Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Lucianus Budi Kangramanto, S.H., M.H.
Disusun Oleh :
Etik Yuniati
NIM. 231221042
1
2
ABSTRAK
melalui Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 hingga perubahan saat ini. Pengaturan
lain dengan prinsip, etika, norma dan tujuan yang sama demi pelaksanaan pengadaan
yang efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil, dan akuntabel. Pelaksanaan
sehat salah satunya persekongkolan tender. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji
penelitian ini adalah yuridis normatif yang mengkaji pada kaidah hukum dalam
eksplisit dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat agar deteksi awal terjadinya
pemenang tender.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
PROCUREMENT......................................................................................................6
TENDER....................................................................................................................14
3.1 Persekongkolan Tender dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 ...14
BAB IV PENUTUP...................................................................................................27
4.1 Kesimpulan.................................................................................................27
4.2 Saran...........................................................................................................28
DAFTAR BACAAN..................................................................................................29
ii
LAMPIRAN...............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai bentuk berupa barang, jasa maupun infrastruktur, guna memenuhi tugas
untuk memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena pengadaan barang dan
jasa bertujuan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan instansi
masyarakat diperlukan untuk memenuhi hal tersebut dari segi penyedia barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa yang
1
membawa Indonesia menjadi sebuah negara dengan tata kelola pemerintahan yang
lebih baik, lebih bersih, dan bebas dari kepentingan pribadi, kelompok, maupun
sebanyak tujuh kali agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau
barang/jasa pemerintah yang diatur dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003.
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia
menyatakan bahwa sebesar 10%-50% dana untuk pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif maka melalui Lembaga Kebijakan
2
A. Listiyanto, “Pembaharuan Regulasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.” Jurnal Rechts
Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional, 2012
3
Agung Djojosoekarto, E-Procurement di Indonesia Pengembangan Layanan Pengadaan Barang dan
Jasa Secara Elektronik. LPSE Nasional, Jakarta, 2008
4
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa dan Berbagai Permasalahannya., Sinar
Grafika, Jakarta, 2008
2
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) merumuskan aturan Pengadaan
persaingan sehat antar pelaku usaha dapat lebih cepat terdorong sehingga optimalisasi
dan efisiensi belanja negara dapat segara diwujudkan seperti dilansir dari
Kemenperin.go.id. Walaupun telah memiliki aturan hukum yang jelas dan mengikat,
Watch (ICW) selama tahun 2012 masih mendapati indikasi kolusi tender dan
pemenang bermasalah. Hal tersebut terlihat pada adanya proyek fiktif yakni tidak
terlihat aktivitas proyek dilapangan sampai tahun anggaran 2012 berakhir dan mark-
up Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Selain itu juga terjadi pelanggaran administratif
seperti proyek tahun tunggal diubah menjadi tahun jamak setelah tidak berhasil
5
Sub Bagian Hukum BPK Perwakilan Prov Jawa Timur. 2018, Modus-Modus Persekongkolan Dalam
Pengadaan Barang/JasaPemerintah (https://jatim.bpk.go.id/wpcontent/uploads/2018/12/Tulisan
Hukum-Persekongkolan-korbinbangkum)
3
diselesaikan pada akhir tahun anggaran atau serah terima pekerjaan dilakukan
fakta bahwa sejak tahun 2004-2019 telah menangani lebih dari 820 kasus, dimana
70% kasus yang ditangani adalah kasus korupsi dalam pengadaan barang dan jasa
baik dalam bentuk suap, penggelembungan harga anggaran barang dan jasa,
dari Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2011,
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, Peraturan Presiden No. 172 Tahun 2014,
Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015, Intruksi Presiden No. 1 Tahun 2015, Peraturan
Presiden No. 16 Tahun 2018, hingga peraturan terakhir Peraturan Presiden No. 12
pelaksanaan serta selain efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil, dan
pemenuhan nilai manfaat sebesar-besarnya (value for money) dan kontribusi dalam
peningkatan penggunaan produk dalam negeri, serta peran dari Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan yang berkelanjutan 6. Tujuan tersebut
memberikan kesempatan yang sama bagi pelaku usaha untuk menjadi pemenang
6
Andrian Sutedi, Op. Cit
4
dalam pengadaan barang/jasa dan persaingan usaha dapat terjadi secara sehat.
Usaha (KPPU) terdapat 132 laporan yang masuk yang didominasi dengan 71% kasus
tender.
pemerintah di Indonesia?
usaha di Indonesia?
BAB II
PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH MELALUI
E-PROCUREMENT
5
2.1. Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Pengadaan barang dan jasa yang melibatkan antara pihak yang bersangkutan
yaitu pihak pengguna barang/jasa dan pihak penyedia barang/jasa, tentunya dengan
dipertemukan kalau tidak ada saling pengertian dan kemauan untuk mencapai
kesepakatan. Untuk itu perlu adanya prinsip, norma dan etika yang harus disepakati
Prinsip pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam Pasal 5 Peraturan Presiden No.
a. Efisien
dana dan daya yang terbatas dalam mencapai sasaran yang telah
6
seminimal mungkin tanpa ada penurunan mutu dari barang/jasa yang
dihasilkan.
b. Efektif
c. Transparan
d. Terbuka
e. Bersaing
7
Bersaing artinya pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui
barang/jasa.
f. Adil/Tidak diskriminatif
kepentingan Nasional
g. Akuntabel
dipertanggungjawabkan.
Dalam teori agensi, pemilik sumber daya (uang) pada instansi pemerintah
adalah rakyat, sedangkan pengguna anggaran/ barang adalah manajer yang seringkali
memiliki tujuan berbeda dengan pemiliknya. Tanpa prinsip dan etika, para pihak
8
Agar tujuan pengadaan barang dan jasa dapat tercapai, maka semua pihak
dalam pengadaan barang/jasa harus mengikuti norma yang berlaku. Suatu norma baru
apabila terdapat lebih dari satu orang, karena orang lain atau terhadap
barang/jasa terdiri dari norma tidak tertulis dan norma tertulis. Norma tidak tertulis
pada umumnya adalah norma yang bersifat ideal, sedangkan norma tertulis pada
barang/jasa antara lain tersirat dalam pengertian tentang hakikat, filosofi, etika,
barang/jasa bersifat opsional pada umumnya telah dirumuskan dan dituangkan dalam
Etika dalam pengadaan barang dan jasa adalah perilaku yang baik dari semua
pihak yang terlibat dalam proses pengadaan. Dalam bahasa Kant, etika adalah suatu
usaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan
secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas
tanggung jawab adalah unsur yang mendasar dari otonomi moral yang merupakan
7
Maria Farida Indrati Suprapto, Ilmu Perundang-Undangan, Dasar-Dasar dan Pembentukannya,
Kanisius, Jakarta, 2006
8
Susanti Adi Nugroho, Pengantar Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana Prenadamedia,
Jakarta, 2014
9
salah satu prinsip utama moralitas, termasuk etika bisnis. Selanjutnya, menurut
Ethics is the discipline that deals with what is good and bad and with moral
duty and obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral principles
or values. Morality is a doctrine or system of moral conduct. “Moral
conduct” refers to that which relates to principles of right and wrong in
behavior.
Maka dapat diartikan etika dan moralitas sangat mirip satu sama lain sehingga
istilah-istilah tersebut dapat secara bergantian digunakan untuk merujuk pada studi
tentang kebenaran, keadilan, dan perilaku benar dan salah. Berdasarkan Pasal 6
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 yang dimaksud perilaku yang baik adalah
perilaku yang saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing-masing pihak,
bertindak secara professional dan tidak saling mempengaruhi untuk maksud tercela
berikut:
pengadaan barang/jasa
9
Archie Carroll, Ann Buchholtz, Business and Society: Ethics and Stakeholder Management, Cengage
Learning, 2008
10
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
Dari uraian tentang etika pengadaan barang/jasa yang telah dipaparkan, maka
perbuatan yang tidak patut dilakukan dan sangat bertentangan dengan etika
pengadaan adalah apabila salah satu pihak atau keduanya secara bersama-sama
melakukan praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Pengadaan barang dan jasa
dapat menjadi titik rawan terjadinya praktik KKN, oleh karena itu perlu adanya upaya
11
yang berkaitan dengan pengadaan, meningkatkan profesionalisme para pelaku
Tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh LKPP bersifat semi supervision,
karena sifat pengawasan yang dimiliki oleh LKPP tidaklah melakukan pengawasan
Perpres No. 106 Tahun 2007 tentang LKPP, menyebutkan bahwa LKPP berfungsi
juga untuk melakukan penyusunan dan perumusan strategi serta penentuan kebijakan
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat. Karena hal ini sesuai dengan tugas dari
Salah satu inovasi yang dilakukan oleh LKPP dengan memudahkan pelaporan
masyarakat dengan menyediakan portal - portal laporan secara online dan juga dapat
12
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kantor LKPP secara langsung.
BAB III
10
https://www.antaranews.com/berita/932384/lkpp-pengadaan-barang-jasa pemerintah-secara
elektronik-masih-rendah
13
PENERAPAN E-PROCUREMENT PENGADAAN BARANG /JASA
PEMERINTAH DALAM MENCEGAH TERJADINYA PERSEKONGKOLAN
TENDER
KPPU), dimana sejak berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 terjadi
persaingan usaha dapat dilakukan dengan unsur kolusi, korupsi, bahkan nepotisme
sehingga banyak kegiatan ekonomi yang dikuasai oleh pihak tertentu dapat berubah
menjadi sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip persaingan usaha yang
sehat11.
sebagai “the effort or action of two or more commercial interests to obtain the same
business from third parties”12. Sehingga dari definisi tersebut dapat disimpulkan
a. Terdapat dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling
b. Para pihak mempunyai tujuan usaha yang sama, dalam hal ini yaitu ingin
14
Persaingan usaha tersebut timbul diantara para pelaku usaha disebabkan oleh
memperluas jaringan, dan prestise perusahaan. Dalam persaingan usaha itu sendiri,
jaringan usaha13. Persaingan usaha tetap menjadi urusan negara walaupun merupakan
urusan antar pelaku usaha sebab faktanya persaingan usaha yang tidak sehat
membawa dampak yang luas bagi masyarakat dan perekonomian, maka negara
economic regulation. Dalam hal ini, keikutsertaan negara dalam dunia usaha
mengatur dan memelihara persaingan itu sendiri. Untuk itulah di beberapa negara
termasuk Indonesia, UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
negara lain seperti Jerman di Amerika Serikat dibentuk Federal Trade Commision
13
Udin Silalahi, “ Single Economic Entity Kajian Hukum Persaingan Usaha di Indonesia”, Jurnal
Hukum dan Syariah Vol. 9 No. 1 tahun 2018
15
Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa tujuan pokok dari UU No. 5 Tahun
1999 adalah efisiensi bagi para produsen (productive efficiency) dan efisiensi bagi
konsumen dan menjualnya pada harga yang para konsumen itu bersedia
efisiensi dan keadilan terhadap pelaku pasar, agar setiap pelaku usaha
mempunyai peluang yang sama untuk bersaing secara sehat dalam pasar.
14
Sutan Remy Sjahdeini , “Latar Belakang, Sejarah dan Tujuan UU Larangan Monopoli”, Jurnal
Hukum Bisnis, Volume 19 (Mei – Juni 2022)
16
akibat tindakan itu terhadap kondisi persaingan15. Secara substansi
untuk melakukan evaluasi atas konsekuensi suatu perjanjian atau kegiatan yang
apakah tindakan tersebut membatasi persaingan secara tidak tepat dan oleh karena itu
kerugian yang nyata bagi persaingan, dan bukan berupa perbuatan tidak adil atau
melawan hukum.
15
Ibid
16
Erman Rajaguguk, “ Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat: Perjanjian
Yang Dilarang,” (Makalah disampaikan pada Seminar UU Anti Monopoli, Jakarta 25 – 26 Juli 2021)
17
Persekongkolan dalam suatu tender telah melukai prinsip-prinsip persaingan
usaha yang transparansi, kompetisi yang efektif dan terbuka, negosiasi yang adil,
Tahun 1999, maka pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Pengertian pihak lain disini tidak terbatas
hanya oleh pemerintah saja, namun bisa pihak swasta atau pelaku usaha yang ikut
serta dalam tender yang bersangkutan. Sedangkan menurut penjelasan Pasal 22 dalam
UU No. 5 Tahun 1999, pengertian tender adalah : “Tawaran mengajukan harga untuk
menyediakan jasa.”
yang mengajukan penawaran (oleh beberapa atau oleh satu pelaku usaha dalam hal
pekerjaan.
3. Tawaran mengajukan harga untuk membeli suatu barang dan atau jasa.
4. Tawaran mengajukan harga untuk menjual suatu barang dan atau jasa.
17
Susanti Adi Nugroho, Pengantar Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Diklat Mahkamah Agung,
Jakarta, 2022
18
Pengaturan pemenang tender juga ditemukan pada pelaksanaan barang dan/atau
jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah (government
procurement), BUMN, dan perusahaan swasta. Untuk itu Pasal 22 UU No. 5 Tahun
1999 mencakup semua pelaku usaha dari tingkat perusahaan swasta hingga
pemerintah. Perlu diketahui bahwa praktik pengertian tender sama dengan pengertian
“lelang”, pengertian tender atau lelang dapat ditemukan dalam Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010. Dalam Peraturan Presiden tersebut yang dimaksud dengan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
tender jelas merupakan perbuatan curang, karena pada dasarnya tender dan
pemenangnya tidak diatur dan bersifat rahasia, walaupun ada tender yang dilakukan
persaingan itu sendiri19. Sehingga prinsip dalam pengadaan barang dan jasa
18
Ayudha D Prayoga, Persaingan Usaha Dan Hukum Yang Mengaturnya Di Indonesia, Proyek Elips,
Jakarta, 2000
19
L. Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender, Perspektif Hukum Persaingan Usaha,
Srikandi, 2008
19
pemerintah harus dijadikan dasar agar pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat
berjalan seperti yang diharapkan serta dapat memberi manfaat yang maksimal baik
semua pihak.
internet (terintegrasi) dan teknologi komunikasi untuk melaksanakan satu per satu
dipandang sebagai “solusi dari awal hingga akhir yang mengintegrasikan dan
Sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia dapat diperbaiki dengan melihat
elektronik yang diatur dalam Korea Online E-Procurement System (KONEPS). Korea
20
C. Baek, “Building A Successful E-Procurement System In The United States: Lessons From The
South Korean System.” Public Contract Law Journal, 44(4): 756-766, 2015
20
semakin meningkat dan kompleksitasnya yang semakin meningkat menyebabkan
dokumen terkait, dan memeriksa tawaran yang menang” membutuhkan waktu kurang
dari dua jam dengan e-procurement, dibanding dengan rata-rata tiga puluh jam
sertifikasi pemasok, lembaga kliring keuangan, dan sistem jaminan dan pembayaran.
Lebih lanjut, sistem tersebut memungkinkan lintas lembaga dalam metode pengadaan
dan dapat mencegah kolusi diantara para penawar. Akhirnya, sistem e-procurement
memungkinkan untuk mencari pelaku usaha melalui website yang telah disediakan. 22
a. Pengurangan biaya23
21
Choi, Tae-Hee, et.al, “Modularization of Korea’s Development Experience: Korean Government
Procurement Experience 68.” KDI Sch Pub Policy & Mgmt, 2013.
22
Op. Cit
23
Aberdeen Gorup, “Best practices in e-procurement: Reducing costs and increasing value through
online buying” Boston, 2005
21
E-procurement tidak hanya mengurangi biaya transaksi, tetapi juga
melalui telepon dan faks, dapat dikurangi atau dihilangkan, sehingga dapat
24
Ibid
25
Taufiequrachman Ruki, “Pengadaan Barangdan Jasa untuk Kepentingan Pemerintah”, Makalah pada
Seminar Pengadaan BarangdanJasa yang diselenggarakan oleh KPKdanKPPU pada tanggal 23
Agustus 2006, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, 2006
22
c. Menghemat waktu pengadaan barang/jasa 26
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pengadaan barang dan jasa dengan
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang lebih transparan, fair, dan
pelaku usaha yang besar tidak dapat menekan pelaku usaha kecil untuk
tidak berpartisipasi dalam tender, dan pelaku usaha di semua tingkatan tidak
dan jasa. Pelaku usaha yang unggul dalam melakukan efisiensi terhadap
26
Ibid
27
Ibid
23
lain juga dituntut untuk menghasilkan output yang berkualitas. Kondisi ini
merupakan ciri dari persaingan usaha sehat dan mendukung iklim investasi yang
Orders for Goods, Works and Services for State and Municipal Needs” sistem e-
hubungan/kolaborasi yang tidak adil dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk
usaha tidak berdampak pada pasar, padahal secara teoritis, bahwa penegakan hukum
terhadap terjadi atau tidaknya persekongkolan tender dalam UU No. 5 Tahun 1999,
konteks kalimat yang membuka alternatif bahwa tindak tersebut harus dibuktikan
28
Maria Ostrovnaya, “Antitrust Enforcement In Public Procurement: The Case Of Russia”. Journal of
Competition Law & Economics 11(2): 331-352, 2015
29
Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pustaka Bangsa Press, Medan
2003.
24
3.3. Peranan dan Manfaat E-Procurement (Model B2G) di Indonesia
jasa dimana pengguna jasanya adalah pemerintah dan tender diikuti oleh perusahaan-
penawaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan negosiasi hanya dilakukan
negara.
tidak sehat seperti persekongkolan tender dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah.
berbagai media sehingga jika terjadi aktivitas yang menyimpang maka tidak dapat
akibat dari tidak diikutinya ketentuan pengadaan yang ada. Melalui e-procurement
birokrasi. Selain itu, e-procurement juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
lebih cepat jika dibanding dengan cara konvensional. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk pengadaan barang dan jasa dengan cara konvensional adalah 36
25
hari, sedangkan dengan e-procurement hanya berkisar 20 hari. Hal ini karena dengan
BAB IV
PENUTUP
26
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam pengadaan barang dan
seperti korupsi maupun persekongkolan tender. Oleh karena itu dengan hadirnya
bagi pemerintah terkhusus dalam mengontrol dana APBN/ APBD terhadap nilai
barang/ jasa yaitu efektif dan efisien dapat tercapai, selain itu masyarakat juga
mendapatkan keterbukaan informasi atas barang/ jasa sehingga dapat sesuai dengan
nilai tukar, kondisi, serta jaminan yang dijanjikan. Pemerintah melalui LKPP
nasional. Hadirnya Sistem e-procurement yang diatur pertama kali dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 hingga perubahan terakhir Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2021 sebagai bentuk deteksi awal dalam terjadinya tindakan penyimpangan
mendeteksi persekongkolan tender yang tidak sehat dan dilarang oleh Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
pendekatan rule of reason maka analisis dilakukan secara keseluruhan dalam unsur-
27
unsur persekongkolan tender yang berarti kegiatan tersebut telah selesai hingga akhir
penyelenggaraannya.
1.2. Saran
DAFTAR BACAAN
BUKU
28
Aberdeen Gorup, “Best practices in e-procurement: Reducing costs and increasing
Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik. LPSE Nasional, Jakarta, 2008
Archie Carroll, Ann Buchholtz, Business and Society: Ethics and Stakeholder
Garner, Bryan Garner, Black’s Law Dictionary, 7th Ed. St. Paul Minn: West Group,
1999
Ibid
Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pustaka
29
Todaro, Michael P Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga,
Erlangga, Jakarta,2003
JURNAL
Lessons From The South Korean System.” Public Contract Law Journal, 44(4):
756-766, 2015
Government Procurement Experience 68.” KDI Sch Pub Policy & Mgmt, 2013.
Erman Rajaguguk, “ Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:
https://www.antaranews.com/berita/932384/lkpp-pengadaan-barang-jasa pemerintah-
secara elektronik-masih-rendah
Indonesia: Problem Dan Tantangan.” Jurnal Hukum & Pembangunan 49(1): 73-
90, 2019
Sub Bagian Hukum BPK Perwakilan Prov Jawa Timur. 2018, Modus-Modus
30
(https://jatim.bpk.go.id/wpcontent/uploads/2018/12/Tulisan Hukum-
Persekongkolan-korbinbangkum)
31
DISERTASI/TESIS/SKRIPSI
DSB
LAMPIRAN
(apabila ada), misalnya perjanjian, bagian dari putusan pengadilan, dan
lain-lain.
32
33
FORMAT TUGAS
JUDUL TUGAS
2.3. dst
3.3. Dst
5. Penutup
34
FORMAT MKPT
JUDUL MATA KULIAH PENUNJANG TESIS
MKPT
Oleh:
WAHYU SUBAGYO
NIM: 031814153055
35
SURABAYA
2020
36
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
SATU
2.1. Judul Sub-bab yang Merupakan Elaborasi dari Judul Bab Satu
2.2. Judul Sub-bab yang Merupakan Elaborasi dari Judul Bab Satu
2.3. Dst
BAB III
3.1. Judul Sub-bab yang Merupakan Elaborasi dari Judul Bab Dua
3.2. Judul Sub-bab yang Merupakan Elaborasi dari Judul Bab Dua
3.3. Dst
BAB IV DST
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran