Anda di halaman 1dari 15

116 R. P. Rangkuti, Et. al.

Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

PRAKTEK LARANGAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT


PADA BANK PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN
FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN

PROHIBITION OF MONOPOLISTIC PRACTICES AND UNFAIR COMPETITION


IN STATE BANK IN PROVIDING HOUSING SUBSIDY FACILITY

R. Putri Rangkuti, Program Studi Hukum, Sekolah Pascasarjana,


T.N Syamsah, dan Universitas Djuanda Bogor.
Ahmad Yani Korespondensi : R. Putri Rangkuti, Telp. 082125220999
e-mail : putri.rangkuti@unida.ac.id

Jurnal Abstract : The purpose of this research is to know and analyze the implementation
Living Law, and solution in monopoly practice and unfair business competition at government
Vol. 11, No. bank in giving facility for housing subsidy. This research uses descriptive and
2,
analytical approach, which supported by library research in order to specify this
2019
hlm. 116- research purpose to give description about monopolistic practice in banking business
130 in Indonesia. The results indicate that in fact, the practice of monopoly restrictions
and fraudulent business competition has not run optimally and there is a fundamental
weakness in it Law No. 5/1999 that mainly related to the status of implementing
agencies of this law, obstacles and barriers that exist in the practical situation is the
lack in implementing Law no .5 / 1999 even assessed the existence of conspiracy
among banks and businessmen or other banks. Therefore there needs to be more
assertive and more organized controls related to the practice of monopoly prohibition
and fraudulent business competition.

Keywords : Monopoly and Competition, Housing, Bank

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisa


implementasi serta solusi dalam praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat pada bank pemerintah dalam memberikan fasilitas subsidi perumahan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan analitis yang didukung oleh studi kepustakaan
karena secara spesifik penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai
praktek monopoli pada dunia perbankan di Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebenarnya prakteknya larangan monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat belum berjalan optimal dan terdapat kelemahan mendasar
didalamnya UU No.5/1999 terutama terkait dengan status lembaga pelaksana
undang-undang ini, maslah dan hambatan yang ada dilapangan adalah kurang
berjalannya UU No.5/1999 bahkan dinilai adanya persekongkolan dikalangan bank
dan pengusaha atau bank lainnya. oleh karenanya perlu adanya kontrol lebih tegas
dan lebih terorganisir terkait praktek larangan monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.

Kata Kunci : Monopoli dan Persaingan, Perumahan, Bank

ini kasus persaingan tidak sehat kerap


PENDAHULUAN ditemukan dan disidangkan KPPU dan
Pembangunan ekonomi harus menjadi perhatian besar dalam dunia
diarahkan kepada terwujudnya usaha. Cukup banyak kasus-kasus
kesejahteraan rakyat berdasarkan monopoli pada berbagai sektor seperti
Pancasila dan UUD 1945 yang menganut halnya terjadi juga pada sektor perbankan,
sistem ekonomi kerakyatan. Sampai saat hal tersebut tentunya akan mempersulit
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 117

indonesia dalam menajalani persaingan Pada umumnya terdapat beberapa


ekonomi secara global. karakteristik dari kartel. Pertama, terdapat
Terjadinya sebuah persaingan konspirasi antara beberapa pelaku usaha.
tentunya bukan hal yang buruk, Persaingan Kedua, melakukan penetapan harga. Ketiga,
usaha merupakan hal yang wajar di dunia agar penetapan harga dapat efektif, maka
usaha dan hal tersbut selain dapat dilakukan pula alokasi konsumen atau
menguntungkan produsen/ pengusaha, produksi atau wilayah. Keempat, adanya
persaingan usaha juga menguntungkan perbedaan kepentingan diantara pelaku
konsumen, masyarakat dan negara. hal usaha misalnya karena perbedaan biaya.
sebaliknya jika persaingan usaha tersebut Oleh karena itu perlu adanya kompromi
mulai memasuki ke dalam keadaan diantara anggota kartel misalnya dengan
persaingan tidak sehat (unfair competition), adanya kompensasi dari anggota kartel
dimana produsen/ pengusaha mulai yang besar kepada mereka yang lebih
menjatuhkan lawannya untuk keuntungan kecil.2
sendiri tanpa mengindahkan kerugian yang Praktek kartel dapat berjalan sukses
diderita pihak lain, dengan cara persaingan apabila pelaku usaha yang terlibat di dalam
yang tidak jujur, melawan hukum, atau perjanjian kartel tersebut haruslah
setidak-tidaknya perbuatan yang dilakukan mayoritas dari pelaku usaha yang
pelaku usaha tersebut dapat menghambat berkecimpung di dalam pasar tersebut.
persaingan usaha yang sehat.1 Karena apabila hanya sebagian kecil saja
Dalam prakteknya persaingan usaha pelaku usaha yang terlibat di dalam
sangat terpengaruh oleh berbagai perjanjian kartel biasanya perjanjian kartel
kebijakan pemerintah atau kebijakan tidak akan efektif dalam mempengaruhi
publik. Seharusnya kebijakan publik pasokan produk di pasar, karena
tersebut dibuat dengan wawasan yang kekurangan pasokan di dalam pasar akan
berpihak kepada masyarakat, baik kepada ditutupi oleh pasokan dari pelaku usaha
produsen maupun kepada konsumen, yang tidak terlibat di dalam perjanjian
namun kenyataannya banyak kebijakan kartel.3
yang menyangkut sektor usaha yang Persaingan di dunia perbankan juga
diwarnai dengan berbagai kepentingan sangat mempengaruhi perkembangan
terselubung dari pihak tertentu, hal itu perekonomian banyak prodak-prodak
salah satunya disebabkan karena sistem perbankan menampilkan produk yang
birokrasi dan perekonomian di Indonesia sama dengan bungkusan yang menarik
sarat dengan sistem persengkongkolan artinya bahwa setiap bank mempunyai
yang tidak sehat, maka persaingan itu teknik dan strategi sendiri untuk merebut
sendiri menjadi terdistorsi. hati konsumennya.
Dalam dunia perbankan persaingan Dalam praktek monopoli ada sebagaian
tidak sehat cendrung jarang sekali terjadi, perbankan yang hanya menjual satu
setiap bank mempunyai produk serta produk saja yang dijadikan andalan untuk
pelayanan yang diberikan semaksimal mengembangan banknya. Bagi negara
mungkin sehinga terjadi suatu persaingan berkembang seperti Indonesia,
yang sehat, tetapi disisilain ada pihak implementasi hukum persaingan usaha
perbankan yang memonopoli salah satu bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih
produk perbankan bahkan monopoli
teresebut di bolehkan dan dilindungi oleh 2
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha
hukum atau disebut juga monopoli by low. dalam Teks dan Konteks, Deutsche Gesellschaft für
Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009,
halaman 107
3
1
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan dalam Teks dan Konteks, Deutsche Gesellschaft für
Usaha Indonesia, selanjutnya dissebut Rachmadi Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009,
Usman II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm 88 halaman 107
118 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

masih adanya anggapan dikalangan Negara pada umumnya dikerjasamakan dengan


berkembang yang mengatakan bahwa bank harus dibuka tidak hanya pada bank-
implementasi hukum persaingan usaha bank pemerintah, tapi pada semua bank
yang berlebihan dapat mengganggu yang ada di Insonesia.
aktifitas bisnis pelaku usaha, dan kurang Persoalan lainnya adalah terkait usia
menguntungkan bagi perusahaan- dari Undang-undang No.5 Tahun 1999
perusahaan nasional, ditambah biaya yang tentang Larangan Praktek Monopoli dan
dibutuhkan dalam proses investigasi Pesaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5
dugaan praktek anti persaingan juga Tahun 1999) pada Tahun 2018 ini telah
tidaklah murah.4 mencapai lebih dari delapan belas atau
Monopoli yang dilakukan oleh menginjak usia 19 tahun. Sehingga
sejumlah BUMN memang awalnya adalah alangkah baiknya jika dilakukan suatu
untuk kepentingan rakyat banyak. Tapi evaluasi terhadap bagaimana efektifitas
adanya perkembangan yang terjadi dari penegakkan atau implementasi UU
menyebabkan permintaan yang tidak bisa No.5 Tahun 1999, dan evaluasi tersebut
lagi diimbangi oleh BUMN-BUMN yang bertujuan untuk melihat apakah
malakukan monopoli, pada akhirnya implementasi UU No.5 Tahun 1999 selama
mendorong pemerintah untuk melakukan ini telah sesuai dengan yang diharapkan
privatisasi dengan mengundang partisipasi ataukah masih belum sesuai dengan yang
swasta. belajar dari pengalaman justru diharapkan.
dalam kondisi apa pun, monopoli Namun untuk melihat bagaimana
cenderung boros, tidak efisien, dan korup efektifitas dari penyelenggaraan
atau minimal perusahaan monopoli itu persaingan usaha terhadap berbagai
terus merasa mapan dan ”sulit” sektor industri yang ada bukanlah tugas
meningkatkan pelayanannya. yang mudah dan juga tidak dapat dilakukan
Dalam hal penyelenggaraan dalam jangka waktu yang relatif singkat,
Perbankan, tentu seharusnya perbankan oleh karenanya berdasarkan latar belakang
menghindari praktik-pratik monopoli di atas judul dalam penulisan penelitian ini
dalam pengembangan keuangan inklusif. adalah Praktek Larangan Monopoli Dan
Hal itu mengingat arah dasar program Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada Bank
nasional keuangan inklusif adalah Pemerintah Dalam Memberikan Fasilitas
pemerataan ekonomi melalui akses layanan Subsidi Perumahan.
keuangan formal. Masyarakat yang belum Berdasarkan latar belakang
terakses layanan keuangan formal harus sebagaimana di atas, maka dapat kami
menjadi prioritas, termasuk salah satunya rumuskan identifikasi masalah sebagai
dalam hal pembiayaan perumahan.5 berikut:
Adanya program subsidi yang 1. Bagaimana praktek larangan monopoli
disediakan oleh pemerintah seperti fasilitas dan persaingan usaha tidak sehat pada
likuiditas pembiayaan perumahan, subsidi bank pemerintah dalam memberikan
selisih bunga, dan subsidi uang muka yang fasilitas subsidi perumahan ?
2. Bagaimana solusi agar tidak terjadi
4
praktek monopoli dan persaingan
Won-Joon Kim, “Korea’s Experiences in Adoption &
usaha tidak sehat pada bank
Enforcement of Competition Law and Implication for
Developing Countries,” makalah disampaikan pada pemerintah dalam memberikan
2nd ASEAN CONFERENCE ON COMPETITION fasilitas subsidi perumahan?
LAW & POLICY yang diselenggarakan oleh KPPU,
Sekretariat ASEAN dan ASEAN Consultative Forum METODE PENELITIAN
for Competition, di Bali pada tanggal 14-16 June
2006. Metode penelitian yang digunakan
peneliti adalah deskriptif dengan
5
situs perumnas, diakses pada Senin, 26 Februari 2018
pukul 14.41. http://www.perumnas.co.id/holding- pendekatan kualitatif. Memusatkan
bumn-perumahan-diarahkan-jadi-penyedia-perumahan/
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 119

perhatian terhadap masalah-masalah atau Hal tersebut berpengaruh pula pada


fenomena yang ada pada saat penelitian kekuatan mengikat suatu putusan.
dilakukan atau bersifat aktual, kemudian Kekuatan mengikat suatu putusan terletak
menggambarkan fakta-fakta tentang pada diktumnya. Diktum ini hanya
masalah yang diselidiki sebagaimana mengikat atau berlaku bagi para pihak atau
adanya diiringi dengan interpretasi terhukum saja, ini berarti para pihak atau
rasional yang akurat. Berdasarkan terhukum harus mematuhi dan
pemahaman di atas, maka penelitian ini melaksanakan bunyi diktum tersebut.
menjelaskan fakta-fakta yang berhasil Diktum dalam putusan KPPU masih belum
dikumpulkan terkait dengan objek tegas, karena kedudukan KPPU secara
penelitian untuk kemudian dianalisa konseptual masih belum jelas apakah
kebenarannya sesuai dengan data yang sebagai lembaga peradilan ataukah
berhasil didapatkan. lembaga/Badan Tata Usaha Negara. Hal
tersebut berakibat pula pada penegakan
hukum oleh KPPU sehubungan larangan
PEMBAHASAN praktek monopoli dan persaingan usaha
A. PRAKTEK LARANGAN MONOPOLI tidak sehat. Lemahnya penegakan hukum
DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK ini disebabkan faktor hukumnya, aparat
SEHAT PADA BANK BTN CABANG hukumnya, sarana/fasilitas untuk
mengawasi perilaku pelaku usaha serta
KOTA BOGOR DALAM MEMBERIKAN
faktor budaya/masyarakat para pelaku
FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN usaha dan atau asosiasinya.
RAKYAT Dalam penyelenggaraan
perekonomian, persaingan harus
Secara sederhana dapat kami bahas dipandang sebagai hal yang positif. Pada
bahwa penegakan hukum oleh KPPU Teori Ilmu Ekonomi sebuah persaingan
terhadap larangan praktek monopoli dan yang sempurna merupakan suatu kondisi
persaingan usaha tidak sehat cukup lemah. pasar yang ideal dan paling tidak terdapat
begitu juga pada Bank Pemerintah dalam empat asumsi yang menjadi dasar agar
kajian ini adalah bank Tabungan Negara terjadinya persaingan yang sempurna pada
(BTN), hal tersebut salah satunya adalah suatu pasar tertentu:6
karena kedudukan Komisi Pengawas 1. Pelaku usaha tidak dapat menentukan
Persaingan Usaha (KPPU) dalam sistem secara sepihak harga atas produk atau
penegakan hukum Indonesia secara jasa. Adapun yang menentukan harga
konseptual memiliki kelemahan yang adalah pasar berdasarkan equilibrium
cukup mendasar, mengingat tugas, permintaan dan penawaran.
wewenang dan tatacara penanganan 2. Kedua barang dan jasa yang dihasilkan
perkara menumpuk di satu organ yaitu oleh pelaku usaha mempunyai
KPPU. kebebasan untuk masuk ataupun
KPPU menjadi Penyelidik, Penyidik, keluar dari pasar “perfect homogeneity”
Penuntut dan Pemutus Perkara (menjadi 3. Ketiga pelaku usaha mempunyai
Hakim) sekaligus. Berdasarkan analisa kebebasan untuk masuk ataupun
konsepsional, menunjukkan kedudukan keluar dari pasar “perfect mobility of
KPPU sesungguhnya dapat dikategorikan resource” dan Keempat konsumen dan
sebagai Badan Tata Usaha Negara, pelaku pasar memiliki informasi yang
anggotanya sebagai Pejabat Tata Usaha sempurna tentang berbagai hal.
Negara, sedangkan tugas dan
wewenangnya merupakan tindakan hukum
publik (administratif) dan bukan tindakan 6
Robert S Pindycle and Daniel L. Rubinfeld,
hukum perdata atau pidana. Microeconomic, USA : Prentice Hall International Inc,
1998, Hal. 283-284.
120 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

Walaupun dalam kehidupan nyata Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang


sukar ditemui pasar yang didasarkan pada berfungsi sebagai panduan normatif dalam
mekanisme persaingan yang sempurna, menyusun kebijakan-kebijakan ekonomi
namun persaingan dianggap sebagai suatu nasional.
hal yang esensial dalam ekonomi pasar. Melalui Pasal 33 Undang-undang Dasar
Oleh karena dalam keadaan nyata yang 1945 tersirat bahwa tujuan pembangunan
kerap terjadi adalah persaingan tidak ekonomi yang hendak dicapai haruslah
sempurna. Persaingan yang tidak berdasarkan kepada demokrasi yang
sempurna terdiri dari persaingan bersifat kerakyatan yaitu adanya keadilan
monopolistik dan oligopoli. Persaingan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
memberikan keuntungan kepada para Undangundang Dasar 1945 melindungi
pelaku usaha maupun kepada konsumen. kepentingan rakyat melalui pendekatan
Dengan adanya persaingan maka kesejahteraan dengan membiarkan
pelaku usaha akan berlomba-lomba untuk mekanisme pasar berjalan dengan bebas,
terus memperbaiki produk ataupun jasa Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 juga
yang dihasilkan sehingga pelaku usaha memberikan petunjuk bahwa jalannya
terus menerus melakukan inovasi dan perekonomian nasional tidak diserahkan
berupaya keras memberi produk atau jasa begitu saja kepada pasar, tetapi
yang terbaik bagi konsumen. Persaingan memerlukan peaturan perundang-
akan berdampak pada efisiensinya pelaku undangan untuk mengatur jalannya
usaha dalam menghasilkan produk atau perekonomian nasional. Ayat 1 Pasal 33
jasa. Undang-undang Dasar 1945 mengandung
Disisi lain dengan adanya persaingan arti bahwa perekonomian tidak dibiarkan
maka konsumen sangat diuntungkan tersusun sendiri atau terbentuk secara
karena mereka mempunyai pilihan dalam mandiri berdasarkan kekuatan-kekuatan
membeli produk atau jasa tertentu dengan ekonomi yang ada atau kekuatan pasar
harga yang murah dan kualitas baik. Suatu bebas. Ayat tersebut juga mengandung arti
pasar dimana tidak terdapat persaingan adanya upaya membangun secara
disebut sebagai “monopoli”. struktural melalui tindakan nyata yang
Ada beberapa asumsi yang menjadi merupakan tugas negara.8
dasar untuk menentukan adanya Pengaturan perekonomian dengan
monopoli.7 Pertama, apabila pelaku usaha perundang-undangan tujuannya adalah
mempunyai pengaruh untuk menentukan untuk menciptakan struktur ekonomi
harga. Kedua, pelaku usaha tidak merasa nasional dalam rangka mewujudkan
perlu untuk menyesuaikan diri terhadap demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
pesaing dan terakhir, adanya “entry dan Undang-undang Dasar 1945.
barrier” bagi pelaku usaha yang ingin Pengaturan tersebut untuk menghindari
masuk dalam pasar yang sudah dimonopoli kemungkinan terjadinya hal-hal sebagai
oleh pelaku usaha. Setelah membaca berikut :
asumsi-asumsi di atas, persaingan yang 1. Sistem free fight liberalism yang dapat
tidak sehat akan mematikan persaingan itu menumbuhkan ekploitasi manusia dan
sendiri dan pada gilirannya akan bangsa lain, yang dalam sejarahnya di
memunculkan monopoli. Indonesia telah menimbulkan
Membahas mengenai hukum kelemahan struktur ekonomi nasional
persaingan yang merupakan salah satu
bagian dari hukum ekonomi, tentu tidak
akan lepas dari pembahasan dari mengenai 8
Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi Keterkaitan
Usaha Partisipatif Versus Konsentrasi Ekonomi,
7
Michael-Kantz dan Harveey S Rosen, Makalah Seminar Pancasila sebagai Idiologi Negara
“Microeconomic”, USA : Richard D Irwin Inc, 1994, dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
Hal. 432-433 berbangsa dan bernegara, Jakarta, 1989, Hal. 17.
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 121

dalam posisi Indonesia dalam Adanya konsentrasi pasar sebetulnya


percaturan ekonomi dunia. tidaklah selalu berakibat jelek bagi
2. Sistem etatisme dalam arti bahwa perekonomian, sepanjang industri tersebut
negara berserta aparatur ekonomi dapat bekerja secara efisien dan tidak
negara bersifat dominan, mendesak memanfaatkan konsentrasi yang tinggi
dan mematikan potensi serta daya untuk mengekploitasi konsumen dengan
kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor harga produk yang cukup mahal. Hal ini
negara. umumnya dapat terjadi apabila konsentrasi
3. Persaingan tidak sehat serta tersebut diperoleh melalui suatu proses
pemusatan kekuatan ekonomi pada persaingan alamiah, dengan kompetisi
satu kelompok dalam berbagai bentuk yang sehat telah melahirkan hanya satu
monopoli dan monopsoni yang atau beberapa perusahaan saja yang
merugikan masyarakat dan mendominasi pasar.
bertentangan dengan cita-cita keadilan Apabila suatu pasar mempunyai
sosial.9 produk tertentu dan hanya satu
Dari isi GBHN mulai tahun 1973 perusahaan yang ada dalam lingkup
sampai dengan tahun 1998, nampak bahwa geografis yang menjual produk tersebut,
GBHN selalu memberikan kesempatan dengan cara sedemikian rupa dapat
pada pelaku usaha untuk tumbuh dan menutup kemungkinan perusahaan lain
berkembang, bahkan sampai membentuk untuk memproduksi dan menjual produk
perusahaan raksasa yang dikenal dengan yang sama, maka perusahaan tersebut
istilah konglomerat yang menjurus pada dapat dikatakan telah melakukan
praktek monopoli. Praktek monopoli akan monopoli. Sebaliknya apabila perusahaan
terjadi bila : lain diberikan kesempatan yang sama
1. Monopoli diberikan kepada satu atau untuk memproduksi barang tersebut,
beberapa perusahaan tertentu saja, tetapi kesempatan itu tidak dipergunakan
tanpa melalui Undang-undang. maka perusahaan tadi tidak dapat
2. Monopoli atau kedudukan dikatakan melakukan monopoli. Namun
monopolistik diperoleh dari kerjasama demikian persoalan yang sering muncul
antara dua atau lebih organisasi sejenis adalah terjadinya suatu konsentrasi yang
baik dalam bentuk pengaturan berebentuk monopoli/oligopoli karena
persaingan diantara mereka sendiri berbagai perlindungan ataupun fasilitas
maupun dalam bentuk peleburan atau birokrasi serta adanya kolusi bisnis yang
fusi. mempersempit atau menghalangi
Menurut Kwik Kian Gie, kondisi masuknya pesaing-pesaing baru ke dalam
tersebut diatas terjadi karena peran negara pasar.
kepada suatu badan usaha, baik BUMN, Disamping adanya akibat-akibat yang
usaha swasta maupun koperasi.10 dapat menimbulkan kerugian pada
Sedangkan Peter Mahmud Marzuki konsumen karena tingginya harga,
mengatakan bahwa monopoli yang konsentrasi yang menekan munculnya
dilarang oleh Undang-undang persaingan persaingan banyak menimbulkan
adalah monopoli yang menyebabkan inefisiensi dalam perekonomian. Sebagai
terjadinya penentuan pasar, pembagian mata rantai adanya ketidakefisiennan
pasar dan konsentrasi pasar.11 tersebut, maka industri yang demikian
membutuhkan proteksi terhadap pesaing
dari luar dan sangat rendah kemampuan
9
GBHN 1998, Butir G, Kaidah Penuntun (Surakarta,
PT. Pabelan, 1998), Hal. 23.
10 ekspornya. Hal ini dapat dilihat pada
Kwik Kian Gie, Saya bermimpi jadi konglomerat
(Jakarta, Gramedia, 1994, Hal. 233).
11
Peter Mahmud Marzuki Telaah filosofi terhadap konstitusi Republik Indonesia, (Majalah Yuridika,
Undang-undang larangan praktek monopoli dam Surabaya, Fakultas Hukum Universitas Erlangga
persaingan usaha tidak sehat dalam kaitannya dengan November 2001), Hal. 512.
122 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

beberapa kelompok komoditi yang satu abad, isinya secara tegas melarang
diproduksikan, dimana konsentrasi pasar praktek kerja sama ataupun
dalam negerinya tinggi, kebanyakan persengkokolan yang mengekang
orientasi kepasar ekspornya rendah.12 pedagangan, termasuk penetapan harga
Dengan kondisi yang demikian dapat secara vertikal atau horisontal,
dibayangkan bahwa industri yang seperti pemboikotan bersama, pembagian pasar
itu akan sangat rentan dalam persaingan dan praktek-praktek dagang restriktif
bebas, atau jika tidak ada proteksi dan lainnya. Ketentuan seperti itu juga sudah
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. sejak lama ada di negaranegara seperti
Dengan tidak adanya perlindungan berupa Australia ataupun Eropa Barat.
proteksi, kuota dan sejenisnya, maka bukan Perserikatan Bangsa-bangsa pun juga
saja sulit menembus pasar luar negeri sudah mempunyai ketentuan sejenis, yakni
namun juga akan sulit untuk Resolusi PBB no. 35.65 tahun 1967 yang
mempertahankan pasar dalam negeri. dikenal dengan The Set Of Multilaterally
Karena dengan adanya AFTA, WTO dan Agreed Equitable Principles and Rules for
APEC, industri-industri kita nantinya harus the Control of Restrictive Business
siap bersaing dengan industri yang berasal Practices.14
dari negara lain, termasuk dari negara maju Namun demikian ditanah air kita hal
yang sudah sangat terbiasa dengan budaya ini masih menjadi perdebatan, karena
persaingan bebas dan berproduksi secara aturan yang ada belum secara tegas
efisien.13 mengatur aspek-aspek yang berkaitan
Dengan gambaran tentang beberapa dengan praktek monopoli, oligopoli dan
struktur industri di Indonesia, yang secara praktek bisnis yang tidak jujur lainnya. Di
nyata memberikan ilustrasi adanya negara tetangga kita, Thailand, perundang-
beberapa konsentrasi yang berimplikasi undangan mereka tentang anti monopoli
pada ketidakefisiennan. Konsentrasi sudah ada sejak tahun 1979, juga
industri yang demikian perlu dirombak, menegaskan larangan tantang kolusi bisnis,
artinya jika konsentrasi itu muncul karena kesepakatan penetapan harga jual secara
kebijakan pemerintah, maka kebijakan bersama, ataupun membagi-bagi dan
tersebut perlu dirubah dan diarahkan pada mengalokasi wilayah distribusi produknya.
pembukaan peluang bagi pesaing baru Tingkat konsentrasi industri yang terjadi di
untuk terjun pada sektor-sektor tersebut. Indonesia sudah terbilang cukup tinggi, di
Namun demikian jika hal itu terjadi karena negara-negara industri seperti Inggris dan
adanya praktek-praktek kolusif ataupun Amerika Serikat angkanya masing-masing
kerja sama yang tidak fair, maka perlu 22% dan 36%, sementara Indonesia
dipikirkan pula sangsi yang tegas kepada sebesar 47,1%.15
para pelakunya. Jadi dibutuhkan perangkat Ketidakberhasilan Pemerintah Orde
hukum untuk mengambil tindakan berupa Baru untuk menyetujui Undang-undang
sangsi, misalnya terhadap praktek-praktek Antimonopoli, didasari beberapa alasan
kartel terselubung atau praktek beberapa yaitu :
industri sejenis yang melakukan kolusi 1. Pemerintah menganut konsep bahwa
sehingga dapat mengendalikan pasar. perusahaan-perusahaan besar perlu
Tindakan tegas seperti ini sudah ditumbuhkan untuk menjadi lokomotif
diterapkan di negara-negara kapitalis pembangunan. Perusahaanperusahaan
seperti USA, di Amerika Serikat ada
Sherman Act yang usianya sudah lebih dari
14
Edy Suandi Hamid, Perekonomian Indonesia :
Masalah dan Kebijakan Kontemporer, UII Press,
Yogyakarta, 2000, Hal. 202.
12 15
Edy Suandi Hamid, MB. Hendrie Anto, Ekonomi Iqbal, Farrukh, Deregulation and Development in
Indonesia Memasuki Milenium III, (Yogyakarta UII Indonesia”, Makalah Pada Seminar Building on
Pres, 2000), Hal. 50. Success : Maximizing the Gains From Deregulation,
13
Ibid, Hal. 51. Jakarta, 1995, Hal. 17.
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 123

tersebut hanya mungkin menjadi besar oleh Pemerintah, ada beberapa monopoli
untuk kemudian menjalankan yang diperbolehkan antara lain :
fungsinya sebagai lokomotif 1. Monopoli yang diberikan kepada
pembangunan apabila penemu barang baru, seperti oktroi
perusahaanperusahaan itu dan paten. Maksudnya untuk
memberikan proteksi yang dapat memberikan intensif bagi pemikir yang
menghalangi masuknya perusahaan kreatif dan inovatif.
lain dalam bidang usaha tersebut 2. Monopoli yang diberikan oleh
dengan kata lain memberikan posisi pemerintah kepada BUMN, lazimnya
monopoli pada perusahaan tersebut. barang yang diproduksi dianggap
2. Pemberian fasilitas monopoli perlu menguasai hajat hidup orang banyak.
ditempuh karena perusahaan itu telah Sebagai misal, PLN, Garuda, Telkom
bersedia menjadi pioner disektor yang dan sebagainya.
bersangkutan, tanpa fasilitas monopoli 3. Monopoli yang diberikan kepada
dan proteksi, maka sulit bagi perusahaan swasta dengan kredit
pemerintah untuk dapat memperoleh pemerintah,
kesediaan investor untuk menanamkan 4. Monopoli dan kedudukan monopolistik
modalnya disektor tersebut. c. Untuk yang diperoleh secara natural karena
menjaga berlangsungnya praktek monopolis menang dalam persaingan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme demi yang dilakukan secara sehat. Dalam hal
kepentingan kroni-kroni mantan demikian memang tidak apa-apa,
Presiden Soeharto dan pejabat-pejabat namun entrance (masuknya siapa saja
yang berkuasa pada waktu itu.16 kedalam investasi yang sama harus
Pasar dapat dikatakan dalam keadaan terbuka lebar-lebar).
persaingan sempurna yaitu : bila terdapat 5. Monopoli dan kedudukan monopolistik
banyak penjual dan pembeli kuantitas, yang diperoleh secara natural karena
barang-barang yang dijual oleh penjual dan investasinya terlalu besar sehingga
dibeli oleh pembeli relatif kecil jumlahnya hanya satu saja yang berani dan bisa
dibandingkan dengan kuantitas barang- merealisasikan invesastinya. Meskipun
barang yang tersedia pada suatu pasar, demikian, pemerintah tetap harus
sehingga penjual tidak dapat bersikap persuasif dan kondusif di
mempengaruhi harga dari barang tersebut. dalam memecahkan monopoli.
Semua pembeli dan penjual memiliki 6. Monopoli dan kedudukan monopolistik
informasi yang cukup mengenai harga- yang terjadi karena pembentukan
harga yang berlaku dipasar dan mengenai kartel ofensif.
kualitas barang yang di jual, serta terdapat 7. Monopoli dan kedudukan monopolistik
kebebasan perusahaan untuk masuk dan yang terjadi karena pembentukan
keluar dari pasar yang bersangkutan.17 kartel yang defensif.
Keuntungan yang besar merupakan salah 8. Monopoli yang diberikan kepada suatu
satu tujuan dari monopoli, karena didalam organisasi dengan maksud untuk
monopoli selalu mengoptimalkan membentuk dana bagi yayasan, yang
keuntungan “profit” dalam praktek dananya lalu dipakai untuk tujuan
persaingan, monopoli tidak selalu dilarang tertentu, seperti, kegiatan sosial dan
sebagainya.18
16
Sutan Remy Sjahdeni, Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Makalah Diskusi Undang-undang no.5 tahun 1999
Panel Tentang Antimonopoli, Diselenggarakan oleh tentang larangan praktek monopoli dan
Kelompok Kajian Ilmu Hukum Ekonomi Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran Bandung, Tanggal 4
18
September 1999. Kwik Kian Gie, Analisa Ekonomi Politik Indonesia,
17
Moch Faisal Salam, Pertumbuhan Hukum Bisnis Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan Gramedia
Indonesia, (Bandung, Pustaka, 2001), Hal.315 Pustaka Utama, Jakarta 1994, Hal. 243-244.
124 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

persaingan usaha tidak sehat mempunyai pilihan asuransi jiwa lain yang mereka
maksud untuk mewujudkan iklim usaha inginkan, selain yang ditetapkan oleh
yang sehat sehingga memberikan kepastian Terlapor I.
dan kesempatan usaha yang sama kepada Hal ini dapat diketahui dengan adanya
semua pelaku usaha, baik usaha kecil, perjanjian KPR BRI yang dibuat antara
usaha menengah maupun usaha besar. Terlapor I selaku pelaku usaha dengan
Undang-undang ini mempunyai tiga jenis debitur KPR Terlapor I selaku pihak lain.
sanksi terhadap pelaku persaingan tidak Perjanjian KPR BRI tersebut memuat
sehat dan pelaku monopoli, yaitu : sanksi persyaratan bahwa debitur KPR Terlapor I
administrasi, sanksi pidana pokok dan selaku pihak yang menerima barang
sanksi pidana tambahan.19 Sanksi tertentu berupa KPR BRI, diwajibkan
administrasi merupakan wewenang KPPU, membeli barang lain yaitu dengan
sedangkan sanksi-sanksi lainnya membayar premi untuk asuransi jiwa yang
merupakan wewenang hakim peradilan. hanya dari Terlapor II dan Terlapor III
Namun demikian masih diperlukan selaku pelaku usaha pemasok. Berdasarkan
peraturan pelaksanaan lain yang merujuk model aktivitas kerjasama yang dilakukan
pada Hukum Acara untuk digunakan dalam oleh Terlapor I bersama Terlapor II dan
menindak lanjuti Undangundang no. 5 Terlapor III ini artinya Terlapor
tahun 1999, hal ini guna menghindari Imelakukan kegiatan bancassurance
pertentangan pendapat dan perbedaan dengan model bisnis referensi. Pihak bank
penafsiran. dapat melakukan referensi dalam rangka
Studi kasus terkait dengan penegakan produk bank atau referensi tidak dalam
hukum dalam hal praktek monopoli dan rangka produk bank. Bentuk referensi
persaingan usaha tidak sehat tidak kami dalam rangka produk bank biasanya bank
temukan pada Bank Tabungan Negara, akan mereferensikan atau
akan tetapi terjadi pada Bang Rakyat merekomendasikan produk asuransi
Indonesia dengan kronologis kasus: Pihak menjadi persyaratan untuk memperoleh
PT. Bank Rakyat Indonesia (selanjutnya suatu produk perbankan nasabah misalnya
disebut Terlapor I), PT. Asuransi Jiwa KPR, kredit kendaraan bermotor, kredit
Bringin Jiwa Sejahtera (selanjutnya disebut kepada pegawai atau pensiunan, yang
Terlapor II) dan PT. Heksa Eka Life disertai dengan asuransi. Tetapi jika tidak
Insurance (selanjutnya disebut Terlapor dalam rangka produk bank, bank
III), ketiganya diduga menolak dan atau mereferensikan produk asuransi yang tidak
menghalangi perusahaan asuransi jiwa lain menjadi persyaratan untuk memperoleh
untuk melakukan kegiatan usaha yang suatu produk perbankan kepada nasabah.
sama pada pasar produk asuransi jiwa bagi Model aktivitas referensi yang dilakukan
debitur Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) oleh Terlapor I adalah jenis aktivitas
Terlapor I di seluruh wilayah Indonesia. referensi dalam rangka produk bank.
Produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Persyaratan produk asuransi itu
adalah salah satu produk perbankan yang dimaksudkan untuk kepentingan dan
mempersyaratkan adanya asuransi jiwa. perlindungan kepada bank atas resiko
Perkara ini berawal dari inisiatif KPPU terkait dengan produk yang diterbitkan
yang menemukan adanya pembatasan atau jasa yang dilaksanakan oleh bank
pilihan konsumen atau nasabah Terlapor I kepada nasabah.
ketika mengajukan kreditnya. Dalam Konsumen in cassu debitur KPR
proses tersebut, nasabah tidak memiliki Terlapor I tidak memiliki pilihan lain selain
menyetujui klausul asuransi jiwa yang
19
Asril Sitompul, Praktek Monopoli dan Persaingan ditawarkan dalam perjanjian KPR-nya,
Usaha Tidak Sehat, Tinjauan Terhadap Undang-undang dikarenakan konsumen berada pada posisi
No.5 Tahun 1999, (Bandung, Citra Aditya Bakti, tawar yang lemah. Selain itu dari hasil
1999), Hal.. 95.
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 125

pemeriksaan KPPU diketahui bahwa pelaku yang menghalangi perusahaan asuransi


usaha lain yang dapat masuk ke pasar jiwa lainnya untuk melakukan kegiatan
bersangkutan telah berkurang dengan usaha yang sama pada pasar
persyaratan terms and conditions yang bersangkutan," ujarnya. Selain itu, jelas dia,
tidak feasible dan memberatkan sehingga Majelis Komisi KPPU yang menyidangkan
pihak perusahaan asuransi lain seperti kasus tersebut, juga menjatuhkan sanksi
Avrist, Realife, Bumiputera, dan Alianz denda kepada BRI sebesar Rp25 miliar,
yang telah mencoba mengajukan Bringin dengan nominal Rp19 miliar, dan
penawaran kerjasama dengan Terlapor I, Heksa sebesar Rp13 miliar. Putusan itu
mengalami kesulitan untuk dapat berdasarkan kesimpulan KPPU yang
melakukan pemasaran produk asuransi menyatakan bahwa ketiga perusahaan
jiwa mereka ke nasabah Terlapor I. tersebut melanggar pasal 15 (2) terkait
Berdasarkan hasil pemeriksaan KPPU tying-in (pembelian berikat) dan pasal 19
tersebut, Majelis Komisi memutuskan (a) terkait hambatan masuk pasar. KPPU
perkara itu dalam Putusan KPPU No. juga menyarankan agar Otoritas Jasa
05/KPPU/-I/2014 yang menyatakan Keuangan (OJK) untuk segera memberikan
bahwa ketiganya terbukti secara sah dan sanksi atas bank yang melanggar
meyakinkan melanggar Undang-Undang pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 15 Ayat (2) No. 12/35/DPNP tanggal 23 Desember
tentang perjanjian tertutup dan Pasal 19 2010. Surat itu tentang Penerapan
huruf a tentang penguasaan pasar. Manajemen Resiko pada Bank yang
Dari kasus tersebut, Komisi Pengawas Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran
Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan dengan Perusahaan Asuransi.
nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Dari sekian banyak permasalahan yang
mulai kini bebas memilih asuransi jiwa, muncul dalam penegakan UU No.5/1999,
ketika mereka mengajukan kredit biang keladinya sepertinya dari UU
pemilikan rumah (KPR) di salah satu badan No.5/1999 sendiri. Mungkin apabila UU
usaha milik negara (BUMN) itu. "Kalau dulu No.5 Tahun 1999 mengatur secara eksplisit
nasabah hanya dapat menggunakan produk mengenai kedudukan KPPU (Komisi
asuransi yang telah ditentukan oleh BRI. Pengawas Persaingan Usaha) dalam sistem
Contoh, produk dari konsorsium PT hukum Indonesia (apakah merupakan
Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera lembaga judicial ataukah lembaga
(Bringin) dan PT Heksa Eka Life Insurance eksekutif/tata usaha negara?) sudah
(Heksa)," kata Kepala Bagian Hubungan barang tentu tidak akan muncul polemik
Masyarakat Biro Hukum, Hubungan yang berkepanjangan seperti sekarang ini.
Masyarakat dan Kerja Sama KPPU Deswin Tetapi harus realistis, bahwa untuk
Nur, melalui siaran pers, Kamis (13/11). melakukan suatu revisi terhadap UU
Menurut dia, keputusan itu dikeluarkan No.5/1999 tidak mungkin dapat dilakukan
setelah amar putusan KPPU pada 11 dalam waktu dekat, memperhatikan
November 2014 di Jakarta atas kasus pekerjaan rumah DPR dan Pemerintah
dugaan perjanjian tertutup dan hambatan yang sudah begitu menumpuk yang juga
masuk oleh BRI dan konsorsium asuransi menuntut untuk segera diselesaikan, di
tersebut. samping itu revisi terhadap UU No.5/1999
Dalam putusan yang dibacakan hampir harus mengisi daftar waiting list antrian
tiga jam tersebut, KPPU meminta RUU maupun revisi UU, yang mungkin
pembatalan perjanjian oleh BRI memuat menurut DPR dan Pemerintah jauh lebih
persyaratan kewajiban Debitur KPR untuk penting untuk didahulukan.
hanya menggunakan asuransi jiwa dari Sebagai jalan tengah dari
konsorsium Bringin dan Heksa. "Kami juga permasalahan di atas yang masuk akal
meminta agar BRI menghentikan kegiatan untuk dapat dilakukan saat ini adalah
126 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

bagaimana undang-undang yang sudah ada menghukum pelaku usaha yang terlibat
ini, dengan segala kekurangan yang ada, dalam persekongkolan tender transaksi
dapat dilaksanakan secara baik, karena UU disvestasi Indomobil di PN (Pengadilan
No.5/1999 mungkin jauh lebih Negeri) bukan 100% kesalahan semata dari
memberikan harapan bagi terciptanya KPPU itu sendiri.
persaingan usaha yang sehat di Indonesia, Walaupun KPPU telah mendapatkan
dibandingkan tidak ada UU No.5/1999 bukti mengenai terjadinya persekongkolan
sama sekali. tender dalam transaksi disvestasi
Namun tidak sepatutnya, jika di dalam Indomobil, namun Pasal 22 yang mengatur
UU No.5/1999 baik di dalam pertimbangan mengenai persekongkolan tender dalam
maupun di dalam ketentuan pasal-pasalnya UU No.5/1999 tidak dapat menjerat pihak-
tidak terdapat satu kalimatpun yang secara pihak yang terlibat dalam persekongkolan
eksplisit menyatakan bahwa KPPU tersebut.
merupakan suatu lembaga peradilan, lantas Karena penjelasan Pasal 22 UU
sudah cukup menjadi dasar untuk No.5/1999 -yang mendefenisikan tender
menyebutkan KPPU sebagai lembaga sebagai tawaran mengajukan harga untuk
eksekutif/tata usaha negara. memborong suatu pekerjaan, untuk
Usaha yang dilakukan untuk mencari mengadakan barang-barang atau
tahu mengenai kedudukan KPPU tidak menyediakan jasa- telah membatasi
cukup hanya dengan melihat ketentuan defenisi tender pada Pasal 22, kemudian
eksplisitnya saja, yang menyebutkan secara berakibat terhadap tender penjualan
langsung KPPU sebagai lembaga yudisial saham (disvestasi) yang dilakukan oleh
(kecuali mungkin bagi ahli-ahli hukum BPPN tidak dapat dikatagorikan sebagai
yang menganut aliran positivis sempit tender yang telah dirumuskan dalam
adalah sudah cukup). penjelasan Pasal 22 UU No.5/1999.
Seharusnya tugas dan wewenang yang Jadi kegagalan KPPU dalam
dimiliki oleh KPPU (Pasal 35 dan 36 UU mempertahankan putusannya di PN, juga
No.5/1999) yang antara lain, menerima merupakan sumbangan dari UU No.5/1999
laporan, melakukan penyelidikan, yang telah mempersempit defenisi tender.
menyimpulkan hasil penyelidikan atas sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam
dugaan terjadinya praktek monopoli dan persekongkolan tender disvestasi
persaingan usaha tidak sehat, memanggil Indomobil tidak dapat dihukum oleh UU
saksi, meminta keterangan dari instansi No.5/1999.
pemerintahan, bahkan sampai Tetapi bukan berarti para pihak yang
menjatuhkan sanksi berupa tindakan terlibat dalam persekongkolan dapat cuci
administratif kepada pelaku usaha yang tangan dan bernapas lega, terutama BPPN.
melanggar UU No.5/1999. Jika ternyata persekongkolan tersebut
Dasar pembentukan KPPU (Pasal 30 mendapatkan restu dari BPPN dan itu
ayat (1) UU No.5/1999), dimana KPPU dapat dibuktikan oleh aparat Kejaksaan
dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan (karena sebelumnya Kejaksaan Agung juga
undang-undang. Serta Pasal 30 ayat (2) UU pernah memanggil pejabat-pejabat BPPN
No.5/1999, yang antara lain menyebutkan guna diminta keterangannya disekitar
KPPU adalah suatu Lembaga independent proses disvestasi Indomobil), maka bukan
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan lagi UU No.5/1999 yang akan berbicara
pemerintah serta pihak lain, seharusnya tetapi UU No.31/1999 tentang
tidak dikesampingkan begitu saja, dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menentukan kedudukan KPPU dalam yang sudah barang tentu sanksi
sistem hukum Indonesia. hukumannya jauh lebih berat .
Tidak mampunya KPPU dalam Dan kegagalan KPPU di PN ini
mempertahankan putusan yang telah seharusnya jangan membuat KPPU
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 127

kehilangan kepercayaan diri dalam menyebutkan KPPU sebagai lembaga


menegakan hukum Persaingan usaha di eksekutif/tata usaha negara.
Indonesia dan segera melakukan Usaha yang dilakukan untuk mencari
introspeksi diri, karena bangsa Indonesia tahu mengenai kedudukan KPPU tidak
yang masih berharap banyak terhadap cukup hanya dengan melihat ketentuan
kiprah KPPU ke depan dalam menegakan eksplisitnya saja, yang menyebutkan secara
hukum persaingan usaha di Indonesia dan langsung KPPU sebagai lembaga yudisial
membuat iklim berusaha di Indonesia (kecuali mungkin bagi ahli-ahli hukum
menjadi lebih sehat dan kompetitif. yang menganut aliran positivis sempit
adalah sudah cukup).
B. PEMECAHAN MASALAH DALAM Seharusnya tugas dan wewenang yang
PRAKTEK LARANGAN MONOPOLI dimiliki oleh KPPU (Pasal 35 dan 36 UU
DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK No.5/1999) yang antara lain, menerima
SEHAT PADA BANK BTN CABANG laporan, melakukan penyelidikan,
KOTA BOGOR DALAM MEMBERIKAN menyimpulkan hasil penyelidikan atas
FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN dugaan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, memanggil
RAKYAT
saksi, meminta keterangan dari instansi
pemerintahan, bahkan sampai
Melihat kondisi saat ini dan disadari menjatuhkan sanksi berupa tindakan
bahwa realistis untuk melakukan suatu administratif kepada pelaku usaha yang
revisi terhadap UU No.5/1999 tidak melanggar UU No.5/1999.
mungkin dapat dilakukan dalam waktu Dan dasar pembentukan KPPU (Pasal
cepat, memperhatikan pekerjaan rumah 30 ayat (1) UU No.5/1999), dimana KPPU
DPR dan Pemerintah yang sudah begitu dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan
menumpuk yang juga menuntut untuk undang-undang. Serta Pasal 30 ayat (2) UU
segera diselesaikan, di samping itu revisi No.5/1999, yang antara lain menyebutkan
terhadap UU No.5/1999 harus mengisi KPPU adalah suatu Lembaga independent
daftar waiting list antrian RUU maupun yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
revisi UU, yang mungkin menurut DPR dan pemerintah serta pihak lain, seharusnya
Pemerintah jauh lebih penting untuk tidak dikesampingkan begitu saja, dalam
didahulukan. menentukan kedudukan KPPU dalam
Sebagai jalan tengah dari sistem hukum Indonesia.
permasalahan di atas yang masuk akal Terkait kasus yang melibatkan Bank
untuk dapat dilakukan saat ini adalah BRI maka hal di atas bukan berarti para
bagaimana undang-undang yang sudah ada pihak yang terlibat dalam persekongkolan
ini, dengan segala kekurangan yang ada, dapat cuci tangan dan bernapas lega,
dapat dilaksanakan secara baik, karena UU terutama BPPN. Jika ternyata
No.5/1999 mungkin jauh lebih persekongkolan tersebut mendapatkan
memberikan harapan bagi terciptanya restu dari BPPN dan itu dapat dibuktikan
persaingan usaha yang sehat di Indonesia, oleh aparat Kejaksaan (karena sebelumnya
dibandingkan tidak ada UU No.5/1999 Kejaksaan Agung juga pernah memanggil
sama sekali. pejabat-pejabat BPPN guna diminta
Namun tidak sepatutnya, jika di dalam keterangannya disekitar proses disvestasi
UU No.5/1999 baik di dalam pertimbangan Indomobil), maka bukan lagi UU No.5/1999
maupun di dalam ketentuan pasal-pasalnya yang akan berbicara tetapi UU No.31/1999
tidak terdapat satu kalimatpun yang secara tentang Pemberantasan Tindak Pidana
eksplisit menyatakan bahwa KPPU Korupsi yang sudah barang tentu sanksi
merupakan suatu lembaga peradilan, lantas hukumannya jauh lebih berat .
sudah cukup menjadi dasar untuk
128 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

Dalam konteks implementasi praktek negara?). hal tersebut menimbulkan


larangan monopoli dan persaingan usaha banyak persoalan
pada bank pemerintah dalam memberikan 2. Solusi praktek monopoli dan
fasilitas subsidi perumahan kami persaingan usaha tidak sehat pada
menangkap beberapa fenomena dan fakta bank pemerintah memang sebaiknya
lapangan yang membutuhkan solusi adalah dengan menyempurnakan UU
pemecahan masalah diantaranya adalah No.5/1999. akan tetapi jika hal tersbut
praktek implementasi dari UU No.5/1999 belum dapat dilakukan, maka solusi
belum berjalan dengan baik karena selain pertama adalah dengan
sistem yang di atur dalam dari undang- mengoptimalkan peraturan
undang itu sendiri yang kurang baik, perundang-undangan yang ada atau
praktek dilapangan terutama pada bank- dapat dibuat aturan pemerintah yang
bank pemerintah masih kurang lebih aplikatif.
pengawasan yang terinterasi.
Maka, solusi penyelesaiannya adalah SARAN
dengan optimalisasi UU No.5/1999, jika
memang belum dapat diperbaiki karena 1. Mengingat usian UU No.5/1999 sudah
keterbatasan waktu. pemerintah memang cukup tua dan dan terdapat kelemahan
harus mendorong penyediaan fasilitas mendasar di dalamnya, maka perlu
perumahan tersebut salah satunya dengan adanya wancana untuk
mengoptimalkan UU No.5/1999. Bila menyempurnakan UU No.5/1999
memang memungkinkan untuk dibuat dengan cara membuat undang-undang
aturan pemerintah yang lebih aplikatif baru. Dalam proses menununggu
dalam mengatur praktek larangan penyempurnaan undang-undang UU
monopoli dan persaingan usaha tidak No.5/1999, maka pemerintah
sehat. sebaiknya mengoptimalkan UU
No.5/1999 dengan mengeluarkan
KESIMPULAN peraturan pemerintah yang dikaji
dengan baik sehingga dapat
1. Praktek larangan monopoli dan meminimalisir kekurangan dari UU
persaingan usaha tidak sehat dinilai No.5/1999;
masih lemah. hal tersebut karena 2. Perlu adanya kontrol lebih tegas dan
adanya masalah dan hambatan dalam lebih terorganisir dari pemerintah
praktek larangan monopoli dan khususnya pada bank penyelenggaraan
persaingan usaha tidak sehat penyediaan fasilitas perumahan
diantaranya adalah dari UU No.5/1999 bersubsidi, karena dalam prakteknya
sendiri yang tidak mengatur secara larangan monopoli dan persaingan
eksplisit mengenai kedudukan KPPU usaha tidak sehat tidak berjalan
(Komisi Pengawas Persaingan Usaha) optimal dan tidak mendorong
dalam sistem hukum Indonesia
percepatan penyediaan perumahan.
(apakah merupakan lembaga judicial
ataukah lembaga eksekutif/tata usaha

DAFTAR PUSTAKA
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha dalam Teks dan Konteks, Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009

Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha dalam Teks dan Konteks, Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009
Jurnal Living Law e-ISSN 2550-1208 Volume 11 Nomor 2, Oktober 2019 129

Asril Sitompul, Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Tinjauan Terhadap
Undang-undang No.5 Tahun 1999, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999)

Edy Suandi Hamid, MB. Hendrie Anto, Ekonomi Indonesia Memasuki Milenium III,
(Yogyakarta UII Pres, 2000)

Edy Suandi Hamid, Perekonomian Indonesia : Masalah dan Kebijakan Kontemporer, UII
Press, Yogyakarta, 2000

GBHN 1998, Butir G, Kaidah Penuntun (Surakarta, PT. Pabelan, 1998)

Iqbal, Farrukh, Deregulation and Development in Indonesia”, Makalah Pada Seminar


Building on Success : Maximizing the Gains From Deregulation, Jakarta, 1995

Kwik Kian Gie, Analisa Ekonomi Politik Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994.

Kwik Kian Gie, Saya bermimpi jadi konglomerat (Jakarta, Gramedia, 1994)

Michael-Kantz dan Harveey S Rosen, “Microeconomic”, USA : Richard D Irwin Inc, 1994

Moch Faisal Salam, Pertumbuhan Hukum Bisnis Di Indonesia, (Bandung, Pustaka, 2001)

Peter Mahmud Marzuki Telaah filosofi terhadap Undang-undang larangan praktek


monopoli dam persaingan usaha tidak sehat dalam kaitannya dengan konstitusi
Republik Indonesia, (Majalah Yuridika, Surabaya, Fakultas Hukum Universitas
Erlangga November 2001)

Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Indonesia, selanjutnya dissebut


Rachmadi Usman II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)

Robert S Pindycle and Daniel L. Rubinfeld, Microeconomic, USA : Prentice Hall International
Inc, 1998

Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi Keterkaitan Usaha Partisipatif Versus Konsentrasi
Ekonomi, Makalah Seminar Pancasila sebagai Idiologi Negara dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, Jakarta, 1989

Sutan Remy Sjahdeni, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Makalah Diskusi Panel Tentang Antimonopoli, Diselenggarakan oleh Kelompok
Kajian Ilmu Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung,
Tanggal 4 September 1999.

Won-Joon Kim, “Korea’s Experiences in Adoption & Enforcement of Competition Law and
Implication for Developing Countries,” makalah disampaikan pada 2nd ASEAN
CONFERENCE ON COMPETITION LAW & POLICY yang diselenggarakan oleh KPPU,
Sekretariat ASEAN dan ASEAN Consultative Forum for Competition, di Bali pada
tanggal 14-16 June 2006.
130 R. P. Rangkuti, Et. al. Praktek Larangan Monopoli Dan Persaingan

situs perumnas, diakses pada Senin, 26 Februari 2018 pukul 14.41.


http://www.perumnas.co.id/holding-bumn-perumahan-diarahkan-jadi-penyedia-
perumahan/

Anda mungkin juga menyukai