Anda di halaman 1dari 80

Pengujian Tagihan

Belanja Negara

E-Learning
Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
OUTLINE

Pengujian Dokumen Permintaan Pembayaran dan Pembebanan Tagihan pada


Mata Anggaran yang Tersedia

Pengujian Belanja Pegawai

Pengujian Belanja Non Pegawai Sumber Dana Rupiah Murni (RM)

Pengujian Belanja Non Pegawai Sumber Dana Penerimaan Negara Bukan


Pajak (PNBP) dan Sumber Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).

2
Pengujian Dokumen Permintaan Pembayaran
dan Pembebanan Tagihan pada Mata
Anggaran yang Tersedia

3
Dasar Hukum Pengujian &
Pembayaran Tagihan
UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

UU nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab Keuangan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2018 tentang Perubahan atas PP No. 45 tahun 2003
Tentang Tatacara Pelaksanaan APBN
PMK nomor 190 tahun 2012 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN
sebagaimana telah diubah mjd PMK nomor 178 tahun 20

PMK NOMOR 155 /PMK.02/2021 Tentang Tata Cara Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

PMK Nomor 214 tahun 2013 tentang Bagan Akun Standar


4
Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

Delegasi
KPA .
Kepala
Kantor
Mandat
Pejabat Pejabat Bendahara Bendahara
Pejabat
Pembuat Penanda- Pengeluaran Penerimaan
Lainnya
Komitmen tangan SPM * *

Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Pengujian & Pembayaran Tagihan
Oleh PPSPM
➢ Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2018 tentang Perubahan atas PP
No. 45 tahun 2003 Tentang Tatacara Pelaksanaan APBN

Tugas & Wewenang PPSPM:


1. Psl. 14-15 Melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian
tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara;
2. Pasal 16 PPSPM bertanggung jawab terhadap kebenaran, kelengkapan,
dan keabsahan administrasi dokumen hak tagih pembayaran & akibat yang
timbul dari pengujian yang dilakukan (Psl.16)

6
Lingkup Pengujian Tagihan

Mekanisme pengujian & pembayaran tagihan harus


memperhatikan 4 hal penting sbb.:
❑ Pelaku Pengujian dan Pembayaran Tagihan
❑ Dokumen dasar pengujian
❑ Sistem atau tatacara pengujian tagihan
❑ Hasil atau Output

7
Konsep Pengujian atas Tagihan
terhadap APBN
Apakah tagihan yang diajukan kpd satker telah sesuai
PENGUJIAN DI dengan peraturan yang berlaku, dan dananya tersedia
SATKER: dlm DIPA
• Wetmatigheid
• Rechmatigheid
Apakah pihak penagih kepada negara adalah pihak yang
• Doelmatigheid secara formal sah

Apakah tagihan sesuai dgn maksud/tujuan (output)


sebagaimana tercantum dlm DIPA

PENGUJIAN DI Apakah tagihan yang diajukan kpd KPPN tlh sesuai


KPPN dengan peraturan yang berlaku dan dananya tersedia
(Administratif dan dlm DIPA
substantif) :
• Wetmatigheid
Apakah pihak penagih kepada negara adalah pihak yang
• Rechmatigheid secara formal sah
• Formal
Apakah tagihan yang diajukan ke KPPN scr administrasi
telah sesuai dengan yang ditetapkan 8
Kelengkapan Dokumen Yang Harus
Diuji Terkait Belanja Negara
- Bukti Pendukung - Kebenaran 1. Kelengkapan dokumen pendukung SPP
- Bukti perjanjian perhitungan 2. Kesesuaian penandatangan SPP
- Referensi Bank - Kebenaran data 3. Kebenaran pengisian SPP
- BAPP pihak yang 4. Kesesuaian BAS
- BAST berhak 5. Ketersediaan Pagu
- BAP menerima 6. Kebenaran formal
- Kuitansi - Kesesuaian Spek 7. Kebenaran pihak yang meberima
- Faktur dan SSP dan volume 8. Kebenaran perhitungan tagihan dan
- Jaminan Bank - Ketepatan pajak
- Dokumen lain Jangka waktu 9. Kepastian terpenuhinya kewajiban
pembayaran kepada negara
10. Kesesuaian Prestasi

SPBy DRPP

a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak, nilai


tagihan, jadwal waktu pembayaran, dan ketersediaan dana
b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran; dan
c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan MAK (Akun)
DIPA

Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan


sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN.
DIPA yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga,
Kuasa BUN, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Jenis DIPA
• DIPA Induk
– akumulasi dari DIPA per satuan kerja yang disusun oleh PA menurut unit eselon I
Kementerian/ Lembaga yang memiliki alokasi anggaran (portofolio).
Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan. DIPA
Induk tidak berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan atau dasar pencairan
dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara.
• DIPA Petikan
– DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem, yang berisi
mengenai informasi Kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana dan
perkiraan penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam
pelaksanaan kegiatan satuan kerja. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahan bagi
Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN. Dalam DIPA akun belanja dirinci sampai
Jenis Belanja (2 digit)
Petunjuk Operasional Kegiatan

POK:
adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja
dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih
lanjut dari DIPA. Dalam POK akun belanja dirinci
sampai 6 digit
Klasifikasi Belanja Negara
Pembebanan Tagihan Pada Mata Anggaran

13
Klasifikasi Anggaran (Bagan
Akun Standar)
Dasar Hukum:
Pasal 11 ayat (5) UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
BAS dijadikan sebagai pedoman dlm menyusun perencanaan anggaran,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan
pemerintahan
Tujuan pembentukan BAS:
1. Memastikan anggaran, realisasi, dan pelaporan menggunakan istilah yang
sama;
2. Meningkatkan kualitas informasi keuangan;
3. Memudahkan pengawasan keuangan

14
Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi Anggaran

Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi


Organisasi Fungsi Jenis Belanja

1. Fungsi 1. Belanja Pegawai


1. Bagian Anggaran 2. Sub Fungsi 2. Belanja Barang
2. Satuan Kerja 3. Program 3. Belanja Modal
4. Kegiatan 4. Belanja Pembayaran
Bunga Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan
Sosial
8. Belanja Lain - Lain
Struktur Klasifikasi Belanja Pegawai

51
511 512 513
Belanja Gaji Belanja Belanja
dan Tunjangan Honorarium/Lem Kontribusi Sosial
bur /Tunjangan
Khusus &
Belanja Pegawai
Transito
Struktur Klasifikasi Belanja Barang

52
521 522 523 524 525 526 527
Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Barang Jasa Pemeliharaan Perjalanan BLU Barang Barang untuk
untuk Diserah-kan
Diserah-kan Kpd Mantan
Kpd Masy./ Presiden/
Pemda Wakil
Presiden
Struktur Klasifikasi Belanja Modal

Belanja Modal
(53)

Belanja Modal Belanja Modal Belanja Modal


Belanja Modal Gedung dan Belanja Modal
Tanah Jalan, Irigasi dan Lainnya
Peralatan dan Mesin Bangunan Jaringan
(531) (532) (536)
(533) (534)
Pengujian Belanja Pegawai

19
Pengertian & Dasar Hukum
Belanja Pegawai
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedelapan Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
• Belanja Pegawai adalah KOMPENSASI, dlm bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di DN maupun LN sebagai imbalan atas
pekerjaan yang dilaksanakan.
• Dalam materi ini kita asih focus terkait Belanja Pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil.
• Sedangkan terkait dengan peraturan belanja bagi Aparatur Sipil Negara sebagaimana
diatur dalam UU No. 5 tahun 2017 sampai saat ini masih terus disusun aturan
pelaksanaannya.

20
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Kelompok Gaji

• Penghasilan PNS yang berupa GAJI terdiri atas:


– Gaji induk;
– Uang Muka Gaji;
– Kekurangan Gaji;
– Uang Duka Wafat;
– Gaji Terusan.
• Dokumen yang harus diverifikasi terkait pembayaran gaji Induk:
– Daftar Gaji (DA.01.01)
– Daftar Perubahan + kelengkapan syarat pembayaran (SK Pangkat, SK
Jabatan, KGB, SPMT, dll).
21
Pengujian Pembayaran GAJI INDUK:
Daftar Gaji
▪ Kolom 1 : Nomor urut
▪ Kolom 2 : Identitas (Nama/NIP, Tgl. Lahir, Golongan Ruang)
▪ Kolom 3 : Status Kawin, Anak, Jml. Jiwa
▪ Kolom 4 : Gapok, Tj. Istri/Suami/Tj. Anak
▪ Kolom 5 : Tunj. Perbaikan Penghasilan (TPP)
▪ Kolom 6 : Tunj. Jab. Struktural, Fungsional, Pembulatan
▪ Kolom 7 : Tunjangan Beras
▪ Kolom 8 : Tunjangan PPh
▪ Kolom 9 : Penghasilan Kotor
▪ Kolom 10 : Potongan Beras, atau kosong jika dibayar uang
▪ Kolom 11 : Iuran Wajib Pegawai (IWP) → 4,75%, 2%, 3,25%
▪ Kolom 12 : Potongan PPh → = tunjangan PPh
▪ Kolom 13 : Potongan Lain2, Sewa Rumah, Taperum
▪ Kolom 14 : Jumlah Potongan
▪ Kolom 15 : Jumlah Bersih yang dibayarkan
▪ Kolom 16 : Tanda tangan

22
Pengujian Pembayaran Uang Muka Gaji

▪ UMG diberikan kpd PNS yang pindah kantor bayar KPPN;


▪ Pengujian UMG dilakukan sbb.:
▪ Diberikan sebesar 1 x penghasilan utk PNS bujangan, 2 x penghasilan utk
PNS berkeluarga;
▪ UMG harus dikembalikan dgn diangsur, yang dipotong langsung dari daftar
gaji induk, yaitu maks. 10 x utk PNS bujangan, dan maks. 20x utk PNS
berkeluarga;
▪ Dokumen yang harus diverifikasi:
▪ Daftar Perhitungan UMG;
▪ SK pindah/mutasi;
▪ Surat Keterangan Mendapatkan Tunjangan Keluarga (KP4)
▪ Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP)
23
Pengujian Pembayaran Gaji Susulan
dan Kekurangan Gaji
▪ Gaji susulan pada hakekatnya sama dengan gaji induk, namun karena ada
keterambatan memasukkan pegawai kedalam daftar gaji induk yang disebabkan
karena SK pindah misalnya, maka terhadap pegawai baru tersebut dibuatkan
daftar gaji susulan.
▪ Kekurangan gaji diberikan jika:
1. Surat Pemberitahuan KGB terlambat diterima;
2. SK KP terlambat diterima;
3. SK PNS terlambat diterima;
4. SK Kenaikan Jabatan terlambat diterima.
▪ Besarnya selisih kekurangan gaji adalah selisih antara penghasilan setelah terbit SK
dengan penghasilan sebelum terbit SK;
▪ Dokumen yang harus diverifikasi:
▪ SK Kenaikan Pangkat;
▪ SK Pengangkatan Jabatan;
▪ SPMJ
24
Pengujian Pembayaran Uang Duka
Wafat/Tewas
▪ Uang Duka Wafat diberikan kepada ahli waris PNS yang meninggal, besarnya 3 x
penghasilan bruto tanpa tunjangan PPh;
▪ Uang Duka Tewas diberikan kepada ahli waris PNS yang meninggal, besarnya 6 x
penghasilan bruto tanpa tunjangan PPh;
▪ Dokumen UDW yang harus diverifikasi:
▪ Surat Keterangan Ahli Waris;
▪ Visum et repertum dari dokter/RS pemerintah;
▪ Surat Keterangan Kematian dari Kelurahan atau instansi terkait
▪ Dokumen UDT yang harus diverifikasi:
▪ Surat Keterangan Ahli Waris;
▪ SK Penugasan Pejabat Berwenang;
▪ Surat Persetujuan/Keterangan Tewas dari BKN;
▪ Visum et repertum dari dokter/RS pemerintah;
▪ Surat Keterangan Kematian dari Kelurahan.
25
Pengujian Pembayaran Gaji Terusan
▪ Gaji Terusan diberikan kepada ahli waris PNS yang meninggal wafat/tewas sebelum
pensiun;
▪ Untuk pegawai bujangan, tidak berhak mendapat GT, sedangkan yang sdh berkeluarga,
Besaran GT sebesar 4 bulan berturut-turut.
▪ Besarnya GT dihitung sbb.:
▪ GT diberikan selama 4 bulan berturut-turut, tidak dipotong Taperum;
▪ IWP dikenakan hanya 2% dari Gapok + tunjangan keluarga;
▪ Tunjangan Beras dibayar dalam bentuk uang;
▪ Angsuran utang/sewa, tetap dipotong sesuai kondisi saat ini.

26
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Non Gaji

▪ Disamping Gaji, PNS memperoleh penghasilan NON GAJI karena


melaksanakan pekerjaan diluar TUSI-nya.
▪ Penghasilan NON GAJI terdiri atas:
▪ Honorarium/Vakasi:
▪ Honor kepanitiaan
▪ Honor vakasi
▪ Uang lembur
▪ Uang makan
▪ Uang tunggu
27
Pengujian Pembayaran Belanja
Pegawai Non Gaji
Dokumen HONORARIUM yang harus diverifikasi:
▪ SK Kepanitiaan
▪ Surat Tugas
▪ Daftar Honor (perhatikan pot. PPh psl 21)
Dokumen UANG LEMBUR yang harus diverifikasi:
▪ Surat Perintah Kerja Lembur
▪ Daftar Hadir Kerja
▪ Daftar Hadir Lembur
▪ Daftar Pembayaran Lembur
Ketentuan lembur:
▪ Pada hari kerja maks. 3 jam sehari & 14 jam seminggu
▪ Pada hari libur, tarif lembur adalah 200%
▪ Diberikan uang makan, apabila lembur 2 jam berturut-turut
28
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Non Gaji
Dokumen UANG MAKAN yang harus diverifikasi:
▪ Daftar Perhitungan Uang Makan
▪ Daftar Hadir Kerja
▪ Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
▪ SSP PPh Pasal 21
Ketentuan Uang Makan:
▪ Uang makan diberikan didasarkan pada kehadiran pegawai
▪ Uang makan tidak diberikan kepada PNS yang:
1. Tidak hadir kerja
2. Sedang melakukan perjalanan dinas
3. Sedang Cuti
4. Sedang Tugas Belajar
5. Sebab lainnya.

29
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Non Gaji
Ketentuan UANG TUNGGU:
1. Reorganisasi/restrukturisasi mengakibatkan PNS dapat dialihtugaskan ke unit lain, apabila
tidak memungkinkan, maka:
a. PNS diberikan hak pensiun, dgn syarat usia sekurang2-nya 50 thn dan masa kerja
sekurang2-nya 10 thn;
b. Diberhentikan dgn hormat dari jabatan negeri, dgn mendapat uang tunggu
2. Uang tunggu diberikan paling lama 1 tahun, dan dapat diperpanjang setiap tahun, maksimal
5 tahun
3. Besarnya uang tunggu: 80% dari Gapok utk tahun pertama, 75% dari Gapok utk tahun
berikutnya
4. Hak: KGB, Tunjangan keluarga, tunjangan pangan, & tunjangan lainnya.
kewajiban: Melaporkan diri kpd pejabat yang berwenang, bersedia diangkat kembali pada
jabatan negeri, minta ijin jika mau pindah alamat pembayaran.

30
Pengujian Pembayaran Belanja Non
Pegawai Sumber Dana Rupiah Murni

31
Lingkup Pengujian Belanja Non
Pegawai
1. Pembayaran belanja dengan akun Jenis Belanja Diluar 51 (akun Belanja
Pegawai);
2. Dalam Materi ini Fokus pada akun 52 (Jenis Belanja Barang), dan Akun 53
(Jenis Belanja modal)
3. Sedangkan Jenis Belanja yang lain (Akun 54,55,56,57, dan 58) tidak dibahas
dalam modul ini karena jenis Belanja Tersbut pada umumnya tidak terdapat
pada semua Satuan Kerja, dan Aturan pengujian dan pencairan belanja akun-
akun ini bersifat spesifik dan diatur sesuai dengan kebutuhan, meskipun
secara umum tidak jauh berbeda dengan akun Jenis Belanja 52 dan 53.

32
Perbedaan Belanja Barang & Modal

Belanja Barang Bersifat habis pakai sedangkan


Belanja Modal:
a. Untuk peralatan dan mesin
1. Nilai barang per unit Rp.1.000.000 atau lebih untuk peralatan dan mesin;
2. Berumur lebih satu tahun;
3. Memerlukan biaya perawatan
b. Untuk bangunan dan gedung
• Bangunan dan gedung masuk kategori belanja modal dan Pengeluaran untuk
perawatan/perbaikan bangunan dan gedung dikelompokkan dalam belanja modal apabila:
1. Nilai pengeluaran Rp.25.000.000 atau lebih;
2. Menambah masa manfaat;
3. Menambah kapasitas, kualitas, peningkatan standar kinerja atau volume aset.

33
Contoh Belanja Barang
No URAIAN PEKERJAAN
1. Pengisian Freon AC, service AC
2. Pembelian ban, oli, BBM, service/tune up kendaraan
3. Pengecatan, pembuatan partisi non permanen, pembelian gordyn
4. Perbaikan jalan berlubang/pemeliharaan berkala
5. Biaya pengurusan STNK/BPKB
6. Rumah yang akan diserahkan kepada masyarakat
7. Peralatan dan mesin yang akan diserahkan kepada pihak ketiga
8. Pembayaran satpam dan cleaning service
9. Pembeliaan aki kendaraan dinas
10. Pembelian lampu-lampu, perlengkapan listrik (kabel, fitting, terminal, dll)
11. Perbaikan atap gedung kantor
12. Pembelian suku cadang, alat laboratorium, bahan cairan kimia, alat suntik
13. Pekerjaan infrastruktur penanganan luapan lumpur
14. Pengadaan anti virus komputer
Contoh Belanja Modal
No URAIAN PEKERJAAN
1. Pembelian memory PC, upgrade PC
2. Pembelian meubelair, lemari, kursi, meja, dll.
3. Pembuatan jalan, irigasi, dan jaringan
4. Overhaul kendaraan dinas (contoh: turun mesin)
5. Biaya tender pengadaan aset
6. Perbaikan jalan kerikil ke hotmix
7. Pembelian tape/DVD player mobil dinas
8. Penambahan jaringan dan pesawat telepon
9. Penambahan jaringan listrik
10. Perjalanan dinas pengadaan aset
11. Pembayaran konsultan perencanaan/pengawasan pembangunan gedung
12. Perbaikan atap dari seng ke multiroof
13. Pengadaan peta, software, lambang negara/instansi, alat kesehatan
14. Pembuatan film
15. Pekerjaan interpretasi citra satelit
Mekanisme Pembayaran Tagihan (1)
• Pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan dengan dua
cara :
1. Pembayaran langsung, yaitu melalui pemindahbukuan atau
transfer dari rekening Kas Negara ke rekening pihak yang
mempunyai hak tagih kepada negara (pihak
ketiga/rekanan)
2. Dilakukan melalui Uang Persediaan (UP) yang dikelola
Bendahara Pengeluaran untuk jenis belanja dan jumlah
tertentu.
Catatan: ada mekanisme LS Bendahara dimana pada
hakekatnya mekanisme LS namun melalui rekening
Bendahara. 36
Mekanisme Pembayaran Tagihan (2)

• Pada Prinsipnya semua Jenis Belanja berapapun besarnya


dapat dibayarkan dengan mekanisme LS, sepanjang
pembayaran tersebut telah jelas dan pasti: Barang/jasa
yang diterima negara, Siapa penerimanya, Nomor
Akunnya, jumlah uangnya ketika uang keluar dari Kas
Negara.
• Sedangkan Mekanisme UP hanya dapat digunakan untuk
pembayaran Jenis Belanja 52, 53 dan 58 dengan ketentuan
nilai pembayaran maksimal Rp. 50 juta per transaksi/per
rekanan kecuali untuk honor dan perjalanan dinas
Mekanisme Pembayaran (3)

• SPBy adalah bukti perintah PPK atas nama KPA


kepada Bendahara Pengeluaran/BPP untuk
mengeluarkan uang persediaan yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP sebagai pembayaran
kepada pihak yang dituju.

Company Logo
Pembayaran Belanja Barang pada Pihak
Ketiga
Materi pengujian:
1. Mekanisme Pembayaran untuk memastikan apakah belanja tersebut
dapat dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan atau harus
dengan LS;
2. Kebenaran Pembebanan pada akun yang tepat;
3. Kelengkapan dokumen-dokumen atau bukti perikatan/bukti
pembelian dengan dokumen yaitu:
a) Surat Perintah Bayar (SPBy);
b) Kuitansi/tanda bukti pembelian;
c) SSP yang telah dilegalisir 39
Pembayaran Belanja Barang pada
Pegawai
Materi pengujian pembayaran HONOR:
1) Ketersediaan dana dalam DIPA dan rincian dalam POK
2) SK yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat penerbitan surat
keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
3) Keterangan yang menyatakan pekerjaan telah selesai dan Daftar nominatif
penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang, besaran
honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium yang
ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
4) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.

40
Pembayaran Belanja Barang pada
Pegawai (2)
Materi pengujian pembayaran SPD:
• Harus memastikan apakah dokumen-dokumen telah lengkap dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku (Peraturan Menteri Keuangan No. 113/PMK.05/2012)

41
Pembayaran Belanja Barang pada
Pegawai (3)
Materi pengujian pembayaran SPD:
Komponen SPD Dalam Kota Kurang dari 8 Jam

42
Pembayaran Tagihan Langganan
Daya & Jasa
• Mekanisme UP → Kuitansi pembayaran langganan daya & jasa
• Mekanisme LS:
– Bukti Tagihan Langganan Daya dan Jasa
– Nomor Rekening Bank Pihak Ketiga
– Tunggakan TA sebelumnya dapat dibayarkan setelah mendapat
dispensasi/persetujuan dari Kanwil DJPb sepanjang dananya
tersedia dalam DIPA berkenaan.

43
Kelengkapan Dokumen Pengujian
(Mekanisme LS deng)
PPK (hasilnya berupa SPP) PPSPM (hasilnya berupa SPM)
1. Kontrak/SPK SSP (manual)
2. Kuitansi dan faktur
3. Faktur pajak (e-faktur) & SSP (manual) Kartu Pengawasan Kontrak
4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Register Realisasi Kontrak
5. Berita Acara Serah Terima (BAST) SPM LS
6. Surat Tagihan dari Rekanan
7. Berita Acara Pembayaran (BAP)
8. Ringkasan kontrak
9. Kartu Pengawasan Kontrak (optional internal PPK)
10 . Register Realisasi Kontrak (optional internal PPK)
44
Kelengkapan Dokumen Pengujian
(SPP GU)
PPK (hasilnya berupa SPP) PPSPM (hasilnya berupa SPM)
1. SPP GU + DRPP SPM GU
2. Kuitansi dan faktur barang
3. Faktur pajak (e-faktur) & SSP
(elektronik)
4 Surat Perintah Bayar (SPBy)

45
Tanda Bukti Perjanjian
Bukti
Pembelian
• E-Purchasing (s/d 10 juta)
• Pembelian secara
online

Surat Kuitansi
Pesanan (s/d 50 juta)
Bukti
Perjanjian
• Jasa Konsultansi
• Jasa Konsultansi
di atas Rp 100 juta
s.d Rp 100 juta
• Barang/Pek.
Surat • Barang/Pek. Konstruksi/
Konstruksi/Jasa Surat Perintah
Perjanjian Jasa Lainnya
Lainnya Kerja (SPK)
(kontrak) s.d Rp 200 juta
di atas Rp 200 juta

46
Tanda Bukti Perjanjian (2)
• Identitas penyedia
Bukti • Nilai pembelian
Pembelian • Jenis dan jumlah barang/jasa
• Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui

• Identitas para pihak


• Nilai pembelian
• Jenis dan jumlah barang/jasa
Kuitansi • Tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang berlaku
• Tanda tangan PPK sebagai tanda menyetujui dan Bendahara tanda
lunas

• Identitas para pihak


Surat • Nilai pembelian/nilai kontrak
• Jenis dan jumlah barang/jasa
Perintah • Hak dan kewajiban melekat dalam surat perjanjian
Kerja (SPK) • Kata penutup dan ruang tanda tangan para pihak di atas
materai sesuai ketentuan yang berlaku
47
Lingkup Pengujian Belanja

• Pengujian Kuitansi UP dan LS;


• Pengujian Surat Perintah Kerja (SPK);
• Pengujian Berita Acara Serah Terima (BAST)
Pekerjaan/Barang;
• Pengujian Setoran Perpajakan;
• Pengujian Surat Perintah Bayar (SPBy)

48
Pengujian Kuitansi UP

49
Pengujian Kuitansi LS

50
Pengujian terhadap Kuitansi
1. Nama wajib bayar harus atas nama jabatan;
2. Nama yang berhak menerima adalah nama dan jabatan orang yang menerima
pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan;
3. Tanda tangan lunas oleh Bendahara Pengeluaran dan setuju dibayar oleh PPK
atas nama KPA;
4. Uraian memuat obyek kegiatan/pekerjaan yang dilaksanakan;
5. Jumlah yang dibayarkan hrs sama angka & huruf;
6. Tahun Anggaran Berjalan & akun sesuai dgn pembebanannya;
7. Bea Meterai sesuai dgn besarannya;
8. NPWP rekanan harus dicantumkan
9. Penulisan tdk dibolehkan adanya coretan, hapusan, & tindasan.
10. Faktur barang apabila diperlukan uraian secara lebih detil dari
barang/pekerjaan yang dilakukan
51
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
SPK = biasanya utk pekerjaan yang sederhana;
Kontrak = biasanya utk pekerjaan yang lebih kompleks.
SPK minimal memuat:
1. Pejabat yang memerintahkan/mempunyai kewenangan;
2. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang menerima
perintah;
3. Pokok pekerjaan, ruang lingkup, dan uraian pekerjaan yg disepakati;
4. Harga serta syarat pembayaran;
5. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
6. Sanksi dalam hal kedua belah pihak melakukan wanprestasi;
7. Meterai Rp 10.000,-
52
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
Dalam Surat Perjanjian/Kontrak memuat seperti pada SPK ditambah
dengan:
1. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan;
2. Penyelesaian perselisihan;
3. Hak dan kewajiban kedua belah pihak;
4. Penggunaan produksi DN secara tegas dan terinci dlm lampiran
kontrak;
5. Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak;
6. Ketentuan mengenai pemberian uang muka.

53
BAST Barang/Pekerjaan

BAST Barang/pekerjaan minimal memuat:


1. Nama, jabatan, dan alamat kedua belah pihak;
2. Prestasi fisik pekerjaan yang diserahkan;
3. Hari dan tanggal pembuatan berita acara;
4. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan;
5. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh
rekanan;
6. Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.

54
BA Pembayaran
BA Pembayaran minimal memuat:
1. Nama, jabatan, dan alamat kedua belah pihak;
2. Hari dan tanggal pembuatan berita acara;
3. Dasar pembuatan BA Pembayaran;
4. Harga kontrak;
5. Perhitungan pembayaran:
a) Jumlah yang telah dibayarkan;
b) Jumlah angsuran dalam BAST;
c) Perhitungan uang muka & potongan lainnya;
d) Jumlah yang berhak diterima pd pembayaran ini

55
Surat Perintah Bayar (SPBy)
1. SPBy adalah dokumen yang menjadi dasar bagi Bendahara Pengeluaran
untuk melakukan pembayaran dari Uang Persediaan.
2. SPBy disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
3. SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri dgn bukti pengeluaran :
a) kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP;
b) nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang telah disahkan PPK.
c) Dalam hal penyedia barang/jasa tidak dapat menerbitkan kuitansi/bukti
pembelian karena jumlahnya yang terlalu kecil/receh Bendahara
Pengeluaran/BPP dapat membuat bukti pembayaran dan disetujui
PPK.
56
Surat Perintah Bayar (2)

57
Pengujian Belanja Non Pegawai
Sumber Dana Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan Sumber Dana
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN)

58
Pengertian PNBP
(UU No 9 tahun 2018)
• Adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau
badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun
tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber
daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan
peraturan perundang-undangan, yang menjadi
penerimaan pemerintah pusat, di luar penerimaan
perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.

59
Jenis dan Tarif PNBP
Jenisdan tarif PNBPdiatur dengan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan/atau
Peraturan Menteri Keuangan
• Tarif diatur dengan UU, Kontrak, dan/atau PP • Tarif diatur dengan PPdan/atau
• Disusun dengan mempertimbangkan: PMK
➢ Nilai manfaat, kadar, atau kualitas SDA • Disusun dengan
➢ Dampak pengenaan tarif thd masyarakat, dunia usaha,
Pemanfaatan Pengelolaan mempertimbangkan nilai guna
pelestarian alam dan lingkungan, serta sosial budaya aset tertinggi dan terbaik, serta
SDA ➢ Aspek keadilan
➢ Kebijakan Pemerintah
BMN kebijakan Pemerintah

• Tarif diatur dengan PPdan/atau PMK


• Disusun dengan mempertimbangkan: • Tarif diatur dengan PMK
➢ Dampak pengenaan tarif thd masyarakat, • Disusun dengan
dunia usaha, dan sosial budaya
PENERIMAANNEGARA BUKAN PAJAK

mempertimbangkan hasil dan


➢ Biaya penyelenggaraan layanan Pengelolaan manfaat terbaik, serta kebijakan
PELAYANAN ➢ Aspek keadilan Pemerintah
➢ Kebijakan Pemerintah DANA
• Tarif diatur dengan UU dan/atau dalam
RUPS • Tarif diatur dengan UU, PP,dan/atau PMK
• Disusun dengan mempertimbangkan: • Disusun dengan mempertimbangkan:
UNDANG-UNDANG

➢ Kebutuhan investasi Badan ➢ Dampak pengenaan tarif thd masyarakat,


Pengelolaan ➢ Kondisi keuangan Badan HAKNEGARA dunia usaha, dan sosial budaya
➢ Operasional Badan ➢ Aspek keadilan
KND ➢ Kebijakan Pemerintah
Lainnya
➢ Kebijakan Pemerintah
7
Pembagian Instansi Pengguna PNBP
Jenis satker pengelola dana PNBP:
- Instansi/satker Pengguna PNBP
- Badan Layanan Umum (BLU)
Aturan Pelaksanaan/Pencairan PNBP:
- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110
/PMK.05/2021Tentang Tata Cara Penetapan Maksimum Pencairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
- Untuk memahami lebih detil mohon PMK dimaksud dipelajari

61
Pembagian Instansi Pengguna PNBP
Instansi pengguna PNBP dibagi dua, yaitu:
1. Instansi Pengguna yang terpusat;
Setoran PNBP → disetor ke pusat → setor ke Kas Negara
2. Instansi pengguna PNBP yang tidak terpusat
Setoran PNBP langsung disetor ke Kas Negara

62
Ketentuan UP/TUP/GUP/LS untuk PNBP Bagi
Instansi Pengguna PNBP Yang Terpusat
• Pola penggunaan PNBP secara terpusat dilaksanakan oleh unit eselon
I penghasil PNBP atau oleh lintas unit eselon I pada instansi pengelola
PNBP dengan menggunakan kode setoran PNBP Satker eselon I
penghasil PNBP atau kode Satker masing-masing Satker penghasil
PNBP, dan digunakan oleh unit eselon I penghasil PNBP atau oleh
lintas unit eselon I pada instansi pengelola PNBP;
• Kementerian Negara/Lembaga melalui Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris Kementerian Negara/Lembaga atau Pimpinan unit
eselon I penghasil PNBP mengajukan permohonan penetapan pola
penggunaan PNBP secara terpusat kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

63
• MP PNBP ditetapkan dengan mempertimbangkan:
realisasi setoran PNBP dan belanja sumber dana
PNBP tahun anggaran berjalan; realisasi setoran
PNBP dan belanja sumber dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya; proyeksi setoran PNBP tahun
anggaran berjalan; rencana pelaksanaan
program/kegiatan tahun anggaran berjalan; dan e.
hasil monitoring dan evaluasi.

64
• MP PNBP sebagaimana diatur dengan ketentuan:
tahap I paling besar 60% (enam puluh persen) dari
pagu DIPA sumber dana PNBP; tahap II paling besar
80% (delapan puluh persen) dari pagu DIPA sumber
dana PNBP; dan tahap III paling besar 100% (seratus
persen) dari pagu DIPA sumber dana PNBP

65
Permohonan MP PNBP tahap I, II, dan III
dilampiri dengan:
1. Realisasi setoran PNBP dan belanja sumber dana PNBP: sampai
dengan akhir tahun anggaran sebelumnya untuk penerbitan MP PNBP
tahap I; sampai dengan akhir bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk
penerbitan MP PNBP tahap II; sampai dengan akhir bulan September
tahun anggaran berjalan untuk penerbitan MP PNBP tahap III.
2. data realisasi setoran PNBP dan belanja sumber dana PNBP dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun sebelumnya;
3. proyeksi setoran PNBP sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan;
4. rencana pelaksanaan program/kegiatan tahun anggaran berjalan;
5. surat pernyataan kesanggupan pencapaian target setoran PNBP
tahun anggaran berjalan

66
Rumus Pencairan Dana PNBP

MP=(PPP x JS) - JPS


• MP = Maksimum Pencairan Dana
• PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran Terhadap
Pendapatan;
• JS = Jumlah Setoran;
• JPS = Jumlah Pencairan Dana Sebelumnya S.D SPM
Terakhir Yg Diterbitkan

67
Ketentuan UP/TUP/GUP/LS untuk PNBP Bagi
Instansi Pengguna PNBP Yang Tidak Terpusat
1. UP/TUP/GUP Dipisahkan Dengan UP/TUP/GUP yang bersumber dari Rupiah Murni;
2. Pola penggunaan PNBP secara tidak terpusat dilaksanakan oleh Satker penghasil PNBP dengan menggunakan
kode setoran PNBP masing-masing Satker penghasil PNBP, dan digunakan oleh Satker penghasil PNBP.
3. UP Dapat Diberikan 20% Dari Pagu PNBP Dlm DIPA Maks 500 Jt Dilampiri Daftar Realisasi PNBP Ta Lalu;
4. MP PNBP tahap I, tahap II, dan tahap III ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Perbendaharaan berdasarkan permohonan dari KPA Satker penghasil PNBP
5. Apabila UP Tdk Mencukupi atau telah habis dapat diajukan TUP atau GUP atau LS Dgn Memperhatikan MP;
MP=(PPP x JS) - JPS
MP = Maksimum Pencairan Dana
PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran Terhadap Pendapatan;
JS = Jumlah Setoran;
JPS = Jumlah Pencairan Dana Sebelumnya S.D SPM Terakhir Yg Diterbitkan
4. Besaran MP Untuk Setoran Yg Terpusat Diatur Khusus Dgn SE DJPBN dan dalam pengajuan SPP/SPM tidak perlu
dilampiri SSBP;
5. Untuk Setoran Yang Tdk Terpusat Pencairannya Dilampiri SSBP Yg Sdh Dikonfirmasi KPPN;
6. Penggunaan dan Pertanggungjawaban PNBP dilakukan dengan Mengajukan SPP dan SPM serta SP2D;
7. Ketentutuan lain terkait pengujian atas SPP UP/TUP/GUP/LS tidak jauh berbeda dengan sumber dana Rupiah Murni
68
Ketentuan Sisa Dana PNBP

1. Sisa Dana PNBP yang disetorkan ke rekening Kas Negara pada akhir tahun
anggaran merupakan realisasi penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya, dan
dapat dipergunakan setelah menerima DIPA;
2. Sisa UP/TUP yang tidak disetorkan sampai akhir tahun anggaran, akan
dperhitungkan pada saat pengajuan pencairan UP tahun anggaran berikutnya;
3. Penyetoran PNBP harus menggunakan formulir SSBP.

69
Pengujian Belanja yang Bersumber
dari PNBP
1. Kesesuaian penerimaan PNBP dengan ketentuan maksimal pencairan dana
2. Pengisian formulir Maksimal Pencairan;
3. Jumlah SSBP untuk Instansi pengguna yang tidak terpusat;
4. Maksimal Pencairan dalam SE untuk Instansi Pengguna yang terpusat;
5. Mekanisme Pencairan dana (apakah UP atau harus LS);
6. Akun Belanja;
7. Bukti-bukti pembelian/kuitansi/SPK/Kontrak serta kewajiban perpajakan;
8. Dokumen lampiran yang harus disertakan (tidak jauh berbeda dengan
pencairan dana yang bersumber dari Rupiah Murni)

70
Pengujian Pembayaran Yang
Bersumber dari PHLN

71
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
(PHLN)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah)
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh
Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu

Hibah Pemerintah :
adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang
dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang
diperoleh dari Pemberi Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang
berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

72
Tata Cara Penarikan Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri (PHLN)
Berdasarkan Peraturan Menter! Keuangan Republik Indonesia Nomor 195 /PMK.05/2019
Tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri terdapat 5 cara:
1. Pembukaan Letter Of Credit (LC)
Penarikan dana berdasarkan LC dari BI melalui Bank Korespondensi
1. LC dengan pembayaran langsung;
2. LC dengan pembebanan ke rekening khusus.
2. Pembayaran Langsung (Direct Payment)
Penarikan dana oleh KPPN Khusus atas permintaan satker/pelaksana kegiatan dengan mengajukan
Aplikasi Penarikan Dana kpd PHLN utk membayar kpd pihak yang ditunjuk/rekanan
3 Pembiayaan Pendahuluan (reimbursement)
Penarikan dana oleh KPPN Khusus atas permintaan satker/pelaksana kegiatan dengan mengajukan
penggantian dana kpd PHLN atas biaya yang telah dikeluarkan.
4. Rekening Khusus (Special Account)
Penarikan melalui REKENING yang KHUSUS dibuka untuk menampung dana PHLN
5. Transfer ke Rekening Kas Umum Negara

73
Rekening Khusus
• REKSUS adalah rekening yang dibuka oleh Menkeu pada BI atau bank lain, utk
menampung sementara dana PHLN tertentu, berupa dana awal (advance/initial deposit)
dan dana penggantian (replenishment)
• REKSUS bersifat REVOLVING
• Tiga tahapan penarikan dana dgn REKSUS:
1. Tahap Pendahuluan
– Pembukaan rekening khusus;
– Pengisian dana awal
– Penerbitan SE Dirjen Perbendaharaan
2. Tahap Pelaksanaan → pelaksanaan pencairannya bisa dgn LS maupun UP
3. Tahap Pertanggungjawaban → berupa penggantian (replenishment) dan Financial
Statement of Special Account (FISSA)

74
Pengujian Belanja yang Bersumber
dari PHLN
• Dokumen yang harus diuji oleh PPSPM dalam pelaksanaan PHLN yang paling
utama adalah kuitansi dan kontrak. Materi pengujian atas kuitansi dan kontrak
tidak jauh berbeda dengan pengujian kuitansi dan kontrak yang bersumber RM
namun harus memperhatikan porsi PHLN dan RM Contoh terkait penghitugan
kontrak dapat dilihat pada tayangan selanjutnya
• Untuk pembayaran yang bersumber dari PHLN harus memperhatikan:
1. Sumber dan nomor PHLN
2. Category dan rincian porsi pembiayaan dari PHLN dan porsi pendamping serta pajak
yang terutang;
3. Contract value threshold dan Procurement Method yang diperkenankan
4. Berita Acara Pembayaran (BAP)
5. Nol/approval sepanjang dipersyaratkan dan lain-lain sesuai dengan persyaratan
pembayaran dalam NPHLN dan Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan.
75
Threshold for Procurement Methods
(cont’d)
Contract Value Procurement Contracts subject to Prior
No Expenditure Category Thresholds Method Review
(US$ thousands)
4. Services for mapping, survey Firms : >= 200 ICB Yes
& data convert 100-200 NCB Yes
< 100 NCB No
5. Training & workshop All Other No
(SOE mechanism)

6. Land registration costs All Other No


(SOE mechanism)

7. Operationg Costs All Other No


(SOE mechanism)
Penulisan Nilai Kontrak
• Penulisan Nilai/Harga Kontrak harus berpedoman pada SE DJA
No. SE-84/A/71/0696 tgl. 11 Juni 1996
• Penulisan Nilai/Harga Kontrak harus memuat :
• Sumber & Rincian Pembiayaan dari porsi PHLN maupun porsi pendamping
• Rincian PPN yg terhutang baik utk porsi PHLN dan porsi dana pendamping
sebesar 10% dari nilai fisik.
• PPN porsi PHLN sesuai PP 42/1995 tidak dipungut. Meski tidak
dianggarkan dalam DIPA namun tetap harus dimasukkan sbg unsur
biaya pada kontrak dgn diberi catatan TIDAK DIPUNGUT.
• Pimpro dapat membuat Kontrak dengan nilai kontrak melebihi
pagu DIPA, asalkan kelebihan nilai kontrak tsb. sebatas nilai PPN
porsi PHLN yang tidak dipungut.
• Perhitungan porsi PHLN dan pendamping diperhitungkan dari nilai
kontrak (BRUTO) atau nilai fisik (NETTO) sesuai ketentuan.
Contoh Perhitungan Alokasi Dana
Dari Nilai Bruto
Porsi PHLN : Porsi Pendamping 80% : 20%
(Rp)
Nilai Kontrak : 11.000.000
Cara Menghitung:
Nilai Fisik : 100/110x 11.000.000 10.000.000
Terdiri dari porsi :
-PHLN : 80%x 11.000.000 8.800.000
-Pendamping : (20% x 11.000.000)-PPN*) 1.200.000

NiIai PPN*) : 10% x 10.000.000 1.000.000


- PHLN : 10% x 8.800.000 (tidak dipungut) 880.000
- Pendamping : 10% x 1.200.000 (dipungut) 120.000
Contoh Perhitungan Alokasi Dana
Dengan Sistem Nilai NETTO
Porsi PHLN : Porsi Pendamping 80% : 20%
(Rp)
Nilai Kontrak : 11.000.000
Cara Menghitung:
Nilai Fisik : 100/110x 11.000.000 10.000.000
Terdiri dari porsi :
-PHLN : 80% x 10.000.000 8.000.000
-Pendamping : 20% x 10.000.000 2.000.000

NiIai PPN : 10% x 10.000.000 1.000.000


- PHLN : 10% x 8.000.000 (tidak dipungut) 800.000
- Pendamping: 10% x 2.000.000 (dipungut) 200.000
TERIMA KASIH

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai