Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan
pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm
hal:
Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
Satker sementara;
Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
Satker Lembaga Negara.
Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :
1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas
dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan
kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam
DIPA, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala
Satker adalah PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat
ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan
rendah atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala
Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.
• KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau
PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen
tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;
• Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA
menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan
dan berlaku sejak serah terima jabatan.
• PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab
untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.
• Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran,
dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka
pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan
kepada Kepala KPPN.
1. menyusun DIPA
2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
– menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya;
– menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP
– mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA
2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
3. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa
4. melaksanakan kegiatan swakelola
5. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya
6. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara
– menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara; dan/atau
– menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
8. membuat dan menandatangani SPP
9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
pelaksanaan kegiatan
penyelesaian kegiatan
penyelesaian tagihan kepada negara
10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara;
dan
menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang
meliputi:
a. kelengkapan dokumen tagihan
b. kebenaran perhitungan tagihan
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas
beban APBN
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan
barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima
barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak
f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
Tugas dan Wewenang PPSPM
1. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
• kelengkapan dokumen pendukung SPP
• kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
• kebenaran pengisian format SPP
• kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker
• ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
• kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran
belanja pegawai
• kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan
dengan pengadaan barang/jasa
• kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan
perjanjian/kontrak/surat keputusan
• kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai
hak tagih;
• kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai
hak tagih kepada negara; dan
• kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian/kontrak
4. menerbitkan SPM;
• mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada
kartu pengawasan DIPA
• menandatangani SPM; dan
• memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan
elektronik pada ADK SPM
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi,
belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran.
Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja
sebelum tanggal 5.
SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap
dan benar dari penerima hak.
1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang
ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
5. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
Belanja Barang;
Belanja Modal; dan
Belanja Lain-lain.
b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu)
bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu
melebihi 1 (satu) bulan.
4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap.
5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan
pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN
menyampaikan surat teguran TP kepada KPA.
6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan
pertanggungjawaban TUP. (SPM-PTUP)
7. Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan pertimbangan:
– KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan
– KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.
1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang
muka kerja, SPBy dilampiri:
– rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
– rincian kebutuhan dana; dan
– batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja;
3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
– pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
– pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang
diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
4. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara
Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK.
5. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja
belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP
menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera
mempertanggungjawabkan uang muka kerja.
PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran;
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
d. faktur pajak (jika ada)
Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat
5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan
SPP-GUP
Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP
minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada
akhir tahun anggaran; atau
UP tidak diperlukan lagi.
Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/
pertanggungjawaban UP.
PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen
meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan
untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran
LS;
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan
TUP dari Kepala KPPN.
SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan
TUP dan Kepala KPPN
PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/
pertanggungjawaban atas TUP
Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
a. Daftar rincian penerimaan pembayaran;
b. Bukti pengeluaran:
Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
fatur pajak dan SSP; dan
Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP;
b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
c. kebenaran pengisian format SPP;
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana kerja
anggaran satker;
f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan
/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/
kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;
j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian kontrak.
1. Jangka waktu penerbitan:
SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen
pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus
menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian
tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.
3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan
penerbitan SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan
pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
5. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
6. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM tersebut
memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang
sah.
7. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM
bertanggung jawab atas:
a. keamanan data pada aplikasi SPM;
b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM
dengan data pada ADK SPM; dan
c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK
SPM.
1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
2. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur sebagai berikut:
a. SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format;
b. SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN; atau
c. SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya,
dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu
pada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak.
4. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka
atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai
Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
6. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada
KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.
Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, maka penyampaian SPM-LS untuk
pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat
1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker
yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan
memperhitungkan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.
• Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas
Pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta
dokumen pendukung dan ADK SPM melalui front office
Penerimaan SPM pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas
Petugas Satker (KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada
Petugas Front Office; dan
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke
KPPN, penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan
ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.
d. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman
resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/
pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
SPM yang diajukan ke KPPN
Penelitiansebagai
digunakan dan Pengujian SPM
dasar penerbitan
SP2D. oleh KPPN
Dalam pencairan anggaran belanja
negara, KPPN melakukan penelitian
dan pengujian atas SPM yang
disampaikan oleh PPSPM.
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah
memenuhi syarat.
Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS : jumlah setoran
JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
diterbitkan
Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/ TUP/PTUP/GUP/GUP
Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme
dalam Peraturan Menteri ini.
Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari
realisasi SP2D 7.c.5.
Besarnya pencairan
dana PNBP secara
keseluruhan tidak
boleh melampaui pagu
PNBP dalam DIPA
Satker yang
bersangkutan.
Pasal 66 huruf e
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan:
a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
c. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.
• Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker, dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor
register; atau
c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada
SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya
kegagalan transfer dana.
• Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.
• Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat
dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK
sepanjang tidak mengubah SPM.
• Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara
tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki.
• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang
SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara
tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas
negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat
yang ditunjuk.
• Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih
dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN
berdasarkan permintaan KPA.
• Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D
telah mendebet Kas Negara.
Dengan diberlakukannya
PMK 190/PMK.05/2012
Ditjen
Perbendaharaan
Tahun 2012
SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN
BELANJA PEGAWAI
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG TELAH MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau
manual secara tertib, teratur, dan berkesinambungan
PPABP
memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP)
2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan
Pegawai;
b. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data
Pegawai;
c. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
d. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke
dalam ADK SPM;
e. menandatangani SSP;
f. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK
Perubahan Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai
Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus
dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan.
II. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian
antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK.
III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada
daftar gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah
dicatatkan.
IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam
SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan.
ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI (EXISTING)
SATKER KPPN
Salah
Salah
Benar
ADK BPP Benar
ADK SPM Rekon Gaji Verifikasi SPM & SP2D
Rekap Daftar Gaji Cek Rekon Gaji
Dokumen Pendukung
Daftar Perubahan
DB Gaji DB SP2D
ALUR PENGUJIAN GAJI PADA SATKER (TA. 2013)
• PPK PP-SPM
• PPABP
Rekam Perubahan
Data Pegawai Salah
Cetak Daftar
1.Proses Gaji Perubahan
2.Buat SPP
Satker FO-KPPN
Salah
Salah Salah
ADK Perubahan
Daftar Perubahan
ADK Gaji
ADK SPM Pengajuan
1. Transfer ADK SPM
SSP 2. Scan Barcode SPM
1. Transfer ADK 1. Transfer ADK Bel. 3. Pengujian kesesuaian
Perubahan Pegawai dengan ADK Belanja
2. Scan Barcode 2. Pengujian Pegawai
Daftar dengan ADK 4. Pengujian PIN
Perubahan Perubahan PPSPM
Restore ADK 5. Pengujian Pagu
Perubahan Restore ADK
Bel. Pegawai Terima ADK
SPM
DB DB
Gaji SP2D
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
PROSES BISNIS PPK - PPABP
1. PPK:
menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai
dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang.
2. PPABP:
a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber
yang direkam ke dalam aplikasi GPP;
b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut
dalam daftar gaji;
c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji;
d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PROSES BISNIS PPK - PPSPM
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data
Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat
Penandatangan SPM(PPSPM).
2. PPSPM menguji:
a. kelengkapan dokumen pendukung SPP
b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
c. kebenaran pengisian format SPP
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker
f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
PROSES BISNIS PPSPM - KPPN
2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke
dalam ADK SPM;
c. menandatangani SSP;
d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap),
Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
I. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap
perubahan data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar
Perubahan Data Pegawai telah didukung dengan dokumen
kepegawaian yang sah.
II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar
gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai
dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan.
III. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan
dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji.
KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN
PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI
SATKER KPPN
Salah
Salah
Petugas FO Petugas MO
DB SP2D
Pedoman Pelaksanaan
Penerimaan dan Pengeluaran Negara Akhir TA 2018
(Perdirjen Perbendaharaan No. PER-13/PB/2018)
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
84
LATAR BELAKANG
88
Batas Akhir Waktu Pengajuan SPM dan Penyelesaian SP2D
9. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 1 s.d 31 Des 2018) 21 Des 2018 27 Des 2018
89
Pasal 6 dan Pasal 8
Lanjutan.....
1
SP2B BLU 11 Januari 2019
Pasal 26 sd Pasal 28
Batas Waktu Pengajuan SPM dan Penerbitan SP2D
Beban DIPA BA BUN
1. SPM-LS atas beban DIPA BA BUN TA 2018 yang 28 Desember 31 Desember 2018
dapat dibayarkan s.d akhir TA 2018 2018 Diberi tanggal 31 Des 2018
2. SPM-LS DAU bulan Januari 2019 diberi tanggal 2 21 Desember 31 Desember 2018
Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
3. SPM-LS Belanja Pensiun bulan Januari 2019 diberi 21 Desember 31 Desember 2018
tanggal 2 Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
4. SPM-LS Pembayaran Utang Dalam Negeri tanggal 2 28 Desember 2 Januari 2019
Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
5. SPM-LS Pembayaran Utang Luar Negeri:
Tanggal valuta 2 Jan 2018 diberi tgl 2 Jan 2019 20 Des 2018 28 Des 2018 diberi tgl 2 Jan 2019
Tanggal valuta 3 Jan 2018 diberi tgl 3 Jan 2019 20 Des 2018 28 Des 2018 diberi tgl 3 Jan 2019
Tanggal valuta 4 Jan 2018 diberi tgl 4 Jan 2018 27 Des 2018 2 Jan 2019 diberi tgl 4 Jan 2019
Tanggal valuta 5 Jan 2018 diberi tgl 5 Jan 2019 28 Des 2018 3 Jan 2019 diberi tgl 5 Jan 2019
6. SPM-Pengesahan BM-DTP dan P-DTP diberi tanggal 11 Jan 2019 2 hari kerja setelah SPM diterima
31 desember 2018
92
Pasal 30 sd Pasal 31
Batas Waktu Rekonsiliasi dan Pelaporan
** Dirjen Perbendaharaan dapat menetapkan jadwal pelaksanaan rekonsiliasi, closing period data, dan
penyampaian laporan keuangan selain yang ditetapkan dalam Peraturan ini
93
Pasal 34
Penyampaian Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara
Bulan Desember 2018
Pasal 35
PENERIMAAN NEGARA
95
Penatausahaan Penerimaan Negara Bank/Pos
Persepsi dan KPPN Khusus Penerimaan
Pasal 2 sd Pasal 3
Pengenaan Sanksi dan Denda
97
Pasal 4
PERENCANAAN KAS
Penyusunan Perencanaan Kas
99
Pasal 5
PENGELUARAN NEGARA
Batas Waktu Pengajuan Data Kontrak dan Penerbitan NRK
Satker
KPPN menerbitkan Nomor Register
Kontrak (NRK) paling lambat tanggal 6
Desember 2018 (Kamis)
Pasal 6
Batas Waktu Pengajuan Perubahan Data Kontrak dan Penerbitan
NRK
Satker KPPN
KPPN menyetujui perubahan data kontrak
paling lambat tanggal 11 Desember 2018
(Selasa)
Pasal 6
Pembayaran Gaji Induk Januari 2019
• Dalam hal aplikasi gaji dan/atau DIPA belum ada sampai dengan
akhir November 2018 maka penerbitan SPM-LS Gaji Induk
dilakukan setelah ada petunjuk lebih lanjut.
Pasal 7
Batas Waktu Pengajuan SPD PHLN
7 Desember 2018
14 Des 2018
Pengajuan
Surat
Penarikan
Dana (SPD)
7 Des 2018
7 Desember 2018
Lainnya
Apabila lender mengatur lain batas waktu pengajuan SPD, Satker menyampaikan
SPD ke KPPN KPH paling lambat 2 hari kerja sebelum batas waktu pengajuan
SPD
104
Pasal 9 sd Pasal 10
Sistem dan Batas Waktu Pembayaran Honorarium, Tunjangan,
Vakasi dan Penghasilan PPNPN Bulan Desember 2018
105
Pasal 11
Sistem Pembayaran Uang Makan dan Uang Lembur bulan
Desember 2018
Jumat,
7 Desember
2018
Pengajuan UP/TUP
Belanja uang makan
uang makan dan
dan uang lembur
uang lembur
dibayarkan dengan
mengikuti batas
menggunakan
waktu pengajuan
mekanisme UP/TUP
SPM UP/TUP
Pasal 12
Mekanisme Pembayaran Biaya Pemeliharaan
107
Pasal 13
Pembayaran Kontrak dengan Bank Garansi
Asli jaminan/garansi bank yang diterbitkan oleh bank umum dengan masa
berlaku sd berakhirnya masa kontrak; nilai jaminan sekurang-kurangnya
sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan, dan masa pengajuan klaim
selama 30 hari kalender sejak berakhirnya jaminan/garansi bank (Lampiran D);
Asli surat kuasa (bermaterai cukup) dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan/garansi bank (Lampiran F);
Pasal 14
Pembayaran Kontrak tanpa Bank Garansi
109
Pasal 15
Syarat Penyerahan Bank Garansi oleh KPPN
110
Pasal 16
1
Klaim Bank Garansi
Mengacu PMK
Mengacu pada
pelaksanaan anggaran
PMK mengenai tata cara
dalam rangka
pembayaran atas beban
penyelesaian pekerjaan
anggaran pendapatan
yang tidak terselesaikan
dan belanja negara
sampai dengan akhir
sebelum barang/jasa
tahun anggaran.
diterima.
PMK 194/PMK.05/2014
PMK 145/PMK.05/2017
PMK 243/PMK.05/2015
Pasal 14
Dispensasi Penerbitan Jaminan/Garansi Bank Bank Umum
yang tidak berlokasi dalam wilayah kerja KPPN pembayar
Pasal 17
PENYELESAIAN UP
Penyelesaian GUP/TUP
Penerbitan
SP2D-
PTUP/GUP Nihil
paling lambat
tanggal 10
KPPN Januari 2019
Pasal 18 sd Pasal 20
Penyetoran Sisa Dana UP/TUP
Bendahara
Pengeluaran Salinan Bukti Setor Bukti Setor Kas Negara
3
Catatan:
• Penyetoran sisa dana UP/TUP TA 2018
paling lambat tgl 31 Des 2018.
• Menggunakan akun pengembalian
UP/TUP
KPPN
Pasal 21
Tindak Lanjut atas UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan oleh Satker
1. Pembayaran UP/TUP dalam tahun anggaran berikutnya tidak dapat diberikan sampai sisa
dana UP/TUP tersebut disetorkan ke rekening Kas Negara;
2. Apabila terdapat UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan di 2018 namun tahun
anggaran 2019 Satker dimaksud tidak memperoleh DIPA, Kepala KPPN menyampaikan
surat teguran secepatnya kepada KPA, ditembuskan :
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian/Lembaga terkait
Kepala Perwakilan BPK RI setempat dan
Dirjen Perbendaharaan.
3. UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan disebabkan oleh:
Kasus pencurian/penyelewengan yang membutuhkan penyelesaian melalui mekanisme
tuntunan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi/pidana; atau
Terlambat dipertanggungjawabkan.
Pasal 22
… Lanjutan
Pasal 22
Penyelesaian UP oleh Perwakilan R.I di luar negeri dan Atase
Teknis Kementerian Negara/Lembaga (KPPN Jakarta)
Apabila tidak/belum menyetorkan sisa dana UP ke Kas Negara sampai dengan tanggal 31
Desember 2018, sisa dana UP diperhitungkan pada pengajuan SPM-UP tahun anggaran
2019.
Pasal 24 sd Pasal 25
PENGELUARAN NEGARA ATAS BEBAN BA BUN
Pengeluaran Negara atas Beban BA BUN
Pasal 28
Ketentuan Lain-Lain
Pasal 35
Ketentuan Penutup
Pasal 36 sd Pasal 38
123