Bismillahirahmanirahim.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah, mulai berlaku sejak diundangkan, yakni tanggal
30 Desember 2020. Dalam tulisan ini disebut PMDN.
Dalam kedua peraturan tersebut mengatur terkait tugas dan kewenangan KPA dan
PPTK dalam konteks penyelenggaraan APBD.
Perlu diketahui bahwa dalam konteks penyelenggaraan APBD sudah tidak mengenal
istilah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dimana hal ini diketahui dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang tidak
pernah menyebut istilah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Peraturan Pemerintah ini
juga merupakan dasar hukum dari penerbitan PMDN atau dengan kata lain PMDN
merupakan aturan turunan dari PP No. 12 Tahun 2019.
Terbit Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan
Regional, yang juga merupakan aturan turunan dari PP No. 12 Tahun 2019 sudah
tidak menyertakan honoraium untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Sekali lagi
bahwa ini dalam konteks penyelenggaraan APBD, dimana Peraturan Presiden Nomor
33 Tahun 2020 tersebut salah satunya mengatur terkait honorarium untuk
penyelenggaan APBD.
Terlebih lagi dalam penyelenggaraan APBD sudah tidak terdapat lagi honorarium
untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sehingga menjadi sulit dalam mencari
“cantolan hukum” apabila dipaksakan untuk membentuk Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) di daerah.
Merujuk kepada Perpres (maksud Perpres dalam tulisan ini adalah Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), diketahui terdapat tugas yang
memiliki pengertian yang sama dengan mengadakan ikatan untuk pengadaan barang
dan jasa, yakni:
Dalam Perpres, tugas ini merupakan salah satu dari tugas dan kewenangan yang
dimiliki oleh Pengguna Anggaran (PA). Kemudian PA dapat melimpahkan kewenangan
tersebut kepada KPA. Lalu KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan
kewenangan tersebut.
Sub Delegasi terhadap tindakan “mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan” telah DITENTUKAN LAIN dalam
Perpres.
Melihat uraian tersebut di atas, maka SEOLAH-OLAH kedudukan PPK dan PPTK
merupakan kedudukan yang SAMA. Ternyata dalam Perpres Pasal I angka 6 yang
mengubah Pasal 11 ayat (1) memberikan tugas kepada PPK mulai dari huruf a sampai
dengan huruf p, sedangkan PPTK hanya diberi tugas mulai dari huruf a sampai
dengan huruf m.
Dengan kata lain tugas huruf n, huruf o, dan huruf p tetap berada pada PA atau KPA.
Hal ini menunjukan PPK dan PPTK tidak memiliki kedudukan yang sama, sehingga
dalam konteks penyelenggaraan APBD dan terdapat pelimpahan kewenangan dari PA
kepada KPA, maka KPA bertindak sebagai PPK memiliki tugas:
Khusus SPM-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan, sebaiknya tidak dilimpahkan
kepada KPA, kecuali berdasarkan rentang kendali yang merupakan Cabang Dinas,
UPTD, dan/atau kelurahan serta merupakan organisasi yang bersifat khusus seperti
RSUD, dan lain sebagainya
Sedangkan PPTK dalam membantu tugas dan wewenang KPA (dalam hal terdapat
pelimpahan kewenangan), memiliki tugas yang meliputi:
1. Mengendalikan dan melaporkan perkembangan pelaksanaan teknis
Kegiatan/sub kegiatan Unit SKPD meliputi:
a. menyusun jadwal pelaksanaan Kegiatan/Sub kegiatan;
b. memonitoring dan evaluasi pelaksanaan Kegiatan/Sub kegiatan; dan
c. melaporkan perkembangan pelaksanaan Kegiatan/Sub kegiatan kepada
KPA.
2. Menyiapkan dokumen dalam rangka pelaksanaan anggaran atas Beban
pengeluaran pelaksanaan Kegiatan/Sub kegiatan meliputi:
a. menyiapkan laporan kinerja pelaksanaan Kegiatan/Sub kegiatan;
b. menyiapkan dokumen administrasi pembayaran sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; dan
c. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan.
3. Menyiapkan dokumen pengadaan barang/jasa pada Kegiatan/Sub kegiatan
Unit SKPD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pengadaan barang/jasa meliputi:
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan konsolidasi pengadaan barang/jasa;
c. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
f. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
i. mengendalikan kontrak;
j. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan;
k. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA);
l. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) dengan berita acara penyerahan;
m. menilai kinerja penyedia;
Selain tugas tersebut di atas, PPTK memiliki tugas dan kewenangan lainnya, meliputi:
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA),
kecuali bagi organisasi yang bersifat khusus (misalnya Rumah Sakit Umum Daerah
Salewangang)