Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS PELELANGAN PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN

JARINGAN IRIGASI JANGKANG KOMPLEK DI DINAS PERKERJAAN UMUM KABUPATEN


SANGGAU PROVINISI KALIMANTAN BARAT

(Perkara Nomor 03/KPPU-L/2011)

Disusun Oleh:

Diza Hafni Zairin 11000117140388


(KAPITA SELEKTA HUKUM BISNIS
KELAS B)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang
menguasai pasar. Dalam tatanan hukum positif Indonesia, praktek monopoli secara khusus
diatur dalam peraturan undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat (UU Antimonopoli). Di
dalam undang-undang tersebut tepatnya dalam pasal 1 angka 1 UU Antimonopoli , dijelaskan
definisi dari monopoli yaitu “suatu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha”.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa monopoli ad ajika satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran barang atau penggunaan
jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu pelaku usaha yang
memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada pasar yang bersangkutan.

Monopoli sebenenarnya tidak dilarang secara mutlak dalam praktek perekonomian di


Indonesia, sepanjang atas hal itu atas hasil usaha pelaku yang bersangkutan secara fair. Yang
dilarang oleh UU Antimonopoli adalah praktek monopoli yang mengakibatkan persaingan
menjadi tidak sehat pada pasar bersangkutan. Contohnya adalah ketika terdapat hubungan
antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang lain pada bersangkutan
menimbulkan indikasi persaingan usaha yang tidak sehat. Salah satu hubungan antara pelaku
usaha yang menimbulkan indikasi persaingan tidak sehat yang dilarang oleh UU
Antimonopoli adalah pesengkokolan dalam tender.

Berdasarkan kamus hukum, persengkongkolan adalah suatu kerjasama antara dua pihak
atau lebih yang secara Bersama-sama melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Pengertian tentang dalam tender menurut beberapa negara adalah suatu perjanjian antara
beberapa negara adalah suatu perjanjian antara beberapa pihak untuk memenangkan
persaingan dalam suatu tender. Persengkongkolan dalam tender sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 adalah kerjasama anatara dua pihak atau lebih dalam
rangka memangkan peserta tender tertentu. Persengkongkolan dalam tender dapat dilakukan
secara terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuain, penawaran sebelum
dimasukkan, atau menciptakan pesaingan semu, atau menyetujui dana tau menfasilitasi, atau
pemberian kesepatan ekslusif, atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun
mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka menenagkan
peserta tender tertentu. Persengkokolan tender dapat dibedakan dilakukan pada tiga jenis
yaitu persengkongkolan horizontal, persengkokolan vertical dan gabungan persengkokolan
vertical dan horizontal.

Contoh kasus adanya indikasi persengkokolan dalam tender yaitu kasus tender perkejaan
pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi komplek di dinas perkerjaan kabupaten
sanggau, propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah kasus tender jaringan irigasi sanggau termasuk dalam persengkokolan dalam
tender yang dilarang oleh UU Antimonopoli?
2. Termasuk jenis persengkokolan tender apa kasus jaringan irigasi sanggau?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Kasus Posisi
Kasus tender perkejaan pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi komplek di dinas
perkerjaan kabupaten sanggau, propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010 (Kasus Jaringan
irigasi Sangau) melibatkan beberapa pihak yaitu :
1. Panitia Pelelangan proyek perkerjaan pebangunan dan penikatan jaringan irigasi
jangkang komplek di Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Sanggau provinsi Kalimatan
Barat
2. PT Citra Bangun Adigraha
3. PT Bima Putra Bangsa
4. PT Telaga Mega Buaana
5. PT Medan Persada
6. PT Simbara Kirana

Awal mula indikasi adanya dugaan persengkokolan tender dalam kasus tersebut adalah
saat ke-lima perseroan yang terlibat dalam tender tersebut melakukan persengkokolan
vertikal dalam tender perkerjaan pembangunan dan peningkatan irigasi Jangkang yang
dibuktika beberapa fakta sebagai berikut :
1. Adanya kerjasama untuk memenuhi persyaratan administrasi khsusnya dengan
pemenuhan persyaratan ahli K3 yang dilakukan ke lima perusahan tersebut
2. Adanya kerja sama dalam proses tender dimana pada saat pengambilan dokumen
berita aanwijzing, PT Citra Bangun Adigraha dilakukan oleh Marselinus yang
merupakan personil inti dari PT Telaga Mega Buana
3. Panitia tender tetap meluluskan dan memberi nilai KSO Citra Bangun Adigraha dan
PT Bima Putra Bangsa, padahal KSO Citra Bangun Adigraha dan PT Bima Putra
Bangsa tidak melampirkan surat pernyataan personil
4. Terdapat Ketidak wajaran dalam penawaran KSO PT Citra Bangun Adigraha dan PT
Bima Putra Bangsa aitu sebesar Rp. 14.466. 800,- atau apabilahara perkiraan sendiri
(HPS) sekitar 99,79%.
5. Bahwa terdapat ketidak wajaran dalam proses evaluasi dokumen penawaran erserta
tender yaitu pada proses evaluasi administrasi yaitu adanya tindakan tidak wajar yang
dilakukan oleh panitia tende dalam proses administrasi tersebut yang terlihat dari
fakta alasan gugurnya beberapa peserta tender karena tidak melampirkan dokumen
rekaputilasi daftar harga, Analisa harga satuan, rekapulutasi harga sewa peralatan dan
faftar harga alat sesuai kebutuhan.

1.2 Analisa
Dalam pasal 22 UU Antimonopoli, definisi persengkokolan tender adalah kerjasama
anatara dua pihak atau lebih dalam rangka memangkan peserta tender tertentu.
Pesengkongkolan horizontal merupaka pesengkokolan yang terjadi antara pelaku usaha
atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa
pesiangannya. Dalam kasus tersebut kelima perusahaan tersebut merupakan pelaku usaha
yang sama dimana perusahaan tersebut melakukan kerjasama untuk memenuhi adanya
kerjasama untuk memenuhi persyaratan administrasi khususnya pada syarat K3 dan juga
Adanya kerja sama dalam proses tender dimana pada saat pengambilan dokumen berita
aanwijzing, PT Citra Bangun Adigraha dilakukan oleh Marselinus yang merupakan
personil inti dari PT Telaga Mega Buana. Maka atas kedua fakta tersebut dalam kasus ini
kelima perusahaan tersebut telah memenuhi syarat dari persengkokolan tender horizontal.

Tidak hanya persengkokolan tender horizontal yang terbukti atas fakta-fakta yang
terdapat dalam kasus tersebut, terdapat indikasi persengkokolan vertikal dalam kasus
tersebut yaitu dalam fakta bahwa Panitia tender tetap meluluskan dan memberi nilai KSO
Citra Bangun Adigraha dan PT Bima Putra Bangsa, padahal KSO Citra Bangun Adigraha
dan PT Bima Putra Bangsa tidak melampirkan surat pernyataan personil dan terdapat
ketidak wajaran dalam proses evaluasi dokumen penawaran erserta tender yaitu pada
proses evaluasi administrasi yaitu adanya tindakan tidak wajar yang dilakukan oleh
panitia tende dalam proses administrasi tersebut yang terlihat dari fakta alasan gugurnya
beberapa peserta tender karena tidak melampirkan dokumen rekaputilasi daftar harga,
analisa harga satuan, rekapulutasi harga sewa peralatan dan faftar harga alat sesuai
kebutuhan. Fakta-fakta tersebut memenuhi definisi persaingan vertikal dimana
merupakan persenkongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha
dengan panitia tender atau panitia lelang atau penggunaan barang dan jasa atau pemilik
atau pemberi perkerjaan. Dalam kasus tersebut, sesuai dengan fakta dalam putusan bahwa
kelima perusahaan tersebut terbukti melakukan kejasama dengan panitia tender
Pelelangan proyek perkerjaan pebangunan dan penikatan jaringan irigasi jangkang
komplek di Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Sanggau provinsi Kalimatan Barat.

BAB III

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan atas Analisa kasus Pelelangan proyek perkerjaan pebangunan dan penikatan
jaringan irigasi jangkang komplek di Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Sanggau provinsi
Kalimatan Barat adalah kasus tersebut termasuk dalam persengkokolan campuran antara
horizontal dan vertikal. Karena berdasarkan fakta-fakta yang tertera dalam kasus tersebut
melibatkan dua pihak yang merupakan bagian penting dalam tender yaitu perusahaan yang
mengikuti tender (PT Citra Bangun Adigraha, PT Bima Putra Bangsa, PT Telaga Mega
Buaana , PT Medan Persada dan PT Simbara Kirana) dan panitia tender penikatan jaringan
irigasi jangkang komplek di Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Sanggau provinsi Kalimatan
Barat. Dalam kasus tersebut terdapat persengkokolan panitia tender, sebagai pemberi
perkerjaan, maupun perusahaan-perusahaan yang terlibat sebagai pelaku usaha melakukan
proses. Dan juga terdapat persengkokolan antar pelaku usaha dalam proses pemenuhan syarat
administrasi dalam tender tersebut. Maka atas fakta tersebut para pihak yang terlibat dalam
kasus tersebut memenuhi syarat dalam persengkokolan tender yang dimana melanggara pasal
22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, dimana maksud dan tujuan pihak tersebut melakukan persengkokolan
tersebut untuk memenangkan perserta tender terentu.

Anda mungkin juga menyukai