Anda di halaman 1dari 18

PELAKU PENGADAAN DAN KEWENANGANNYA

https://area-tekniksipil.blogspot.com/2018/09/pelelangan-proyek-dan-prinsipnya.html

I. PENDAHULUAN

Ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa di Indonesia dibentuk untuk


memenuhi kebutuhan pengadaan barang dan jasa di Indonesia serta menjamin kepastian
hukum dalam prosesnya, sementara pada saat yang sama, menstimulasi perekonomian
dengan menciptakan kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh penyedia barang dan jasa secara
kompetitif melalui mekanisme pengadaan barang dan jasa. Eksekutif menerbitkan pedoman
mengenai hal tersebut yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Deputi Bidang Pengembangan pada Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan


Pengadaan Umum LKPP, menyampaikan bahwa “Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan
pelayanan publik dan pengembangan nasional dan daerah.” dan untuk melaksanakan peran
tersebut maka “Perlu pengaturan yang memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-
besarnya (value for money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam
negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta
pembangunan berkelanjutan.1 Dalam hal ini, eksekutif mengganti Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 beserta perubahannya dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018.

Menurut penyampaian Deputi Bidang Pengembangan pada Direktorat Pengembangan


Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum LKPP, Struktur Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 lebih sederhana; Lebih simpel, dengan menghilangkan bagian penjelasan,
mengatur hanya hal yang bersifat normatif, serta mengatur standar dan prosedur yang lebih
rinci dalam Peraturan LKPP dan Peraturan Kementerian Sektoral terkait; kemudian
mentranfusikan praktek-praktek terbaik dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa ke
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018.2

Pengadaan Barang Jasa pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari perikatan antara
Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa. Berdasarkan Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW), syarat sah dari suatu perikatan adalah sepakat, cakap,
objek tertentu, dan sebab/causa yang diperbolehkan menurut Undang-Undang. Terlihat pada
pengaturan mengenai syarat sah tersebut, Para Pihak yang melakukan perjanjian, atau
Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa, merupakan faktor penting yang
tidak terpisahkan dari terlaksananya Pengadaan Barang/Jasa.

Namun Pelaku Pengadaan yang berperan besar dalam terlaksananya Pengadaan


Barang/Jasa tidak terbatas pada Pejabat Pembuat Komitmen dan Penyedia Barang/Jasa.
Pelaku Pengadaan lainnya, sebagai contoh, Kelompok Kerja Pemilihan, Pejabat Pemeriksa
Barang/Jasa, Agen Pengadaan, dan Pelaku Pengadaan Lainnya turut berperan penting dalam
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 melakukan
beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam pengaturannya. Tulisan hukum ini
bermaksud menjabarkan masing-masing Pelaku Pengadaan dan kewenangannya serta
Perbedaannya dengan pengaturan Pelaku Pengadaan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar
semua pihak dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan sebaik mungkin, sesuai
dengan tugas yang diamanahkan, berdasarkan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018.

1
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
2
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
II. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang pada bagian pendahuluan maka tulisan hukum ini akan
mencoba menjelaskan mengenai:

1. Bagaimana regulasi pengadaan barang jasa terbaru mendeskripsikan peran pelaku


pengadaan.

2. Merujuk pada pengaturan mengenai Pelaku Pengadaan pada regulasi Pengadaan


Barang/Jasa, fungsi apa yang ditambahkan ke dalam regulasi Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

III. PEMBAHASAN

1. Pedoman terbaru Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah selain menambah jumlah Pelaku


Pengadaan juga melakukan perubahan istilah, perubahan definisi, serta perubahan
pengaturan.3 Sebagai contoh, Agen Pengadaan yang merupakan Pelaku Pengadaan yang
pada Regulasi sebelumnya tidak ada, serta beberapa perubahan lainnya terkait dengan
peran Pelaku Pengadaan yang akan dijelaskan kemudian.4

Regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah membagi Pelaku Pengadaan


Barang/Jasa sebagai berikut: “a. PA; b. KPA; c. PPK; d. Pejabat Pengadaan; e. Pokja
Pemilihan; f. Agen Pengadaan; g. PjPHP/PPHP; h. Penyelenggara Swakelola; dan i.
Penyedia.”5 Dengan penjelasan sebagai berikut:

a. PA (Pengguna Anggaran); Definisi Pengguna Anggaran tidak ditemukan dalam


regulasi Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 15
Tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa namun diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 serta merujuk lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2019. Berdasarkan kedua regulasi dimaksud, Pengguna Anggaran

3
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019. Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 merubah mekanisme atau pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara signifikan, adapun perubahan-perubahan yang dijelaskan pada tulisan hukum ini hanya mengenai
perubahan yang terkait dengan Pelaku Pengadaan.
4
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
5
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 8 jo. Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 3 ayat (1)
memiliki dua set kewenangan yang berbeda. Selain menjalankan fungsinya dalam
pengelolaan keuangan daerah,6 Pengguna Anggaran juga memiliki fungsi terpisah
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.7 Fungsi Pengguna Anggaran dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berdasarkan regulasi adalah:

1) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;8

2) mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang
telah ditetapkan;9

3) menetapkan perencanaan pengadaan;10

4) menetapkan dan mengumumkan RUP;11

5) melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; 12

6) menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal; 13

7) menetapkan PPK;14

8) menetapkan Pejabat Pengadaan;15

9) menetapkan PjPHP/PPHP; 16

10) menetapkan Penyelenggara Swakelola;17

11) menetapkan tim teknis;18

12) menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/Kontes;19

6
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Pasal 10 ayat (1).
7
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1).
8
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf a.
9
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf b.
10
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf c.
11
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf d.
12
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf e.
13
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf f.
14
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf g.
15
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf h.
16
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf i.
17
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf j.
18
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf k.
19
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf l.
13) menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan20

14) menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:21

a) Tender/Penunjukan Langsung/E-Purchasinh untuk paket Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran
paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (Seratus miliar rupiah); atau22

b) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi


dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).23

15) Pengguna Anggaran untuk pengelolaan APBN dapat mendelegasikan


kewenangan dari nomor satu sampai dengan nomor empat belas sementara
Pengguna Anggaran untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan
hanya mulai dari nomor satu hingga sampai nomor enam.24

Pengangkatan Pengguna Anggaran serta pemberhentiannya dilakukan


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.25

b. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran); Kuasa Pengguna Anggaran selain melaksanakan


tugas-tugas yang didelegasikan oleh Pengguna Anggaran juga memiliki fungsi
tersendiri, diantaranya adalah menjawab Sanggah Banding peserta Tender Pekerjaan
Konstruksi.26

Kuasa Pengguna Anggaran dapat menugaskan PPK (Pejabat Pembuat


Komitmen) untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja serta mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja
yang telah ditetapkan.27 Namun dalam hal tidak ada personel yang dapat ditunjuk

20
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf m.
21
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf n.
22
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf n angka 1.
23
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1) huruf n angka 2.
24
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (2) dan (3).
25
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 4.
26
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (1) dan (2).
27
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (3).
sebagai Pejabat Pembuat Komitmen, maka Kuasa Pengguna Anggaran dapat
merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen.28

Dalam pelaksanaan tugasnya Pejabat Pembuat Komitmen juga dibantu oleh


Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.29 Sebagaimana Pengguna Anggaran,
pengangkatan Kuasa Pengguna Anggaran serta pemberhentiannya dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.30

c. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen); Adalah pejabat yang diberikan kewenangan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan terkait
wewenangnya yang telah ditentukan oleh regulasi, dan/atau melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah,
termasuk mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran belanja yang telah ditetapkan.31 Dalam tugasnya Pejabat Pembuat
Komitmen dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.32

Peran Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


adalah:

1) menyusun perencanaan pengadaan;33

2) menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK); 34

3) menetapkan rancangan kontrak;35

4) menetapkan HPS;36

5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia; 37

28
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (5).
29
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (4).
30
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 4.
31
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 11 dan Pasal 11 ayat (2).
32
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (3).
33
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf a.
34
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf b.
35
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf c.
36
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf d.
37
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf e.
6) mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;38

7) menetapkan tim pendukung;39

8) menetapkan tim atau tenaga ahli;40

9) melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00


(dua ratus juta rupiah);41

10) menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; 42

11) mengendalikan Kontrak;43

12) melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA; 44

13) menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan


berita acara penyerahan;45

14) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan 46

15) menilai kinerja Penyedia.47

Pengguna/Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan Pejabat Pembuat


Komitmen pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dengan persyaratan
sebagai berikut:

1) memiliki integritas dan disiplin;48

2) menandatangani Pakta Integritas;49

38
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf f.
39
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf g.
40
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf h.
41
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf i.
42
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf j.
43
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf k.
44
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf l.
45
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf m.
46
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf n.
47
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1) huruf o.
48
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (2) huruf a.
49
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (2) huruf b.
3) memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas PPK yang dapat
digantikan dengan Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar sampai dengan 31
Desember 2023;50

4) berpendidikan paling rendah Sarjana Strata Satu (S1) atau setara (paling rendah
golongan III/a atau disetarakan); dan51

5) memiliki kemampuan manajerial level 3 sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.52

6) Dapat ditambahkan sebagai persyaratan, yang bersangkutan memiliki latar


belakang keilmuan dan pengalaman yang sesuai dengan tuntutan teknis
pekerjaan.53

Apabila tidak terdapat pegawai yang memenuhi syarat sebagaimana disebutkan,


maka Pejabat Pembuat Komitmen dijabat oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa
Pengguna Anggaran yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas Pejabat
Pembuat Komitmen.54

Pejabat Pembuat Komitmen dapat dijabat oleh Pengelola Pengadaan


Barang/Jasa atau Aparatur Sipil Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;55 Aparatur Sipil Negara/Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia di lingkungan Kementerian Pertahanan dan
Kepolisian Republik Indonesia;56 atau personel lainnya. 57

Dalam Jabatannya, posisi Pejabat Pembuat Komitmen tidak boleh dirangkap


oleh Pejabat Penandatangan Surat perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara; 58

50
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (2) huruf c dan ayat (4).
51
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (2) huruf d.
52
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (2) huruf e.
53
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 5 ayat (5).
54
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 7.
55
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (2) huruf a.
56
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (2) huruf b.
57
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (2) huruf c.
58
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (3) huruf a.
Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang
sama;59 atau PjPHP/PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama. 60

Berikutnya, hal penting yang sering terlewati, untuk menjaga kesinambungan


pelaksanaan tugas, dalam hal terjadi pergantian Pejabat Pembuat Komitmen maka
akan dilakukan serah terima jabatan kepada pejabat yang baru.61

d. Pejabat Pengadaan, secara umum adalah pejabat administrasi/pejabat


fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung, dan/atau E-purchasing.62

Lebih detilnya, Pejabat Pengadaan bertugas melaksanakan persiapan dan


pelaksanaan Pengadaan Langsung; Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan
Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
bernilai maksimal Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), Pengadaan Jasa
Konsultansi bernilai maksimal Rp100.000,000,00 (seratus juta rupiah); serta E-
purchasing bernilai maksimal Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pejabat Pengadaan yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna


Anggaran merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil
Negara/TNI/Polri/personel lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi okupasi
Pejabat Pengadaan.63 Regulasi menambahkan Pejabat Pengadaan yang diangkat harus
disiplin, berintegritas, menyetujui dan menandatangani Pakta Integritas, serta tidak
merangkap sebagai Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM), Bendahara, atau Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP) untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.64
Selain itu, pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengadaan dimaksud tidak
terikat tahun anggaran dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.65

e. Pokja Pemilihan (Kelompok Kerja Pemilihan); Kelompok Kerja Pemilihan yang


selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan

59
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (3) huruf b.
60
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (3) huruf c.
61
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 6 ayat (4).
62
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 13.
63
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 8 ayat (1) dan (2).
64
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 8 ayat (4), ayat (2) huruf b dan c.
65
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 8 ayat (3).
oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia.66 Pokja pemilihan
beranggotakan 3 (tiga) orang dan apabila berdasarkan pertimbangan kompleksitas
pemilihan Penyedia, anggota dapat ditambah sepanjang berjumlah gasal, 67 Dalam
tugasnya selain menambah anggota sesuai dengan kebutuhan (gasal) Pokja Pemilihan
juga dapat dibantu oleh tim atau tenaga ahli.68

Pokja Pemilihan bertugas melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan


Penyedia;69 melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk
katalog elektronik;70 dan menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran maksimal
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan paket Pengadaan Jasa Konsultansi
dengan nilai Pagu Anggaran maksimal Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).71

Pokja Pemilihan diangkat oleh Pimpinan UKPBJ pada


Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.72 Personel yang dapat diangkat sebagai
Pokja Pemilihan adalah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil
Negara/TNI/Polri/personel lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi okupasi
Pokja Pemilihan.73 Pokja Pemilihan juga tidak merangkap sebagai Pejabat
Penandatangan SPM (PPSPM), Bendahara, atau Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
(PjPHP) untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama. 74

f. Agen Pengadaan; Agen Pengadaan adalah Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa


(UKPBJ)75 atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan

66
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 12.
67
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 13 ayat (2) dan (3).
68
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 13 ayat (4).
69
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 13 ayat (1) huruf a.
70
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 13 ayat (1) huruf b.
71
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 13 ayat (1) huruf c. Apabila pemenang pemilihan yang harus
ditetapkan nilainya melebihi besar maksimal yang dapat ditetapkan oleh Pokja Pemilihan maka penetapannya
dilakukan oleh Pengguna Anggaran.
72
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (1).
73
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (2). Selain itu, dalam peraturan yang sama, Anggota Pokja
Pemilihan harus memiliki kedisiplinan yang baik, berintegritas, dan dapat bekerja sama dalam tim.
74
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 9 ayat (4).
75
UKPBJ adalah unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa. (Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 11). UKPBJ dibentuk oleh
Menteri/Kepala Lembaga/kepala Daerah untuk melaksanakan fungsi pengelolaan Pengadaan Barang/jasa,
Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan.

Agen Pengadaan merupakan topik yang menarik dapat ditinjau dari beberapa
sudut pandang sehingga untuk memaksimalkan kualitas pembahasan maka topik
mengenai Agen Pengadaan akan dibahas lebih dalam pada tulisan hukum yang
berbeda. Pada intinya, peran dan fungsi Agen Pengadaan sejenis dengan Pokja
Pemilihan dan/atau PPK. Agen Pengadaan diberikan kewenangan untuk
melaksanakan proses pemilihan Penyedia, baik seluruh maupun sebagian tahapan,
termasuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat dari pelaksanaan proses
tersebut, hal ini termasuk permasalahan yang ditemukan kemudian hari oleh pihak
berwajib atau yang berwenang. 76

Pembentukan Agen Pengadaan dimaksudkan untuk menjembatani kondisi-


kondisi Satuan Kerja yang belum memiliki tenaga kompeten yang dapat melakukan
tahapan-tahapan pemilihan Penyedia.77 Kebutuhan atas Agen Pengadaan sudah harus
direncanakan sejak Perencanaan Pengadaan.78

Kemudian, Pejabat Pembuat Komitmen melalui UKPBJ memilih Agen


Pengadaan melalui Panel Agen Pengadaan untuk melaksanakan Pemilihan
Penyedia.79 Dalam hal ini, Panel Agen Pengadaan adalah Organisasi/Lembaga yang
anggotanya terdiri dari unsur UKPBJ, Pelaku Usaha (Badan Usaha), dan Pelaku Usaha
(Perorangan) dibentuk oleh LKPP. 80 Panel Agen Pengadaan dapat dikatakan sebagai
wadah/organisasi yang membawahi Agen Pengadaan yang disertifikasi oleh LKPP
dan/atau lembaga lain terakreditasi internasional.81

pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik (fungsi ini dapat dilaksanakan oleh unit kerja terpisah),
pembinaan SDM dan kelembagaan Pengadaan Barang/jasa, pelaksanaan pendampingan konsultasi dan/atau
bimbingan teknis, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/kepala Daerah.
UKPBJ bersifat struktural dan ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan. (Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 Pasal 75).
76
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 8 ayat (1) - (4).
77
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (1); https://www.pengadaan.web.id/2019/01/agen-
pengadaan.html diakses pada tanggal 27 November 2019.
78
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (2).
79
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 10.
80
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 9.
81
Peraturan LKPP Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 5.
Konsep Agen Pengadaan merupakan tambahan baru pada regulasi Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang cukup menarik. Agen Pengadaan tidak hanya bertujuan
menjembatani kondisi-kondisi dimana suatu satker tidak dapat melakukan proses
pemilihan penyedia secara efektif, namun juga memberi kesempatan pada Pelaku
Usaha baik badan maupun perorangan tidak hanya yang disertifikasi oleh LKPP,
namun juga kepada Pelaku Usaha yang tersertifikasi oleh lembaga di luar LKPP yang
terakreditasi internasional, disamping UKPBJ yang telah cukup matang berdasarkan
kriteria LKPP, untuk menjadi Agen Pengadaan.

g. PjPHP/PPHP (Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan); Pejabat/Panitia Pemeriksa


Hasil Pekerjaan adalah Pejabat/Panitia yang bertugas melakukan pemeriksaan
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

Perbedaan lingkup pekerjaan Pejabat atau Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan


terletak pada nilai pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan melakukan
pemeriksaan administrasi untuk pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai maksimal Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah), dan Jasa Konsultansi dengan nilai maksimal Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).82 Di atas batas nilai tersebut, pemeriksaan administrasi dilakukan oleh Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan.83

Sebagaimana pengaturan Pelaku Pengadaan sebelumnya, Pejabat/Panitia


Pemeriksa Hasil Pekerjaan diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran, dan pengangkatannya atau pemberhentiannya tidak terikat pada Tahun
Anggaran.84 Selain itu memiliki integritas, kedisiplinan, pengalaman di bidang
Pengadaan Barang/Jasa, memahami administrasi proses Pengadaan, telah/bersedia
menandatangani Pakta Integritas, serta tidak menjabat sebagai PPSPM/Bendahara. 85
Pejabat atau Panitia dimaksud juga dapat ditetapkan dari Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa.86

82
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 15.
83
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 15.
84
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (1) dan (2).
85
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (3) dan (5).
86
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 10 ayat (4).
Eksekutif merubah istilah Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan pada
regulasi sebelumnya (Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya)
menjadi Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan pada regulasi Pengadaan Barang
Jasa Pemerintah terkini. Hal ini tentunya diikuti dengan perubahan ruang lingkup
kewenangannya.

Pada regulasi sebelumnya, Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan bertugas


untuk melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa
setelah melalui pemeriksaan/pengujian, dan membuat dan menandatangani Berita
Acara Hasil Pekerjaan.87 Sedangkan pada regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
terbaru, fungsi Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan adalah melakukan
pemeriksaan administrasi atas barang/jasa yang akan diserahterimakan yang
dituangkan dalam Berita Acara (Pemeriksaan).88

Sebelumnya, peran pemeriksaan dari Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan


adalah melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
Penyedia, dan dilakukan sebelum PPK menerima hasil pekerjaan.89 Sehingga
perannya adalah membantu PPK memastikan kualitas hasil pengadaan dalam rangka
serah terima hasil pengadaan. Sedangkan pada regulasi terbaru, Pejabat/Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan bertugas membantu Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran memeriksa administrasi barang/jasa yang diserahterimakan, dari Pejabat
Pembuat Komitmen ke Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. 90 Sehingga
proses pemeriksaan administrasi dilakukan setelah serah terima hasil pengadaan dari
Penyedia pada Pejabat Pembuat Komitmen.91 Pemeriksaan dalam rangka penyerahan
hasil pengadaan dari Penyedia kepada Pejebat Pembuat Komitmen dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.92

87
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 18 ayat (4).
88
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 58.
89
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Lampiran II Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang, C.
Penandatangan dan Pelaksanaan Kontrak/SPK, 2. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang, l. Serah Terima
Barang.
90
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 58.
91
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 57.
92
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 57 ayat (2).
Kemungkinan hal ini dilakukan untuk memperjelas batas tanggung jawab atas
hasil pengadaan barang/jasa. Tersirat dalam pengaturan terkini, keinginan eksekutif
memperjelas tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen dalam rangka Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

h. Penyelenggara Swakelola, secara singkat adalah Tim yang menyelenggarakan


kegiatan secara Swakelola.93 Mengenai penyelenggaraan kegiatan Swakelola dan
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya telah dibahas dengan rinci pada tulisan hukum
berbeda, berjudul “Mekanisme Pengadaan Swakelola”. Namun dapat disampaikan
dengan singkat pada tulisan hukum ini, Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang
menyelenggarakan kegiatan secara swakelola dan terbagi menjadi Tim Persiapan, Tim
Pelaksana, dan Tim Pengawas.94 Untuk penjelasan lebih lanjut dari personel pada
masing-masing Tim, mekanisme pelaksanaan Swakelola, serta pihak lain yang terlibat
di dalamnya dapat mengacu pada tulisan hukum yang telah disebutkan sebelumnya.

i. Penyedia, atau dalam regulasi disebut sebagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah


adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.95 Penyedia
selain wajib memenuhi kualifikasi terkait barang/jasa yang diadakan serta ketentuan
perundang-undangan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kontrak, kualitas
barang/jasa, ketepatan perhitungan jumlah atau volume, ketepatan waktu penyerahan,
dan ketepatan tempat penyerahan.96

Peran dari Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dalam Pengadaan barang/Jasa


walaupun cukup sentral namun definisi serta ruang lingkup tanggung jawab atau
perannya dari regulasi ke regulasi kurang lebih sama. Walaupun begitu, LKPP tetap
menyadari kompleksitas dari konteks Penyedia dalam Pengadaan Barang/Jasa, dan
memutuskan tidak memasukkan pengaturan mengenai Penyedia dalam Peraturan
LKPP mengenai Pelaku Usaha tetapi pada Peraturan LKPP yang berbeda, khusus
mengenai “Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia.” 97 Oleh

93
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 17.
94
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 11 ayat (1).
95
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 1 angka 28.
96
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 17.
97
Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 3 ayat (3).
karena itu, pembahasan mengenai Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia akan dibahas lebih dalam pada tulisan hukum berbeda.

2. Berdasarkan penjelasan pada latar belakang atau pendahuluan, tujuan pengadaan diketahui
adalah “Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan nasional dan daerah.” dan untuk melaksanakan peran tersebut maka
“Perlu pengaturan yang memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya
(value for money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan
berkelanjutan.98

Lebih lanjut disampaikan juga dalam keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden Tahun 2016, mengamanatkan
Perubahan peraturan presiden tentang Pengadaan Barang/jasa pemerintah harus
diselesaikan pada tahun 2016.99 Berdasarkan latar belakang dan tujuan tersebut,
Pemerintah dan Eksekutif menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disertai dengan perubahan-perubahan
yang dianggap perlu untuk mewujudkan tujuan pengadaan dimaksud.

Perubahan-perubahan terkait dengan Pelaku Pengadaan pada Peraturan Presiden


Nomor 16 Tahun 2018 terdiri dari perubahan-perubahan seperti penggabungan Unit
Layanan Pengadaan (ULP) dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) menjadi
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ), Perubahan Pejabat/Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan menjadi Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan, serta yang penambahan
fungsi baru yaitu Agen Pengadaan.100

Pada perubahan-perubahan tersebut terlihat keinginan untuk menyederhanakan


regulasi dan melibatkan komunitas Pelaku Usaha serta para Profesional untuk terlibat
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sebagai contoh, menggabungkan peran ULP
dengan LPSE, sehingga menyederhanakan struktur birokrasi di Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, atau merubah garis tanggung jawab Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
menjadi Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang bertanggung jawab kepada

98
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
99
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
100
http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022, diakses pada 31 Oktober 2019.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sehingga memperjelas garis tanggung
jawab.

Kemudian penambahan fungsi yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi


masyarakat Pelaku Usaha atau para Profesional, yang tersertifikasi oleh LKPP atau
lembaga lainnya yang terakreditasi internasional, dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sehingga dapat merubah dinamika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
menjadi lebih baik. Agen Pengadaan tidak hanya melakukan proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa namun juga bertanggung jawab atas permasalahan yang timbul dari
Pengadaan Barang/Jasa tersebut. Baik atau buruknya hal ini tergantung dari pelaksanaan
konsep Agen Pengadaan di masa depan. Untuk saat ini regulasi terbaru mengenai
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah baru berlaku selama 1 (satu) tahun sehingga
penerapannya masih perlu ditinjau. Namun dapat diakui, konsep Agen Pengadaan
merupakan konsep yang cukup baik, karena selain melibatkan orang-orang baru yang
diharapkan cukup profesional di bidangnya juga memberi kesempatan pada Satuan Kerja
yang tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup berpengalaman untuk melakukan
proses pemilihan secara efektif.

Terkait dengan topik Pelaku Usaha sesuai dengan regulasi Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah terbaru, Pemerintah telah merubah dan menambahkan beberapa fungsi yaitu
fungsi pertanggungjawaban PPK terkait hasil Pengadaan Barang/Jasa yang diperjelas,
efisiensi fungsi ULP dan LPSE dengan mengabungkannya ke dalam UKPBJ, dan
menambahkan fungsi Agen Pengadaan yang diharapkan dapat memperlancar proses
pemilihan penyedia terutama pada Satuan Kerja yang belum dapat melakukan proses
tersebut secara efektif dikarenakan Sumber Daya Manusia.
IV. PENUTUP

Sebagai penutup dapat disampaikan bahwa Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


membagi Pelaku Pengadaan Barang/Jasa menjadi: “a. PA; b. KPA; c. PPK; d. Pejabat
Pengadaan; e. Pokja Pemilihan; f. Agen Pengadaan; g. PjPHP/PPHP; h. Penyelenggara
Swakelola; dan i. Penyedia.”101

Terkait hal tersebut Pemerintah telah merubah dan menambahkan beberapa fungsi,
yaitu fungsi pertanggungjawaban PPK terkait hasil Pengadaan Barang/Jasa yang diperjelas,
efisiensi fungsi ULP dan LPSE dengan mengabungkannya ke dalam UKPBJ, dan
menambahkan fungsi Agen Pengadaan yang diharapkan dapat memperlancar proses pemilihan
penyedia terutama pada Satuan Kerja yang belum dapat melakukan proses tersebut secara
efektif dikarenakan Sumber Daya Manusia.

101
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 8 jo. Peraturan LKPP Nomor 15 Tahun 2018 Pasal 3 ayat (1)
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Hukum Primer:

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 15 Tahun 2018


Tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa

Sumber Hukum Sekunder:

http://lpse.kepriprov.go.id/eproc4/pengumuman/6203022

https://www.pengadaan.web.id/2019/01/agen-pengadaan.html

Penyusun:

Tim Unit Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan.

Disclaimer:

Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan
disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum dan bukan merupakan pendapat
instansi.

Anda mungkin juga menyukai