Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN

2015 TERHADAP PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DI PEMERINTAHAN DAERAH

Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang


Dewi Noor Azijah1
dewi.noor1992@gmail.com

ABSTRAK

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah
menggantikan peraturan sebelumnya yakni Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Adanya Peraturan Presiden ini ialah sebagai respon terhadap kondisi pengadaan barang/jasa
pemerintah yang memerlukan inovasi dalam pelaksanaannya, yakni dengan cara pemanfaatan
teknologi informasi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan dari
diterapkannya Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015. Analisis dampak dilakukan dengan
menyelidiki persepsi para pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa di
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya terhadap prinsip-prinsip yang ada dalam pengadaan
barang/jasa secara umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan
metode deskriptif kualitatif melalui studi literatur, observasi langsung, serta wawancara
mendalam dengan pihak-pihak yang berperan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di
Kabupaten Tasikmalaya baik idari sisi pengusaha sebagai klien maupun pemerintah sebagai
stakeholder yang memiliki wewenang dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 berdasarkan prinsip-
prinsip pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki dampak bagi klien maupun stakeholder
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yakni melalui yang
terdiri atas e-Tendering juga e-Purchasing dengan memanfaatkan sistem e- catalogue.

Kata kunci: , e-Tendering, e-Purchasing, e-catalogue, Pemerintah Daerah Tasikmalaya.

1
Penulis merupakan dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA)
yang memiliki konsentrasi pada diskursus-diskursus mengenai kebijakan publik, e-government, administrasi
publik, dan isu lingkungan. Penulis saat ini menjadi dosen pengampu pada mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen Pemerintahan, Birokrasi Pemerintahan Indonesia, dan Pengantar Ilmu Pemerintahan.

10 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

ABSTRACT

The Presidential Regulation No. 4 of 2015 concerning of Government Goods/Services


Procurement has superseded the previous regulation of Presidential Regulation No. 54 of
2010. The existence of this Presidential Regulation is in response to the condition of
procurement of goods / services of government that require innovation in the implementation,
by using information technology . This study aims to analyze the impact of the
implementation of Presidential Regulation No. 4 of 2015. Impact analysis is done by
investigating the perceptions of the parties involved in the procurement process of goods /
services in Tasikmalaya Regent against the principles exiting the procurement of goods /
services policy. This research uses a post-positivist approach with qualitative descriptive
method through literature study, direct observation, and in-depth interviews with related
parties that play a role in the procurement of goods / services in Tasikmalaya regency either
from the side of employers as clients and government as stakeholders who have authority in
the procurement of goods / services. This research identify that Presidential Regulation No. 4
of 2015 based on the principles of procurement of government goods / services has a various
impact for clients and stakeholders in the implementation of electronic procurement of goods
/s
ervices by consisting of e-Tendering and e-Purchasing with Utilizing e-catalogue system.
Keywords: , e-Tendering, e-Purchasing, e-catalogue, Tasikmalaya Regional Government.

PENDAHULUAN berfungsinya perangkat untuk memajukan


pembangunan dikarenakan pengadaan
Pengadaan barang dan jasa pemerintah barang dan jasa yang tidak berjalan secara
saat ini telah menjadi isu yang strategis efektif (LKPP, 2009).
dan penting baik dalam perspektif Oleh karenanya, dengan diinisiasi
perdagangan internasional maupun dari melalui dikeluarkannya Instruksi Presiden
perspektif hukum nasional dan Nomor 6 Tahun 2001 tentang
implikasinya terhadap hukum Indonesia Pengembangan dan Pendayagunaan
(Listiyanto, 2012). Urgensi pengadaan Telematika di Indonesia, gaung penerapan
barang/jasa bagi jalannya suatu e-Government pun mulai berlaku di
pemerintahan berkaitan erat dengan Indonesia yakni melalui inovasi .
penggunaan atau pemanfaatan keuangan Keberadaan ini kemudian menjadi
Negara baik itu melalui APBN ataupun peluang besar terhadap ekspektasi pihak-
non-APBN dalam mencapai tujuan- pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
tujuannya, seperti menggerakkan pengadaan terhadap pelaksanaan
perekonomian nasional serta pengadaan barang dan jasa pemerintah saat
meningkatkan taraf hidup atau ini. Karena dari adanya inovasi berupa e-
kesejahteraan masyarakat . Namun, Procurement memungkinkan terjadinya
pelaksanaan pengadaan yang dijalankan kualitas pengadaan yang meningkat
dalam bentuk konvensional memiliki sehingga tujuan dari pelaksanaan
beberapa kelemahan seperti lemahnya pengadaan barang dan jasa pemerintah pun
transparansi, kurang efisien, serta kurang dapat diwujudkan.

JISIPOL | 11
Dewi Noor Azijah

Seiring berjalan waktu, pemerintah tersebut terlihat dari perbedaan redaksi di


Indonesia membuat berbagai skenario antara kedua pasal tersebut. Di peraturan
pengembangan mengenai pengadaan sebelumnya menyatakan bahwa:
barang/jasa yang berlangsung di Indonesia Jaminan Pelaksanaan dapat diminta
yang secara otomatis memberi pengaruh PPK kepada Penyedia Jasa Lainnya
pula terhadap penerapan e-Procurement untuk Kontrak bernilai di atas
sebagai satu mekanisme yang dijalankan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
oleh pemerintah dalam kegiatan rupiah), kecuali untuk Pengadaan
pengadaan barang dan jasa. Hal ini Jasa Lainnya di mana aset Penyedia
ditandai dengan kemunculan Peraturan sudah dikuasai oleh Pengguna
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pengadaan barang/Jasa pemerintah sebagai Dua hal di atas adalah pengaruh
perubahan keempat dari Peraturan yang terjadi terutama bagi penyedia
Presiden Nomor. 54 Tahun 2010 yang pengadaan barang dan jasa. Selain hal di
telah diubah sebanyak tiga kali, dari yang atas, perubahan Perpres tentang pengadaan
terakhir yakni Peraturan Presiden Nomor barang dan jasa ini pula turut
172 Tahun 2014. mempengaruhi penyedia layanan
Perubahan yang dihasilkan dari pengadaan, yang hal ini dapat dilihat
Perpres Nomor 4 Tahun 2015 ini telah melalui perbandingan antara Pasal 1 angka
membawa pengaruh signifikan di beberapa (9) Perpres Nomor 4 Tahun 2015. Pada
segmen yang berkenaan dengan Pasal 1 angka (9) Perpres Nomor 4 tahun
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa 2015, dinyatakan bahwa “Pejabat
pemerintah, terutama yang kini telah Pengadaan adalah personil yang ditunjuk
sepenuhnya menggunakan mekanisme untuk melaksanakan Pengadaan Langsung,
elektronik atau e-Procurement. Namun Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing”.
pengaruh tersebut memiliki dua sisi mata Sedangkan, pada aturan sebelumnya yakni
uang, yakni di satu sisi memudahkan dan pada Pasal 1 angka (9) Perpres Nomor 70
di sisi lain membuat teknis pelaksanaan tahun 2012 dinyatakan bahwa “Pejabat
pengadaan menjadi berbeda dengan yang Pengadaan adalah personil yang ditunjuk
sebelumnya. untuk melaksanakan Pengadaan
Dalam memudahkan mekanisme Langsung”.
pengadaan, hal tersebut dapat kita amati Dari perbandingan dua pasal tersebut
pada Pasal 19 (1) pada huruf I yang tidak terdapat perubahan tugas yang dimiliki
lagi menyatakan bahwa penyedia oleh Pejabat Pengadaan. Di aturan
berkewajiban memiliki laporan pajak sebelumnya, Pejabat Pengadaan hanya
paling kurag 3 (tiga) bulan terakhir. Hal bertugas sebagai pelaksana pengadaan
tersebut memiliki perbedaan dengan dengan mekanisme Pengadaan Langsung
peraturan sebelumnya yakni Perpres No. saja. Sedangkan, pada aturan terbaru
70 Tahun 2012. Selain itu, Pejabat Pengadaan juga bertugas untuk
penyederhanaan mekanisme pun dapat melaksanakan penunjukan langsung juga
terlihat pada pasal 70 (2) yang e-Procurement (e-Purchasing). Hal ini
mengindikasikan dibebaskannya penyedia jelas menunjukkan bahwa peraturan
dari kewajiban menyerahkan surat jaminan terbaru telah memberi pengaruh bagi
pelaksanaan untyk pengadaan tertentu. Hal Pejabat Pengadaan yakni berupa tugas atau

12 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

kewenangan tambahan yang dimiliki diraih oleh Kabupaten Tasikmalaya, masih


mereka. saja ada kendala-kendala yang dihadapi
Perubahan signifikan yang terjadi dalam menerapkan Pengadaan Barang dan
pada peraturan yang mengatur mengenai Jasa Pemerintah di lingkungan Kabupaten
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Tasikmalaya. Adapun kendala utama yakni
pemerintah tentu akan berimplikasi berkenaan dengan status dari pelaksana
terhadap pelaksanaan pengadaan barang pengadaan barang/jasa yakni ULP (Unit
dan jasa pemerintah yang dilakukan oleh Layanan Pengadaan) yang statusnya
setiap K/L/D/I di Indonesia, baik itu di hingga kini masih ad hoc, belum sebagai
pusat maupun di daerah. Implikasi tersebut unit fungsional yang secara definitif
terutama ialah terkait dengan pihak-pihak mengelola pelaksanaan pengadaan
yang terlibat dalam pelaksanaan e- barang/jasa di Pemerintah Kabupaten
Procurement atau pengadaan barang jasa Tasikmalaya. Perihal status tersebut
secara elektronik yang telah ditasbihkan kemudian tentu saja berpengaruh dalam
sebagai suatu metode yang kini harus teknis pelaksanaan pengadaan barang/jasa,
diterapkan dalam aktivitas pengadaan yakni terkait dengan diskresi yang dimiliki
barang/jasa pemerintah. oleh unit tersebut menjadi rendah
Salah satu yang mengalami sedangkan kerentanan untuk
perkembangan proses pengadaan barang bersinggungan dengan perkara hukum
dan jasa pemerintah adalah Pemerintah sangat tinggi. Kondisi ini kemudian yang
Kabupaten Tasikmalaya, yang mulai mengakibatkan resistensi anggota ULP
mengembangkan e-Procurement sejak untuk ditunjuk sebagai Pokja (kelompok
tahun 2011. Dilansir dari sebuah laman kerja) pengadaan sebab risiko
web pemerintah tahun 2013, sistem LPSE bersinggungan dengan masalah hukum
yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya yang tinggi tersebut.
telah menjadikan Pemerintah Kabupaten Selain dari hal di atas, pengesahan atas
(Pemkab) Tasikmalaya sebagai pionner di Perpres Nomor 4 Tahun 2015 ini pun
Periangan Timur yang memiliki sistem menghendaki SPSE (Sistem Pengadaan
LPSE sendiri. Selain itu, Pemkab barang/jasa Pemerintah Secara Elektronik)
Tasikmalaya pula, melalui LPSE-nya untuk beralih menjadi SPSE Versi 4,
sempat menerima plakat penghargaan dari dengan tujuan untuk mempercepat proses
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai lelang melalui feature lelang cepat. Namun
juara pertama paket terbanyak dalam LPSE Kabupaten Tasikmalaya sebagai
melakukan tender menggunakan SPSE. penunjang kesisteman pengadaan
Dan yang terakhir, Pemerintah kabupaten barang/jasa secara elektronik sekaligus
Tasikmalaya pula mendapat penghargaan sebagai fasilitator pengadaan barang/jasa
nasional e-Procurement Award 2015 atas elektronik di Kabupaten Tasikmalaya
komitmen pencapaian inpres Nomor 7 belum sepenuhnya melakukan upgrading
tahun 2015 pada RAM PPK Aksi system terhadap SPSE terbaru tersebut.
pelaksanaan Transparansi dan Hal tersebut dapat dilihat melalui tampilan
Akuntabilitas dalam mekanisme dari website resmi LPSE Kabupaten
pengadaan barang/jasa. Tasikmalaya yang dalam proses lelangnya
Namun fakta di lapangan menyatakan masih menggunakan SPSE Versi 3.6.
bahwa meskipun banyak pencapaian yang

JISIPOL | 13
Dewi Noor Azijah

Pada persepektif pengusaha sebagai ini diharapkan mampu membawa manfaat


penyedia barang/jasa, eksistensi e- berupa perbaikan dari sisi transparansi dan
Procurement dinilai sebagai suatu akuntabilitas, meningkatkan akses pasar
mekanisme yang telah memberikan dan persaingan usaha yang sehat,
banyak perubahan positif dalam memperbaiki tingkat efisiensi proses
pelaksanaan barang/jasa. Namun dalam pengadaan, mendukung proses monitoring
perjalanannya, seperti yang diakui oleh dan audit, serta memenuhi kebutuhan
sekretaris Umum Gapensi Kabupaten akses informasi yang real time. Dengan
Tasikmalaya, Asep Bahri, bahwa kata lain, e-Procurement mampu memberi
keberadaan e-Procurement ini perubahan dalam tata laksana pengadaan
mengakibatkan kondisi seperti dua sisi barang dan jasa pemerintah baik itu bagi
mata uang. pengguna yakni para pengusaha yang
Di satu sisi telah membawa arah menjadi penyedia pengadaan barang dan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa jasa maupun pemerintah yang bertindak
menuju bentuk yang lebih efektif dan sebagai penyedia layanan pengadaan dan
efisien jika dibandingkan dengan jasa pemerintah.
pengadaan barang/jasa konvensional.
Namun, di sisi lain keberadaan e- METODE PENELITIAN
Procurement terutama ketika diakselerasi Peneliti menggunakan pendekatan
melalui e-Purchasing telah menciptakan paradigma Post-Positivisme. Adapun
kondisi yang tidak menguntungkan bagi rasionalisasi dari penggunaan paradigma
para pengusaha lokal, sehingga wacana e- ini ialah karena penelitian ini berupaya
Procurement yang salah satu untuk mencapai sebuah pemahaman yang
ekspektasinya yakni untuk meningkatkan mendalam serta komprehensif mengenai
peran UKM tidaklah simetris dengan fakta-fakta sosial yang ada dengan
kondisi yang senyatanya ada. menggunakan alur yang deduktif. Dengan
Merujuk pada hal-hal yang telah alur deduktif ini maka penelitian dimulai
diuraikan, perubahan peraturan mengenai dengan menurunkan teori awal yang
pengadaan barang dan jasa pemerintah kemudian dilakukan identifikasi. Proses
menjadi Perpres Nomor 4 Tahun 2015 identifikasi tersebut dihasilkan dari upaya
yang menekankan pada optimalisasi e- mendeskripsi teori yang menjadi dasar
Procurement diharapkan mampu bagi penelitian dan fenomena-fenomena di
meningkatkan manfaat dari penerapan e- lapangan. Adapun teori yang diturunkan
Procurement yakni agar terjadi efisiensi ialah teori evaluasi kebijakan lebih lanjut
dalam penggunaan APBN, pelaksanaan mengenai evaluasi dampak yang
pengadaan barang/jasa elektronik dapat dispesifikasikan melalui model-model
dilakukan dalam jangka waktu yang lebih evaluasi kebijakan yang digagas oleh
cepat daripada pelaksanaan yang Vendung (2013), yang membagi metode
konvensional, serta menumbuhkan iklim analisa mengenai dampak kebijakan ke
persaingan usaha yang baik dan sehat antar dalam dua perspektif, yakni stakeholder
pelaku usaha sehingga mampu model dan client-oriented model.
menciptakan ruang investasi yang Meskipun secara metodologis paradigma
kondusif secara nasional. Dalam konteks Post-Positivis ini sering kali digunakan
pemerintahan lokal, tentu adanya perpres untuk penelitian bersifat kuantitatif, pada

14 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

penelitian ini peneliti menggunakannya Purchasing. Dengan kata lain, Keppres


untuk penelitian bersifat kualitatif. No. 80 Tahun 2003 tersebut menghendaki
Rasionalisasinya adalah, pendekatan Post- dilaksanakannya mekanisme e-
Positivis ini dalam menerapkan metode Procurement sebagai sebuah mekanisme
penelitiannya seringkali bersifat pre- Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
determined (sudah ditentukan Kemudian Keppres ini diganti lagi
sebelumnya), sedangkan dengan merujuk dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang
teori ataupun konsep yang mendasari secara baku memuat redaksi e-
penelitian ini diperlukan metode yang Procurement di dalamnya, yang setelah
mampu menciptakan pendekatan yang disahkan Perpres tersebut menjadi dasar
berkembang secara dinamis bagi tiap K/L/D/I baik pusat maupun
(flexible/emerging) serta sumber data pun daerah untuk melaksanakan pengadaan
tidak hanya sekadar angka-angka barang/jasa pemerintah secara elektronik
melainkan bisa pula berupa data tekstual mulai Tahun Anggaran 2012 (terdapat
maupun gambar. pada pasal 130). Setelah itu, Perpres No.
Oleh karenanya, dalam praktik 54 Tahun 2010 itu pun mengalami
penelitian pun penelitian ini lebih perubahan kesatu yakni dengan
cenderung menginterpretasi data daripada dikeluarkannya Perpres No. 35 Tahun
mengobservasi dan mengukurnya secara 2011 yang dilatar belakangi oleh
numerik, namun tetap berupaya penambahan pasal 44 berupa penunjukan
mengidentifikasi variabel-variabel yang langsung sehubungan dengan
akan diteliti yang bermula dari teori dibutuhkannya pengadaan secara cepat
maupun konsep yang digunakan dalam konsultan hukum/advokat atau arbiter.
penelitian Setahun kemudian, Perpres pun
PEMBAHASAN mengalami perubahan yang kedua yakni
Pengadaan barang/jasa ialah suatu dengan dikeluarkannya Perpres No. 70
aktivitas yang sangat penting dalam suatu Tahun 2012 yang dalam muatannya
pembangunan, yakni dalam upaya terdapat perubahan mengenai pelaksanaan
percepatan pelaksanaan pembangunan itu dan tata organisasi Pengadaan Barang/Jasa
sendiri. Sebagai sebuah aktivitas yang Pemerintah. Hal ini menjadi based
dijalankan oleh pemerintah, maka argument berkenaan dengan upaya
Pengadaan Barang/jasa tentu memiliki percepatan pelaksaan pengadaan
dasar aturan hukum yang menjadi acuan barang/jasa pemerintah guna menunjang
dan pedoman dalam pelaksanaannya. percepatan pelaksanaan belanja Negara.
Peraturan mengenai pengadaan barang/jasa Pada tahun 2014, Perpres No. 70
di Indonesia dari waktu ke waktu terus Tahun 2012 ini pun diubah menjadi
mengalami pembaruan. Perpres No. 172 Tahun 2014 sebagai
Periodisasi aturan mengenai perubahan ketiga dari Perpres No. 54
Pengadaan barang/jasa pemerintah dimulai Tahun 2010. Latar belakang perubahannya
ketika Kepres No. 18 tahun 2000 tentang ialah adanya pasal mengenai teknis
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diganti pengadaan dan penyaluran bibit unggul
menjadi Keppres No. 80 Tahun 2003 yang yang dilatar belakangi oleh kondisi di
kemudian dalam muatannya terdapat mana diperlukannya percepatan
ketentuan berupa e-announcement dan e- penyediaan benih dan pupuk kepada petani

JISIPOL | 15
Dewi Noor Azijah

melalui upaya khusus berupa bantuan rangka mempercepat pelaksanaan belanja


benih unggul dan pupuk dalam rangka negara guna percepatan pelaksanaan
mencapai swasembada pangan serta pembangunan. Itulah periodisasi dari
sebagai upaya mengantisipasi perubahan perubahan-perubahan yang terjadi terkait
iklim. dengan aturan-aturan Pengadaan
Kemudian pada tahun 2015, Barang/jasa Pemerintah.
dikeluarkanlah Perpres No. 4 Tahun 2015 Adanya perubahan aturan seperti
sebagai perubahan keempat dari Perpres yang diuraikan di atas, telah membawa
No. 54 Tahun 2010 yang di dalamnya perubahan pada pelaksanaan pengadaan
banyak memuat ketentuan serta teknis barang/jasa pemerintah yang dilakukan
terkait dengan proses dan pelaksanaan oleh tiap K/L/D/I baik di pusat maupun di
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta daerah. Adanya perubahan ini pula
e-Procurement. memberi dampak terhadap teknis
Latar belakang dikeluarkannya pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
Perpres ini didasarkan pada diperlukannya dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat
inovasi terhadap pelaksanaan Pengadaan dalam proses pengadaan barang/jasa
Barang/Jasa Pemerintah dengan cara pemerintah. Jika digambarkan, adapun alur
memanfaatkan teknologi informasi dalam perubahannya ialah sebagai berikut:

Keppres No 18 Keppres No 80 Perpres No 54 Tahun


tahun 2000 Tahun 2003 2010 (136 Pasal)

Perpres No 35 tahun 2011


(Perubahan ke-1, 1 pasal)
Perpres No 70 Tahun
2012 (Perubahan ke-2,
70 pasal)
Perpres No 172 Tahun
2014
(Perubahan ke-3, 1
Pasal)
Perpres No 4 tahun 2015
(Perubahan ke-4, 19
Pasal)
Gambar 5.1
Alur Pergantian dan Perubahan Perpres Mengenai Aturan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Dari Waktu Ke Waktu
Sumber: Olahan Penulis, 2017

Dampak Perpres Nomor 4 tahun 2015 memberikan dampak pada pemerintah


dalam perspektif Stakeholder Model sebagai pihak yang memiliki wewenang
Pada analisis model yang pertama, dan ruang dalam memberi intervensi yang
penelitian ini beroleh hasil bahwa besar dalam mekanisme pelaksanaan
penerapan Perpres No. 4 tahun 2015 Pengadaan barang/Jasa di Pemerintah

16 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

Kabupaten Tasikmalaya. Untuk melalui penerapan mekanisme e-


menjelaskan dampak yang terjadi melalui Procurement ini yang oleh Moon (2005)
perspektif stakeholder ini, maka akan dijabarkan bahwa kemudahan tersebut
diuraikan melalui empat determinan dari meliputi 1. Menurunkan biaya transaksi, 2.
prinsip-prinsip Pengadaan Barang/Jasa Proses pemesanan menjadi lebih cepat, 3.
Pemerintah yaitu Efektif, Efisien, Pilihan terhadap penyedia/vendor menjadi
Transparan, dan Akuntabel. lebih luas, 4. Standar serta proses
pengadaan menjadi lebih efisien, 5.
Efektif Adanya kontrol yang lebih besar terhadap
Mengenai prinsip efektif dalam proses pengeluaran pengadaan serta kepatuhan
pengadaan barang/jasa secara elektronik di dari user yang menjadi lebih baik, 6.
Kabupaten Tasikmalaya pasca Dengan menggunakan internet, menjadi
diberlakukannya Perpres No. 4 tahun lebih mudah diakses oleh pembeli, 7.
2015, maka hal tersebut dapat ditinjau dari Berkurangnya penggunaan dokumen
sumber daya yang diperoleh memiliki nilai kertas serta prosedur administratif juga
manfaat setinggi-tingginya serta menjadi relatif ringkas, dan 8. Menjadi
pelaksanaan pengadaan pun harus sesuai terdapat pengaturan ulang terhadap alur
dengan yang ditetapkan dan memberi kerja pengadaan barang/jasa.
manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan ekspektasi yang diinginkan Efisien
(Kuahaty, 2010). Mengenai sumber daya Mengenai prinsip Efisien dalam
yang diperoleh, sebenarnya Perpres No. 4 proses pengadaan barang/jasa secara
tahun 2015 ini sudah mendukung elektronik di Kabupaten Tasikmalaya
pemerintah dalam rangka mendapat pasca diberlakukannya Perpres No. 4
kualitas barang/jasa yang sesuai dengan tahun 2015, maka hal tersebut dapat
kapasitas dan kebutuhan para SKPD ditinjau dari pengadaan barang/jasa yang
selaku user dalam pelaksanaan Pengadaan dilakukan harus dapat diusahakan dengan
barang/jasa Pemerintah. Hal ini didukung menggunakan dana dan daya yang terbatas
oleh adanya upaya untuk melakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
akselerasi terhadap pelaksanaan sistem e- dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
catalogue melalui e-Purchasing yang saat pula dapat dipertanggungjawabkan.
ini dikelola oleh LKPP dengan melakukan Mengenai determinannya yakni
perbaikan dan pengayaan baik dari segi berhubungan dengan penilaian kebutuhan
kuantitas maupun varian barang/jasa. yakni apakah suatu barang/jasa benar-
Dalam pengertian lain, penerapan Perpres benar diperlukan oleh suatu instansi
No. 4 Tahun 2015 ialah kebijakan yang pemerintah. Mengenai prinsip ini maka
menghasilkan apa yang oleh Winarno sebenarnya Perpres ini yang dalam
(2012) sebut dalam bukunya sebagai muatannya dimaksudkan untuk
intended consequences atau konsekuensi mengakselerasi pertumbuhan katalog
yang diinginkan, dalam hal ini ialah elektronik, telah membantu Pemerintah
melalui perspektif para pihak yang terlibat Daerah untuk menyediakan sumber daya
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. berupa barang/jasa yang dibutuhkan.
Intended consequences tersebut ialah Namun mengenai determinan lainnya
berupa manfaat-manfaat yang dirasakan yakni yang berkenaan dengan penilaian

JISIPOL | 17
Dewi Noor Azijah

metode pengadaan yang harus dilakukan pula ialah tidak membuat proses e-
secara tepat sesuai dengan kondisi yang Tendering tersebut menjadi tidak bisa
ada, ada kendala yakni berkenaan dengan dilakukan atau menjadi tidak sah. Padahal
e-Tendering sebagai salah satu cara yang dalam proses e-Tendering, sanggahan
pula dapat dilakukan sebagai bagian dari memang bukan hanya tidak diperlukan
mekanisme e-Procurement. Adapun melainkan memang tidak boleh ada karena
kendala dalam e-Tendering yakni dengan adanya sanggahan hal tersebut
berkenaan dengan aturan dalam Perpres no malah mengindikasikan bahwa peserta
4 tahun 2015 yang dalam satu pasalnya lelang/seleksi tidak dapat menerima
mengandung redaksi yang berpotensi keputusan Pokja ULP di mana kondisi
multitafsir atau biasa diibaratkan dengan tersebut kemudian akan menghambat
pasal karet akibat dapat ditafsirkan ke proses lelang yang dilaksanakan.
mana saja tidak sesuai dengan maksud
sebenarnya dari hakikat pasal tersebut. Transparan
Adapun pasal yang dimaksud adalah pasal Pada prinsip berikutnya yang
109 ayat (7) yang menyatakan bahwa: berkenaan dengan stakeholder yakni
Dalam pelaksanaan E-Tendering dilakukan transparansi, maka hal ini terkait dengan
dengan ketentuan: a. tidak diperlukan pemberian informasi yang lengkap kepada
Jaminan Penawaran; b. tidak diperlukan seluruh calon peserta yang disampaikan
sanggahan kualifikasi; c. apabila melalui media informasi yang menjangkau
penawaran yang masuk kurang dari 3 secara luas seluruh kalangan dalam hal ini
(tiga) peserta, pemilihan penyedia adalah para pelaku usaha yang akan ikut
dilanjutkan dengan dilakukan negosiasi dalam proses pengadaan barang/jasa
teknis dan harga/biaya; d. tidak diperlukan pemerintah. Secara konten kebijakan,
sanggahan banding. Perpres No. 14 Tahun 2015 ini telah
Diksi “Tidak diperlukan” pada poin mampu membuka ruang transparansi
a, b, dan d di pasal 7 tersebut memiliki kepada publik dengan cara pemberian
potensi multitafsir dalam penggunaannya. informasi yang berbasis internet melalui
Seharusnya kata tersebut diganti dengan website LPSE Kabupaten Tasikmalaya
diksi “tidak ada” yang merujuk pada yaitu lpse.kabtasikmalaya.go.id yang
makna bahwa tidak ada jaminan dapat diakses secara bebas oleh semua
penawaran, sanggahan kualifikasi, dan kalangan dengan hanya tersambung di
sanggahan banding dalam pelaksanaan e- jaringan internet saja.
Tendering. Kondisi aturan yang multitafsir Kondisi di atas juga dibenarkan oleh
di atas tentu saja akan menjadi kendala Bapak Asep Bahri selaku Sekretaris
bagi para pejabat pengadaan dalam Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional
mengambil keputusan yang berkenaan Indonesia (GAPENSI) Kabupaten
dengan e-Tendering. Karena jika Tasikmalaya. Beliau menjelaskan:
menggunakan diksi “Tidak diperlukan “Transparansi sudah terwujud.
sanggahan kualifikasi”, misalnya, maka Aturan-aturan, syarat-syarat, tata
hal tersebut dapat ditafsirkan bahwa cara hingga hasilnya juga sudah
sesungguhnya adanya sanggahan lebih terbuka yang sekarang.
kualifikasi merupakan suatu kondisi yang Pokoknya ya tinggal liat web
dikehendaki namun ketiadaan sanggahan saaja. Dan kalau ada yang kurang

18 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

jelas bisa datang ke kantor LPSE terhadap semua kegiatan serta adanya
untuk tanya-tanya atau kita selaku sistem pengawasan untuk menegakkan
penyedia ada masalah terkait log aturan, pun adanya mekanisme untuk
in juga tinggal konfirmasi ke mengevaluasi, mereview, meneliti, serta
LPSE-nya. Nanti dibantu buat mengambil tindakan terhadap
update password” protes/sanggahan yang dilakukan oleh
Dari pernyataan di atas, maka peserta.
sebenarnya ada atau tidak adanya Perpres Secara garis besar, merujuk pada
No 4 Tahun 2015 ini tidak terlalu konten aturan dalam Perpres No. 4 tahun
berpengaruh signifikan terhadap 2014 maka sama halnya dengan prinsip
keterbukaan informasi kepada publik atau Transparansi, prinsip Akuntabilitas ini pun
transparani berkenaan dengan Pengadaan dapat diselenggarakan dengan baik bahkan
Barang/Jasa Pemerintah di Kabupaten sebelum dikeluarkannya Perpres ini. Ada
Tasikmalaya. Karena sejak inovasi pun penegasannya dapat terlihat pada
mekanisme e-Procurement mulai peraturan turunan dari Perpres ini yakni
diterapkan, keterbukaan informasi tersebut pada Perka LKPP No 14 Tahun 2015
memang merupakan goals utama dari tentang E- Purchasing pada Bab 2 yang
adanya transisi dari mekanisme memuat tentang aturan mengenai
konvensional menuju e-Procurement. Monitoring dan Evaluasi. Selain itu, secara
Hal ini sesuai dengan apa yang sistem pun hal ini telah terakomodir oleh
diungkapkan Aghesin (2001) bahwa feature monitoring online yang berpusat di
eksistensi e-Procurement diyakini mampu LKPP yang dapat diakses oleh publik
meningkatkan kolaborasi antara pembeli yakni melalui website monev.lkpp.go.id.
dan pemasok serta mampu mengurangi Maka dari itu, Perpres ini semakin
kebutuhan personel, mampu meningkatkan membantu para stakeholder dalam
koordinasi, mampu mengurangi biaya melakukan upaya akuntabilitas sesuai
transaksi yang tinggi, menjadikan siklus dengan tujuan dikeluarkannya Perpres ini
jual-beli barang menjadi lebih singkat, yakni untuk tetap menjaga sisi
serta memudahkan inventarisasi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan
transparansi yang lebih besar. Pengadaan barang/jasa Pemerintah

Akuntabilitas Dampak Perpres 4 tahun 2015 dalam


Mengenai prinsip terakhir berkenaan perspektif Service Recipient (Client-
dengan stakeholder, hal ini meliputi Oriented Model)
pengadaan barang/jasa yang harus Pada analisis model yang kedua,
mencapai sasaran baik fisik, keuangan, penelitian ini beroleh hasil bahwa
maupun manfaat bagi kelancaran penerapan Perpres No 4 tahun 2015
pelaksanaan tugas umum pemerintahan memberikan dampak pada klien sebagai
serta pelayanan masyarakat yang sesuai pihak yang memiliki peran sebagai
dengan prinsip-prinsip serta ketentuan penyedia pengadaan barang/jasa
yang berlaku dalam pengadaan pemerintah dalam hal ini adalah para
barang/jasa. pengusaha-pengusaha yang terlibat dalam
Adapun determinannya yakni berupa mekanisme e-Procurement baik itu secara
adanya arsip dan pencatatan yang lengkap e-Tendering maupun e-Purchasing. Untuk

JISIPOL | 19
Dewi Noor Azijah

menjelaskan dampak yang terjadi melalui a. memenuhi ketentuan peraturan


perspektif klien ini, maka akan diuraikan perundang-undangan untuk
melalui dua determinan dari prinsip- menjalankan kegiatan/usaha;
prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah b. memiliki keahlian, pengalaman,
yaitu Terbuka & Bersaing, serta Adil. kemampuan teknis dan manajerial
(Kuahaty, 2010) untuk menyediakan Barang/Jasa;
Oleh karenanya, diperlukan spesifikasi
Terbuka dan Bersaing atau filtrasi terhadap jenis pengadaan dan
Berkenaan dengan prinsip ini maka dibuat menjadi sebuah kluster-kluster.
pengadaan harus terbuka bagi penyedia Misalkan dibuat aturan untuk tiap
barang/jasa yang memenuhi persyaratan pengadaan yakni untuk kelas besar maka
dan dilakukan melalui persaingan yang kelas kecil tidak usah ikut, atau kalaupun
sehat di antara penyedia barang/jasa yang ikut ada aturan atau syarat-syarat tertentu
setara dan memenuhi syarat/kriteria yang mesti dipenuhi, begitu pula
tertentu berdasarkan ketentuan dan sebaliknya.
prosedur yang jelas dan transparan. Adil
Berkenan dengan determinannya maka hal Berkenaan dengan prinsip terakhir
ini ditandai dengan proses yang transparan yakni Adil, maka hal ini terkait dengan
dan dapat diakses oleh seluruh calon pemberian perlakuan yang sama terhadap
peserta. Hal ini sebenarnya sama dengan semua calon yang berminat sehingga
aspek transparansi dan akuntabilitas dan terwujud adanya persaingan yang sehat
segala informasi yang berkenaan dengan dan tidak mengarah pada tindakan yang
mekanisme e-Procurement telah bersifat memberikan keuntungan kepada pihak
open public dan dapat diakses secara bebas tertentu. Hal ini dijelaskan secara tegas
melalui website resmi LPSE Kabupaten oleh Bapak Tedi selaku Pokja bahwa:
Tasikmalaya ataupun website resmi LKPP. “Kalau lelang dari sistem, pada
Namun adapun kendala mengenai daya prinsipnya tidak membedakan. Jadi
persaingan dalam mekanisme e- kalau sudah terdaftar di sistem dari
Procurement ini ialah berkaitan dengan seluruh penjuru Indonesia secara
aspek kompetitif itu sendiri di mana tahapan evaluasi lulus, mau dari mana
pengadaan dalam sektor barang yang tidak aja ga berpengaruh. jadi kalau mereka
sesuai cakupannya. Sehubungan dengan mau bertahan, ya mereka harus
masalah ini, memang belum diatur secara mengikuti tren. Jadi jangan malas
detail termasuk dalam Perka LKPP Nomor meningkatkan kapasitas sumber daya”
1 Tahun 2015 yang mengatur secara Pernyataan di atas pun memang senada
khusus mengenai e-Tendering. Selain itu, dengan pendapat dari bapak Asep Bahri
dalam Perpres no 4 tahun 2015 pun hanya selaku Sekum GAPENSI. Beliau
menyaratkan sebagai berikut: mengatakan bahwa:
Pasal 19 “Sistem yang sekarang lebih baik.
(1) Penyedia Barang/Jasa dalam persaingan pun menjadi lebih terbuka.
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Karena syarat-syarat sudah jelas, kita
wajib memenuhi persyaratan sebagai tinggal mengikutinya saja. Dari tiap
berikut: daerah bisa ikut. Kalau kita pengin
menang ya kita harus berusaha

20 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742

sendiri. Ikuti peraturan dan syarat- berkenaan dalam pelaksanaan pengadaan


syaratnya” barang/jasa sehingga peraturan yang
Dari pernyataan di atas secara jelas dibuat benar-benar mampu mendukung
terlihat bahwa Perpres No. 4 Tahun tercapainya tujuan dari pengadaan
2014 ini memang sudah dapat barang/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip
membuat mekanisme pengadaan pengadaan barang/jasa sehingga
barang/jasa secara elektronik atau e- pelaksanaannya dapat memberikan
Procurement menjadi adil bagi para dampak positif baik bagi stakeholder
penyedia barang/jasa pemerintah maupun bagi client.
selaku klien dalam aktivitas tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Penerapan Perpres No 4 Tahun 2015 Ageshin, Evgeniy A. 2001. E-Procurement
di Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya at Work: A Case Study. Production
memberi dampak/ pengaruh terhadap and Inventory Management Journal,
pelaksanaan pengadaan barang/jasa Vol. 42.
pemerintah secara elektronik (e-
Procurement) terutama terhadap pihak- Apri Listiyanto. 2012. Pembaharuan
pihak yang terlibat dalam prosesnya Regulasi Pengadaan barang dan jasa
tersebut. Hal ini dikarenakan konten dari Pemerintah. Jurnal Rechtsvinding
Perpres tersebut mengalami beberapa Vol.1 No 1 (Pusat Penelitian dan
perubahan yang berkenaan dengan teknis Pengembangan Sistem Hukum
pelaksanaan pengadaan yang melibatkan Nasional BPHN)
pemerintah selaku stakeholder dan para
Center for Democracy and Technology.
pengusaha selaku client dalam proses
(2002). The E-Government Handbook
pengadaan barang/jasa. Meskipun dinilai
for Developing Countries.
membawa dampak baik terhadap
penyelenggaraan e-Procurement, kebijakan Croom, S., Johnston, R. 2003. E-service:
ini memiliki kekurangan di mana terdapat enhancing internal customer service
pasal-pasal yang secara redaksi berpotensi through e procurement. International
multitafsir, terutama yang berkenaan Journal of Service Industries
dengan mekanisme e-Tendering dan Management 14 (5), 539–555.
kesisteman e-Procurement yakni SPSE
yang belum mapan yang menyebabkan Croom, S. 2000. The impact of web-based
kendala pada stakeholder. Selain itu, procurement on the management of
dalam perspektif client catatan bagi operating resources supply. The Journal
kebijakan ini ialah mengenai peran UKM of Supply Chain Management 36 (1), 4–
lokal yang perlu diperhatikan 13.
keberlangsungannya di tengah persaingan
Croom, S. 2005. Key Issues in e-
yang bebas dan terbuka bagi seluruh
Procurement: Procurement
daerah di Indonesia. Kondisi tersebut
Implementation and Operation in The
merupakan faktor-faktor yang dapat
Public Sector. Journal of Public
dijadikan dasar untuk melakukan
Procurement Vol. 5.
perubahan atau perbaikan pada peraturan

JISIPOL | 21
Dewi Noor Azijah

Local electronic Government. a


________. 2007. Impact of e- comparative study. Routhledge: New
Procurement: Experiences from York
implementation in the UK public sector.
Journal of Purchasing & Supply Simon R. Croom and Alistair Brandon
Management 13, 294–303. Jones.2005. “Key Issues in E-
Procurement: Procurement
Kuahaty, Sarah S. 2010. Prinsip dan Implementation and operation In The
Norma Hukum Pengadaan Barang/Jasa Public Sector’, (Vol 5 No. 1, Boca
Secara Swakelola. (Jurnal Sasi Vol.16 Raton:2005, p, 367)
No 3 Bulan Juli-September) Subramaniam, C., and Shaw, M. 2004. The
Lembaga Kebijakan Pengadaan effect of process characteristics on the
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). 2009. value of B2B procurement.
Implementasi e-Procurement sebagai Information Technology and
Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: Management, 5 (2), 161-180.
LKPP Sudarno, Rohidin dkk. 2009. Penilaian
__. 2016. LKPP – Lembaga Kebijakan Dampak Pengadaan barang dan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Jasa terhadap Peningkatan Layanan
Retrieved March 12, 2016. Publik. Jakarta: Pattiro

Moon, M Jae. 2005. E-Procurement Sutedi, Adrian. 2008. Aspek Hukum


Management in State Governments: Pengadaan Barang dan Jasa dan
Diffusion of E-Procurement. Journal of Berbagai
Public Procurement, Vol 5. Permasalahannya. Jakarta: Sinar
Grafika
Neuman, Lawrence. 2016. Metodologi
Penelitian Sosial: Pendekatan Vendung, Evert. 2013. Six Models of
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Evaluation: Routledge Handbook of
Indeks (edisi alih bahasa) Public Policy. Routledge: New York
Ravi Kalakota and Marcia Robinson. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik
1999. E-Bussiness Roadmap for Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Success, Routhledge research in Jakarta: PT Buku Seru.
information technology and society,

22 | JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Volume 3 No. 2 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai