Anda di halaman 1dari 16

Administrasi

Proyek
Disusun oleh :
Andreas Satrio Wibowo
Perpres No. 54
Th. 2010 dan
Perpres No. 16
Th. 2018
Perbedaan
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Perpres Nomor 16 Tahun 2018
“Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah “Pengadaan Barang/Jasa
yang selanjutnya disebut dengan Pemerintah yang selanjutnya
Pengadaan Barang/Jasa adalah disebut dengan Pengadaan
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa adalah kegiatan
Barang/Jasa oleh pengadaan barang/jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Kementerian/Lembaga/Perangkat
Perangkat Daerah/Institusi yang Daerah yang dibiayai oleh
prosesnya dimulai dari perencanaan APBN/APBD yang prosesnya
kebutuhan sampai diselesaikannya dimulai dari identifikasi kebutuhan,
seluruh kegiatan untuk memperoleh sampai dengan serah terima hasil
barang/jasa.” pekerjaan.”

Letak Perbedaan

K/L/D/I menjadi K/L/OPD

Latar belakang perubahan ini adalah penyesuaian dengan


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah, yang mengubah istilah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Selain itu, penyebutan “Institusi” juga dilebur kepada lembaga,
sehingga tidak perlu disebutkan lagi kedalam penyebutan K/L. Hal
ini dipertegas dengan penyebuttan RKA K/L dan tidak pernah
disebut RKA K/L/I.
Penegasan Dibiayai oleh APBN/APBD

Penegasan ini disinkronkan dengan ketentuan ruang lingkup Perpres 16/2018 yang
menegaskan bahwa Perpres ini hanya berlaku untuk pengadaan yang dibiayai oleh
APBN/APBD. Istilah “bersumber,” atau “dibebankan” juga sudah tidak digunakan lagi
untuk menghindari kerancuan terhadap istilah penganggaran.

Awal dan Akhir

Perpres 54/2010 dan Perubahannya menegaskan bahwa pengadaan dimulai dari


perencanaan kebutuhan dan diakhiri dengan diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa.
Pengertian ini lebih dipertajam pada Perpres 16/2018, yang menegaskan bahwa
pengadaan itu dimulai dari identifikasi kebutuhan dan diakhir dengan serah terima.
Hal ini untuk menghilangkan multi tafsir terhadap pengertian pengadaan itu sendiri.
E-Tender Cepat

Proses pemilihan penyedia barang/konstruksi/jasa lainnya dengan memanfaatkan


Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) yang tidak memerlukan
penilaian kualifikasi, administrasi, dan teknis dengan tahapan.

Tender Cepat dapat dilakukan untuk Pengadaan Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya


dengan kriteria:
1. spesifikasi teknis/KAK dan volume pekerjaan telah ditentukan secara rinci
sehingga persyaratan teknis tidak dikompetisikan;
2. dimungkinkan penyebutan merek dalam spesifikasi teknis/KAK sebagaimana
dalam ketentuan pasal 19 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; dan
3. peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP.
Perpres No. 12
Th. 2021 dan
Perpres No. 16
Th. 2018
Latar Belakang
Sebagai upaya penyesuaian pengaturan penggunaan
produk/jasa Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta Koperasi,
dan pengaturan pengadaan jasa konstruksi yang
pembiayaannya bersumber dari APBN/APBD dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk kemudahan
berusaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja dan penyesuaian ketentuan
Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa.

Dasar Hukum
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601)
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573)
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33)
Apa saja yang dirubah?
Walaupun Perpres 12/21 mencantumkan Usaha Kecil sampai
dengan 15M, jangan sekali-sekali menerapkan hal tersebut untuk
Pekerjaan Konstruksi, karena ketentuan Kualifikasi Badan Usaha
untuk Pekerjaan Konstruksi sudah diatur melalui Pasal 90 Ayat (2)
PP Nomor 5 Tahun 2021.

Beberapa perubahan bersifat perbaikan redaksional namun


beberapa perubahan juga bersifat mengubah hal-hal yang
sangat mendasar, misalnya penghapusan salah satu pelaku
pengadaan.
Selain itu, Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 19 ayat (2) berbunyi:

Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan merek terhadap:

a. komponen barang/jasa;
b. suku cadang;
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada; atau
d. barang/jasa dalam katalog elektronik; atau
e. barang/jasa pada Tender Cepat.

Dari pasal di atas (Pasal 19 ayat (2)) Perpres 16 Tahun 2018 terlihat bahwa pada tender
cepat dapat dimungkinkan penyebutan merek tanpa syarat apapun.

Sedang pada Perpres 12 Tahun 2021 Pasal 19 ayat (2) berbunyi:

Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan merek terhadap:


a. komponen barang/jasa;
b. suku cadang;
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada; atau
d. barang/jasa dalam katalog elektronik atau Toko Daring.
Analisis
Dari kedua pasal di atas (Pasal 38 ayat (6) dan Pasal 19 ayat (2))
Perpres 12 Tahun 2021 terlihat bahwa Tender Cepat tidak serta merta
dapat mencantumkan merek pada spesifikasi teknis/KAK. Padahal
secara teknis pelaksanaan, tender cepat yang tidak menyebutkan
merek, tidak akan dapat dilaksanakan.

Hal ini dikarenakan penyedia tidak akan dapat menawarkan produk


mereka masing-masing, karena secara sistem memang tidak
memungkinkan. Tender Cepat pada aplikasi SPSE hanya
memungkinkan penyedia untuk menawar harga saja, tidak untuk
menawarkan produk. Sistem secara otomatis akan memilih penyedia
dengan penawaran terendah setelah melalui proses penyaringan dari
SIKAP dan reverse auction.
Sumber

https://www.jogloabang.com/per
pres-12-2021-perpres-16-2018-
pengadaan-barangjasa-
pemerintah

https://www.pengadaan.id/detil-
berita/pengertian-pengadaan-
barangjasa-matriks-perbedaan-
perpres-542010-dengan-perpres-
162018-bag-1

Soal No.2
Tender cepat memang memiliki kelebihan yaitu waktu yang terbilang sangat singkat
dikarenakan peniadaan proses administrasi yang memakan waktu cukup lama. Namun
perlu kita sadari bahwa setiap perubahan yang terjadi pasti memiliki celah terjadinya
kecurangan dalam pelaksanaan, dan salah satunya adalah tender cepat. Perubahan ini
justru menjadi sarana oknum-oknum tertentu untuk melakukan proses persekongkolan
dalam memilih penyedia tertentu yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pihak pengguna jasa akan dengan mudah melakukan persekongkolan dan memastikan
bahwa merek tersebut hanya dapat dipenuhi oleh penyedia tertentu saja. Kemudian pihak
pengguna akan meminta penyedia untuk menyiapkan dokumen secara spesifik yang akan
dimasukkan kedalam syarat kualifikasi nantinya. Karena tender cepat dapat dilakukan
minimal 3 hari kerja, maka tentu saja penyedia yang “tidak dikondisikan” tidak akan mampu
memenuhi persyaratan tersebut.
Soal No.2
Prinsip E-Lelang Cepat/E-Seleksi Cepat/Tender Cepat adalah prinsip persaingan yang
menitik beratkan hanya kepada harga penawaran, sehingga apabila masih diperlukan
persaingan dan penilaian pada administrasi dan teknis penawaran, maka seharusnya PPK
dan/atau Pokja tidak memilih metode ini melainkan menggunakan metode Tender biasa
yang tetap memerlukan evaluasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa muara permasalahan ini yaitu apabila penawaran
terendah digugurkan dengan alasan tidak mampu membuktikan surat dukungan atau
membawa brosur asli pada tahap pembuktian kualifikasi untuk tender yang dilaksanakan
secara cepat, maka sebenarnya PPK atau Pokja sudah membuka peluang untuk digugat
secara perdata dan/atau dilaporkan secara Pidana dengan alasan identifikasi
persekongkolan yang peluangnya terbuka lebar.

Anda mungkin juga menyukai