
dalam konteks destinasi
wisata kultural;
1.8 Peningkatan kontribusi 1.8.1 Intensifikasi, optimalisasi, dan a Pemanfaatan TIK dalam pelayanan dan pengelolaan pajak dan retribusi
pendapatan asli daerah (PAD); efisiensi pengelolaan PAD daerah
yang menjadi kewenangan
provinsi

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Misi II : Meningkatkan Infrastruktur Untuk Pengembangan Ekonomi Dan Pelayanan Sosial


1 Meningkatkan 1.1 Tersedianya 1.1.1 Pembangunan, pemeliharaan, a Pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan diselaraskan dengan
kuantitas dan kualitas infrastruktur/prasarana dan dan peningkatan kapasitas dan jalan dan jembatan nasional serta jalan dan jembatan kabupaten/kota
prasarana, sarana, dan sarana transportasi yang kualitas infrastruktur jalan dan dalam rangka meningkatkan konektivitas antar bagian wilayah dalam
utilitas dasar wilayah handal, terintegrasi dengan jembatan provinsi untuk mendukung sistem logistik nasional
sistem transportasi nasional
untuk mendukung pergerakan 1.1.2 Pengembangan jaringan a Mengembangkan sarana dan prasarana perhubungan (darat, laut, dan
orang dan barang transportasi antar moda dengan udara) dalam rangka peningkatan keselamatan dan pelayanan
meningkatkan keterpaduan pergerakkan orang, barang, dan jasa
jaringan transportasi nasional,
provinsi, kabupaten/kota dan
pedesaan sebagai penghubung
antar pusat produksi dan pasar

1.2 Terwujudnya tata ruang wilayah 1.2.1 Pelaksanaan penataan ruang a Pengembangan kawasan-kawasan strategis, cepat tumbuh, kawasan
sesuai arah pemanfaatan ruang sesuai dengan indikasi program andalan, dan kawasan ekonomi khusus berdasarkan peruntukan
nasional, provinsi dan prioritas RTRW Provinsi masing-masing kawasan mengacu pada RTRW dan memperhatikan
kabupaten/kota Lampung dokumen perencanaan pembangunan daerah terkait lainnya

1.3 Tersedianya sumber daya air 1.3.1 Peningkatan kualitas tata a Meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber daya air
yang handal dan berkualitas kelola sumber daya air sesuai untuk mendukung konservasi, pendayagunaan sumber daya air, serta
untuk memenuhi kebutuhan dengan pola pengelolaan pengendalian daya rusak air;
rumah tangga (domestik), sumber daya air
pertanian (irigasi), industri, dan
untuk keperluan lainnya baik
pada waktu sekarang maupun
yang akan datang
1.4 Meningkatnya akses masyarakat 1.4.1 Pengembangan prasarana dan a Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman untuk
terhadap sarana dan prasarana sarana bangunan, Gedung dan menciptakan hunian yang layak, aman, sehat, nyaman, dan produktif
dasar pemukiman (mencakup lingkungan
persampahan, air bersih, air b Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan
limbah);
c Meningkatkan pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan
rumah negara yang menjadi aset Pemerintah Provinsi.

1.5 Meningkatnya cakupan 1.5.1 Peningkatkan kapasitas a Meningkatkan pasokan, cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur
pelayanan dan kualitas pembangkit listrik dengan energi dan ketenagalistrikan
infrastruktur energi dan memanfaatkan sumber energi
ketenagalistrikan di Provinsi yang tersedia serta b Meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi
Lampung; memperluas jaringan pemakaian energi fosil
transmisi tenaga listrik

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Misi III : Meningkatkan Kualitas Pendidikan Iptek dan Inovasi, Kesehatan, Budaya Masyarakat, dan Kehidupan Beragama yang Toleran
1 Meningkatkan indeks 1.1 Menurunnya angka melek 1.1.1 Perluasan Pendidikan Non a Menuntaskan Lampung bebas buta aksara melalui perluasan pendidikan
pembangunan huruf; Formal, formal;
pendidikan
masyarakat yang b Meningkatkan gerakan tingkat provinsi untuk membuka seluas-luasnya
cukup tinggi yang paket A, Paket B dan Paket C dengan paradigma mengedepankan
berkualitas; aktivitas proses belajar mengajar, termasuk pembukaan SMP terbuka,
SMA terbuka secara meluas di berbagai kabupaten di Provinsi Lampung;
1.2 Tuntasnya wajib belajar 1.2.1 Penyelenggaraan pendidikan a Menuntaskan program pendidikan dasar 9 tahun;
pendidikan 9 tahun ; dasar dengan bebas biaya;

1.3 Meningkatnya tingkat 1.3.1 Pencanangan wajib belajar 12 a Mengembangkan program pendidikan 12 tahun;
pendidikan masyarakat dengan tahun bagi anak usia sekolah;
meningkatkan APM dan APK b Mengembangkan dan meningkatkan model pendidikan kejuruan yang
Perguruan Tinggi merespon kebutuhan dunia usaha

c Memfasilitasi pengembangan akademi komunitas di kabupaten/kota


Provinsi Lampung

d Memperkuat manajemen atau tata pamong sekolah (good school


govemance)

1.3.2 Meningkatkan kualifikasi dan a Peningkatan kompetensi tenaga pendidikan dan manajemen
sertifikasi bagi pendidik. kependidikan;

1.3.3 Redistribusi tenaga pendidik a Melakukan pemerataan secara proposional tenaga pendidik diseluruh
kesemua wiilayah kabupaten/kota
kabupaten/kota

1.3.4 Perkuatan dan peningkatan a Meningkatkan kualitas dan kualitas sarana dan prasarana pendukung
aksesibilitas sarana dan pendidikan dan updating teknologi pembelajaran
prasarana pendukung
pendidikan serta
pemutakhiran teknologi
pembelajaran

1.3.5 Penyelenggaraan a Menyelenggaraan pendidikan berkarakter melalui pengembangan


pendididikan berkarakter, pendidikan partisipatif dan berbasis budaya lokal dan nasional
partisipatif dan berbasis
budaya

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1.3.6 Mengembangkan a Meningkatkan kemampuan dan budaya baca masyarakat khususnya


perpustakaan daerah dan pada usia sekolah
perpustakaan keliling

2 Meningkatkan indeks 2.1 Meningkatnya akses dan mutu 2.1.1 Peningkatan rasio a Menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan;
pembangunan dan pelayanan kesehatan terutama ketersediaan sarana
b Meningkatkan kualitas pola hidup bersih dan sehat serta makanan yang
derajat kesehatan untuk kesehatan ibu dan anak kesehatan terhadap satuan
bergizi;
masyarakat yang dengan menurunkan AKB dari penduduk
cukup tinggi 7,11/1000 KH tahun 2012 c Meningkatkan Kualifikasi Rumah Sakit Provinsi menjadi Rujukan dan
menjadi 6,6/1000 KH tahun Puskesmas sesuai standar medik
2019 d Meningkatkan kecukupan obat dan perbekalan kesehatan sesuai
standar nasional;
f Menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan berkualitas;
g Mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan masyarakat;

h Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan, dan pengendalian


penyakit menular dan tidak menular;
3 Mewujudkan 3.1 Terinternalisasinya nilai-nilai 3.1.1 Mengembangkan Nilai dan a Meningkatkan pembinaan budaya Lampung dan budaya multikultur
kehidupan budaya dan kearifan lokal keragaman Budaya Lokal lainnya melalui peningkatan dan fasilitasi akulturasi budaya nusantara
masyarakat yang dan budaya Lampung;
berbudaya
b Meningkatkan upaya revitalisasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan
lokal yang relevan bagi peningkatan kemajuan Provinsi Lampung

4 Terwujudnya kualitas 4.1 Meningkatnya pelayanan sosial 4.1.1 Memberikan pelayanan, a Meningkatkan kualitas dan kuantitas perlindungan, rehabilitasi, dan
pelayanan sosial dan penanggulangan korban perlindungan dan santunan pemberdayaan sosial;
kepada masyarakat bencana; bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial dalam b Meningkatkan kualitas dan kuantitas bantuan/jaminan sosial
pemenuhan kebutuhan
hidupnya c Menyantuni PKRI/Janda PKRI dan Keluarga pahlawan serta
terpeliharanya nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan, kejuangan, dan
kesetiakawanan sosial.

4.1.2 Memperkuat fungsi a Penyelenggaraan fungsi rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial,


rehabilitasi sosial, perlindungan sosial dan jaminan sosial bagi Penyandang Masalah
pemberdayaan sosial, Kesejahteraan Sosial
perlindungan sosial dan
jaminan sosial bagi
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

4.1.3 Meningkatkan kesejahteraan a Penyelenggaraan kemitraan dengan Potensi Sumber Kesejahteraan


sosial melalui kemitraan Sosial dan dunia usaha.
dengan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial dan
dunia usaha.

5 Mewujudkan 5.1 Meningkatnya kualitas dan 5.1.1 Meningkatkan kualitas dan a Meningkatkan daya saing tenaga kerja
kompetensi dan perlindungan terhadap tenaga produktifitas tenaga kerja
produktivitas kerja kerja; melalui pelatihan; b Meningkatkan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan, serta
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri sehingga
mereka terhindar dari perlakuan yang merugikan

c Mamfasilitasi pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan upah


minimum regional (UMR).

6 Mewujudkan 6.1 Meningkatnya kesejahteraan 6.1.1 Meningkatnya kualitas sarana a Mengembangkan pusat layanan informasi ketransmigrasian
pengembangan masyarakat dan dan prasarana kawasan
kawasan transmigrasi berkembangnya kawasan transmigrasi dan museum
transmigrasi 6.1.2 Meningkatnya kesejahteraan b Mewujudkan kawasan transmigrasi
masyarakat transmigrasi

7 Mewujudkan kualitas 7.1 Meningkatnya indeks 7.1.1 Menerapkan a Menerapkan anggaran responsif gender (ARG)
pembangunan pembangunan dan kesetaraan pengarusutamaan gender
kesetaraan gender gender; pada setiap penyusunan b Meningkatkan perlindungan terhadap anak melalui pencegahan
dan kesejahteraan kebijakan, perencanaan dan kekerasan dalam rumah tangga serta perdagangan perempuan dan
keluarga penganggaran anak.
7.2 Meningkatnya kesejahteraan 7.2.1 Revitalisasi Keluarga a Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan keluarga
keluarga Berencana

7.3 Meningkatnya peran pemuda 7.3.1 Meningkatnya kualitas sarana a Mewujudkan pemuda Lampung yang memiliki semangat dan idealisme
dan prestasi olahraga dalam dan prasarana aktivitas kebangsaan, kewirausahaan, kepemimpinan, kepeloporan dan
pembangunan kualitas hidup kepemudaan dalam rangka kejuangan;
dan kehidupan masyarakat; perwujudan pemuda mandiri
b Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang sehat jasmani dan rohani
melalui olahraga.

7.3.2 Perkuatan pembinaan atlet a Terbinanya dan berkembangnya prestasi atlet


melalui perkuatan
kelembagaan KONI dan b Meningkatnya kapasitas kelembagaan KONI
pembangunan dan

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

peningkatan kualitas dan c Terbangunnya dan terperiharanya sarana dan prasarana olahraga
kuantitas sarana dan
prasarana olahraga
7.3.3 Perkuatan pembinaan a Terbinanya organisasi dan anggota pramuka
pramuka, serta
pengembangan sarana dan b Terbangunnya sarana dan prasarana pembinaan pramuka
prasarana pramuka

8 Mewujudkan kualitas 8.1 Meningkatnya kualitas 7.1.1 Meningkatkan pemahaman a Meningkatkan kualitas kerukunan hidup baik interumat beragama
kehidupan kehidupan beragama; dan pengamalan agama maupun antarumat beragama;
kemasyarakatan dan dalam kehidupan
keagamaan yang bermasyarakat b Mendorong peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan;
toleran
9 Meningkatkan 9.1 Mengembangkan jaringan 8.1.1 Meningkatkan kemampuan a Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang daerah;
kapasitas dan kinerja kelembagaan dan peneliti; SDM
SDM, sehingga mampu
menjadi pelaku difusi
dan inovasi teknologi
10 Meningkatkan jalinan 10.1 Meningkatkan kapasitas dan 9.1.1 Meningkatkan sinergitas a Mengembangkan jaringan kelembagaan dan peneliti;
kerjasama dan kapabilitas sumber daya iptek antar lembaga iptek di daerah
hubungan sinergitas untuk menghasilkan produk
antar lembaga iptek di litbang yang berdaya guna bagi
daerah daerah;

Misi IV :Meningkatkan Pelestarian SDA Dan Kualitas Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan
1 Mewujudkan 1.1 Penurunan beban pencemaran, 1.1.1 Pengendalian pencemaran a Penyusunan perencanaan dan kebijakan lingkungan hidup
keseimbangan pengendalian kerusakan air, udara dan tanah
lingkungan dan lingkungan, serta perlindungan
keberlanjutan dan konservasi SDA
pembangunan
1.2 Peningkatan upaya adaptasi 1.2.1 Mitigasi dan adaptasi a Peningkatan pengendalian kualitas air, udara dan tanah
dan mitigasi perubahan iklim perubahan iklim
1.2.2 Pemulihan dan konservasi a Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
Sumber Daya Air, udara,
lahan
1.2.3 Pengawasan tingkat ketaatan a Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam
hukum Lingkungan Hidup pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1.2.4 Pengelolaan Lingkungan a Peningkatan upaya penegakkan hukum Lingkungan Hidup


Hidup berbasis partisipatif

1.2.5 Perencanaan dan kebijakan a Peningkatan kapasitas SDM dan institusi lembaga Lingkungan Hidup
pengelolaan Lingkungan
Hidup b Pengembagan sumber-sumber alternatif pendanaan lingkungan

c Pengembangan inovasi bidang Lingkungan Hidup

1.3 Peningkatan manfaat kawasan 1.3.1 Peningkatan pemberdayaan a Mempertahankan kawasan hutan seluas 30% dari luas Provinsi
hutan produksi Lampung dan masyarakat sekitar/dalam Lampung
aspek ekonomis dan ekologis kawasan hutan dalam
percepatan rehabilitasi hutan b Meningkatkan pengamanan, perlindungan dan rehabilitasi kawasan
dan lahan serta mendukung hutandalam rangka mewujudkan Provinsi yang hijau (Green Province)
pengamanan dan didukung upaya menciptakan Provinsi yang bersih (clean province)
perlindungan hutan

Misi V : Menegakan Supremasi Hukum, Mengembangkan Demokrasi Berbasis Kearipan Lokal dan Memantapkan Kepemerintahan Yang Baik dan Antisipatif
1 Mewujudkan keadilan, 1.1 Terciptanya keadilan, kepastian 1.1.1 Pengembangan struktur a Mengembangkan kelembagaan/pranata hukum di masyarakat
kepastian, dan dan kemanfaatan hukum di hukum masyarakat
kemanfaatan hukum masyarakat 1.1.2 Pengembangan substansi a Meningkatkan sinkronisasi dan harmonisasi antara produk hukum
hukum dalam upaya rekayasa daerah dan pusat, dan antar produk hukum daerah
sosial, dan control social
b Membuat produk hukum yang memberikan kepastian, dan berkeadilan
bagi masyarakat dan dunia usaha

1.1.3 Pengembangan budaya a Meningkatkan Pendidikan hukum masyarakat


hukum masyarakat
b Meningkatkan kemitraan dengan aparat penegak hukum

1.1.4 Memberikan dukungan dan a Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat


fasilitasi penegakan hukum
b Memberikan aksesibilitas penegakan hukum di daerah

c Mewujudkan tertib administrasi pertanahan;

d Menyelesaikan masalah konflik pertanahan

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

2 Mengembangakan 2.1 Meningkatnya kinerja 2.1.1 Penataan fungsi-fungsi a Menyelenggarakan pemerintahan yang diarahkan oleh Visi, Misi
pemerintahan yang pemerintahan ditandai dengan kelembagaan pemerintahan
baik dan antisipatif meningkatnya kepercayaan agar lebih memadai, ramping, b Menyelenggarakan pemerintahan yang berbasis teknologi informasi,
publik melalui pelayanan prima luwes dan responsif; data, dan antisiipatif
c Mengelola pelaksanaan pembangunan yang dikendalikan oleh aturan-
aturan yang mengikat baik internal pemerintah maupun masyarakat.

d Pembaharuan sistem pelayanan publik berbasis e-Gov (cyber province)


e Pengembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
melalui cyber dan iptek

2.2 Meningkatnya kapasitas dan 2.2.1 Mengembangkan reformasi a Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan
akuntabilitas kinerja pelayanan birokrasi dalam kerangka
publik good governance b Pengembangan SDM birokrasi yang berkompeten, berintegritas dan
profesional

2.3 Terwujudnya pemerintahan 2.3.1 Mengembangkan reformasi a Pengawasan internal , eksternal, dan fungsional dalam upaya
yang bersih dan bebas KKN birokrasi dalam kerangka pembinaan dan pencegahan tindak pidana korupsi
clean government
b Pembentukan produk hukum daerah untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih

c Penguatan kelembagaan desa dalam mengantisipasi penyerahan urusan


pembangunan dan pemerintahan

3 Memperkuat 3.1 Meningkatnya kinerja 3.1.1 Peningkatan kapasitas a Sinkronisasi, koordinasi, integrasi dan sinergi perencanaan dan
kapasitas manajemen pelayanan publik yang aparatur pemerintahan yang implementasi pembangunan yang multi sektor dan multi ruang;
birokrasi memuaskan masyarakat dan profesional dalam
kualitas pelayanan yang merata perencanaan pembangunan b Pembenahan pelayanan publik yang diarahkan untuk peningkatkan
kepuasan masyarakat dan peningkatan kualitas aparatur pemerintahan
yang profesional
c Membangun basis data daerah yang terpadu dan valid untuk
kepentingan perencanaan, penyelenggaraan pemerintahan, dan
informasi pembangunan

d Mewujudkan kompilasi dokumen dan arsip daerah dalam sistem


informasi kearsipan yang terintegrasi.

e Penatalaksanaan dokumen, arsip, dan aset daerah bagi penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

f Penatalaksanaan manajemen kependudukan dan demografi berbasis


teknologi informasi
g Penguatan partisipasi masyarakat pedesaan dalam pembangunan

4 Merealisasikan 4.1 Meningkatnya kualitas 4.1.1 Penanaman nilai-nilai a Mengembangkan kehidupan demokrasi yang bermartabat melalui
pembangunan politik kehidupan berdemokrasi demokrasi yang berkeadaban pendekatan kultural dan pembangunan yang berkeadilan
dengan proses demokrasi yang (anti kekerasan, nilai-nilai
menghargai kebebasan, toleransi politik)
persamaan, keadilan, dalam
kerangka supremasi hukum. 4.1.2 Mengembangkan kehidupan a Meningkatkan pendidikan politik masyarakat
demokrasi berdasarkan
kearipan lokal yang b Memperkuat lembaga demokrasi lokal
menghargai kebebasan,
persamaan, keadilan dalam c Meningkatkan pembinaan lembaga politik lokal
kerangka supremasi hukum
d Memantapkan pembinaan kepada masyarakat dan kelompok sosial
e Memperkuat peran perempuan dalam kehidupan politik

f Memperkuat peran Perguruan Tinggi dalam mendorong proses


demokrasi

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

6.2. Kewilayahan Perencanaan Pembangunan

Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di Provinsi Lampung selama ini


masih belum dapat mengatasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar
wilayah, baik antar kabupaten dan kota maupun antara wilayah perkotaan dan
perdesaan. Guna menjamin keseimbangan pembangunan daerah antarwilayah
di Provinsi Lampung maka perlu disusun suatu kebijakan pembangunan
kewilayahan.

Fokus pembangunan daerah pada tahun 2015-2019 akan diarahkan pada


pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan
kewilayahan dan memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional
dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri
dan kawasan sekitarnya dengan sasaran wilayah-wilayah tertinggal dan kota
pusat pertumbuhan.

Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan dan sistem perkotaan pada


RPJM Daerah Provinsi Lampung 2015-2019 ini mengacu pada Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029
adalah sebagai berikut :

Tabel 6.2. Kebijakan Kewilayahan pada RPJMD Provinsi Lampung Tahun


2015-2019

HIRARKI KOTA FUNGSI UTAMA

PKN Bandar Lampung  pusat pemerintahan provinsi


 pusat perdagangan dan jasa regional;
 pusat distribusi dan koleksi;
 pusat pendukung jasa pariwisata;
 pusat pendidikan tinggi.

PKW Metro  pusat pemerintahan kota;


 pusat perdagangan dan jasa;
 pusat pendidikan khusus
Kota Bumi  pusat pemerintahan kabupaten;
 pusat perdagangan dan jasa
Kalianda  pusat pemerintahan kabupaten;

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

HIRARKI KOTA FUNGSI UTAMA


 pusat jasa pendukung pariwisata;
 pusat perdagangan dan jasa
Liwa  pusat pemerintahan kabupaten;
 pusat perdagangan dan jasa.
 daerah konservasi
Menggala  pusat pemerintahan kabupaten;
 perdagangan dan jasa;
 pusat koleksi dan distribusi;
 pusat kegiatan usaha dan produksi
KotaAgung  pusat pemerintahan kabupaten;
 pusat perdagangan dan jasa;
 pusat perikanan;
 pusat industri
PKWp Sukadana  pusat pemerintahan kabupaten;
 pusat perdagangan dan jasa

Blambangan Umpu  pusat pemerintahan kabupaten;


 pusat perdagangan;
 pertanian
Pringsewu  pusat pemerintahan kabupaten;
 pusat perdagangan
Gedong Tataan  pusat pemerintahan kabupaten;
 b. pusat perdagangan dan jasa
Bakauheni  pusat koleksi dan distribusi;
 pariwisata
Terbanggi Besar-  pusat pemerintahan kabupaten;
Bandar Jaya-Gunung  pusat pendidikan unggulan terpadu;
Sugih (Terbagus)  perdagangan dan jasa;
 pusat koleksi dan distribusi
Mesuji  pusat pemerintahan kabupaten;
 perikanan dan industrinya;
 perdagangan dan jasa;
 perkebunan;
 industri pengolahan
Panaragan  pusat pemerintahan kabupaten;
 perdagangan dan jasa.
PKL Tanjung Bintang  pusat industri;
 pusat perdagangan dan jasa;
 koleksi pertanian dan perkebunan
Sidomulyo  pertanian;
 perdagangan dan jasa
Unit II Banjar Agung  pusat perdagangan dan jasa;
 pusat koleksi dan distribusi pertanian
dan perkebunan
Seputih Banyak  pusat pengolahan hasil pertanian

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

HIRARKI KOTA FUNGSI UTAMA

Kalirejo  pusat pengembangan perdagangan


dan jasa pendukung kegiatan
pertanian;
 pusat pengembangan industri kecil
dan menengah;
 pusat pengembangan produksi
perikanan air tawar
Way Jepara  pusat pengembangan perdagangan
dan jasa pendukung kegiatan
pertanian;
 pusat koleksi dan distribusi hasil
pertanian holtikultura
Fajar Bulan  pusat pengembangan perdagangan
dan jasa pendukung kegiatan
pertanian;
 pusat koleksi dan distribusi hasil
pertanian holtikultura
Labuhan Maringgai  pusat perikanan;
 pusat perdagangan dan jasa;
 pusat pengembangan perdagangan
dan jasa pendukung kegiatan
pertanian
Krui  pusat perikanan laut;
 pusat pertanian lahan kering dan
basah;
 pusat perdagangan dan jasa;
 pusat pariwisata
Bukit Kemuning  perdagangan;
 pengolahan hasil pertanian
Wiralaga  industri;
 perikanan;
 perkebunan
Wonosobo  pusat pengembangan perdagangan
dan jasa pendukung kegiatan
perikanan laut.
KPPN Sukau  KPPN Danau Ranau
Tanggamus, Pesisir
 KPPN Bukit Barisan
Barat
 KPPN Krakatau Selat Sunda
Lampung Selatan
DPN Lampung Selatan  DPN Krakatau Ujung Kulon

Strategi dan Arah Kebijakan


Hal. 6-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH

Sebagai tindak lanjut dan implementasi Visi dan Misi pembangunan Provinsi
Lampung 2015-2019, maka Arah Kebijakan Umum pembangunan di Provinsi
Lampung selama kurun waktu 2015-2019 akan dilakukan melalui 2 (dua)
pendekatan, yakni pendekatan Pengembangan Wilayah dan Pengelolaan
Keuangan Daerah.

7.1 Pengembangan Wilayah

Pendekatan pembangunan melalui Pengembangan Wilayah merupakan cara


pendekatan pembangunan yang sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah
Pusat. Dengan demikian, pendekatan kewilayahan merupakan metode
pendekatan yang memungkinkan terjadinya sinergi dan kompatibilitas antara
kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung. Pengembangan Wilayah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengembangan Ekonomi Wilayah, Tata Ruang, Kawasan, dan


Pelestarian Lingkungan Hidup

Perekonomian wilayah dikembangkan berdasarkan ekonomi kerakyatan yang


bertumpu kepada agribisnis dan pertanian secara umum. Dengan demikian
sektor pertanian akan direvitalisasi sehingga mampu kembali berkembang
sebagai titik tumpu perekonomian rakyat.

Pertanian yang telah mengalami revitalisasi dikembangkan pada kawasan


tertentu sesuai dengan tata ruang dan kawasan tersebut dikembangkan menjadi
lahan pertanian abadi. Revitalisasi Pertanian tersebut akan memungkinkan
pengembangan dan transformasi dari agribisnis menjadi agroindustri.
Pengembangan agroindustri diharapkan mampu mempertahankan ketahanan

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

pangan, menyerap tenaga kerja, dan mendorong pertumbuhan industri


bioenergi.

Pengembangan pertanian secara simultan dilakukan dengan tetap menjaga


lingkungan hidup, serta telah mengantisipasi adanya perubahan iklim dan
pemanasan global dengan tindakan adaptasi dan mitigasi yang baik. Dengan
demikian, apa yang dilakukan memungkinkan terjadinya keseimbangan dinamis
antara pemenuhan kebutuhan pangan dan terciptanya ketahanan pangan
dengan pelestarian lingkungan hidup dan ketahanan air.

Lingkungan hidup yang terpelihara, mulai dari pantai, sampai ke gunung, teluk,
dan kepulauan dioptimalkan sebagai objek wisata. Kegiatan pelestarian alam,
baik berupa proses pelestarian maupun hasilnya, juga dapat dikembangkan
sebagai objek wisata baru. Dengan demikian pariwisata diharapkan dapat
tumbuh sebagai sumber pendapatan baru yang melibatkan masyarakat secara
langsung, sehingga menjadi implementasi konkret dari konsep ekonomi
kerakyatan.

2. Pengembangan Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan


Ekonomi dan Pelayanan Sosial

Infrastruktur berskala tinggi yang akan dikembangkan selain bersifat visioner


dan monumental, juga bersifat fungsional dan mampu berperan sebagai
lokomotif pengembangan perekonomian daerah secara keseluruhan.
Infrastruktur tersebut diantaranya: Infrastruktur Penghubung Jawa-Sumatra
(IPJS); Kota Baru Lampung (KBL); Jalan Toll Bakauheni—Batas Sumatera
Selatan; pengembangan Bandara (Raden Intan II, Bandara Krui, Gatot Subroto
dan Astra Ksetra); Pelabuhan (Bakauheni, Panjang, Kota Agung, Batu Balai, Krui,
Kuala Penet dll); serta Jaringan Kereta Api.

Sifat visioner dan monumental diperlukan sebagai daya tarik, sehingga


infrastruktur yang dikembangkan juga dapat tumbuh sebagai kawasan wisata
baru. Sementara sifat dasar fungsional dari infrastruktur tetap dikembangkan
sebagai core utama, sehingga kombinasi dari berbagai karakter ini diharapkan

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

mampu mengundang investor. Dengan adanya investor, maka infrastruktur


dapat tumbuh dan berkembang sebagai lokomotif yang mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.

Selain infrastruktur berskala tinggi juga dikembangkan infrastruktur mikro


yang mampu membuka secara luas daerah yang masih terisolir. Infrastuktur
mikro meliputi antara lain: jalan tembus; listrik perdesaan; air bersih
perdesaan; energi matahari; dan jaringan komunikasi.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Budaya

Pembangunan daerah direncanakan dan akan dilaksanakan oleh seluruh


sumber daya manusia (SDM) yang berada di Provinsi Lampung. Dengan
demikian pengembangan SDM menjadi fokus penting pembangunan dalam
periode 2015-2019. Pengembangan SDM terkait dengan kemampuan, keahlian,
dan kapasitas SDM setempat, sehingga penyiapan SDM dilakukan sejak dini
melalui berbagai proses pendidikan, baik dalam ilmu umum maupun
keagamaan, kemudian diikuti dengan berbagai pelatihan peningkatan keahlian.
Kondisi ini menuntut adanya penyiapan berbagai sarana, prasara, tenaga
kependidikan, serta kepelatihan yang baik. Pada beberapa daerah tertentu akan
dikembangkan fasilitas pendidikan dan sistem pendidikan yang berskala
internasional.

Penyiapan SDM didukung dengan penyiapan gizi berkualitas dan pelayanan


kesehatan yang baik. Penyiapan gizi akan terkait dengan pengediaan bahan
makanan lengkap dan berkualitas, namun terjangkau. Sedangkan pelayanan
kesehatan akan berkaitan dengan penyediaan kemudahan layanan kesehatan,
serta tersedianya tenaga kesehatan dan obat-obatanan yang mencukupi.
Pelayanan kesehatan tidak saja bersifat kuratif, namun lebih penting yang
bersifat preventif, terutama terhadap berbagai penyakit yang bersifat pandemik
dan berbahaya seperti Flu Burung, Flu Babi, SARS, dan HIV/AIDS.

Pengembangan SDM Lampung dilakukan dengan tidak melepaskan aspek


budaya lokal. Pengembangan budaya dilakukan dengan menggali, memperkuat,

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

dan akhirnya mengembangkan lebih lanjut budaya lokal dalam segala bentuk
manifestasinya, baik berupa tata nilai, sistem hidup, arsitektur, gerak tari,
maupun pertanian, dan cara bercocok tanam. Dengan demikian, proses
penyiapan SDM akan menghasilkan generasi yang unggul tanpa kehilangan jati
diri.

Pada sisi lain, pengembangan budaya lokal beserta kreasinya akan mampu
mendukung pengembangan pariwisata budaya. Dengan
demikianpengembangan budaya lokal pada akhirnya mampu berkembang
sebagai sumber pendapatan baru, sebagai pendukung ekonomi kerakyatan yang
sedang dibangun.

7.2 Pengelolaan Keuangan Daerah

1. Optimalisasi dan Efisiensi Keuangan Daerah

Arah kebijakan umum berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah yang


pertama adalah melalui optimalisasi semua potensi sumber keuangan daerah
dan digunakan secara efisien untuk biaya pembangunan. Optimalisasi keuangan
daerah diikuti dengan tertib administrasi melalui penggunaan sistem informasi,
sehingga memungkinkan terjadinya transparansi dan akuntabilitas anggaran.

2. Pengembangan Sumber Pendapatan Baru

Arah kebijakan umum berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah yang


kedua adalah melalui pengembangan sumber pendapatan baru secara kreatif
dan inovatif, seperti pengembangan BUMD infrastruktur; pengembangan wisata
alam berbasis pulau terpencil, wisata kuliner, serta wisata konservasi, dll.
Dengan demikian pengembangan sumber pendapatan baru tersebut selaras dan
sinergis dengan pengembangan perekonomian daerah yang berbasis ekonomi
kerakyatan.

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-10
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-11
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-12
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-13
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-14
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-15
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-16
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-17
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-18
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-19
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-20
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-21
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-22
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-23
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-24
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-25
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-26
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-27
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-28
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-29
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan


Hal. 7-30
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah
dijelaskan sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai dengan
bidang urusan pemerintahan selama periode lima tahun, dengan prioritas
program beserta indikator kinerja program, sebagai berikut:

8.1. Program Prioritas Gubernur

Program Prioritas Gubernur ditetapkan sesuai dengan janji Gubernur dan Wakil
Gubernur selama kampanye Pemilihan Kepala Daerah dan disusun berdasarkan
bidang pemerintahan daerah yang menjadi prioritas pertama dalam program
pembangunan daerah selama lima tahun.

Program Prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Periode 2015-2019


adalah sebagai berikut:

A. Bidang Infrastruktrur

a. Menyediakan infrastruktur jalan dan jembatan di seluruh Lampung untuk


memperlancar roda perekonomian rakyat.

b. Membentuk tim khusus yang bertugas memantau kondisi jalan di seluruh


Lampung dan bertindak cepat untuk melakukan perbaikan.

c. Fokus pada jalan-jalan utama yang menjadi jalur distribusi kebutuhan


pokok sehingga pasokan tidak terhambat dan harga tetap stabil.

d. Meningkatkan kualitas dan lebar jalan provinsi yang menghubungkan


dengan Sumatera Selatan dan jalur penyeberangan menuju pulau Jawa.

e. Membangun jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan.

Indikasi Rencana Program Prioritas


Hal 8 - 1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

f. Memperbaiki infrastruktur di perdesaan, daerah terisolasi/tertinggal,


sentra produksi, dan kawasan pertumbuhan baru.

g. Membangun bandara dan pelabuhan laut yang berstandar internasional.

h. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan telekomunikasi dan


listrik.

B. Bidang Investasi (Perizinan Cepat, Mudah, dan Murah)

a. Menciptakan iklim berinvestasi yang kondusif dengan memberikan


kemudahan perijinan bagi investor-investor baru (cepat, mudah, dan
murah) sehingga akan menciptakan banyak lapangan kerja, mengurangi
angka pengangguran, meningkatkan kesejahteraan, dan mengikis
kriminalitas.

b. Memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum, sehingga investor


dapat terus mengembangkan usahanya dan ikut memajukan
perekonomian Lampung.

c. Memberikan informasi potensi peluang usaha dan memfasilitasi kemitraan


yang diinginkan oleh dunia usaha.

C. Bidang Reformasi Birokrasi (Bersih, Transparan, Profesional, dan


Berjiwa Memberi dan Melayani)

a. Mempercepat dan memperpendek waktu pengurusan ijin dan


mempermudah birokrasi.

b. Menyelenggarakan sistem pelayanan publik berlandaskan prinsip good


governance menuju budaya pelayanan prima yang cepat, tepat dan
berkualitas.

c. Menciptakan tata pemerintahan dan mekanisme hubungan antara


pemerintah kabupaten/kota dan provinsi demi terselenggaranya
pembangunan yang terintegratif, efektif dan efisien.

d. Mendukung dan memfasilitasi penyelesaian sengketa hukum.

e. Menyempurnakan sistem dan regulasi hukum derah Lampung.

Indikasi Rencana Program Prioritas


Hal 8 - 2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

f. Membina kesadaran hukum dengan pendekatan keagamaan dan sosial


budaya.

D. Bidang Pertanian

a. Membangun infrastruktur pendukung pertanian dan mengembangkan


kawasan sentra komoditas unggulan pertanian untuk mencapai
swasembada dan ketahanan pangan daerah.

b. Membangun sarana dan prasarana irigasi, normalisasi saluran air dan


bendungan, reklamasi rawa untuk cadangan pangan, dan membangun
tanggul penahan pada daerah rawan banjir.

c. Membantu peminjaman modal pertanian dengan bunga rendah.

d. Penguatan produktivitas UKMK dalam ekonomi kerakyatan berbasis agro


industri-agrobisnis strategis, termasuk di dalamnya perlindungan
terhadap pasar tradisional.

e. Peningkatan peran serta usaha kecil mikro, usaha menengah, dan koperasi
dalam pengembangan berbagai jenis usaha.

f. Fasilitasi dan pengembangan jaringan pemasaran bagi industri


manufaktur, perdagangan dan jasa.

g. Merevitalisasi dan mengembangkan kawasan sentra komoditas unggulan


pertanian dan peternakan.

E. Bidang Kesehatan

a. Meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan mempermudah birokrasi.

b. Mempermudah serta memperpendek jalur birokrasi pelayanan kesehatan


yang berlaku di rumah sakit pemerintah dan pembayarannya ditanggung
oleh pemerintah.

c. Pendirian dan peningkatan fasilitas rumah sakit untuk mengurangi


overload pasien di rumah sakit daerah.

Indikasi Rencana Program Prioritas


Hal 8 - 3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

d. Peningkatan bantuan, infrastruktur, pelayanan puskesmas, dan rumah


sakit di kabupaten/kota.

e. Memberi bantuan operasional biaya kesehatan gratis untuk keluarga


miskin.

F. Bidang Pendidikan

a. Meningkatkan kualitas SDM dan melestarikan budaya daerah Lampung.


b. Melaksanakan amanat Undang-undang dengan mengimplementasikan
pendidikan gratis 12 tahun dan disertai dengan pengawasan materi
pendidikan dan kualitas guru.
c. Memfasilitasi dan memperbaiki infrastruktur pendidikan dasar,
menengah, dan atas, madrasah dan pondok pesantren.
d. Program beasiswa bagi siswa yang kurang mampu.
e. Pengembangan sekolah kejuruan khususnya yang berbasis agribisnis yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut untuk
mendukung pembangunan SDM dan memajukan daerah Lampung.
f. Membina kegiatan kepemudaan, pendidikan ekstra kurikuler, dan
kepramukaan.
g. Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah Lampung melalui
pembangunan pusat-pusat kebudayaan dan pengelenggaraan event-event
budaya yang menjadi pendukung utama pariwisata serta daya tarik bagi
masyarakat lokal maupun internasional untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD).

8.2. Program Prioritas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

Disamping program prioritas Gubernur, dalam perencanaan pembangunan lima


tahunan daerah, ditetapkan program-program yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara umum sebagai implementasi
urusan-urusan pemerintahan Provinsi sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007. Indikasi Rencana Program baik prioritas maupun
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah disajikan pada Tabel 8.1.
(Terlampir)

Indikasi Rencana Program Prioritas


Hal 8 - 4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran


mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Gubernur terpilih pada
akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian
indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun (benchmark)
atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi
kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

Indikator kinerja daerah pada RPJMD Tahun 2015-2019 dirumuskan


berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian
kinerja program (outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah
berkenaan. Penetapan indikator kinerja daerah terhadap capaian kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan Provinsi Lampung Tahun 2015-2019
diuraikan pada Tabel 9.1.

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi
Lampung
Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
A ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
1. Fokus Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi
1.1 Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
A Pertumbuhan PDRB/LPE 5,97% 6,00-6,35% 6,35-6,50% 6,50-6,75% 6,75-7,00% 7,00-7,50% 7,00-7,50%
B Indeks Gini 0,36 0.244 0,19 – 0,20 0,19 – 0,20 0,18 – 0,19 0,18 – 0,19 0,18 – 0,19
C PDRB per kapita (Konstan) 6.890 7.090 7.106 7.106 – 7.500 7.106 – 7.500 7.106 – 7.500 7.106 – 7.500
2. Fokus Kesejahteraan Sosial
2.1. Pendidikan
A Angka Melek Huruf 98,45 95,5 100 100 100 100 100
B Angka Rata-rata Lama Sekolah 7,44 7,50 7,55 7,60 7,65 7,70 7,70
C Angka Partisipasi Murni
- Angka Partisipasi Murni (APM) 97,37 100 100 100 100 100 100
SD/MI/Paket A
- Angka Partisipasi Murni (APM) 74,62 78 80 82 84 86 86
SMP/MTs/Paket B
- Angka Partisipasi Murni (APM) 53,38 57 59 61 63 65 65
SMA/SMK/MA/Paket C

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
D Angka Partisipasi Kasar
- Angka Partisipasi Kasar (APK) 110,70 114 116 118 120 122 122
SD/MI/Paket A
- Angka Partisipasi Kasar (APK) 85,19 98 100 102 104 106 106
SMP/MTs/Paket B
- Angka Partisipasi Kasar (APK) 63,48 67 68,5 70 72 74 74
SMA/SMK/MA/Paket C
2.2. Kesehatan
A Angka Harapan Hidup 70,05 70,5 71,0 71,5 71,6 71,9 71,9
B AKB (/1.000 KH) 113/100 rb 112/100 rb 111/100 rb KH 110/100 rb 110/100 rb 110/100 rb 110/100 rb
KH KH KH KH KH KH
C AKI (/100.000 KH) 178 165 - 170 163 - 165 160 - 163 160 - 163 155 - 160 155 – 160
D Angka Kematian Balita 156 kasus 150 145 140 135 130 130
E Prevalensi Gizi Buruk 350 345 340 335 330 325 325
B ASPEK PELAYANAN UMUM
1 Fokus Layanan Urusan Wajib
Pendidikan Dasar
Angka Partisipasi Sekolah 7 – 12
tahun 99,03 100 100 100 100 100 100
Angka Partisipasi Sekolah 13 –
15 tahun 90,99 92 93 94 95 96 96
Pendidikan Menengah
Angka Partisipasi Sekolah 16 -
18 64,36 69 71 73 75 77 77
Kesehatan
Rasio Puskesmas 3,79 3,80 3,82 3,84 3,86 3,89 3,89

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Anggaran Obat perkapita 8.051 10.500 11.000 11.500 12.000 12.500 12.500
Rasio Dokter per 100 rb pddk 12 13 14 15 16 17 17

Pekerjaan Umum

A Proporsi panjang jalan dalam 61,75 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 85,00
kondisi baik (Tingkat
Kemantapan Jalan Provinsi)
B Kondisi Jalan Negara (%) 83,02 85,50 87,25 92,25 93,25 95,25 95,25

Ketenagakerjaan
Tingkat partisipasi angkatan
94,31 66,37 66,47 66,57 66,67 66,77 66,77
kerja
Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
A Pertumbuhan ekonomi 5,97% 6,00-6,35% 6,35-6,50% 6,50-6,75% 6,75-7,00% 7,00-7,50% 7,00-7,50%
B Tingkat Inflasi (%) 7,56 7,18 6,99 5,93 5,40 4,75 4,75
C Kemiskinan 14,39 13,05 12,50 11,90 11,00 10,00 10,00
D Skala Kepuasan Layanan N/A 2 3 3,5 3,6 3,8 3,8
Masyarakat (skala 1-5)
2 Fokus Layanan Urusan
Pilihan
Pertanian
A Kontribusi sektor pertanian 35,92 35.25 35.80 35.73 35.68 35.63 35,63

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
terhadap PDRB
B Kontribusi sektor perkebunan 5,90 6,20 6,50 6,83 7,17 7,53 7,53
(tanaman keras) terhadap PDRB
C Nilai Tukar Petani (NTP) 124,53 125,64 124,5 125,65 126,65 125,65 125,65
Kehutanan
A Kontribusi sektor kehutanan 0,78 1,08 1,39 1,69 2,00 2,00 2,00
terhadap PDRB
Energi dan Sumber Daya
Mineral
A Kontribusi sektor 1,96 2,06 2,16 2,27 2,38 2,50 2,50
pertambangan terhadap PDRB
Pariwisata
A Kontribusi sektor pariwisata 1,34 1,41 1,48 1,55 1,63 1,71 1,71
(hotel dan restoran) terhadap
PDRB
Kelautan dan Perikanan
A Kontribusi sektor perikanan 7,37 7,74 8,13 8,53 8,96 9,41 9,41
terhadap PDRB
B Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,00 113,72 113,86 114,00 114,15 114,29 114,29

Perdagangan
A Kontribusi sektor Perdagangan 15,86 16,65 17,48 18,14 18,35 18,35 18,35
terhadap PDRB
B Pertumbuhan Ekspor Non Migas 5,60% 6 6,25 6,3 6,5 6,7 6,7

Perindustrian

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
A Kontribusi sektor 15,55 16,44 17,33 18,22 19,11 19,85 19,85
Industriterhadap PDRB
C ASPEK DAYA SAING DAERAH
1 Fokus Kemampuan Ekonomi
Daerah
Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
A Daya beli masyarakat/PPP 517.710 543.60 570.78 599.32 629.28 660.75 660.75
(Rp.000)
B Pengeluaran konsumsi pangan 283.870 298.064 312.967 328.615 345.046 362.298 362.298
per kapita per bulan (Rp.)
C Pengeluaran konsumsi non 233.840 245.532 257.809 270.699 284.234 298.446 298.446
pangan per kapita per bulan
(Rp.)
D Laju Pertumbuhan Investasi 9,04 9,94 10,94 12,03 13,24 14,56 14,56
(Pemberntukan Modal Tetap
Bruto/PMTB) Atas Dasar Harga
Berlaku
E Pertumbuhan PAD (%) 3,76 2,64 8,84 10,28 10,40 10,23 10,23

Lingkungan Hidup
A Kelas Status Mutu Sungai Utama D D C C C B B
dan Waduk Besar

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

Kondisi Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun Kinerja pada
NO URUSAN/INDIKATOR awal periode akhir
KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD periode
DAERAH
2013 2015 2016 2017 2018 2019 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
B Jumlah hari dengan Kualitas N/A N/A 27 – 30 hari 27 – 30 hari 27 – 30 hari 32 – 35 hari 32 – 35 hari
Udara Perkotaan Kategori Baik baik/tahun baik/tahun baik/tahun baik/tahun baik/tahun
C Capaian Luas Kawasan Lindung 28,00 29,00 29,00 – 30,00 30,00 – 31,00 31,00 – 34,00 34,00 – 35,00 34,00 – 35,00
terhadap Luas Lampung
D Rasio elektrifikasi Perdesaan 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
F Rasio elektrifikasi rumah tangga 72 74,16 76,38 78,68 81,04 83,47 83,47
Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
A Rasio angka kriminalitas 0,38 0,38 0,36 0,35 0,34 0,32 0,30
terhadap jumlah penduduk

B Tingkap Partisipasi Pemilih 70,00 70,00 – 73,00 73,00 – 75,00 75,00 – 78,00 75,00 – 78,00 > 78% > 78%

4 Sumber Daya Manusia


A Indeks Pembangunan Manusia 72,87 73,77 74,22 74,72 75,12 76,52 76,52
(IPM)
Ketenagakerjaan
A Rasio ketergantungan 50,10 52,55 46,51 46,52 46,60 46,75 46,75
B Laju Pertumbuhan Penduduk 1,23 1,23 – 1,33 1,33 – 1,43 1,43 – 1,53 1,53 – 1,63 1,63 – 1,73 1,63 – 1,73
C Tingkat Pengangguran Terbuka 5,69 5,18 4,56 4,01 3,5,0 3,11 3,11
D Indeks Pembangunan Gender 93,96* 65,86 – 66,00 66,00 – 68,00 68,00 – 69,00 69,00 – 70,00 70,00 – 70,50 70,00 – 70,50
E Indeks Pemberdayaan Gender 67,24* 63,50 - 64,50 64,50 - 66,50 66,50 – 67,50 67,50 – 68,50 68,50 – 69,00 68,50 – 69,00

*= data tahun 2012, data tahun 2013 belum tersedia

Penetapan Indikator Kinerja Daerah


Hal. 9-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH
PELAKSANAAN

10.1 Pedoman Transisi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Lampung


Tahun 2015-2019 ini merupakan dokumen perencanaan yang disusun oleh
kepala daerah hasil pemilihan umum kepala daerah tahun 2014. RPJMD
Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 adalah dokumen perencanaan daerah
untuk periode 5 (lima) tahunan merupakan penjabaran dari visi, misi dan
program Kepala Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Provinsi Lampung serta memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung dan RPJM Nasional. Hal ini sesuai dengan amanat dari Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

10.2 Kaidah Pelaksanaan

RPJM Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 merupakan tahap ketiga dari
pelaksanaan RPJP Daerah Provinsi Lampung Tahun 2005-2025. Untuk
pencapaian visi RPJMD 2015-2019, dilaksanakan melalui 5 (lima) misi.

Pada RPJMD 2015-2019 dibagi dalam 5 tahap pembangunan sesuai dengan


prioritas, diantaranya: peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan dan pendidikan sehingga menaikkan IPM; pembangunan
infrastruktur strategis; revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri
pengolahan yang berdaya saing; rehabilitasi dan konservasi lingkungan; dan
penataan struktur pemerintahan daerah. RPJM Daerah Provinsi Lampung Tahun
2015-2019, dijadikan pedoman dalam:

Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan


Hal. 10-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

1. Penyusunan RKPD setiap tahun mulai Tahun 2015—2019;


2. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja)
SKPD, dan perencanaan penganggaran;
3. Penyusunan RPJM Daerah, Renstra SKPD, Renja SKPD dan RKPD serta
perencanaan penganggaran kabupaten dan kota se-Lampung;
4. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan
terpadu antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan
kabupaten/kota serta dengan provinsi yang berbatasan.

Dalam memperkuat RPJMD, pada tahap implementasi perlu berbagai studi


kebijakan dilakukan antara lain: 1. Penyusunan inter regional input output
matrik ; 2. Transformasi budaya lampung – menuju budaya produktif berbasis
berpiil pesenggiri, nemui-nyimah, nengah nyapur, bejuluk beadok, 3. Studi
pengembangan kawasan ekonomi khusus atau KEK: a. Pesisir Barat Sebagai
Kawasan Wisata Bahari dan Pesisir, b. Studi Pengembangan Pertanian berbasis
Kawasan Pertanian (Way Kanan, Tulang Bawang Barat, Tulang Bawang, Mesuji),
c. Lampung Barat Kawasan Konservasi dan Perkebunan, d. Krakatau dan
Kalianda Kawasan Wisata Bahari dan Industri Perikanan, e. Tanggamus sebagai
Kawasan Industri Maritim, dan d. Pengembangan kawasan indusri manufaktur,
4. Studi strategi pengembangan promosi dan pengelolaan investasi, 5. Studi
Revisi Tata Ruang Wilayah, 6. Pengembangan basis data pembangunan berbasis
GIS, 7. Penyusunan Road Map Pembangunan Pertanian Terpadu Provinsi
Lampung, dll.

Keberhasilan implementasi RPJMD, tergantung pada kesepahaman dan


komitmen bersama antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi Lampung,
Pemerintahan Kabupaten dan Kota se Lampung serta pemangku kepentingan di
Lampung dalam kurun waktu Tahun 2015-2019. Oleh karena itu, konsistensi,
kerjasama, transparansi dan inovasi, serta rasa tanggung jawab tinggi
diperlukan guna pencapaian target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD
dengan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan


Hal. 10-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015—2019

a. Gubernur berkewajiban menyebarluaskan peraturan daerah tentang


RPJMD kepada masyarakat;

b. Seluruh SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah


Kabupaten/Kota se-Lampung dan pemangku kepentingan agar
mendukung pencapaian target-target sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam RPJMD;

c. Seluruh SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah


Kabupaten/Kota se-Lampung dan pemangku kepentingan agar
melaksanakan program-program yang tercantum di dalam RPJMD dengan
sebaik-baiknya;

d. Seluruh SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Lampung dalam menyusun


Renstra SKPD berpedoman pada RPJMD;

e. Seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota se-Lampung dalam menyusun


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten/Kota harus
memperhatikan RPJMD;

f. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung


melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan
RPJMD, mengkoordinasikan hasil evaluasi Renstra SKPD di lingkup
Provinsi Lampung, dan melakukan fasilitasi pengendalian dan evaluasi
rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Lampung.

Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan


Hal. 10-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015--2019

BAB XI
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Lampung Tahun 2015–2019 disusun berdasarkan pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005–2025, yang merupakan
perencanaan jangka menengah tahap ketiga dalam periode tahun 2005-2025.
Dengan adanya RPJMD Tahun 2015-2019 maka diharapkan pembangunan
dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga visi dan misi Provinsi
Lampung dapat tercapai sesuai dengan tujuan, sasaran, dan kebijakan.
Selanjutnya untuk menjabarkan RPJMD Tahun 2005-2019, perlu ditindaklanjuti
dengan penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Lampung setiap tahunnya.
Keberhasilan implementasi pelaksanaan RPJMD 2005-2019, sangat
tergantung dari kesepahaman, kesepakatan, dan komitmen bersama antara
Pemerintah, Pemerintahan Provinsi Lampung, Pemerintahan Kabupaten dan
Kota se-Provinsi Lampung serta pemangku kepentingan di Provinsi Lampung
dalam kurun waktu Tahun 2015 – 2019, oleh karena itu partisipasi aktif seluruh
elemen masyarakat sangat diperlukan.
Demikian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Lampung Tahun 2015–2019 disusun untuk menjadi landasan dalam
pelaksanaan pembangunan di Provinsi Lampung 5 (Lima) Tahun kedepan.

GUBERNUR LAMPUNG,

M.RIDHO FICARDO

PENUTUP
Hal. 11-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

LAMPIRAN
KONTRIBUTOR

1. MUSRENBANG RPJMD, TANGGAL 2 JULI 2014


1. Gubernur Lampung: M. Ridho Ficardo, SIP, M.Si
2. Wakil Gubernur Lampung: H. Bachtiar Basri, SH, MH
3. Plt. Sekretaris Provinsi Lampung: Ir. Arinal Junaidi
4. Kepala Bappeda Provinsi Lampung: Ir. Fahrizal Darminto, M.Sc.
5. Narasumber:
a. Dr. Yuswandi AT (Sekjen Kemendagri)
b. Staf Ahli Penataan Ruang dan Kemaritiman Bappenas
c. Rukijo, SE., MS. (Direktur Pendapatan Daerah dan Retribusi
Daerah Kementerian Keuangan)
d. Prof. Dr. Ir. Rohmin Dahuri (Akademisi IPB)
e. Ir. Hediyanto, MT (Kepala Badan Pembina Jasa Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum)
f. Kementerian Perhubungan
g. Dr. Suwandi (Kabag Penyusunan Kebijakan Program dan Wilayah
Sekjen Kementerian Pertanian)
h. Ir. Nilanto Prabowo (Ka.Biro Perencanaan Kementerian Kelautan
dan Perikanan)
6. Tokoh Masyarakat Lampung di Jakarta
a. Drs. Tursandi Alwi
b. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M. Sc.
c. Dr. Kausar Ali Saleh, M.Si
7. Para Assisten Sekretaris Daerah Provinsi Lampung:
a. Assisten 1: Irwan Sahri, SH, MH
b. Assisten 2: Drs. Adham
c. Assisten 3: Fitter Syahbudin, SH
d. Assisten 4: Elya Muchtar, SH

Lampiran
Hal. I-1
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

8. Staf Ahli:
a. Drs. Syarip Anwar, MP (Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik)
b. Ir. Ansori, MT (Bidang Ekonomi dan Pembangunan)
c. Rifki Wirawan, SE (Bidang Kemasyarakatan dan SDM)
d. Drs, Sobri, MM (Bidang Keuangan dan Aset Daerah)
9. Tenaga Ahli Pemerintah Provinsi Lampung
a. Dr. Suwondo, MA (Tenaga Ahli Provinsi)
b. Ir. Zainal Mutaqin, MS (Tenaga Ahli Provinsi)
c. Prof. Wan Abbas Zakaria (Moderator, Dekan Pertanian Unila)
d. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, MS (Moderator)
e. Dr. Ari Darmastuti, MA (Tenaga Ahli Provinsi)
f. Dr. Yuswanto, SH, MH (Tenaga Ahli Provinsi)
g. Asrian Hendi Caya, SE., ME (Tenaga Ahli Provinsi)
h. Dr. Ayi Ahadiat, SE. MBA (Tenaga Ahli Provinsi)
i. Drs. Budi Harjo, MIP (Tenaga Ahli Provinsi)
j. Drs. Syafarudin, MA (Tenaga Ahli Provinsi)
k. Drs. Hasyimkan, M. Hum (Tenaga Ahli Provinsi)
10. Moderator : Dr. Ir. Hery Riyanto, MT (Dekan Fakultas Teknik UBL)
11. Sekretaris dan Kepala Bidang pada Bappeda Provinsi Lampung:
a. Elvira Umihani, SP, MS (Sekretaris Bappeda Provinsi Lampung)
b. Bobby Irawan, SE. MSi (Kabid EKonomi Bappeda Provinsi
Lampung)
c. Indra Permana Amurwaraharja, S.Hut, M.Si (Kabid Fisik dan
Prasarana Bappeda Provinsi Lampung)
d. Dra. Evie Fatmawati, M.Si (Kabid Sosial Budaya Bappeda Provinsi
Lampung)
e. Hermansyah, S.E, MM (Kabid Pengendalian Bappeda Provinsi
Lampung)
f. Drs. Koharuddin (Kabid Litbang Bappeda Provinsi Lampung)
g. Denok Aryani, SE (Kepala UPT Data Spasial Bappeda Provinsi
Lampung)

Lampiran
Hal. I-2
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

12. Notulen :
1. Ridwan Sahadi, S.Si
2. Iwan Meylani, S.STP, M.Si
3. Dodi Hendrawan, S.T., M.EP.
4. Fitrianita Damhuri, S.STP, M.Si.
5. Rinvayanti, SE, MT.

Lampiran
Hal. I-3
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

2. TAHAP FOKUS GROUP DISCUSSION PER MISI


Misi I : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat
Kemandirian Daerah
Tempat: Aula Bank Indonesia
1. Penanggung Jawab FGD: Asisten II Setda Prov. Lampung
2. Direktur Bank Indonesia
3. Pemapar Materi Misi 1: Prof. Wan Abbas Zakaria
4. Narasumber:
a. Prof. Dr. Irwan Effendi, M.Si
b. Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, SE, M.Si (Dekan Fakultas Ekonomi
UNILA)
5. Mahfud Santoso (PT. GGPC)
6. Moderator : Asrian Hendi Caya, SE, M.Si (Tenaga Ahli Gubernur)
7. Notulen :
1. Dodi Hendrawan, ST, MEP.
2. Ir. Deslina
3. Rinvayanti, SE., MT.
4. Iwan Meylani, S.STP, M.Si.

Misi II : Meningkatkan Infrastruktur untuk Pengembangan


Ekonomi dan Pelayanan Sosial
Tempat: Universitas Bandar Lampung
1. Penanggung Jawab FGD: Staf Ahli Gubernur Bidang SDM: Ir. Nasrizal
Djalinus
2. Tuan Rumah: Rektor Universitas Bandar Lampung
3. Pemapar Materi Misi 2: Kepala Bappeda, Ir. Fahrizal Darminto, MSc
4. Narasumber:
1. Ir. Dwi Heriyanto, MT (Fakultas Teknik UNILA)
2. Dr. Ofyar Z. Tamim (ITB)
5. Moderator: Ir. Hery Riyanto, MT (Dekan Fakultas Teknik UBL)
6. Notulen :
1. Endang Wahyuni, ST, M.Si.

Lampiran
Hal. I-4
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

2. Belly Pahlupi, ST, MT.


3. Dwi Prasetyo, S.STP, M.Si.
4. Sayu Kade, ST.

Misi III.a: Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Budaya


Masyarakat, dan Toleransi Kehidupan Beragama
Tempat : Universitas Lampung
1. Penanggung Jawab FGD: Asisten III Setda Prov. Lampung
2. Tuan Rumah: Rektor Universitas Lampung
3. Pemapar Materi Misi 3a: Dr. Ayi Ahadiat, SE, MBA
4. Narasumber:
a. Dr. Hi. A. Zamahsjari Sahli, MKM, AAAK (Ketua STIKES UMITRA)
b. Dr. Setyarso, M Biomed (Dekan Fak. Kedokteran UNILA)
c. Dr. Bujang Rahman (Dekan FKIP UNILA)
d. Prof. Marzuki (UM Metro)
5. Moderator: Dr. Suwondo (Tenaga Ahli Gubernur)
6. Notulen :
a. Fitrianita Damhuri, S.STP., M.Si.
b. Ir. Sri Nurmaria
c. Busyairi Afton, SE, MM.
d. Refario, S.Si.
7. Kontributor :
a. Bpk. Marzuki (UM Metro)
b. Bapak Sutiarso (Dekan Fak. Kedokteran Unila)
c. Bapak Bujang Rahman (Dekan FKIP Unila)
d. Bapak Dr. Hi. Zamahsyahri Sahli (STIKES UMITRA)
e. Bapak Hanim (DPRD Tanggamus)
f. dr. Arif Efendi (RSUAM)
g. Abikusno (Organisasi profesi/YAKMI Lampung)
h. Hadi (FMGI)
i. Sulton (KONI)
j. Zainal abidin (Fak kesehatan malahayati)

Lampiran
Hal. I-5
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

k. Holida (Komisi Informasi Lampung)


l. Abdul azis (RS Jiwa)
8. Peserta: SKPD Terkait, Para Akademisi, dan Para Stakeholders

Misi III b: Budaya dan Agama


Tempat : IAIN Raden Inten
1. Penanggung Jawab FGD: Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan:
Drs. Syarif Anwar
2. Tuan Rumah: Rektor IAIN
3. Pemapar Materi Misi 3b: Dr. Ayi Ahadiat, SE, MBA
4. Narasumber:
a. Prof. Mukri (Rektor IAIN)
b. Tajudin Noor, SH (Tokoh Adat Lampung)
c. Iwan Nurdaya Ja’far (Seniman Lampung)
5. Moderator: Prof. Khomsahrial (PR I. UBL)
6. Notulen :
a. Andi Arafat, SE, M.Si.
b. Endi Apriyadi, S.Pt.
a. Azis Satria
b. Mundhirul

Misi IV : Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


Tempat: Perguruan Tinggi Darmajaya
1. Penanggungjawab FGD: Asisten IV Setda Prov. Lampung Elya
Muchtar dan Ir. Choiria Pandarita (Staf Ahli Bid Keuangan dan Aset)
2. Tuan Rumah: Rektor Perguruan Tinggi Darmajaya
3. Pemapar Materi Misi 4: Kepala Bappeda
4. Narasumber:
a. DR. Toto Gunarto, SE, M.Si (Ketua PSL UNILA)
b. Ir. Udin Hasanudin, M.Si
5. Moderator: DR. Zainal Abidin (Fak. Pertanian UNILA)
6. Kontributor :

Lampiran
Hal. I-6
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

1. Dr. Sumaryo DS, M.Si


2. Dr. Ir. Udin Hasanudin, MS
3. Napoleon Dewangsa, S.Si, M.T
4. Agus (Peratuan Sarjana Kehutanan Indonesia)
5. Almuheri (Yayasan Masyarakat Pemerhati Hutan Indonesia)
6. Ibu Anita (Dinas Kesehatan)
7. Yusuf Kohar (Apindo)
8. Iwan Nasution (Lembah Hijau)
9. Eka (Bappeda Metro)
10. Berta (DinKes Provinsi)
11. Nasrullah Arsyad (BPS Prov Lampung)
12. Hesti (Watala)
13. Aditya ( Bappeda Kota Metro)
14. Imam Kuncoro (DKP Provinsi)
15. Maulidia (Komisi Informasi)
7. Notulen :
a. Ratni Puspa Dewi, ST
b. Meilia, ST
c. August Rico, ST, M.UM.
d. Lola Afriana, SE

Misi V : Hukum, Demokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan


Tempat: Perguruan Tinggi Teknokrat
1. Penanggung Jawab FGD: Asisten I Setda Prov. Lampung
2. Tuan Rumah: Rektor Perguruan Tinggi Teknokrat
3. Pemapar Materi Misi 5: Dr. Dedy Hermawan
4. Narasumber:
a. Drs. Ariska Warganegara, MA (Ahli Ilmu Politik)
b. Dr. Rudy, SH, MH (Ahli Hukum)
c. Robbi Cahyadi, SIP, MIP
b. Armen Yasir, SH, MH

Lampiran
Hal. I-7
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

5. Moderator:
1. Dr. Ari Darmastuti (Tenaga Ahli Gubernur)
2. Budiharjo, SIP, MP
6. Kontributor :
a. Zainurman (Kepala Bandiklat)
b. M. Fadli (Badan Penanggulangan Bencana)
c. Laksono Ramlan (Bappeda Lampung Tengah)
d. Agus Salim (kejaksaan tinggi)
e. Alen (LBH Bandar Lampung)
f. M. Akbar (inspektorat prov)
7. Notulen :
a. Garibaldi Hasbani
b. Ridwan Sahadi, S.Si.
c. Milyana

Lampiran
Hal. I-8
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

3. TAHAP KONSULTASI PUBLIK : ROAD SHOW TO KABUPATEN/KOTA –


Mei – Juni 2014
1. Tuan Rumah Penyelenggara: Bupati/Walikota Kepala Daerah
2. Narasumber: Tenaga Ahli Pemerintah Provinsi Lampung:
a. Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat, Pesisir
Barat dan Tanggamus
1. Dr. Suwondo, MA
2. Dr. Yuswanto, SH, MH
3. Dr. Ayi Ahadiat, SE. MBA
4. Drs. Budi Harjo, MIP
b. Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Tengah, Tubabar,
Tuba dan Mesuji
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, MS
2. Asrian Hendi Caya, SE., ME
3. Drs. Syafarudin, MA
4. Drs. Hasyimkan, M. Hum
c. Kabupaten Lampung Selatan, Kota Metro, Pesawaran dan
Pringsewu
1. Ir. Zainal Mutaqin, MS
2. Prof. Wan Abbas Zakaria
3. Dr. Ari Darmastuti, MA

Lampiran
Hal. I-9
RPJMD PROVINSI LAMPUNG 2015-2019

4. TAHAP PENYUSUNAN DRAF TEKNOKRATIK - 2013


Bappeda Provinsi Lampung:
1. Kepala: Tony L Tobing, SE., MSP
2. Sekretaris: Ir. Zainal Abidin, MT
3. Subbag Perencanaan; Bobby Irawan, SE. MSi

TIM Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Unila


1. Penanggng Jawab: Ketua LPM, Dr. Supomo Kandar, MS
2. Ketua Tim Tenaga Ahli: Dr. Ayi Ahadiat, SE. MBA
3. Anggota Tim Tenaga Ahli:
a. Prof. Ir. Wan Abbas Zakaria, MSi
b. Dr. Toto Gunarto, MSi
c. Drs. Dadang Ishak Iskandar, MM
d. Drs. Budi Harjo
e. Dr. Cand. Usep Syaipudin, SE. MSAk
f. Ir. Dwi Joko Winarno, MT
g. Dr. Syarif Makhya, MS
4. Para Assisten Tim Ahli
a. Maulana Rochdiyat
b. Hendra Prasetya, SE
c. Rival Arian

Lampiran
Hal. I-10

Anda mungkin juga menyukai