Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM DAGANG K3A

NAMA : I GUSTI NGURAH BUDIYASA


NIP : 1910122005
PRODI : ILMU HUKUM
KELAS : K3A REGULER B

1. Deskripsi dan Argumentasi dari persaingan usaha tidak sehat


Jawaban :
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (Pasal
1 angka 6 UU No. 5/1999).
Kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini tidak sesuai dengan asas yang
diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu; bahwa pelaku usaha di Indonesia
dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
memperhatikan kesimbangan antara kepentingan dan pelaku usaha dan kepentingan
umum.
Berdasarkan asas demokrasi ekonomi sebagaimana tersebut di atas, pemerintah telah
merumuskan tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Tujuan dilarangnya kegiatan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat disebutkan
dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut:
Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang samabagi pelaku
usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.

1
Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
oleh pelaku usaha.
Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kemudian pemerintah mengatur lebih lanjut tentang
perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, sampai ke pembentukan komisi
pengawas persaingan usaha.

2. Contoh konkrit persaingan usaha tidak sehat dalam bidang Transportasi


Jawaban :
Melihat akan kebutuhan transportasi yang semakin berkembang dan menjadi tuntutan
masyarakat akan tersedianya sarana transportasi yang terpadu maka perlu diperhatikan
pula kondisi dan kebutuhan dari pemakai jasa transportasi. Pelayanan kepada pemakai
jasa transportasi saat ini kurang mendapat perhatian dan begitupun sebaliknya bagi
pengguna jasa juga kurang menyadari fungsi dan kegunaan serta kelestarian dari sarana
transportasi tersebut.
Dalam usaha menciptakan angkutan transportasi yang nyaman dan aman, maka taksi
bisa dijadikan salah satu solusi dari permasalahan ini. Taksi merupakan salah satu sarana
transportasi yang sering digunakan terutama untuk
tujuan-tujuan dalam kota, atau dari dan ke bandara, pelabuhan, serta terminal bus.
Konsumen rela membayar mahal untuk taksi demi kenyamanan, keamanan, dan karena
lebih mempunyai privasi dibanding angkutan umum.
Jasa transportasi taksi ini ternyata mendapat respon yang sangat baik dari konsumen.
Permintaan yang tinggi terhadap jasa pelayanan taksi berimbas pula pada meningkatnya
keuntungan yang didapatkan oleh sebuah operator taksi. Hal ini menjadikan usaha taksi
dianggap sebagai sebuah prospek bisnis yang menjanjikan, sehingga mendorong investor
untuk menanamkan modalnya di sektor transportasi terutama pada bisnis jasa pelayanan
taksi. Awal dekade 1990- an usaha taksi mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai operator taksi baru yang ikut meramaikan
industri jasa transportasi taksi dalam negeri. Operator lama pun juga tidak ketinggalan
untuk menambah jumlah armada mereka agar tetap dapat bersaing dengan kompetitor
baru lainnya.
Pasca kenaikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri sebagai
akibat dari krisis moneter yang melanda Indonesia, sempat membuat industri taksi
terpukul. Berbagai upaya dilakukan oleh operator taksi untuk menghemat pengeluaran
2
mereka dengan tetap menjaga kepercayaan konsumen yang telah mereka bangun selama
ini. Namun ternyata upaya efisiensi ini justru mengesampingkan pedoman persaingan
usaha yang sehat dalam prakteknya. Sebagai contoh bentuk adanya praktek persaingan
usaha tidak sehat yang dilakukan operator taksi adalah ditemukannya praktik penetapan
tarif, pembagian wilayah operasional, dan upaya menghalangi operator taksi baru yang
akan ikut masuk ke dalam pasar yang terjadi pada jasa pelayanan taksi di Batam.
Hal ini sangat merugikan konsumen, sebab pilihan taksi menjadi terbatas dan bahkan
ada taksi yang menerapkan tarif tidak dengan argometer. Pemerintah melalui pemda
setempat diharapkan menertibkan taksi yang tidak mau bersaing secara sehat, karena
regulasi taksi diatur masing-masing daerah, dan bila masih ada taksi yang tidak mau
diatur maka harus dilakukan pendekatan hukum.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebenarnya sudah memberikan
rekomendasi ke Pemerintah Kota Batam untuk bertindak tegas menyelesaikan
masalah tarif di Batam, tetapi sampai batas waktu satu bulan, Pemerintah Kota Batam
tidak membenahi sistem jasa pelayanan taksi di Batam. Karena tidak mendapatkan
tanggapan, KPPU kemudian melakukan pemeriksaan, dan setelah melakukan
pemeriksaan awal, KPPU menemukan dugaan kuat praktik jasa pelayanan taksi di
Batam melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Pada 19 Juni 2008 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tidak Sehat telah
membacakan putusan terhadap perkara No. 28/KPPU-I/2007 yang berisi adanya dugaan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait dengan persaingan
usaha tidak sehat dalam jasa pelayanan taksi di Batam yang dilakukan oleh pelaku usaha
taksi dan pengelola wilayah. Putusan ini merupakan sanksi terhadap pelanggaran pasal 5,
pasal 9, pasal 17, dan pasal 19 huruf (a) dan (d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Muncul pro dan kontra terhadap putusan ini karena kesalahan dinilai justru ada pada
pemerintah sendiri sebagai pembuat regulasi. Reaksi penolakan terhadap vonis Komisi
Pengawas Persaingan Usaha juga datang dari Organisasi Taksi di Batam. Mereka
menilai tudingan monopoli dalam operasional taksi di Batam tidak beralasan. Kebijakan
tarif dalam operasi taksi di Batam saat ini tidak lahir sendirinya, melainkan berdasarkan
keputusan bersama. Tuduhan monopoli ini ditujukan karena selama ini sistem
pembayaran taksi di Batam masih menggunakan tarif yang ditentukan pengemudi.
Namun tarif yang berlaku saat ini, oleh masyarakat pengguna jasa taksi dinilai terlalu
mahal
3
3. Contoh konkrit persaingan usaha tidak sehat dalam bidang produk makanan dan
minuman
Jawaban :
Persaingan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) khusunya di wilayah
Jabodetabek tengah ramai dengan kasus yang menyeret penguasa pasar PT Tirta
Investama (terlapor I) dan distributornya, PT Balina Agung Perkasa (terlapor II).
Perkaranya tengah bergulir di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang
terdaftar dengan nomor perkara No.22/KPPU-L/2016. Bagaimana sebenarnya asal-mula
kasus Aqua vs. Le Minerale ini?
Dalam kasus ini produsen Aqua PT Tirta Investama diduga melanggar tiga pasal
sekaligus, yaitu Pasal 15 ayat (3), Pasal 19 dan Pasal 25 UU No. 5/1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Aqua dituduh melarang outlet di Jabetabek untuk menjual produk Le Minerale. Hal
itu tertuang dalam surat perjanjian yang harus disepakati oleh pedagang outlet. Pedagang
ini yang rama Perkara ini bermula dari laporan para pedagang ritel maupun eceran ke
Kantor KPPU pada September 2016. Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak PT Tirta
Investama untuk menjual produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya
(Mayora Group).
Salah satu klasul perjanjian ritel menyebutkan, apabila pedagang menjual produk Le
Minerale maka statusnya akan diturunkan dari star outlet (SO) menjadi wholesaler
(eceran). i-ramai melapor ke KPPU
Atas perbuatan itu, PT Tirta Fresindo Jaya ini melayangkan somasi terbuka terhadap
PT Tirta Investama di surat kabar pada 1 Oktober 2017. Somasi ini selanjutnya
ditanggapi oleh otoritas persaingan usaha. KPPU mengendus praktik persaingan usaha
tidak sehat dalam industri AMDK.
Dari sidang-sidang diKPPU diketahui bahwa tim investigator setidaknya memiliki
tiga bukti. Salah satu bukti yang dimiliki tim investigator yakni bukti komunikasi berupa
e-mail.
Investigator mengaku menemukan komunikasi dua arah antara terlapor I dan II, yang
saling dikirim melalui alamat e-mail kantor.

4
E-mail yang ditemukan tim investigator berjudul "Degradasi Star Outlet (SO)
Menjadi Wholesaler." E-mail itu berisi sanksi yang diterapkan oleh terlapor II kepada
pedagang SO
Bahkan, terlapor II disebut telah mengeksekusi sanksi tersebut kepada salah satu SO.
Menanggapi tuduhan itu kubu PT Tirta Investasma melalui kuasa hukumnya, Rikrik
Rizkiyana dari kantor hukum Assegaf Hamzah & Partners, mengatakan Aqua berbisnis
sesuai undang-undang.
Diakui memang ada hubungan antara perseroan dengan terlapor II berupa prinsipal
dan ditributor. Namun, Aqua tidak pernah bersepakat menghambat kompetitor lain untuk
bersaing di pasar yang sama.
Sistem distribusi Tirta Investasma menganut sistem jual putus kepada distributor,
sehingga ketika perusahaan menjual produk ke distributor independen, proses setelahnya
bukan menjadi domain Aqua.
Sementara itu kubu PT Balina Agung Perkasa, distributor Aqua, menganggap e-mail
kantor juga dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, sehingga bukti surat elektronik
tentang klausul penurunan level pedagang merupakan pertanggungjawaban pribadi.
Kuasa hukum PT Balina Agung Perkasa Ketut Widya mengatakan tugasnya
distributor adalah menjual produk, dan tidak seperti apa yang dituduhkan lewat temuan
surat elektronik. Menurutnya, di perusahaan penggunaan e-mail kantor juga dapat
dimungkinkan untuk kepentingan pribadi.
Terkait dengan degradasi grosir besar menjadi wholesaler, kata Ketut, akibat
kesalahan internal, bukan karena menjual produk Le Minerale.
PT Inbisco Niagatama merupakan perusahaan yang mendistribusikan produk Mayora,
termasuk Le Minerale

Anda mungkin juga menyukai