Anda di halaman 1dari 123

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 190/PMK.05/2012
tentang
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA

INTEGRITAS  PROFESIONALISME  SINERGI  PELAYANAN  KESEMPURNAAN


PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA


MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN LS
MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG
PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN
PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPM
PENERBITAN SP2D

PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN


PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI
PENGGUNAAN PNBP
PEMBAYARAN TAGIHAN UNTUK KEGIATAN YANG BERSUMBER DARI
PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI

KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D

PELAPORAN REALISASI ANGGARAN

PELAKSANAAN PEMBAYARAN PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN

PELAPORAN REALISASI ANGGARAN

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN


KUASA PENGGUNA ANGGARAN

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:


 menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA;
dan
 menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan
PPSPM

Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.

Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan
pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
 PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm
hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker sementara;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.
 Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :
1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas
dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan
kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam
DIPA, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala
Satker adalah PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat
ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan
rendah atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala
Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.
• KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau
PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen
tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;
• Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA
menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan
dan berlaku sejak serah terima jabatan.
• PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab
untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.
• Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran,
dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka
pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan
kepada Kepala KPPN.
1. menyusun DIPA
2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
– menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya;
– menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP
– mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA
2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
3. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa
4. melaksanakan kegiatan swakelola
5. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya
6. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara
– menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara; dan/atau
– menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
8. membuat dan menandatangani SPP
9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
 pelaksanaan kegiatan
 penyelesaian kegiatan
 penyelesaian tagihan kepada negara
10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
 memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
 mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
 memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara;
dan
 menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang
meliputi:
a. kelengkapan dokumen tagihan
b. kebenaran perhitungan tagihan
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas
beban APBN
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan
barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima
barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak
f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
Tugas dan Wewenang PPSPM
1. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
• kelengkapan dokumen pendukung SPP
• kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
• kebenaran pengisian format SPP
• kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker
• ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
• kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran
belanja pegawai
• kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan
dengan pengadaan barang/jasa
• kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan
perjanjian/kontrak/surat keputusan
• kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai
hak tagih;
• kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai
hak tagih kepada negara; dan
• kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian/kontrak

2. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi


persyaratan untuk dibayarkan;
Tugas dan Wewenang PPSPM

3. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

4. menerbitkan SPM;

• mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada
kartu pengawasan DIPA
• menandatangani SPM; dan
• memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan
elektronik pada ADK SPM

5. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

6. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA; dan

7. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan


pengujian dan perintah pembayaran.
BENDAHARA PENGELUARAN
• Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran;
• Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepala satker
• Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
• Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepada Kepala
KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
• Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
• Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan
Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku
• Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau
kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.
• Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
seluruh administrasi keuangan;
Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas
kebendaharaan atas uang/surat surat berharga
yang berada dalam pengelolaannya yang meliputi:
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:

1. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam


pengelolaannya
2. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
3. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK yaitu:
a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar, jadwal waktu pembayaran, dan
menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan
c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).
4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan
5. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang
dilakukannya
6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7. mengelola rekening tempat penyimpanan UP
8. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran,
kepala Satker dapat menunjuk beberapa BPP sesuai kebutuhan

BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada


Bendahara Pengeluaran
Tugas BPP meliputi:
1. Menerima dan menyimpan UP
2. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari
UP;
3. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK
4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
5. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas
kewajiban kepada negara
6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7. menatausahakan transaksi UP
8. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
9. mengelola rekening tempat penyimpanan UP
PEMBUATAN KOMITMEN
 Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan
komitmen.
 Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk:
– Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
– Penetapan keputusan
 Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:
– pelaksanaan belanja pegawai
– pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
– pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan; atau
– pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang kepada
penerima bantuan;
Bukti-bukti Pendukung atas perjanjian/kontrak
 Bukti perjanjian/kontrak
 Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa
 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan
 Berita Acara Pembayaran
 Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
 Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
 Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan
dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
 Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan
dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

Bukti-bukti Pendukung atas Penetapan Keputusan


 Surat Keputusan
 Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas
 Daftar penerima pembayaran; dan/atau
 Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
Pencatatan Komitmen oleh KPPN
 Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan
menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN
yang meliputi data:
– nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang
digunakan
– nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA
– nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker
– uraian pekerjaan yang diperjanjikan
– data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan,
alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran
– jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
– ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi
– addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut
– cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
 sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
 secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).
 Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk
kebutuhan lain.
 Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian
tagihan yang tercantum pada SPM.
Penerbitan SPP LS :
Belanja Pegawai
Honorarium
Langganan Daya dan Jasa
Perjalanan Dinas
Pengadaan Tanah
Dilengkapi dengan:
1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang
timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud
dibebankan pada DIPA;
2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh
KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.

Dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat


tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
Dilengkapi dengan:
1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri,
dan pegawai tidak tetap.
2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar
nominatif perjalanan dinas.
3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai
pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat.
4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban
biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat
negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
Dilengkapi dengan:
1. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling
sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-
masing penerima;
2. foto copy bukti kepemilikan tanah;
3. bukti pembayaran/kuitansi;
4. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun
transaksi;
5. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang
dalam agunan;
6. Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang
disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti
kerugian, dalam hal tanah sengketa;
7. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan
bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan
Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8. Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9. SSP PPh final atas pelepasan hak;
10. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
11. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan tanah.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi,
belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara
lengkap dan benar.

SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran.

Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja
sebelum tanggal 5.

SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap
dan benar dari penerima hak.
1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.

2. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara


Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).

3. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara


Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa
paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali
untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.

4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang
ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
5. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
 Belanja Barang;
 Belanja Modal; dan
 Belanja Lain-lain.

6. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang


telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP
masih tersedia dalam DIPA.

7. Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan apabila


UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

8. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara


Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen).
Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan Ilustrasi :
kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan
UP: 100 Juta
belum dilakukan pengajuan penggantian UP. 10 Januari

S.D 10 Maret belum


1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan, ajukan GUP
belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala
Kepala KPPN
KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima
menyampaikan
persen). Surat
S.D 10 Mei
S.D 10 April belum belum ajukan
ajukan GUP UP
1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan dipotong 25%
GUP UP
pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP dipotong 50%
sebesar 50% (lima puluh persen). Pemotongan
pada SPM GUP
atau disetor

Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara: Setelah


 memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau dipotong/disetor
UP, pengajuan
 menyetorkan ke Kas Negara. GUP berikutnya
diawasi
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional
Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP

Pemberian UP diberikan paling banyak:


a. Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);

b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);

c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau

d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah).

Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Perbendaharaan
1. Persetujuan TUP dilakukan oleh Kepala KPPN (nilai berapapun) dengan disertai:
– Rincian Rencana Pengguna TUP; dan
– Surat Pernyataan dari KPA bahwa TUP:
 digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak
tanggal SP2D diterbitkan; dan
 tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran
LS.

2. Kepala KPPN melakukan penilaian atas pengajuan TUP meliputi:


– pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan merupakan
pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS;
– pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia
dananya dalam DIPA;
– TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya; dan
– TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara.

3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu)
bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu
melebihi 1 (satu) bulan.
4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap.
5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan
pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN
menyampaikan surat teguran TP kepada KPA.
6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan
pertanggungjawaban TUP. (SPM-PTUP)
7. Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan pertimbangan:
– KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan
– KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.
1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang
muka kerja, SPBy dilampiri:
– rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
– rincian kebutuhan dana; dan
– batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja;
3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
– pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
– pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang
diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
4. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara
Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK.
5. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja
belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP
menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera
mempertanggungjawabkan uang muka kerja.
 PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
 Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran;
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
d. faktur pajak (jika ada)
 Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
 SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat
5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
 Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan
SPP-GUP
 Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
 sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP
minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
 sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada
akhir tahun anggaran; atau
 UP tidak diperlukan lagi.
 Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/
pertanggungjawaban UP.
 PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen
meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan
untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran
LS;
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan
TUP dari Kepala KPPN.
 SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan
TUP dan Kepala KPPN
 PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/
pertanggungjawaban atas TUP
 Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
a. Daftar rincian penerimaan pembayaran;
b. Bukti pengeluaran:
 Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
fatur pajak dan SSP; dan
 Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
 SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP;
b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
c. kebenaran pengisian format SPP;
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana kerja
anggaran satker;
f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan
/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/
kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;
j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian kontrak.
1. Jangka waktu penerbitan:
 SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
 SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
 SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
 SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen
pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus
menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian
tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.
3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan
penerbitan SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan
pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
5. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
6. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM tersebut
memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang
sah.
7. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM
bertanggung jawab atas:
a. keamanan data pada aplikasi SPM;
b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM
dengan data pada ADK SPM; dan
c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK
SPM.
1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
2. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur sebagai berikut:
a. SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format;
b. SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN; atau
c. SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya,
dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu
pada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak.
4. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka
atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai
Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
6. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada
KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.
Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, maka penyampaian SPM-LS untuk
pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat
1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker
yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan
memperhitungkan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.
• Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas
Pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta
dokumen pendukung dan ADK SPM melalui front office
Penerimaan SPM pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas
Petugas Satker (KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada
Petugas Front Office; dan
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke
KPPN, penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan
ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.
d. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman
resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/
pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
 SPM yang diajukan ke KPPN
Penelitiansebagai
digunakan dan Pengujian SPM
dasar penerbitan
SP2D. oleh KPPN
 Dalam pencairan anggaran belanja
negara, KPPN melakukan penelitian
dan pengujian atas SPM yang
disampaikan oleh PPSPM.
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah
memenuhi syarat.

KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum


mengirimkan:
a. Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui
SPM-LS kepada pihak ketiga; atau
b. Daftar perubahan data pegawai beserta ADK

Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional


dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat,


Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung
secara tertulis.
Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/atau kelebihan
penerimaan negara dapat dimintakan pengembaliannya.

Permintaan pengembalian dapat dilakukan berdasarkan surat-


surat bukti setoran yang sah.

Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/atau


kelebihan penerimaan negara harus diperhitungkan terlebih
dahulu dengan utang pada negara.

Pembayaran pengembalian dilaksanakan berdasarkan


mekanisme yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
• Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang
bersumber dari penggunaan PNBP, dilakukan sebagai
berikut:
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP
dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum
pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan.
c. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara
berdasarkan konfirmasi dari KPPN.
d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat
Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan
pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen)
dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA
maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Realisasi PNBP termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya.
Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil
1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP).

Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari


UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.

Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP)


dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari
pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah), dapat dilakukan untuk pengguna PNBP:
a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun
belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada
DIPA; atau
b. yang belum memperoleh Pagu Pencairan.
Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP
yang diberikan.

Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP


yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP
yang telah diberikan.

Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS : jumlah setoran
JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
diterbitkan
Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/ TUP/PTUP/GUP/GUP
Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme
dalam Peraturan Menteri ini.

Penyampaian SPM atas beban PNBP juga dilampiri :


a. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
b. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai
format

Untuk Satker pengguna PNBP secara terpusat, penyampaian SPM mengacu


pada mekanisme penyampaian SPM bukan PNBP.

KPPN melakukan penelitian terhadap kebenaran perhitungan dalam Daftar


Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP).
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
TAHUN ANGGARAN 2013
1 Nama dan kode Kantor/Satker : (..................)
2 Nama dan kode Kegiatan : (..................)
3 Nomor dan tanggal DIPA :
4 Target Pendapatan : 100.000.000
5 Pagu Pengeluaran : 90.000.000
6 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (TA 2012) 150.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (90% x 6.a) / TA 2012 135.000.000
c. Realisasi Pencairan Dana TA yg lalu (maks. sesuai Pagu DIPA TA 2012) 90.000.000
d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c) / TA 2012 45.000.000
e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu (TA 2012) 10.000.000
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi 35.000.000
PNBP TA berjalan (d – e)/ TA 2013
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f (TA 2013) 35.000.000
 Apabila nilai rupiah 6.f yang merupakan kelebihan target PNBP tahun lalu yang akan digunakan sebagai
penambah target penerimaan TA berjalan, maka nilai realisasi SP2D TA berjalan dicantumkan pada 6.g.
sampai nilainya maksimal sebesar 6.f. atau dapat menggunakan PNBP TA berjalan sepanjang MP pada
kolom 7.b lebih besar dari realisasi SP2D pada 7.c.
 Selanjutnya angka pada 6.g dicantumkan pada kolom 7.c sesuai jenis SP2D
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP

7 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :


a. Setoran PNBP TA berjalan (TA 2013) 50.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (90% x 7.a) / (TA 2013) 45.000.000
c. Realisasi pencairan dana TA berjalan (TA 2013)
s.d SP2D lalu (termasuk jumlah SP2D yang telah dicairkan pada
huruf 6.g):
1) SP2D-UP Rp. 10.000.000
2) SP2D-TUP Rp. 5.000.000
3) SP2D-GUP Rp. 5.000.000
4) SP2D-LS Rp. 15.000.000
5) Jumlah Rp. 35.000.000
d. SPM UP/TUP/GUP/LS yang dapat diajukan berikutnya (7.b – 10.000.000
7.c.5) ..................................

Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari
realisasi SP2D 7.c.5.
Besarnya pencairan
dana PNBP secara
keseluruhan tidak
boleh melampaui pagu
PNBP dalam DIPA
Satker yang
bersangkutan.
Pasal 66 huruf e
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan:
a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
c. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.
• Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker, dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor
register; atau
c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada
SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya
kegagalan transfer dana.
• Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.
• Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat
dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK
sepanjang tidak mengubah SPM.
• Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara
tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki.
• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang
SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara
tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas
negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat
yang ditunjuk.
• Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih
dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN
berdasarkan permintaan KPA.
• Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D
telah mendebet Kas Negara.
Dengan diberlakukannya
PMK 190/PMK.05/2012

PMK 134/PMK.06/2005 berserta petunjuk


pelaksanaannya yaitu Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor:
1. PER-66/PB/2005
2. PER-57/PB/2010
3. PER-11/PB/2011 dan
4. PER-41/PB/2012

Dinyatakan tidak berlaku lagi


Sekian dan terima kasih

Ditjen
Perbendaharaan
Tahun 2012
SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN
BELANJA PEGAWAI
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG TELAH MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau
manual secara tertib, teratur, dan berkesinambungan

melakukan penatausahaan dokumen pendukung kepegawaian dalam


dosir setiap pegawai secara tertib dan teratur

memproses pembuatan Daftar Gaji induk, dan pembuatan Daftar


Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya

PPABP
memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP)

menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan


Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai,
dan dokumen pendukungnya kepada PPK

mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap


awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan tugas-tugas lain yang
berhubungan dengan belanja pegawai
PROSES BISNIS PPK - PPABP
1. PPK:
 memerintahkan PPABP untuk merekam dokumen sumber
kepegawaian sebagai dasar perubahan data pegawai.
2. PPABP:
a. merekam seluruh elemen data setiap dokumen sumber yang
berakibat pada perubahan/mutasi data kepegawaian pada
aplikasi GPP;
b. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang
direkam ke dalam aplikasi GPP;
c. memproses perhitungan gaji, membuat ADK Perubahan Data
Pegawai, ADK Belanja Pegawai, dan Daftar Perubahan Data
Pegawai ;
d. menyampaikan daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK
Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen
pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PROSES BISNIS PPK - PPSPM
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi daftar gaji, ADK Perubahan Data
Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan
dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan
SPM(PPSPM).
2. PPSPM menguji:
a. kelengkapan dokumen pendukung SPP
b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
c. kebenaran pengisian format SPP
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker
f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
PROSES BISNIS PPSPM - KPPN

2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan
Pegawai;
b. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data
Pegawai;
c. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
d. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke
dalam ADK SPM;
e. menandatangani SSP;
f. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK
Perubahan Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai
Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus
dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan.
II. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian
antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK.
III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada
daftar gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah
dicatatkan.
IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam
SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan.
ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI (EXISTING)

SATKER KPPN

Salah
Salah

Benar
ADK BPP Benar
ADK SPM Rekon Gaji Verifikasi SPM & SP2D
Rekap Daftar Gaji Cek Rekon Gaji
Dokumen Pendukung
Daftar Perubahan

Aplikasi Gaji Aplikasi SP2D


Hapus Data
Rekon

DB Gaji DB SP2D
ALUR PENGUJIAN GAJI PADA SATKER (TA. 2013)
• PPK PP-SPM
• PPABP
Rekam Perubahan
Data Pegawai Salah

Cetak Daftar
1.Proses Gaji Perubahan
2.Buat SPP

Buat ADK : Pengujian


• Perubahan Data kesesuaian Buat ADK (final) :
Pegawai dengan dokumen • Perubahan Data
• ADK Bel. Pegawai pendukung Pegawai
• ADK Bel. Pegawai
ADK Perubahan DB
Daftar Perubahan Gaji
ADK Gaji Kirim ke
ADK SPM Satker
KPPN
SSP
ALUR PENGUJIAN GAJI PADA KPPN (TA. 2013)

Satker FO-KPPN

Salah
Salah Salah
ADK Perubahan
Daftar Perubahan
ADK Gaji
ADK SPM Pengajuan
1. Transfer ADK SPM
SSP 2. Scan Barcode SPM
1. Transfer ADK 1. Transfer ADK Bel. 3. Pengujian kesesuaian
Perubahan Pegawai dengan ADK Belanja
2. Scan Barcode 2. Pengujian Pegawai
Daftar dengan ADK 4. Pengujian PIN
Perubahan Perubahan PPSPM
Restore ADK 5. Pengujian Pagu
Perubahan Restore ADK
Bel. Pegawai Terima ADK
SPM
DB DB
Gaji SP2D
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
PROSES BISNIS PPK - PPABP

1. PPK:
 menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai
dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang.
2. PPABP:
a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber
yang direkam ke dalam aplikasi GPP;
b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut
dalam daftar gaji;
c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji;
d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PROSES BISNIS PPK - PPSPM
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data
Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat
Penandatangan SPM(PPSPM).
2. PPSPM menguji:
a. kelengkapan dokumen pendukung SPP
b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
c. kebenaran pengisian format SPP
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker
f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
PROSES BISNIS PPSPM - KPPN

2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke
dalam ADK SPM;
c. menandatangani SSP;
d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap),
Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
I. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap
perubahan data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar
Perubahan Data Pegawai telah didukung dengan dokumen
kepegawaian yang sah.
II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar
gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai
dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan.
III. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan
dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji.
KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN
PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI

1. Satker di lingkungan Kementerian Pertahanan (TNI)


2. Satker di lingkungan Polri (diberikan batas waktu sampai
dengan bulan Juni 2013)
3. Satker yang membayar Hak Keuangan Pejabat Negara (tidak
menggunakan sebutan gaji), Pejabat setingkat Menteri
(Kepala BPN dsb.), Wakil Menteri, Komisioner non Pejabat
Negara (KPAI, KPU, Komnas HAM dsb.)
4. Satker Kementerian Luar Negeri untuk gaji PNS yang
ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri
ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI
(SATKER YANG BELUM PENGALIHAN)

SATKER KPPN

Salah
Salah

ADK SPM Benar


Daftar Gaji lengkap Verifikasi Verifikasi Daftar SP2D
Dokumen Pendukung kelengkapan Gaji & Dokumen
Daftar Perubahan SPM pendukung

Petugas FO Petugas MO

DB SP2D
Pedoman Pelaksanaan
Penerimaan dan Pengeluaran Negara Akhir TA 2018
(Perdirjen Perbendaharaan No. PER-13/PB/2018)

Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Perbendaharaan

84
LATAR BELAKANG

PMK Nomor Pasal 22 Perdirjen


163/PMK.05/2013 “Ketentuan lebih Perbendaharaan
sebagaimana lanjut mengenai tentang Pedoman
diubah dengan langkah-langkah Pelaksanaan
PMK Nomor akhir tahun Penerimaan dan
186/PMK.05/2017 anggaran tiap Pengeluaran
tentang Pedoman tahunnya diatur Negara Pada Akhir
Pelaksanaan dengan Perdirjen Tahun Anggaran
Penerimaan dan Perbendaharaan” 2018
Pengeluaran
Negara pada Akhir
Tahun Anggaran
Kerangka Pengaturan
DASAR HUKUM

 PMK No.190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
 PMK No.163/PMK.05/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran
Negara pada Akhir Tahun Anggaran sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor
186/PMK.05/2017.
 PMK No.154/PMK.05/2014 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor tentang
SPAN sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 278/PMK.05/2014 .
 PMK No.277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana,
dan Perencanaan Kas.
 PMK No.177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
 PMK No.197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana
dan Perencanaan Kas.
dst...
TABEL BATAS WAKTU PENATAUSAHAAN
PENGELUARAN NEGARA, AKUNTANSI DAN PELAPORAN
DAN PENYAMPAIAN LPJ BENDAHARA
PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN 2018

88
Batas Akhir Waktu Pengajuan SPM dan Penyelesaian SP2D

No. Jenis SPM Pengajuan Penerbitan SP2D


SPM/Data (Pasal 8)
Kontrak (Pasal 6)
12 Des 2018 (UP/TUP)
1. SPM-UP/TUP/GUP 7 Des 2018
14 Des 2018 (GUP)

2. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP s.d 31 Agt 2018) 21 Sep 2018


Penyelesaian SP2D
dilakukan dengan
3. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 1 s.d 15 Sep 2018) 28 Sep 2018
prosedur standar
operasional dan norma
4. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 16 s.d 30 Sep 2018) 12 Okt 2018 waktu yang ditetapkan
oleh Dirjen
5. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 1 s.d 15 Okt 2018) 26 Okt 2018 Perbendaharaan
6. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 16 s.d 31 Okt 2018) 14 Nov 2018
7. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 1 s.d 15 Nov 2018) 29 Nov 2018 5 Des 2018
8. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 16 s.d 30 Nov 2018) 14 Des 2018 20 Des 2018

9. SPM-LS Kontraktual (BAST/BAPP 1 s.d 31 Des 2018) 21 Des 2018 27 Des 2018

89
Pasal 6 dan Pasal 8
Lanjutan.....

No. Jenis SPM Pengajuan SPM/Data Penerbitan SP2D


Kontrak (Pasal 6) (Pasal 8)

10. SPM-LS Non Kontraktual 19 Des 2018 27 Des 2018


11. SPM-KP/KB/KC/IB 14 Des 2018 27 Des 2018
12. SPM-PP 21 Des 2018 27 Des 2018
13. Surat ralat retur/SPPK 27 Des 2018 28 Des 2018
Perbaikan SPM dan/atau data kontrak dan/
14. 26 Des 2018 28 Des 2018
atau data supplier atas SPM yg ditolak KPPN

Pasal 6 dan Pasal 8


Pengesahan SP3BLU Triwulan IV, SP2HL/SP4HL dan MPHL-BJS

No. Uraian Pengajuan ke KPPN Penerbitan oleh KPPN

SP3B BLU Triwulan IV 7 Januari 2019

1
SP2B BLU 11 Januari 2019

SP2HL/SP4HL 7 Januari 2019


2
SPHL/SP3HL 11 Januari 2019

MPHL-BJS 7 Januari 2019


3
Persetujuan MPHL-BJS 11 Januari 2019

Pasal 26 sd Pasal 28
Batas Waktu Pengajuan SPM dan Penerbitan SP2D
Beban DIPA BA BUN

No. Jenis SPM Pengajuan SPM Penerbitan SP2D

1. SPM-LS atas beban DIPA BA BUN TA 2018 yang 28 Desember 31 Desember 2018
dapat dibayarkan s.d akhir TA 2018 2018 Diberi tanggal 31 Des 2018

2. SPM-LS DAU bulan Januari 2019 diberi tanggal 2 21 Desember 31 Desember 2018
Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
3. SPM-LS Belanja Pensiun bulan Januari 2019 diberi 21 Desember 31 Desember 2018
tanggal 2 Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
4. SPM-LS Pembayaran Utang Dalam Negeri tanggal 2 28 Desember 2 Januari 2019
Januari 2019 2018 diberi tanggal 2 Jan 2019
5. SPM-LS Pembayaran Utang Luar Negeri:
Tanggal valuta 2 Jan 2018 diberi tgl 2 Jan 2019 20 Des 2018 28 Des 2018 diberi tgl 2 Jan 2019
Tanggal valuta 3 Jan 2018 diberi tgl 3 Jan 2019 20 Des 2018 28 Des 2018 diberi tgl 3 Jan 2019
Tanggal valuta 4 Jan 2018 diberi tgl 4 Jan 2018 27 Des 2018 2 Jan 2019 diberi tgl 4 Jan 2019
Tanggal valuta 5 Jan 2018 diberi tgl 5 Jan 2019 28 Des 2018 3 Jan 2019 diberi tgl 5 Jan 2019
6. SPM-Pengesahan BM-DTP dan P-DTP diberi tanggal 11 Jan 2019 2 hari kerja setelah SPM diterima
31 desember 2018

92
Pasal 30 sd Pasal 31
Batas Waktu Rekonsiliasi dan Pelaporan

No. Aktivitas Batas Akhir


Rekonsiliasi KPPN dan UAKPA (upload data SAIBA ke Aplikasi e-
1. 19 Jan 2019
rekon-lk)
2. Penyampaian LK tingkat UAKBUN Daerah ke Kanwil 25 Jan 2019

Penyampaian LK tingkat UAKBUND oleh KPPN KP dan KPPN


3. 13 Feb 2019
KPH ke Dit. PKN

4. Penyampaian LK tingkat Satker ke UAPPA-W 22 Jan 2019

5. Penyampaian LK tingkat UAKKBUN-Kanwil ke Dit. PKN 13 Feb 2019

6. Penyampaian LK tingkat UAPPA-W ke UAPPA-E1 5 Feb 2019

7. Penyampaian LK tingkat UAPPA-E1 ke UAPA 15 Feb 2019

** Dirjen Perbendaharaan dapat menetapkan jadwal pelaksanaan rekonsiliasi, closing period data, dan
penyampaian laporan keuangan selain yang ditetapkan dalam Peraturan ini

93
Pasal 34
Penyampaian Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara
Bulan Desember 2018

No. Aktivitas Batas Akhir


sama dengan
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran menyampaikan tanggal batas akhir
1.
LPJ bulan Desember 2018 rekonsiliasi antara
KPPN dan UAKPA

KPPN menyampaikan Daftar LPJ Bendahara bulan Desember 2018


2. 22 Jan 2019
kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyampaikan Rekapitulasi LPJ


3. Bendahara per Bagian Anggaran tingkat Wilayah kepada Kanpus Ditjen 29 Januari 2019
Perbendaharaan u.p. Dit. PKN

Pasal 35
PENERIMAAN NEGARA

95
Penatausahaan Penerimaan Negara Bank/Pos
Persepsi dan KPPN Khusus Penerimaan

Bank/Pos KPPN Khusus


Persepsi Penerimaan
Penerimaan tgl 19 s.d 31 Des Pengiriman Rekening
2018 stlh pukul 15.00 (H-1) Koran Elektronik
s.d pukul 15.00 (H-0) Pengiriman
Pelimpahan ke SUBRKUN LHP Elektronik Pukul 09.00
Pukul 17.30 Pukul 18.00 Hari kerja berikutnya

Penerimaan tgl 31 Des 18 stlh Pelimpahan ke SUBRKUN Pengiriman Pengiriman Rekening


pukul 15.00 s.d tgl 31 Des 18 2 Januari 2019 LHP Elektronik Koran Elektronik
pukul 24.00 dibukukan tanggal Pukul 09.00 2 Januari 2019 2 Januari 2019
31 Des 2018, meliputi : Pukul 09.00 Pukul 15.00

yang telah memperoleh NTPN maupun yang belum


memperoleh NTPN dan
Yang tercatat dalam rekening koran pada Bank/Pos
Persepsi

Pasal 2 sd Pasal 3
Pengenaan Sanksi dan Denda

Keterlambatan/kekurangan pelimpahan penerimaan Negara


dikenakan sanksi denda sesuai ketentuan

97
Pasal 4
PERENCANAAN KAS
Penyusunan Perencanaan Kas

a. Ketentuan mengenai penyampaian Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian,


pengajuan SPM mendahului tanggal jatuh tempo RPD Harian, dan
pengajuan SPM tanpa menyampaikan RPD Harian terlebih dahulu mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai rencana penarikan dana,
rencana penerimaan dana, dan perencanaan kas.
b. Dalam hal penerbitan SP2D dengan tanggal jatuh tempo atas pengajuan
SPM tanpa RPD Harian melewati batas akhir penerbitan SP2D, maka jatuh
tempo penerbitan SP2D mengacu pada batas akhir penerbitan SP2D sesuai
dengan jenis SPM.
c. Pemutakhiran RPD Harian dilakukan KPPN paling lama sampai dengan
batas akhir penerbitan SP2D sesuai dengan jenis SPM.

99
Pasal 5
PENGELUARAN NEGARA
Batas Waktu Pengajuan Data Kontrak dan Penerbitan NRK

Data kontrak tahun tunggal yang ditandatangani


sampai dengan tanggal 30 Nov 2018 (Jumat)
diajukan ke KPPN paling lambat tanggal 4
Desember 2018 (Selasa)

Satker
KPPN menerbitkan Nomor Register
Kontrak (NRK) paling lambat tanggal 6
Desember 2018 (Kamis)

Pasal 6
Batas Waktu Pengajuan Perubahan Data Kontrak dan Penerbitan
NRK

Perubahan data kontrak yang telah terdaftar dan


telah memiliki NRK diajukan paling lambat ke KPPN
tanggal 7 Desember 2018 (Jumat)

Satker KPPN
KPPN menyetujui perubahan data kontrak
paling lambat tanggal 11 Desember 2018
(Selasa)

Pasal 6
Pembayaran Gaji Induk Januari 2019

Khusus pembayaran gaji induk bulan Januari 2019 diatur :

• SPM-LS Gaji induk bulan Januari 2019, diajukan ke KPPN paling


lambat pada tanggal 6 Desember 2018 pada jam kerja.

• Dalam hal aplikasi gaji dan/atau DIPA belum ada sampai dengan
akhir November 2018 maka penerbitan SPM-LS Gaji Induk
dilakukan setelah ada petunjuk lebih lanjut.

• SPM-LS Gaji Induk diberi tanggal 2 Januari 2019.


Transfer dana untuk keperluan pembayaran gaji induk bulan
Januari 2019 dilakukan pada tanggal 2 Januari 2019.

Pasal 7
Batas Waktu Pengajuan SPD PHLN

7 Desember 2018

14 Des 2018

Pengajuan
Surat
Penarikan
Dana (SPD)

7 Des 2018

7 Desember 2018
Lainnya

Apabila lender mengatur lain batas waktu pengajuan SPD, Satker menyampaikan
SPD ke KPPN KPH paling lambat 2 hari kerja sebelum batas waktu pengajuan
SPD

104
Pasal 9 sd Pasal 10
Sistem dan Batas Waktu Pembayaran Honorarium, Tunjangan,
Vakasi dan Penghasilan PPNPN Bulan Desember 2018

Pembayaran dapat dilakukan pada bulan Desember


1 melalui mekanisme SPM-LS dengan melampirkan
SPTJM;

2 SPTJM ditandatangani oleh PPK;

Pengajuan SPM-LS diterima KPPN paling lambat


3 tanggal 12 Desember 2018 pada jam kerja;

Penerbitan SP2D dilakukan paling lambat tanggal 27


4 Desember 2018.

105
Pasal 11
Sistem Pembayaran Uang Makan dan Uang Lembur bulan
Desember 2018

Jumat,
7 Desember
2018

Pengajuan UP/TUP
Belanja uang makan
uang makan dan
dan uang lembur
uang lembur
dibayarkan dengan
mengikuti batas
menggunakan
waktu pengajuan
mekanisme UP/TUP
SPM UP/TUP

Pasal 12
Mekanisme Pembayaran Biaya Pemeliharaan

Pelaksanaan pekerjaan harus sudah selesai 100% paling lambat tanggal


21 Desember 2018 (batas akhir pengajuan SPM Kontraktual)

Untuk masa pemeliharaan yang melewati batas akhir pengajuan SPM


Kontraktual, dapat dibayarkan pada Tahun Anggaran 2018 dengan
ketentuan:
•dilampiri fotocopy jaminan pemeliharaan yang telah disahkan oleh PPK;
•Ketentuan jaminan pemeliharaan :
• diterbitkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan/asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian;
• nilai jaminan minimal sebesar jumlah tagihan;
• masa berlaku jaminan berakhir minimal bersamaan dengan masa
pemeliharaan.
•dicantumkan nomor dan tanggal jaminan bank/asuransi pada uraian SPM
berkenaan.
SPM retensi dapat diterbitkan tersendiri/terpisah atau disatukan dengan
SPM pembayaran angsuran/termin atas prestasi pekerjaan fisik.

107
Pasal 13
Pembayaran Kontrak dengan Bank Garansi

Pekerjaan yang dilaksanakan secara kontraktual yang BAPP-nya dibuat


mulai tanggal 21 sampai dengan tanggal 31 Desember 2018, SPM-LS
dilampiri:

Surat Perjanjian Pembayaran antara PPK dan penyedia barang/jasa yang


diketahui oleh KPA (Lampiran C);

Asli jaminan/garansi bank yang diterbitkan oleh bank umum dengan masa
berlaku sd berakhirnya masa kontrak; nilai jaminan sekurang-kurangnya
sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan, dan masa pengajuan klaim
selama 30 hari kalender sejak berakhirnya jaminan/garansi bank (Lampiran D);

Surat Pernyataan dari PPK mengenai keabsahan jaminan/garansi bank


(Lampiran E);

Asli surat kuasa (bermaterai cukup) dari PPK kepada Kepala KPPN untuk
mencairkan jaminan/garansi bank (Lampiran F);

Surat Pernyataan Kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaan 100% (seratus


per seratus) sampai dengan berakhirnya masa kontrak dari Pihak
Ketiga/Rekanan (Lampiran G)

Pasal 14
Pembayaran Kontrak tanpa Bank Garansi

Jaminan/garansi bank dapat diganti dengan SPKPBJ dari


pihak ketiga/rekanan sebagai Penjaminan dari PPK dalam
hal :

• pekerjaan dengan nilai kontrak sama dengan atau di


bawah Rp50.000.000,00;
• kontrak dengan nilai pekerjaan yang belum diselesaikan
sama dengan atau di bawah Rp50.000.000,00
Pengajuan SPM-LS kontraktual ke KPPN atas
pembayaran kontrak tanpa bank garansi hanya
dilampiri SPTJM

109
Pasal 15
Syarat Penyerahan Bank Garansi oleh KPPN

Untuk pekerjaan yang memerlukan


pemeliharaan, PPSPM wajib menyerahkan
salinan jaminan pemeliharaan (5%) yang
1 2 diterbitkan oleh bank umum, perusahaan
Pekerjaan telah selesai 100% penjaminan atau perusahaan asuransi
yang mempunyai program asuransi
kerugian/surety bond yang telah disahkan
oleh PPK

Batas waktu pengajuan oleh PPSPM


3 paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah masa kontrak berakhir

110
Pasal 16
1
Klaim Bank Garansi

pekerjaan yang tidak


Pekerjaan Tidak Selesai terselesaikan sampai
100% sampai 31 dengan akhir tahun
Desember 2018 anggaran dan akan
(wanprestasi) dilanjutkan tahun
anggaran berikutnya

Mengacu PMK
Mengacu pada
pelaksanaan anggaran
PMK mengenai tata cara
dalam rangka
pembayaran atas beban
penyelesaian pekerjaan
anggaran pendapatan
yang tidak terselesaikan
dan belanja negara
sampai dengan akhir
sebelum barang/jasa
tahun anggaran.
diterima.
PMK 194/PMK.05/2014
PMK 145/PMK.05/2017
PMK 243/PMK.05/2015

Pasal 14
Dispensasi Penerbitan Jaminan/Garansi Bank Bank Umum
yang tidak berlokasi dalam wilayah kerja KPPN pembayar

Pasal 17
PENYELESAIAN UP
Penyelesaian GUP/TUP

Penerbitan
SP2D-
PTUP/GUP Nihil
paling lambat
tanggal 10
KPPN Januari 2019

Penerbitan SP2D-PTUP/GUP Nihil


diberi tgl 31 Desember 2018 dan
dilakukan atas beban Rekening
Pengajuan SPM-PTUP Pengesahan TUP/GUP Nihil. KPPN mencetak
dan SPM-GUP Nihil Kartu
paling lambat tgl 8 Pengawasan DIPA
Januari 2019 dan UP/TUP

Pasal 18 sd Pasal 20
Penyetoran Sisa Dana UP/TUP

Bendahara
Pengeluaran Salinan Bukti Setor Bukti Setor Kas Negara

3
Catatan:
• Penyetoran sisa dana UP/TUP TA 2018
paling lambat tgl 31 Des 2018.
• Menggunakan akun pengembalian
UP/TUP

Dapat mencocokan data sebelum


melaksanakan penyetoran

KPPN

Pasal 21
Tindak Lanjut atas UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan oleh Satker

1. Pembayaran UP/TUP dalam tahun anggaran berikutnya tidak dapat diberikan sampai sisa
dana UP/TUP tersebut disetorkan ke rekening Kas Negara;
2. Apabila terdapat UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan di 2018 namun tahun
anggaran 2019 Satker dimaksud tidak memperoleh DIPA, Kepala KPPN menyampaikan
surat teguran secepatnya kepada KPA, ditembuskan :
 Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian/Lembaga terkait
 Kepala Perwakilan BPK RI setempat dan
 Dirjen Perbendaharaan.
3. UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan disebabkan oleh:
 Kasus pencurian/penyelewengan yang membutuhkan penyelesaian melalui mekanisme
tuntunan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi/pidana; atau
 Terlambat dipertanggungjawabkan.

Pasal 22
… Lanjutan

Pasal 22
Penyelesaian UP oleh Perwakilan R.I di luar negeri dan Atase
Teknis Kementerian Negara/Lembaga (KPPN Jakarta)

 Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri/Atase Teknis Kementerian Negara/Lembaga


menyampaikan SPTB sebagai pengganti kuitansi/bukti pembayaran ke Kementerian Luar
Negeri melalui faksimile.
 Kementerian Luar Negeri atau Kementerian Negara/ Lembaga menyampaikan SPM-GUP
Nihil
No. Uraian Pengajuan ke KPPN Penerbitan oleh KPPN

1 SPM GU NIhil 8 Januari 2019 12 Januari 2019


Diberi tgl 31 Des 18 Diberi tgl 31 Des 2018

 Apabila tidak/belum menyetorkan sisa dana UP ke Kas Negara sampai dengan tanggal 31
Desember 2018, sisa dana UP diperhitungkan pada pengajuan SPM-UP tahun anggaran
2019.

Pasal 24 sd Pasal 25
PENGELUARAN NEGARA ATAS BEBAN BA BUN
Pengeluaran Negara atas Beban BA BUN

Beban Tahun Anggaran Beban Tahun Anggaran Beban Tahun Anggaran


2018 dibayarkan Tahun 2019 diproses Tahun 2018 disahkan Tahun
Anggaran 2018 Anggaran 2018 Anggaran 2019
• Pembayaran Pokok, • Belanja Dana Alokasi • Pengesahan atas
Bunga, dan Umum (DAU); SPM untuk transaksi
Kewajiban Lainnya BM-DTP
Utang Dalam • Belanja Pensiun;
Negeri/Luar Negeri; • Pengesahan atas
• Pembayaran Pokok, SPM untuk transaksi
• Belanja Bunga, dan P-DTP
Subsidi/Public Kewajiban Lainnya
Service Obligation Utang Dalam/Luar
(PSO); Negeri;

• Belanja Hibah dan


dan Kewajiban
Lainnya atas Hibah
Luar Negeri; dst.

Pasal 28
Ketentuan Lain-Lain

1. KPPN diwajibkan untuk lebih meningkatkan koordinasi dengan mitra kerja


antara lain KBI setempat, Bank/Pos Persepsi, Bank Operasional, dan instansi
terkait.

2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN mengambil langkah-langkah yang


diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

3. Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat berkoordinasi dengan Kanwil Ditjen Pajak


dan Kanwil Ditjen Bea dan Cukai dalam melakukan monitoring dan evaluasi
atas pelaksanaan ketentuan penerimaan negara oleh Bank/Pos Persepsi.
4. Pengaturan jam kerja untuk penerimaan SPM di KPPN :
a. Batas waktu pengambilan nomor antrian oleh petugas satker sampai
dengan pukul 17.00 waktu setempat.
b. Penerimaan SPM dilakukan sampai dengan nomor antrian terakhir.

Pasal 35
Ketentuan Penutup

1. Dalam hal terjadi permasalahan terkait aplikasi dan jaringan SPAN,


Dirjen Perbendaharaan dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka efektivitas pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran 2018

2. Penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Direktur


Jenderal ini, akan ditindaklanjuti dengan Surat Edaran atau Surat
Dirjen Perbendaharaan.

Pasal 36 sd Pasal 38
123

Anda mungkin juga menyukai