Dosen Pengajar :
Dr. Azwardi, SE, M.Si.
Feny Marissa, SE, M.Si.
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS PALEMBANG
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
3.2. Perkembangan Infrastruktur Di Kota Palembang ............. Error! Bookmark not defined.
3.3.1. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembiayaan Infrastruktur ............. Error! Bookmark not
defined.
4.1.Kesimpulan ........................................................................................................................ 22
2
Daftar Tabel
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
mengenai perkembangan infastruktur untuk mencapai keberhasilan suatu pembangunan
daerah tersebut.
Berdasarkan data APBD tahun 2019, provinsi yang telah memenuhi anggaran
infrastruktur 25% dari Dana Transfer Umum (DAU dan DBH) sejumlah 29 provinsi
dimana Provinsi Sumatera Selatan dengan 95,52% dengan pembangunan terbesar di
kota Palembang. Dari beberapa penjelas diata melatar belakangi analisi kami untuk
mengetahui bagaimana implementasi kebijkan pemerintah kota Palembang terhadap
perkembangan Infrastruktur. (Kemenkeu, n.d.-b)
1.3 Tujuan
1.4. Manfaat
1.4.1. Penelitian ini dapat menjadi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan masalah pengaruh Pendapatan daerah dan dana perimbangan
terhadap perkembangan Infrastruktur di Kota Palembang.
1.4.2. Sebagai bahan evaluasi bagi para praktisi sebelumnya
1.4.3. Memberikan informasi berupa bahan bacaan atau refrensi bagi disiplin ilmu yang
relevan.
1.4.4. Sebagai ketentuan-ketentuan baru dalam pembuatan kebijakan yang sesuai dengan
topik penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
6
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. (Daerah, 2021)
Menginjak usia ke-1338 pada 17 Juni tahun ini, Kota Palembang terus berbenah.
Dari 9 program unggulan Wali Kota dan Wakil Wali Kota , baik sisi sosial ekonomi
hingga pembangunan infrastruktur, masih harus diselesaikan. Evaluasi pembangunan
Kota Palembang dari sisi sosial ekonomi dan infrastruktur masih belum terealisasi
seluruhnya. Perencanaan pembangunan infrastruktur telah dilakukan dan tinggal
pengerjaan fisik. Berikut hasil fisik Pembangunan dan Perkembangan Infrastruktur Di
kota Palembang selama 5 tahun terakhir, yang paling berdampak :
1. Light Rail Transit (LRT), pembangunan infrastruktur Light Rail Transit (LRT) untuk
mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Palembang. Pembangunan LRT sepanjang ±
23 km ini dibiayai dengan menggunakan dana APBN senilai sekitar 7,3 Triliun
dimulai pembangunannya pada akhir tahun 2015 dan direncanakan selesai pada Juni
2018, sebelum perhelatan akbar Asian Games dilaksanakan
2. Jembatan Musi VI, Jembatan Musi VI dibangun sejak 2015 dan menelan biaya Rp548
miliar yang bersumber dari APBD Sumatera Selatan. Jembatan tersebut memiliki dua
ruas jalan dengan lebar jembatan 11,5 meter serta diterangi dengan 1.527 lampu.
3. Flyover keramasan dan flyover bandara, Flyover Keramasan memiliki panjang 650
meter. Biaya pembangunannya sekitar Rp 236 miliar dengan sistem kontrak tahun
jamak dari 2016-2018. Sementara flyover Simpang Bandara-Tanjung Api-api
sepanjang 460 meter dikerjakan oleh kontraktor PT Modern Widya Tehnical dengan
anggaran tahun jamak 2016-2018 sebesar Rp 159,5 miliar.
4. Infrastruktur jalan, jaringan perpipaan SPAM, pembangunan prasarana dan sarana
umum pemukiman, pembangunan kolam retensi dan pengendalian banjir daerah aliran
sungai (DAS) dan pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah serta internet desa
di Kota Palembang. Pembangunan infrastruktur tersebut pada tahun 2019 sebesar Rp
155,6 miliar dan pada tahun 2020 sebesar Rp 512,87 miliar. Yang terbagi dalam
beberapa instansi seperti Dinas PUMTRSS, Dinas Perumahan dan Permukiman,
Dinas PSDA dan Dinas Kominfo.
7
Tabel 1.1. Pengeluaran Infrastruktur di Kota Palembang 2016-2020
Tahun Infrastruktur
2016 322,066,440,000
2017 398,916,150,000
2018 464,627,950,000
2019 624,312,890,000
2020 729,828,000,000
Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa belanja infrastruktur kota Palembang
selama Lima tahun terakhir ini terus meningkat, bahkan di tahun 2020 dimana dari
kuartal awal telah dilanda Pandemi , Pembangunan infrastruktur di Kota Palembang
tetap berjalan.
Sesuai dengan yang di katakan Walikota, Pandemi tak menjadi penghalang hanya
terkedala komunikasi namun koordinasi tetap bisa dilakukan, walaupun terbatas.
Program pembangunan tetap dikerjakan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Jangka
Menengah Daerah (RKPJMD). Berikut Penjabaran Belanja Infrastruktur Kota
Palembang :
Air Minum
Alat Berat 2367000000.00 14234500000.00 9061250000.00 16770950000.00 23481300000.00
Alat Laboratorium 1980000000.00 34267831.86 3124728664.00 3565900000.00 7349694000.00
Bangunan dan
Jaringan Air
Gedung Kantor 60232283385.00 78323007950.00 37881487752.59 95843151134.00 92545321400.00
Irigasi
Jalan 348097606309.30 402180867423.30 572797722000.00 711630141800.00 670842189904.00
Konstruksi Bangunan
Lainnya 6087140000.00 3521007023.27 7680000000.00 30362988000.00 13780000000.00
Pendidikan 61741638085.10 101980953980.30 103205589859.46 112814537684.00 121490454850.00
8
Pengadaan Alat 218417559599.47 268244916027.60 308264035907.05 395112969913.89 506420490874.00
Kantor
Pengadaan Komputer 7683084680.81 11149128778.54 16914989900.00 23974811606.00 38262907100.00
Pengadaan 600000000.00 602400000.00 600000000.00 875000000.00 400000000.00
Pembelian Bangunan
Sanitasi 270374695.40 2348050202.44 2005050202.44 2178250000.00 3376500000.00
9
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
3. Dana perimbangan
4. Pinjaman daerah
5. Lain-lain pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber-sumber pendapatan asli
daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri
dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimilik, untuk itu usaha untuk
mendapatakan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-
terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah
daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.
Pendapatan Asli
Tahun
Daerah
2016 781,410,000,000
2017 1,091,700,000,000
2018 953,300,000,000
2019 1,081,110,000,000
2020 1,032,720,000,000
Sumber data (Kemenkeu.apbd, n.d.)
Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah
sebagai perwujudan Desentralisasi. (Lestari, 2015)
11
Pertambangan gas bumi
Pertambangan panas bumi.
Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa dana bagi hasil kota Palembang yang
terbesar berada pada tahun 2019 yaitu sebesar 292.003.395.000 dan dana bagi hasil kota
Palembang yang terkecil berada pada taahun 2016 yaitu sebesar 210.076.373.000.
13
Tabel 5. Dana Alokasi Khusus Kota Palembang Tahun 2016-2020
Dana Alokasi
Tahun
Khusus
2016 321,800,800,000
2017 431,292,000,000
2018 481,900,000,000
2019 437,385,000,000
2020 464,130,000,000
Sumber data (Kemenkeu.tkdd, n.d.-a)
Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa dana bagi hasil kota Palembang yang
terbesar berada pada tahun 2019 yaitu sebesar 481.900.000 dan yang terkecil berada
pada tahun 2016 yaitu sebesar 321.800.800
14
pembiayaan pembangunan daerah termasuk pembangunan infrastruktur sebagian
diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimaksud adalah pajak daerah, retribusi daerah,bagian laba BUMD,
penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan lain-lain, juga penerimaan dari bagi hasil
bukan pajak,sumbangan dan bantuan baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah
daerah. Dengan potensi yang dimilki oleh kota Palembang apabila dimaksimalkan maka
dapat dijadikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dari penerimaan tersebut
dapat digunakan salah satunya untuk pembangunan daerah termasuk pembangunan
infrastruktur daerah
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
Teknik analisis untuk menjawab masalah yang dikemukakan adalah dengan
analisis regresi berganda:
Y = a + b1X1 + b2 X2 + e.
Keterangan :
Y = Pengembangan Infrastruktur
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Perimbangan,
e = error.
Model regresi harus diuji dengan asumsi klasik. Pengujian dengan asumsi klasik
dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model
analisis yang tepat. Adapun uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari: Uji
normalitas data, uji linearitas, uji multikolinearitas, homoskedastisitas dan uji
autokorelasi. Uji normalitas data dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test. Uji linearitas data digunakan pendekatan grafik. Uji Homoskedastisitas
dengan menggunakan Uji Rho Spearman. Uji multikolinearitas dengan melihat hasil
Tolerance atau VIF. Uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Uji
Durbin-Watson digunakan untuk menguji model regresi linear antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peride t-1. Angka D-W
diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Selanjutnya untuk mempermudah
analisis data, maka digunakan aplikasi analisis multi variate dengan program IBM SPSS
25.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 6.1 Normalitas Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dana
Infrastruktur PAD Perimbangan
N 5 5 5
Normal Parametersa,b Mean 507950.2860 988048.0000 2121119.1912
Std. Deviation 166649.36798 127775.72841 154937.63411
Most Extreme Differences Absolute .203 .237 .328
Positive .203 .209 .235
Negative -.157 -.237 -.328
Test Statistic .203 .237 .328
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c,d .084c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber Olahan SPSS 25
18
Total 28480843729283 2
Sumber Olahan SPSS 25
4.3.Uji Autokorelasi
Autokorelasi diperoleh angka Durbin-Watson 1,398. Angka D-W 1,398 terletak
di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
Tabel 6.3 Autokorelasi Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,
dan Pengembangan Infrastruktur
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .640a .409 -.181 181117.58362
a. Predictors: (Constant), Dana Perimbangan, PAD
b. Dependent Variable: Infrastruktur
19
a. Dependent Variable: Infrastruktur
Berdasarkan Tabel 3 Hasil Uji T, untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) diketahui
bahwa t = 2,231 dengan Sig. t = 0,023. Hasil Sig. t = 0,023 lebih kecil dari 0,05 berarti
koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (PAD) signifikan. Artinya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur
pada Pemerintah Kota Palembang. Koefisien regresi tersebut positif, maka dapat
diinterpretasikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh positif
terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang. Artinya, jika
Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat, maka Pengembangan Infrastruktur akan
meningkat secara signifikan. Jadi, Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan: Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur
pada Pemerintah Kota Palembang terbukti atau dapat diterima.
20
Residual 65607158193.604 2 32803579096.802
Total 111088047393.042 4
a. Dependent Variable: Infrastruktur
b. Predictors: (Constant), Dana Perimbangan, PAD
Berdasarkan Tabel 6.5 Hasil Uji Korelasi, diketahui bahwa korelasi antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan terhadap
Pengembangan Infrastruktur adalah sebesar 0,840 Angka korelasi ini termasuk kategori
cukup kuat. Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara
bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang kuat terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang. Sedangkan sumbangan/kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang adalah sebesar 0,918 atau kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan terhadap
Pengembangan Infrastruktur sebesar 91,8% dan sisanya sebesar 8,2% dipengaruhi oleh
faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
21
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24