Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP PERKEMBANGAN INFRRASTRUKTUR


DI KOTA PALEMBANG

Disusun Oleh (Kelompok 7) :


Annisa Khairani (01021381924114)
Reni (01021381924115)

Dosen Pengajar :
Dr. Azwardi, SE, M.Si.
Feny Marissa, SE, M.Si.

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS PALEMBANG
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5

1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6

2.1. Landasan Teori.................................................................................................................... 6

2.1.1. Infrastruktur Daerah ......................................................................................................... 6

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah ................................................................................................... 9

2.1.3. Dana Perimbangan ......................................................................................................... 10

2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................................................................... 15

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 16

3.1. Gambaran Umum .............................................................. Error! Bookmark not defined.

3.2. Perkembangan Infrastruktur Di Kota Palembang ............. Error! Bookmark not defined.

3.3. Kebijakan Pemerintah Kota Palembang Terhadap Perkembangan Infrastruktur ......Error!


Bookmark not defined.

3.3.1. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembiayaan Infrastruktur ............. Error! Bookmark not
defined.

3.3.2.Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Palembang Terhadap Perkembangan


Infrastruktur ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 16

4.1.Kesimpulan ........................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

2
Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pengeluaran Infrastruktur di Kota Palembang 2016-2020………………………...8


Tabel 1.2.Penjabaran Belanja Infrastruktur Kota Palembang Tahun 2016-2020……………..8
Tabel 2. Pendapatan Asli Daerah Kota Plembang Tahun 2016-2020………………………..10
Tabel 3. Dana Bagi Hasil Kota Palembang Tahun 2016-2020……………………………....12
Tabel 4. Dana Alokasi Umum Kota Palembang Tahun 2016-2020……………………….....12
Tabel 5. Dana Alokasi Khusus Kota Palembang Tahun 2016-2020………………………....14
Tabel 6.1 Normalitas Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur…………………………………………………………………18
Tabel 6.2. Linearitas Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur…………………………………………………………………18
Tabel 6.3 Autokorelasi Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur…………………………………………………………………19
Tabel 6.3 Hasil Uji T…………………………………………………………………………19
Tabel 6.4 Hasil Uji F…………………………………………………………………………20
Tabel 6.5 Hasil Uji Korelasi………………………………………………………………….21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur merupakan aspek yang penting untuk mempercepat


proses pembangunan nasional dan daerah. Pembangunan infrastruktur sebagai bentuk
kemajuan perekonomian dan pendorong berkembangnya di sektor lain. Pembangunan
infrastruktur menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, dengan bertambahnya perbaikan infrastruktur yang dilakukan oleh
pemerintah maka diharapkan akan menjadi bentuk kemajuan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu infrastruktur juga berperan memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka menggalakkan pembangunan
infrastruktur di daerah yaitu melalui pengalokasi Anggaran Infrastruktur sebesar 25%
dari Dana Transfer Umum yang mencakup Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi
Hasil (DBH). Kebijakan tersebut bertujuan agar belanja pemerintah daerah tidak hanya
untuk belanja aparatur saja namun lebih kepada belanja yang ditujukan untuk pelayanan
publik sesuai Pasal 39 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Otonomi Khusus.
Daerah yang telah memenuhi besaran alokasi belanja infrastruktur di APBD
tahun 2019 mengalami peningkatan jika dibandingan pada tahun 2018 yaitu dari 248
daerah menjadi 354 daerah. Daerah yang belum mampu memenuhi kewajiban terkait
pemenuhan belanja infrastruktur daerah hanya sekitar 34% dari total 542 pemerintah
daerah. Kedepannya diharapkan lebih banyak daerah yang dapat memenuhi kewajiban
tersebut agar pembangunan infrastruktur di daerah lebih baik lagi dan mampu
memberikan dampak multiplier effect utamanya untuk masyarakat.
Adanya peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur di kota Palembang
diharapkan mampu untuk meningkatkan kondisi perekonomian. Dengan peningkatan
kondisi pembangunan daerah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
terciptanya efisiensi dalam kegiatan perekonomian. Oleh karena itu upaya
pengembangan infrastruktur yang perlu untuk diperhatikan mengingat begitu pentingnya
infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu perlu adanya analisis

4
mengenai perkembangan infastruktur untuk mencapai keberhasilan suatu pembangunan
daerah tersebut.
Berdasarkan data APBD tahun 2019, provinsi yang telah memenuhi anggaran
infrastruktur 25% dari Dana Transfer Umum (DAU dan DBH) sejumlah 29 provinsi
dimana Provinsi Sumatera Selatan dengan 95,52% dengan pembangunan terbesar di
kota Palembang. Dari beberapa penjelas diata melatar belakangi analisi kami untuk
mengetahui bagaimana implementasi kebijkan pemerintah kota Palembang terhadap
perkembangan Infrastruktur. (Kemenkeu, n.d.-b)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap perkembangan infrastruktur


di Kota Palembang selama 5 Tahun terakhir ini?
1.2.2. Bagaimana pengaruh Dana Perimbangan terhadap perkembangan infrastruktur di
Kota Palembang selama 5 Tahun terakhir ini?

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui perkembangan infrastruktur dikota Palembang


1.3.2. Mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap
perkembangan infrastruktur di Kota Palembang selama 5 Tahun terakhir ini

1.4. Manfaat
1.4.1. Penelitian ini dapat menjadi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan masalah pengaruh Pendapatan daerah dan dana perimbangan
terhadap perkembangan Infrastruktur di Kota Palembang.
1.4.2. Sebagai bahan evaluasi bagi para praktisi sebelumnya
1.4.3. Memberikan informasi berupa bahan bacaan atau refrensi bagi disiplin ilmu yang
relevan.
1.4.4. Sebagai ketentuan-ketentuan baru dalam pembuatan kebijakan yang sesuai dengan
topik penelitian

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori

2.1.1. Infrastruktur Daerah


Infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan
oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga
listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengertian infrastruktur
tersebut maka infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Tujuan dari pembangunan
adalah menciptakan daerah dengan memaksimalkan potensi yang ada didaerah, seperti:
sumber daya alam atau pembangunan yang dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Untuk mencapai Good Governance pembangunan antar daerah perlu dilakukan dan
peran masyarakat terdapatnya pemerataan dan keadilan tanpa ada campur tangan urusan
yang tidak terkait. Dalam perencanaan pembangunan daerah seharusnya mencerminkan
kebutuhan relitas suatu daerah, sebagaimana perencanaan pembangunan daerah tidak
hanya dari daerah itu sendiri. Perencanaan berfungsi untuk memperbaiki penggunaan
kembali sumber daya publik di daerah.
Pembiayaan investasi di bidang Infrastruktur, terdapat beberapa sumber dana
untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui:
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. APBD Kabupaten/Kota
4. Pinjaman Perbankan
5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
7. Dana Hibah
8. Dan Lain-Lain
Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPJM pada dasarnya
adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
pebelanjaan prasarana Kabupaten, yang meliputi:

6
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. (Daerah, 2021)
Menginjak usia ke-1338 pada 17 Juni tahun ini, Kota Palembang terus berbenah.
Dari 9 program unggulan Wali Kota dan Wakil Wali Kota , baik sisi sosial ekonomi
hingga pembangunan infrastruktur, masih harus diselesaikan. Evaluasi pembangunan
Kota Palembang dari sisi sosial ekonomi dan infrastruktur masih belum terealisasi
seluruhnya. Perencanaan pembangunan infrastruktur telah dilakukan dan tinggal
pengerjaan fisik. Berikut hasil fisik Pembangunan dan Perkembangan Infrastruktur Di
kota Palembang selama 5 tahun terakhir, yang paling berdampak :
1. Light Rail Transit (LRT), pembangunan infrastruktur Light Rail Transit (LRT) untuk
mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Palembang. Pembangunan LRT sepanjang ±
23 km ini dibiayai dengan menggunakan dana APBN senilai sekitar 7,3 Triliun
dimulai pembangunannya pada akhir tahun 2015 dan direncanakan selesai pada Juni
2018, sebelum perhelatan akbar Asian Games dilaksanakan
2. Jembatan Musi VI, Jembatan Musi VI dibangun sejak 2015 dan menelan biaya Rp548
miliar yang bersumber dari APBD Sumatera Selatan. Jembatan tersebut memiliki dua
ruas jalan dengan lebar jembatan 11,5 meter serta diterangi dengan 1.527 lampu.
3. Flyover keramasan dan flyover bandara, Flyover Keramasan memiliki panjang 650
meter. Biaya pembangunannya sekitar Rp 236 miliar dengan sistem kontrak tahun
jamak dari 2016-2018. Sementara flyover Simpang Bandara-Tanjung Api-api
sepanjang 460 meter dikerjakan oleh kontraktor PT Modern Widya Tehnical dengan
anggaran tahun jamak 2016-2018 sebesar Rp 159,5 miliar.
4. Infrastruktur jalan, jaringan perpipaan SPAM, pembangunan prasarana dan sarana
umum pemukiman, pembangunan kolam retensi dan pengendalian banjir daerah aliran
sungai (DAS) dan pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah serta internet desa
di Kota Palembang. Pembangunan infrastruktur tersebut pada tahun 2019 sebesar Rp
155,6 miliar dan pada tahun 2020 sebesar Rp 512,87 miliar. Yang terbagi dalam
beberapa instansi seperti Dinas PUMTRSS, Dinas Perumahan dan Permukiman,
Dinas PSDA dan Dinas Kominfo.

7
Tabel 1.1. Pengeluaran Infrastruktur di Kota Palembang 2016-2020

Tahun Infrastruktur

2016 322,066,440,000
2017 398,916,150,000
2018 464,627,950,000
2019 624,312,890,000
2020 729,828,000,000

Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa belanja infrastruktur kota Palembang
selama Lima tahun terakhir ini terus meningkat, bahkan di tahun 2020 dimana dari
kuartal awal telah dilanda Pandemi , Pembangunan infrastruktur di Kota Palembang
tetap berjalan.
Sesuai dengan yang di katakan Walikota, Pandemi tak menjadi penghalang hanya
terkedala komunikasi namun koordinasi tetap bisa dilakukan, walaupun terbatas.
Program pembangunan tetap dikerjakan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Jangka
Menengah Daerah (RKPJMD). Berikut Penjabaran Belanja Infrastruktur Kota
Palembang :

Tabel 1.2.Penjabaran Belanja Infrastruktur Kota Palembang Tahun 2016-2020


Belanja Infrastruktur 2016 2017 2018 2019 2020

Air Minum
Alat Berat 2367000000.00 14234500000.00 9061250000.00 16770950000.00 23481300000.00
Alat Laboratorium 1980000000.00 34267831.86 3124728664.00 3565900000.00 7349694000.00

Alat Rumah Tangga 1235325000.00 644070000.00 937857000.00 2642637000.00 4248474100.00

Bangunan dan
Jaringan Air
Gedung Kantor 60232283385.00 78323007950.00 37881487752.59 95843151134.00 92545321400.00

Irigasi
Jalan 348097606309.30 402180867423.30 572797722000.00 711630141800.00 670842189904.00

Jaringan Instalasi 1450899612.48 1361693896.00 1620623642.00 3577396510.00 3974018700.00


Listrik dan telepon
Jembatan

Kendaraan Dinas 78994669255.25 58372431908.88 68391444285.44 59286583008.00 56565947637.00


Kesehatan 729258317619.89 541740562954.24 639197822760.02 699229180909.00 767998153384.00

Konstruksi Bangunan
Lainnya 6087140000.00 3521007023.27 7680000000.00 30362988000.00 13780000000.00
Pendidikan 61741638085.10 101980953980.30 103205589859.46 112814537684.00 121490454850.00

8
Pengadaan Alat 218417559599.47 268244916027.60 308264035907.05 395112969913.89 506420490874.00
Kantor
Pengadaan Komputer 7683084680.81 11149128778.54 16914989900.00 23974811606.00 38262907100.00
Pengadaan 600000000.00 602400000.00 600000000.00 875000000.00 400000000.00
Pembelian Bangunan
Sanitasi 270374695.40 2348050202.44 2005050202.44 2178250000.00 3376500000.00

Tanah 27266496793.66 6970121200.00 23942750000.00 58844220000.00 42550500000.00

Tugu Monumen 4100000000.00 2015550000.00 150000000.00 3548003276.00


Bangunan Bersejarah
Sumber data (Djpk.kemenkeu.go.id, n.d.)
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang didapat daerah dari sumber-
sumber dalam wilayah yang dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku. Peranan
pendapatan asli daerah itu sangat penting, karena pemerintah daerah diharapkan dapat
mengurus dan mengelola rumah tangganya sendiri dengan penerimaan yang berasal dari
daerah sendiri. Pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan dalam melaksanakan
otonomi daerah agar tidak dibiayai dari subsidi dan sumbangan pihak ketiga atau
pinjaman daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang
diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan,
yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil
pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dijelaskan bahwa
sumber pendapatan daerah terdiri atas:
1. Pendapatan asli daerah, yang terdiri dari : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2. Lain-lain PAD yang sah meliputi:
a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

9
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
3. Dana perimbangan
4. Pinjaman daerah
5. Lain-lain pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber-sumber pendapatan asli
daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri
dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimilik, untuk itu usaha untuk
mendapatakan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-
terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah
daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.

Tabel 2. Pendapatan Asli Daerah Kota Plembang Tahun 2016-2020

Pendapatan Asli
Tahun
Daerah
2016 781,410,000,000
2017 1,091,700,000,000
2018 953,300,000,000
2019 1,081,110,000,000
2020 1,032,720,000,000
Sumber data (Kemenkeu.apbd, n.d.)
Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah
sebagai perwujudan Desentralisasi. (Lestari, 2015)

2.1.3. Dana Perimbangan


Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana
Perimbangan terdiri atas:
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus

2.1.3.1.Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan


10
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu
sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
Dekon-sentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi
pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber
keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan
memper-hatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah
dalammendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan
imerupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang
utuh.

2.1.3.2. Dana Bagi Hasil


Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak
dan sumber daya alam. Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari
sumber daya alam berasal dari:
 Kehutanan
 Pertambangan umum
 Perikanan
 Pertambangan minyak bumi

11
 Pertambangan gas bumi
 Pertambangan panas bumi.

Tabel 3. Dana Bagi Hasil Kota Palembang Tahun 2016-2020


Tahun Dana Bagi Hasil
2016 210,076,373,000
2017 223,831,499,000
2018 229,313,519,000
2019 292,003,395,000
2020 226,150,061,000
Sumber data (Kemenkeu.tkdd, n.d.-b)

Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa dana bagi hasil kota Palembang yang
terbesar berada pada tahun 2019 yaitu sebesar 292.003.395.000 dan dana bagi hasil kota
Palembang yang terkecil berada pada taahun 2016 yaitu sebesar 210.076.373.000.

2.1.3.3.Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 (dua puluh
enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU
untuk suatu Daerahdialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.
Tabel 4. Dana Alokasi Umum Kota Palembang Tahun 2016-2020
Tahun Dana Alokasi umum
2016 1,210,604,984,000
2017 1,269,426,417,000
2018 1,269,426,000,000
2019 1,347,786,000,000
2020 1,235,336,955,000
Sumber data(Kemenkeu.tkdd, n.d.-a)
Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa dana bagi hasil kota Palembang yang
terbesar berada pada tahun 2019 yaitu sebesar 1.347.786.000 dan dana alokasi umum
kota Palembang yang terkecil berada pada tahun 2016 yaitu sebesar 1.210.604.984

2.1.3.4.Dana Alokasi Khusus


12
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK
dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang
telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri
atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan
perlindungan sosial. Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum
dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan
dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD
dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai
berikut.
 Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH – DBHR)
 DBH = Dana Bagi Hasil
 DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah
 Belanja Pegawai = Belanja Pegawai
Pegawai Negeri Sipil Daerah Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan
peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan
karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan
kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah
yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan
pangan. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan
perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar
kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi
indikator dalam perhitungan teknis.

13
Tabel 5. Dana Alokasi Khusus Kota Palembang Tahun 2016-2020
Dana Alokasi
Tahun
Khusus
2016 321,800,800,000
2017 431,292,000,000
2018 481,900,000,000
2019 437,385,000,000
2020 464,130,000,000
Sumber data (Kemenkeu.tkdd, n.d.-a)
Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa dana bagi hasil kota Palembang yang
terbesar berada pada tahun 2019 yaitu sebesar 481.900.000 dan yang terkecil berada
pada tahun 2016 yaitu sebesar 321.800.800

2.1.4. Hubungan dana perimbangan dan pembanguanan infrastruktur

Dana perimbangan sendiri merupakan dana yang dialokasikan kepada pemerintah


daerah untuk memenuhi suatu keperluan daerah yang bersifat khusus, seperti
pembangunan infrastruktur atau sarana penunjang pertumbuhan wilayah tersebut.
Pentingnya dana perimbangan juga dapat ditinjau lagi dari hal infrastruktur disetiap
daerah yang memiliki kecenderungan kebutuhan yang berbeda. Ditelaah dari pentingnya
infrastruktur dan sarana prasarana disuatu daerah, yang merupakan suatu kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti sarana pendidikan, sarana peribadatan, prsarana
sistem air bersih, drainase, sistem jaringan listrik, dan lain-lain. Maka, demi terwujudnya
pembangunan berbagai sistem sarana dan prasarna haruslah ada alokasi dana berupa
dana perimbangan yang memiliki tujuan khusus mensejahterakan masyarakat.

2.1.5. Hubungan pendapatan asli daerah dan pembangunan infrastruktur Dana

Pembangunan infrastruktur dan perkembangan pendapatan asli daerah merupakan


duahal penting dalam kebijakan pembangunan di Indonesia. Pembangunan infrastruktur
dan pendapatan asli daerah memiliki keterkaitan yang erat. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan kemampuan daerah untuk
melakukan aktivitas pemerintahan dan program-program pembangunan. Dana untuk

14
pembiayaan pembangunan daerah termasuk pembangunan infrastruktur sebagian
diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimaksud adalah pajak daerah, retribusi daerah,bagian laba BUMD,
penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan lain-lain, juga penerimaan dari bagi hasil
bukan pajak,sumbangan dan bantuan baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah
daerah. Dengan potensi yang dimilki oleh kota Palembang apabila dimaksimalkan maka
dapat dijadikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dari penerimaan tersebut
dapat digunakan salah satunya untuk pembangunan daerah termasuk pembangunan
infrastruktur daerah

2.2. Kerangka Pikir

Pendapatan Asli Daerah


(X1)
Pengeluaran Infrastruktur
(Y)
Dana Perimbangan
(X2)

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Kirana (2010) Mengenai Korelasi Pendapatan Asli Daerah dan


Infrastruktur Pembangunan Daerah, baik secara masing-masing ataupun bersama-sama
kedua variabel memiliki keterkaitan hubungan yang kuat. Dengan adanya Pendapatan
Asli Daerah maka Kabupaten Pemalang dapat membiayai pembangunan daerahnya, dan
dengan diadakannya Infrastruktur Pembangunan Daerah maka mendorong Pemerintah
daerah untuk lebih memaksimalkan pendapatan daerahnya, sehingga Pemerintah Daerah
Kabupaten Pemalang dapat semakin memajukan dan mengembangkan daerahnya.
(Khalistyowati, 2019)
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi khusus berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Infrastruktur , sedangkan Pendapatan Asli daerah dan Dana
bagi hasil berpengaruh positif namun tidak signifikan (Meianto et al., 2013)
.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


3.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta - fakta, dan sifat - sifat populasi daerah tertentu yang dimulai
dengan mengumpulkan data, mengaanalisa data dan menginterprestasikannya.
Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk
mereduksi data menjadi angka-angka. Penelitian ini banyak menggunakan angka-angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran data terhadap data tersebut, serta penampilan
dari hasilnya. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis mengenai pengaruh
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap perkembangn infrastruktur, yang
nantinya akan melihat kontribusi variabel independent mempengaruhi variabel dependen
baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara sendiri - sendiri (parsial).

3.1.2. Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Palembang, titik
pengambilan data penelitian tentang Pendapatan Asli daerah, Dana perimbangan dan ,
dan Pengeluaran Infrastruktur pada Badan Pusat Statistik Kota Palembang da
Kementerian keuangan.

3.2. Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang
digunakan adalah data runtun waktu (time series) selama 5 tahun. Data diperoleh
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Palembang dan Kementrian Keuangan.
Pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu dengan mengambil
data yang sudah terdokumentasi. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik
Purposive Sampling yaitu sesuai dengan tujuan peneliti dengan pertimbangan yaitu: data
selama 5 tahun terakhir.

3.3. Teknik Analisis

16
Teknik analisis untuk menjawab masalah yang dikemukakan adalah dengan
analisis regresi berganda:
Y = a + b1X1 + b2 X2 + e.
Keterangan :
Y = Pengembangan Infrastruktur
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Perimbangan,
e = error.
Model regresi harus diuji dengan asumsi klasik. Pengujian dengan asumsi klasik
dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model
analisis yang tepat. Adapun uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari: Uji
normalitas data, uji linearitas, uji multikolinearitas, homoskedastisitas dan uji
autokorelasi. Uji normalitas data dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test. Uji linearitas data digunakan pendekatan grafik. Uji Homoskedastisitas
dengan menggunakan Uji Rho Spearman. Uji multikolinearitas dengan melihat hasil
Tolerance atau VIF. Uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Uji
Durbin-Watson digunakan untuk menguji model regresi linear antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peride t-1. Angka D-W
diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Selanjutnya untuk mempermudah
analisis data, maka digunakan aplikasi analisis multi variate dengan program IBM SPSS
25.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Normalitas


Hasil output SPSS 25 terkait dengan normalitas data variabel Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Pengembangan Infrastruktur seperti Tabel 6.1.
Berdasarkan Tabel 6.1. diketahui bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD),
variabel Dana Perimbangan, dan Pengembangan Infrastruktur, Asymp. Sig. (2-tailed)
semuanya lebih besar dari 0,05. Ini berarti semua variabel tersebut berdistribusi normal
berdasarkan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Tabel 6.1 Normalitas Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dana
Infrastruktur PAD Perimbangan
N 5 5 5
Normal Parametersa,b Mean 507950.2860 988048.0000 2121119.1912
Std. Deviation 166649.36798 127775.72841 154937.63411
Most Extreme Differences Absolute .203 .237 .328
Positive .203 .209 .235
Negative -.157 -.237 -.328
Test Statistic .203 .237 .328
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c,d .084c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber Olahan SPSS 25

4.2. Uji Linieritas


Hasil Uji Linieritas Sig. Linearity > 0.05 Maka berkesimpulan Terdapat hubungan
linear antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen. Hubungan antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengembangan Infrastruktur, hubungan antara Dana
Perimbangan dan Pengembangan Infrastruktur, yang menunjukkan hubungan yang
bersifat linear dan positif
Tabel 6.2. Linearitas Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pengembangan Infrastruktur
ANOVAa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Unstandardized Residual Between Groups (Combined) 45480889199.438 2 22740444599.719 .693 .591b
* Unstandardized Linearity 65607158193.604 2 32803579096.802 .000 1.000
Predicted Value Deviation from Linierity 111088047393.042 4 37784305474.720 2.293 0.93

Within Groups 607150889731.87 3 49343754332.489

18
Total 28480843729283 2
Sumber Olahan SPSS 25

4.3.Uji Autokorelasi
Autokorelasi diperoleh angka Durbin-Watson 1,398. Angka D-W 1,398 terletak
di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
Tabel 6.3 Autokorelasi Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,
dan Pengembangan Infrastruktur
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .640a .409 -.181 181117.58362
a. Predictors: (Constant), Dana Perimbangan, PAD
b. Dependent Variable: Infrastruktur

4.4. Uji Homokedastisitas


Uji Homoskedastisitas dengan menggunakan Uji Rho Spearman terpenuhi, di
mana Sig. (2-tailed) Pendapatan Asli Daerah (PAD) (0,200), Dana Perimbangan (0,084)
> 0,05 yang berarti homoskedastisitas terpenuhi

4.5. Uji Multikolinieritas


Uji multikolinearitas di mana tolerance Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan 0,221 lebih besar dari 0,10 serta VIF = 4,519 < 10 yang berarti tidak terjadi
multikolinearitas. Dengan demikian, model regresi memenuhi prasyarat asumsi klasik.

4.6. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengembangan


Infrastruktur.
Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini adalah: Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur di Kota
Palembang. Hasil Uji T antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengembangan
Infrastruktur seperti Tabel 6.4

Tabel 6.3 Hasil Uji T


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Stand. Coe
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -807637.571 1339606.845 -.603 .006
PAD .276 1.194 .212 2.231 .023
Dana Perimbangan .492 .985 .457 1.499 .016

19
a. Dependent Variable: Infrastruktur

Berdasarkan Tabel 3 Hasil Uji T, untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) diketahui
bahwa t = 2,231 dengan Sig. t = 0,023. Hasil Sig. t = 0,023 lebih kecil dari 0,05 berarti
koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (PAD) signifikan. Artinya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur
pada Pemerintah Kota Palembang. Koefisien regresi tersebut positif, maka dapat
diinterpretasikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh positif
terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang. Artinya, jika
Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat, maka Pengembangan Infrastruktur akan
meningkat secara signifikan. Jadi, Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan: Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur
pada Pemerintah Kota Palembang terbukti atau dapat diterima.

4.7. Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pengembangan Infrastruktur.


Hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini adalah Dana Perimbangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota
Palembang. Hasil Uji T antara Dana Perimbangan terhadap Pengembangan Infrastruktur
pada Pemerintah Kota Palembang seperti tabel 6.4.
Berdasarkan Tabel 4 Hasil Uji T, untuk Dana Perimbangan diketahui bahwa t=
1.499 dengan Sig. t = 0,016. Hasil Sig. t = 0,016 lebih kecil dari 0,05 berarti koefisien
regresi Dana Perimbangan signifikan. Artinya Dana Perimbangan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.
Koefisien regresi tersebut positif, maka dapat diinterpretasikan bahwa Dana Perimbangan
memiliki pengaruh positif terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota
Palembang. Artinya, jika Dana Perimbangan meningkat, maka Pengembangan
Infrastruktur akan meningkat secara signifikan. Jadi, Hipotesis 2 (H2) yang menyatakan:
Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.
4.8.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap
Pengembangan Infrastruktur.
Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap
Pengembangan Infrastruktur pada Kota Palembang. Hasil Uji F antara Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada
Pemerintah Kota Palembang seperti Tabel 6.4

Tabel 6.4 Hasil Uji F


ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 45480889199.438 2 22740444599.719 77.693 .001b

20
Residual 65607158193.604 2 32803579096.802
Total 111088047393.042 4
a. Dependent Variable: Infrastruktur
b. Predictors: (Constant), Dana Perimbangan, PAD

Berdasarkan Tabel 5 Hasil Uji F, diketahui bahwa F = 77,693 dengan Sig. F =


0,001. Hasil Sig. F = 0,001 lebih kecil dari 0,05 berarti koefisien regresi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan signifikan. Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
(simultan) terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.
Koefisien regresi tersebut positif, maka dapat diinterpretasikan bahwa Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh positif terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.. Artinya, jika Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Perimbangan meningkat secara bersamaan, maka Pengembangan
Infrastruktur akan meningkat secara signifikan. Jadi, Hipotesis 3 (H3) yang menyatakan:
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.
terbukti atau dapat diterima. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengembangan Infrastruktur serta
kontribusinya, maka dapat diketahui melalui
Tabel 6.5 Hasil Uji Korelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .840 .409 .918 181117.58362
a. Predictors: (Constant), Dana Perimbangan, PAD
b. Dependent Variable: Infrastruktur

Berdasarkan Tabel 6.5 Hasil Uji Korelasi, diketahui bahwa korelasi antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan terhadap
Pengembangan Infrastruktur adalah sebesar 0,840 Angka korelasi ini termasuk kategori
cukup kuat. Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara
bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang kuat terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang. Sedangkan sumbangan/kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang adalah sebesar 0,918 atau kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan terhadap
Pengembangan Infrastruktur sebesar 91,8% dan sisanya sebesar 8,2% dipengaruhi oleh
faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

21
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Simpulan yang dapat disampaikan untuk menjawab masalah yang diajukan


adalah sebagai berikut:
(1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang.
(2) Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan
Infrastruktur pada Pemerintahan Kota Palembang
(3) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota
Palembang
Korelasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara
simultan terhadap Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang dalah
sebesar 0,918 dengan sumbangan/kontribusi sebesar 91,8% dan sisanya sebesar 8,2%
dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan simpulan yang diperoleh, maka saran yang relevan adalah
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus diupayakan seefektif dan semaksimal
mungkin, sehingga dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat berimplikasi
pada peningkatan Pengembangan Infrastruktur pada Pemerintah Kota Palembang dalam
upaya meningkatkan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan besarnya
Dana Perimbangan yang diterima dari pusat pemanfaatannya dapat dioptimalkan untuk
mendukung pengembangan infrastruktur

22
DAFTAR PUSTAKA

Daerah, P. A. (2021). ANALISIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH Lilis Setyowati 1 , Lukman Arya Himawan
2. 1(2), 1–13.
Djpk.kemenkeu.go.id. (n.d.). Belanja Infrastruktur.
https://djpk.kemenkeu.go.id/?p=20824
Kemenkeu.apbd. (n.d.). Pendapatan Asli Daerah.
https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/APBD
Kemenkeu.tkdd. (n.d.-a). Dana Alokasi Umum.
https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/tkdd
Kemenkeu.tkdd. (n.d.-b). Dana Bagi Hasil.
https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/tkdd
Kemenkeu. (n.d.-a). Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Palembang
Terhadap Perkembangan Infrastruktur. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-
dan-opini/pemenuhan-anggaran-infrastruktur-di-daerah-dan-tantangannya/.
Kemenkeu. (n.d.-b). pemenuhan anggaran infrastuktur.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/pemenuhan-anggaran-
infrastruktur-di-daerah-dan-tantangannya/.
Khalistyowati, E. (2019). Analisis Korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Lestari, E. P. (2015). Implemetasi Kebijakan Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (Studi Pada Pavingisasi Jalan Desa Di Kecamatan Dander Kabupaten
Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, 3(5), 800–
806.
Meianto, E., Betri, & Wenny, C. D. (2013). Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja
Modal Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Selatan. 1–13.
Palembang, sejarah kota. (n.d.). Sejarah Kota Palembang.
https://palembang.go.id/sejarah-kota-palembang

23
24

Anda mungkin juga menyukai