Anda di halaman 1dari 10

LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI

ASPEK HUKUM JASA KONSTRUKSI

17B11C703

SEMESTER GANJIL

DISUSUN OLEH:

NUR HERYANI EKA PUTRI HR

1921042003

S1 01

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pelaku usaha selalu ingin mengembangkan usahanya semaksimal mungkin atau
menjadi yang terbaik di bidangnya.Kondisi itu memaksa setiap pelaku usaha untuk
meningkatkan kinerja dan daya saing, tentu melalui inovasi dan efisiensi untuk mengungguli
pesaingnya. Sebagai konsekuensi keberhasilan mencapai hal itu, pelaku usaha akan
memperoleh posisi dominan atau memiliki market power (kekuatan pasar) di pasar
bersangkutan.
Pada setiap industri akan selalu ada pelaku usaha yang dominan dan beberapa pelaku
usaha yang lebih kecil. Pelaku usaha dominan adalah pelaku usaha yang mempunyai pangsa
besar dalam pasar, yang dapat mempengaruhi harga pasar dengan memperbanyak
produksinya. Yang dimaksud posisi dominan dalam Pasal 1 angka (4) Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang
berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai atau pelaku
usaha mempunyai posisi tertinggi di antara para pesaingnya di pasar bersangkutan dalam
kaitan dengan kemampuan keuangan kemampuan akses pada pasokan atau penjual serta
kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.
Pemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan dilarang, karena hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli maupun persaingan usaha tidak sehat yang
ditandai dengan terciptanya posisi dominan yang pada gilirannya akan merugikan
masyarakat. Demikian pula dilarang pendirian beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama apabila hal itu mengakibatkan
terciptanya posisi dominan. Dampak dari kegiatan pemilikan saham mayoritas atau
pendirian beberapa perusasahaan pada pasar bersangkutan yang sama
terjadinya“pengendalian” yang menyebabkan “posisi dominan” yang merupakan unsur
utama dari larangan pemilikan saham mayoritas maupun pendirian beberapa perusahaan
yang memiliki kegiatan usaha usaha yang sama, sehingga apabila unsur utama tersebut tidak
terpenuhi maka pemilikan saham mayoritas maupun pendirian beberapa perusahaaan yang
memiliki kegiatan usaha yang sama tidak dilarang UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian monopoli dan persaingan tidak sehat?
2. Bagaimana contoh kasus pelanggaran terhadap aturan praktek larangan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat?
3. Apa saja dampak dari kasus pelanggaranan terhadap aturan praktek larangan monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan gagasan ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengertian monopoli dan persaingan tidak sehat
2. Untuk mengetahui contoh kasus pelanggaran terhadap aturan praktek larangan
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
3. Untuk mengetahui dampak dari kasus pelanggaranan terhadap aturan praktek larangan
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat


Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir
perusahaan yang menjual produk aatau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti
yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam
bidang industri atau bisnis tersebut.
“Dengan monopoli suatu bidang, berarti kesempatan untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya untuk kepentingan kantong sendiri. Di sini monopoli bagai suatu
kekuasaan untuk menentukan tidak hanya harga, melainkan juga kualiatas dan kuantitas
suatu kegiatan usaha dan ekonomi atau produk barang dan/atau jasa tertentu yang
ditawarkan kepada masyarakat konsumen. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk
menentukan pilihan, baik mengenai harga, mutu kualitas maupun jumlahnya. Kalau mau
silahkan dan kalau tidak mau tidak ada pilihan lain” (Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,
1999 : 2).
Hal tersebut diatas, langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan
kecemburuan sosial, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan distorsi ekonomi secara
nasional dengan dampak juga dapat merugikan kepentingan masyarakat banyak,
kepentingan bangsa dan negara.
Praktek monopoli hal yang biasa dilakukan oleh para pelaku usaha, ekonomi dan
bisnis besar yang mempuyai kekuatan untuk mengontrol pasar market. Apabila terjadi hal
tersebut maka harga akan semakin meningkat dikarenakan kelangkaan produksi barang
dan/atau jasa. Akibat dari monopolu adalah dapat menguntungkan disatu pihak saja dan
akan dapat mematikan uasaha-usaha lain yang kecil dan sederhana yang bergerak dalam
bidang yang sama. Praktek monopoli dapat juga dikatakan teknik pengisapan darah
masyarakat selaku konsumen yang pernah dilakukan penjajah VOC zaman dahulu
sebelum kemerdekaan kita.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan secara
umum terhadap segala tindakan ketidak juuran atau menghilangkan persaingan dalam
setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan konersial. Adanya persaingan
tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang mempunyai pelaku
keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan
yang besar dan paling kaya.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
2. Contoh Kasus Pelanggaran Terhadap Aturan Praktek Larangan Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat

Salah satu contoh pelanggaran terhadap aturan proyek larangan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat adalah “Kasus Persekongkolan Tender Proyek Di Sumatera
Utara” yang bersumber dari artikel Kompas.com oleh Mei Leandha.
Sepanjang Agustus 2019, kantor Wilayah I KPPU Medan sudah menghukum 10
kontraktor dan empat kelompok kerja (pokja) yang dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam persekongkolan tender di
Sumatera Utara.
Berdasarkan data dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), PT Karya
Agung Pratama Cipta dihukum dengan denda sebesar Rp 1,8 miliar saat mengerjakan
paket pembangunan Jalan Balige By Pass pada Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah I Provinsi Sumut Tahun Anggaran 2017.
Terlapor lain adalah PT Swakarsa Tunggal Mandiri, PT Anugrah Bahari Sejahtera
Mandiri, dan Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
Wilayah I Provinsi Sumut.
Kemudian, terkait paket Preservasi Rehabilitasi Jalan Zaenal Arifin (Stabat)-
Binjai Raya (Medan)- Belawan pada Satker Pelaksanaa Jalan Nasional Metropolitan
Medan APBN Tahun Anggaran 2017, KPPU menghukum PT Dewanto Cipta Pratama
dan PT Bangun Mitra Abadi dengan denda masing-masing sebesar Rp 1,7 miliar lebih,
berikut Pokjanya. Pada tender Preservasi dan Pelebaran Jalan BTS. Provinsi Aceh-Barus-
Sibolga pada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumut APBN TA
2018, KPPU menghukum PT Swakarsa Tunggal Mandiri dengan denda sebesar Rp 1,2
miliar lebih. Lalu PT Sekawan Jaya Bersama dan PT Fifo Pusaka Abadi juga dikenai
denda masing-masing Rp 1 miliar.
PT Mitha Sarana Niaga juga dikenai denda sebesar Rp 1,2 miliar lebih dan PT
Razasa Karya sebesar Rp 1 miliar saat menggarap Pembangunan Jalan Akses Bandara
Sibisa pada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumut APBN TA
2018. Pokjanya juga dikenai sanksi oleh KPPU.
Kepala Kantor KPPU Wilayah I Ramli Simanjuntak kepada Kompas.com
mengatakan, kasus tender pengadaan barang dan jasa menjadi mayoritas. Isu tender yang
kolutif dan tidak transparan di lingkungan instansi pemerintah bukan kasus baru.
Pihaknya, menilai praktik persekongkolan tender merupakan biang dari inefisiensi
berbagai kegiatan sektor usaha, terutama untuk penyediaan barang maupun fasilitas
publik yang diperlukan masyarakat. 
Menurutnya, keberadaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 jelas tidak
menolerir praktk-praktik persekongkolan tender, dan pelakunya dapat diganjar denda
sampai Rp 25 miliar.
Majelis komisi sudah merekomendasikan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah (LKPP) untuk membuat pedoman manual yang mengharuskan pokja
pengadaan barang atau jasa melakukan check list terkait indikasi persekongkolan dalam
proses tender.
Rekomendasi juga ditujukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat agar melakukan koordinasi dengan LKPP untuk menyusun format
baru pengadaan barang dan jasa di lingkungan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR
supaya meminimalisir terjadinya persekongkolan berupa persaingan semu di antara
peserta tender.
Fungsi KPPU sebagai lembaga yang diberi amanat untuk penegakan hukum
persaingan usaha, pemberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, pengawas
merger, serta pengawas kemitraan di Indonesia, tidak serta merta dapat mengemban
seorang diri. Lembaga ini memerlukan kerja sama dari seluruh elemen dalam
mewujudkan fungsi pengawasan. 
Solusinya adalah dengan melakukan sosialisasi dan mengajak semua pihak untuk
memperbaiki tender agar hadir proses yang transparan dan tidak ada diskriminasi.
Selain itu, upaya pencegahan dengan melibatkan pemerintah daerah sangat
diperlukan. Dengan mensosialisasikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, diharapkan
seluruh organisasi perangkat daerah maupun penyelenggara lelang memahami proses
pengadaan barang dan jasa.

3. Dampak Kasus Pelanggaranan terhadap aturan praktek larangan monopoli dan


persaingan usaha tidak sehat
Menurut ketentuan Pasal 47 Undang – Undang Nomor 5 tahun 1999, Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menjatuhkan sanksi administratif terhadap
pelaku usaha yang terbukti melakukan perbuatan melawan atau melanggar hukum
terhadap Undang – Undang tersebut, sanksi administratif dapat berupa :
1. Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku
usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak
sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

Sedangkan sanksi pidana pokok sebagaimana ditentukan dalam pasal 48 Undang


– Undang Nomor 5 tahun 1999 dapat dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri terhadap
pelaku usaha yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap undang – undang
tersebut. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada pelaku usaha yang terbukti
bersalah tersebut dapat berupa :
1. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20
sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan
pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

Menurut ketentuan Pasal 49 Undang – Undang Nomor 5 tahun 1999, Komisi


Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menjatuhkan sanksi pidana tambahan terhadap
pelaku usaha yang terbukti melakukan perbuatan melawan atau melanggar hukum
terhadap Undang – Undang tersebut, sanksi administratif dapat berupa :
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan
berupa:
a. Pencabutan izin usaha; atau
b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap
undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
pada pihak lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada setiap industri akan selalu ada pelaku usaha yang dominan dari beberapa
pelaku usaha yang lebih kecil. Pelaku usaha dominan adalah pelaku usaha yang
mempunyai pangsa besar dalam pasar, yang dapat mempengaruhi harga pasar dengan
memperbanyak produksinya. Yang dimaksud posisi dominan dalam Pasal 1 ayat (4)
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar
yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara para pesaingnya di
pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan kemampuan akses pada
pasokan atau penjual serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan
barang atau jasa tertentu.
Secara umum, UU Nomor 5 Tahun 1999 bertujuan untuk menjaga iklim
persaingan antar pelaku usaha serta menjadikan persaingan antar pelaku usaha menjadi
sehat. Namun selalu saja ada sebagian orang yang melanggar Undang – Undang tersebut.
Salah satu contoh pelanggaran terhadap aturan praktek larangan monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat adalah “Kasus Persekongkolan Tender Proyek” yang bersumber dari
artikel Kompas.com oleh Mei Leandha. Kantor Wilayah I KPPU Medan sudah
menghukum 10 kontraktor dan empat kelompok kerja (pokja) yang dinyatakan terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam
persekongkolan tender di Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU), PT Karya Agung Pratama Cipta dihukum dengan denda
sebesar Rp 1,8 miliar saat mengerjakan paket pembangunan Jalan Balige By Pass pada
Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumut Tahun
Anggaran 2017. Terlapor lain adalah PT Swakarsa Tunggal Mandiri, PT Anugrah Bahari
Sejahtera Mandiri, dan Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Satker Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah I Provinsi Sumut. Majelis komisi sudah merekomendasikan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) untuk membuat pedoman
manual yang mengharuskan pokja pengadaan barang atau jasa melakukan check list
terkait indikasi persekongkolan dalam proses tender. Fungsi KPPU sebagai lembaga
yang diberi amanat untuk penegakan hukum persaingan usaha, pemberi saran dan
pertimbangan kepada pemerintah, pengawas merger, serta pengawas kemitraan di
Indonesia, tidak serta merta dapat mengemban seorang diri. Lembaga ini memerlukan
kerja sama dari seluruh elemen dalam mewujudkan fungsi pengawasan. 
B. Saran
Dalam hal ini jadikanlah makalah ini sebagai media untuk menambah lagi
wawasan dan juga pengalaman agar lebih menguasai subtansi bidang studi yang diampu.
DAFTAR PUSTAKA

Mei Leandha. 2019. “Kasus Persekongkolan Tender Proyek”.


https://regional.kompas.com/read/2019/09/13/16512481/selama-agustus-10-kontraktor-
dihukum-karena-persekongkolan-tender-proyek?
page=all&jxconn=1*zx6k76*other_jxampid*YTdUVVVQWVU3dGt5WVVfb1I2Qi02W
DZzZHIxNmZfNzByTC1wVFRJQWZlUXI5UG5QQ1dvUnhQSUdXTFR4QXUyUw..#pa
ge2 diakses pada 01 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai