Anda di halaman 1dari 77

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN

Peraturan di Bidang
Pelaksanaan
Anggaran

E-Learning Jabatan Fungsional


Pranata Dan Analis Pengelolaan
Keuangan APBN
Kompetensi Dasar

menguraikan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara;

menguraikan mekanisme pembayaran tagihan APBN (update PMK


178/PMK.05/2018 tentang perubahan atas PMK Nomor
190/PMK.05/2012);

menguraikan indikator kinerja pelaksaaan anggaran.


Peraturan Terkait PNBP
• UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• UU No. 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara.
• UU No. 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara.
• UU No. 9 Tahun 2018 ttg Penerimaan Negara Bukan Pajak.
• UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab Keuangan Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2018 tentang Perubahan atas PP No. 45 tahun 2003 Tentang
Tatacara Pelaksanaan APBN
• PP Nomor 58 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan PNBP
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
• PMK nomor 190 tahun 2012 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN sebagaimana telah
diubah mjd PMK nomor 178 tahun 2018
• Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara
Elektronik sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.05/2018
Mekanisme Penatausahaan Penerimaan Negara
Dengan Modul Penerimaan Negara
(MPN G3)
Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

Delegasi
KPA .
Kepala
Kantor
Mandat
Pejabat Pejabat Bendahara Bendahara
Pejabat
Pembuat Penanda- Pengeluaran Penerimaan
Lainnya
Komitmen tangan SPM * *

Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3)
PENYEMPURNAAN SISTEM PENERIMAAN NEGARA

Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) merupakan penyempurnaan


MPN G2, meliputi:
Pemutakhiran Infrastruktur
Infrastruktur MPN G2 dibangun pada tahun 2011
dengan kecepatan pemrosesan transaksi 60
transaction per second (tps). Namun kapasitas yg
Sistem Single Sign-On (SSO) dibutuhkan biller lebih dari 600 tps. Pemutakhiran
Pembangunan Portal Penerimaan Negara infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan performa
sebagai opsi bagi wajib pajak/wajib sistem penerimaan negara dengan kecepatan
bayar/wajib setor membuat billing berbagai pemrosesan menjadi 1000 tps.
jenis penerimaan negara (pajak, bea dan
cukai, PNBP dan penerimaan lainnya)
sekaligus dapat membayar penerimaan Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
negara tersebut dalam satu website. Perluasan saluran penerimaan negara dengan
menambah cakupan lembaga yang dapat
melayani pembayaran penerimaan negara selain
melalui bank/pos, yaitu lembaga lainnya, seperti
e-commerce, fintech sebagai Lembaga Persepsi
Lainnya (LPL).
Manfaat Adanya Lembaga PersepsiLainnya

Penambahan Agen Akses Layanan 24/7


Penerimaan Penyetoran dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun, 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam
Semakin banyak alternatif collecting agent yang dapat seminggu.
menerima setoran penerimaan negara.

Tarif Imbalan Jasa Lebih


Murah
Mendorong Cashless Tarif imbalan jasa pelayanan sebesar Rp 2000 lebih

Payment murah dibandingkan imbalan jasa pelayanan yang


dibayarkan kepada bank/pos persepsi (KMK No.
Alternatif kanal pembayaran nontunai semakin 206/KMK.05/2019)
banyak tersedia.
Wajib
Bayar

Petugas
Biller
Pungut

Pihak-
Pihak
Lembaga Yang Bendahara
Persepsi Terkait Penerimaa
Lainnya n

Pos Bank
Persepsi Persepsi
Cara Penyetoran Penerimaan Negara

PENYETORAN PNBP
1. WB → Petugas Pungut → Bendahara Penerimaan
→ Kas Negara
2. WB → Bendahara Penerimaan → Kas Negara
3. WB → Kas Negara
PENYETORAN Pajak
1. WP → Kas Negara
2. WP → Bendahara Pengeluaran → Kas Negara
(Pembayaran tagihan dengan UP)
Pembayaran Dan Penyetoran PNBP
✓Prinsip : Seluruh PNBP wajib disetor ke Kas Negara.

Mekanisme Pembayaran dan Penyetoran


•Wajib Bayar wajib membayar PNBP Terutang ke Kas Negara melalui tempat
pembayaran (Bank Persepsi, Pos Persepsi atau Lembaga Lain) yang ditunjuk
oleh Menteri.
•Dalam hal tertentu, Wajib Bayar dapat melakukan pembayaran PNBP Terutang
melalui Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP.
•Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP yang menerima
pembayaran PNBP dari Wajib Bayar wajib menyetorkan seluruh PNBP pada
waktunya ke Kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
•Instansi Pengelola PNBP yang tidak melaksanakan penyetoran PNBP dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pembayaran Dan Penyetoran PNBP
Sanksi

• Wajib Bayar wajib membayar PNBP Terutang paling lambat pada saat
jatuh tempo sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Wajib Bayar yang tidak melakukan pembayaran PNBP Terutang
sampai dengan jatuh tempo dikenai sanksi administratif.
• Sanksi administratif berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari jumlah PNBP Terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu)
bulan penuh
• Sanksi administratif berupa denda dikenakan untuk waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan.
Ketentuan Penyimpanan PNBP oleh Bendahara Penerima
• Lamanya penyimpanan tidak melampaui batas waktu yang ditentukan
Seandainya uang PNBP tersebut disetorkan pada hari kerja berikutnya, maka penyimpanan uang
PNBP cukup dilakukan dalam brankas
• Uang PNBP tidak disimpan atas nama pribadi pada bank/kantor pos; namun harus disimpan
atas nama jabatan
Seandainya uang PNBP dapat disetorkan secara berkala, maka sebelum disetorkan, uang PNBP
harus disimpan pada rekening bendahara penerimaan pada bank atau kantor pos

• Apabila PNBP diterima secara tunai • Seluruh PNBP yang Terutang wajib
oleh BPen/Petugas Pungut disetor secepatnya ke Kas Negara.
• PNBP disimpan di: • Penyetoran PNBP, dilaksanakan oleh
– Brankas Bendahara Penerimaan setiap akhir hari
– Rekening bendahara kerja saat PNBP diterima. (PMK 3/2013)
penerimaan 12
Penyetoran Di Luar Ketentuan
Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP diterima dapat
dilakukan dalam hal:
a. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;

b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan tidak
tersedia; atau
c. Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat kedudukan
Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, sepanjang memenuhi kondisi sebagai
berikut:
• Kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap hari;

• Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan
melampaui waktu 2 jam; dan/atau
• Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar daripada penerimaan yang
diperoleh;
Penyetoran secara berkala
Kepala satuan kerja dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penyetoran secara berkala atas
PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan disertai dengan penjelasan perlunya penyetoran
PNBP dilakukan secara berkala.

Permohonan paling sedikit dilengkapi dengan:


a. Alamat satuan kerja dan alamat bank persepsi/pos persepsi tempat penyetoran PNBP satker yang
bersangkutan;
b. Penjelasan mengenai jarak tempuh, kondisi geografis, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
penyetoran;
c. Data jumlah realisasi PNBP, tanggal penerimaan, dan tanggal penyetoran dalam tahun berjalan dan
satu tahun sebelumnya; dan
d. Usulan periode penyetoran PNBP secara berkala yang akan dilakukan oleh satuan kerja.

Persetujuan penyetoran PNBP secara berkala dapat diberikan dg ketentuan


penyetoran dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu minggu
Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara
SSP Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak Bumi dan Dokumen Lain


SSPBB
Bangunan

Surat Setoran Cukai atas Barang Karcis/Tiket/Tanda


Masuk/Kupon
Kena Cukai dan Pajak
SSCP
Pertambahan Nilai Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri Kuitansi

Surat Setoran Pabean, Cukai, dan


SSPCP
Pajak dalam Rangka Impor Nota Debet/Kredit

SSBP Surat Setoran Bukan Pajak


Rekening Koran

Surat Setoran Pengembalian


SSPB
Belanja Struk ATM

STBS Surat Tanda Bukti Setor

BPN Bukti Penerimaan Negara


Alur Penyetoran Penerimaan Negara

Pendaftaran

Penyetoran dg Pembuatan Teller Bank/Pos


Penyetoran Kode Billing Billing Persepsi

Internet Banking
Pembayaran
Electronic
Device Circuit

ATM
Alur Pembayaran Penerimaan Negara

Melalui Bank NTPN

Penerimaan Negara
NTB

Pengesahan
Melalui Pos NTPN
NTP
Lembaga NTPN
Persepsi
Lainnya NTL
Melalui NTPN
Potongan
SPM NPP

Dengan Billing System :


• Tanpa perlu membuat Surat Setoran ( SSP, SSBP,
SSPB) manual
• Hanya dengan menyampaikan kode billing,
pembayaran pajak, bea & cukai, dan PNBP selesai
dengan cepat dan mudah
Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara
Pegawai
Bank/Pos Penyedia
Oprasional B/J

KPPN PPK

Pengeluaran
Tim/
PPSPM
Pokja

PIC
KPA
Kegiatn
Bendahra
BPP Pengelu-
aran
Mekanisme Penatausahaan Pengeluaran Negara

Metode LS Melalui UP

• Pembayaran • Pembayaran beban


langsung ke: UP oleh BP untuk :
• Penyedia B/J • Kegiatan
• Bendahara operasional satker
Pengeluaran • Tidak bisa LS
• Belanja pegawai
• Honor
• Perjadin
Bagan Alir Mekanisme Pembayaran Tagihan
Pihak
Bendahara
Ketiga/Penerima PPK PPSPM KPPN
Pengeluaran
Hak

Perjanjian / 1 Perjanjian / 2 Perjanjian /


kontrak/kep kontrak/kep kontrak

Pencatatan

3
Tagihan Tagihan
SPM-LS SPM-LS

4a
4b
SPP-LS SPP-LS

SPBy SPBy

Rp. SP2D-LS
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme Pembayaran LS
No Uraian Penyedia PPK PPSPM
Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas
Kontrak/Bukti
penyelesaian Pekerjaan, Pendukung
disertai dengan bukti
pendukung

2 PPK melakukan pengujian


dan penelitian materil Uji
dan formal tagihan.
3 Dalam hal tagihan
memenuhi syarat, PPK SPP/Bukti
menerbitkan SPP Pendukung

4 PPSPM melakukan
pengujian SPP dan bukti
pendukung
Uji

5 Dalam hal SPP & bukti


Pendukung memenuhi syarat,
PPSPM menerbitkan SPM SPM
Penyelesaian Tagihan Melalui UP
No Uraian Pihak Ketiga/ PPK Bendahara
Penerima Pengeluaran/
Uang Muka BPP
Kerja
1 a. Pihak ketiga mengajukan
Tagihan
tagihan disertai bukti
Pihak Ketiga
pendukung; atau /Uang Muka
b. Penerima Uang Muka Kerja Kerja
mengajukan permintaan
Uang Muka Kerja disertai
bukti pendukung.
2 PPK menguji tagihan atas
UP,apabila memenuhi syarat
maka diterbitkan Surat
Uji
Perintah Bayar (SPBy);
3 SPBy beserta bukti pendukung
disampaikan kepada SPBy & Bukti
Bendahara Pengeluaran/BPP; Pendukung

3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
Uji
4 Setelah memenuhi syarat SPBy
dibayar oleh Bendahara Bayar
Kartu Kredit Pemerintah

Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah untuk belanja pemerintah difokuskan pada belanja keperluan
operasional yang Merupakan bagian terbesar dari penggunaan Uang Persediaan.

Belanja Keperluan Operasional dipegang oleh


Pelaksana Kegiatan
Uang (Contoh: PPK, Kasubag TU)

Persediaan ATK Pemeliharaan Jamuan

Belanja Keperluan Perjalanan dipegang oleh


Dinas
Pelaksana Perjadin
(Contoh: Pegawai/Pejabat
Pelaksana Perjadin)
Tiket Penginapan

23
Mekanisme Pembayaran Tagihan APBN
Mekanisme Pembayaran Tagihan
Pada Prinsipnya semua Jenis Belanja berapapun besarnya dapat dibayarkan dengan
mekanisme LS, sepanjang pembayaran tersebut telah jelas dan pasti: Barang/jasa
yang diterima negara, Siapa penerimanya, Nomor Akunnya, jumlah uangnya ketika
uang keluar dari Kas Negara.

Sedangkan Mekanisme UP hanya dapat digunakan untuk


pembayaran Jenis Belanja 52, 53 dan 58 dengan ketentuan
nilai pembayaran maksimal Rp. 50 juta per transaksi/per
rekanan kecuali untuk honor dan perjalanan dinas
Perubahan Ketentuan UP
PMK-190/2012 PMK-178/2018
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

UP dalam bentuk tunai UP dalam bentuk tunai dan kartu kredit


Disimpan pada rekening UP tunai disimpan dalam rekening bendahara /
bendahara / brankas brankas
UP Kartu kredit berupa limit belanja kartu kredit
UP digunakan untuk operasional yang dipegang oleh pemegang KKP
dan kegiatan-kegiatan yang
Besaran UP merupakan total UP Tunai dan UP
tidak bisa dibayarkan dengan LS
KKP
UP KKP digunakan untuk kegiatan operasional dan
kegiatan yang tidak dapat dibayarkan dengan LS yang
sumber dananya RM 26
Pengaturan Proporsi UP Tunai dan KKP
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Terbagi dalam 4 Pagu UP Terbagi dalam 3


(empat)
< Rp900 jutau
Max. Rp50 Pagu UP kelompok pagu
kelompok pagu juta
belanja yang Rp900 juta s.d. Rp2,4 M Max. Rp100 juta belanja yang
< Rp2,4 M Max. Rp100 juta
dapat PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dapat
dibayarkan dibayarkan
dengan UP > Rp6 M Max. Rp500 juta PaRp2,4 M s.d. Max. Rp200 juta
Rp6 M dengan UP

> Rp6 M Max. Rp500 juta

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat


memberikan dispensasi terhadap perubahan Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
UP melampaui besaran UP
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat
memberikan dispensasi terhadap perubahan UP
melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP

27
Pengaturan Dispensasi
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan Dispensasi


atas:
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan UP Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:
melampaui besaran mempertimbangkan:

frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1


1 frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan 1
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan
2 melampaui besaran UP
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu)
bulan melampaui besaran UP 2 Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:
Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui besaran UP
dan

tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang menerima


pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin Electronic Data Capture
(EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.

Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa dispensasi,


mempertimbangkan:
tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima
pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA;
dan
memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan melalui
UP sampai dengan Rp2.,4 miliar. 28
Pengendalian UP
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

•Surat Pemberitahuan kepada KPA


apabila 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP •Surat Pemberitahuan kepada KPA
diterbitkan belum dilakukan apabila 1 (satu) bulan sejak SP2D-UP
pengajuan penggantian UP (GUP) Tunai diterbitkan belum dilakukan
•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) pengajuan penggantian UP (GUP)
bulan setelah surat pemberitahuan
ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) •Pemotongan 25% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP
ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu)
bulan setelah surat pemberitahuan
ke-2 tidak GUP Tunai

29
Lingkup Pengujian Tagihan

Mekanisme pengujian & pembayaran tagihan harus memperhatikan 4 hal


penting sebagai berikut:

Pelaku Pengujian dan Pembayaran Tagihan

Dokumen dasar pengujian


Sistem atau tatacara pengujian tagihan

Hasil atau Output


Konsep Pengujian atas Tagihan terhadap APBN
Apakah tagihan yang diajukan kpd satker telah sesuai
PENGUJIAN DI dengan peraturan yang berlaku, dan dananya tersedia dlm
SATKER: DIPA
• Wetmatigheid
• Rechmatigheid
Apakah pihak penagih kepada negara adalah pihak yang
• Doelmatigheid secara formal sah

Apakah tagihan sesuai dgn maksud/tujuan (output)


sebagaimana tercantum dlm DIPA

PENGUJIAN DI Apakah tagihan yang diajukan kpd KPPN tlh sesuai


KPPN dengan peraturan yang berlaku dan dananya tersedia
(Administratif dan dlm DIPA
substantif) :
• Wetmatigheid
Apakah pihak penagih kepada negara adalah pihak yang
• Rechmatigheid secara formal sah
• Formal
Apakah tagihan yang diajukan ke KPPN scr administrasi
telah sesuai dengan yang ditetapkan
Kelengkapan Dokumen yang Harus Diuji Terkait Belanja Negara

- Bukti Pendukung
- Bukti perjanjian - Kelengkapan dokumen pendukung SPP
- Referensi Bank - Kebenaran perhitungan - Kesesuaian penandatangan SPP
- BAPP - Kebenaran data pihak yang - Kebenaran pengisian SPP
- BAST berhak menerima - Kesesuaian BAS
- BAP - Kesesuaian Spek dan - Ketersediaan Pagu
- Kuitansi volume - Kebenaran formal
- Faktur dan SSP - Ketepatan Jangka waktu - Kebenaran pihak yang menerima
- Jaminan Bank - Kebenaran perhitungan tagihan dan pajak
- Dokumen lain - Kepastian terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
- Kesesuaian Prestasi

SPBy DRPP

a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak, nilai


tagihan, jadwal waktu pembayaran, dan ketersediaan dana
b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran; dan
c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan MAK (Akun)
Mekanisme Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah

Perjanjian Transaksi dengan


Kerja Sama Penerbitan Verifikasi
Kartu Kredit Kartu Kredit oleh
antara Bank oleh GUP KKP
oleh Bank Pemegang Kartu
dengan Bendahara
Kredit
Satker

Corporate
Corporate Card
Card
Belanja Belanja
Keperluan Keperluan
Operasioanl Perjadin
Contoh: PPK, Contoh: Pegawai/
Kasubag TU Pejabat Pelaksana
Perjadin

Pengujian oleh PPK dan


penerbitan SPBy 33
Mekanisme Pengujian dan Pembayaran Kartu Kredit Pemerintah

Transaksi
dengan Kartu
Kredit

Bukti Transaksi No
Pengujian Disetujui Tanggung jawab Pribadi
? Pemegang Kartu Kredit
oleh PPK
Tagihan Bank
Yes
Setor Pajak
Verifikasi
Pengajuan
SPBy oleh
Bendahara GUP KKP

Pertanggung
jawaban UP
SPP-GUP SPM GUP
SPP-GUP SP2D GUP
KKP KKP

Pembayaran tagihan bank 34


DIPA dan POK
Dokumen Pelaksanaan DIPA Induk akumulasi dari DIPA per satuan kerja yang disusun oleh PA menurut unit eselon I
Anggaran yang digunakan Kementerian/ Lembaga yang memiliki alokasi anggaran (portofolio). Pengesahan DIPA Induk
sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan. DIPA Induk tidak berfungsi sebagai dasar
sebagai acuan Pengguna pelaksanaan kegiatan atau dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum
Anggaran dalam Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN. DIPA Petikan : DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem, yang berisi
mengenai informasi Kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satuan
DIPA yang telah disahkan kerja. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
oleh Menteri Keuangan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN. Dalam DIPA akun belanja
dirinci sampai Jenis Belanja (2 digit)
disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga,
Kuasa BUN, dan Badan POK: adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Dalam
Pemeriksa Keuangan. POKakun belanja dirinci sampai 6 digit
Pengujian Belanja Pegawai
Pengertian & Dasar Hukum Belanja Pegawai
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedelapan Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil

• Belanja Pegawai adalah KOMPENSASI, dlm bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di DN maupun LN sebagai imbalan atas
pekerjaan yang dilaksanakan.
• Dalam materi ini kita asih focus terkait Belanja Pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil.
• Sedangkan terkait dengan peraturan belanja bagi Aparatur Sipil Negara
sebagaimana diatur dalam UU No. 5 tahun 2017 sampai saat ini masih terus disusun
aturan pelaksanaannya.
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Gaji induk;
Uang Muka Gaji;
Penghasilan PNS yang berupa GAJI
terdiri atas: Kekurangan Gaji;
Uang Duka Wafat/Tewas;

Kel. Gaji Gaji Terusan.


Daftar Gaji (DA.01.01)
Dokumen yang harus diverifikasi
terkait pembayaran gaji Induk: Daftar Perubahan + kelengkapan syarat pembayaran (SK
Pangkat, SK Jabatan, KGB, SPMT, dll).

Honor kepanitiaan
Honorarium/Vakasi:
Honor vakasi
Uang lembur
Non Gaji
Uang makan
Uang tunggu
Kegiatan Belajar 3
Pengujian Pembayaran Belanja
Non Pegawai Sumber Dana Rupiah
Murni
Lingkup Pengujian Belanja Non Pegawai

Pembayaran belanja dengan akun Jenis Belanja Diluar 51 (akun Belanja Pegawai);

Dalam Materi ini Fokus pada akun 52 (Jenis Belanja Barang), dan Akun 53 (Jenis Belanja modal)

Sedangkan Jenis Belanja yang lain (Akun 54,55,56,57, dan 58) tidak dibahas. Aturan pengujian dan
pencairan belanja akun-akun ini bersifat spesifik dan diatur sesuai dengan kebutuhan, meskipun secara
umum tidak jauh berbeda dengan akun Jenis Belanja 52 dan 53
Perbedaan Belanja Barang & Modal
Belanja Barang Bersifat habis pakai sedangkan
Belanja Modal:
a. Untuk peralatan dan mesin
1. Nilai barang per unit Rp.1.000.000 atau lebih untuk peralatan dan mesin;
2. Berumur lebih satu tahun;
3. Memerlukan biaya perawatan
b. Untuk bangunan dan gedung
• Bangunan dan gedung masuk kategori belanja modal dan Pengeluaran untuk
perawatan/perbaikan bangunan dan gedung dikelompokkan dalam belanja modal apabila:
1. Nilai pengeluaran Rp.25.000.000 atau lebih;
2. Menambah masa manfaat;
3. Menambah kapasitas, kualitas, peningkatan standar kinerja atau volume aset.
Pembayaran Belanja Barang pada Pihak Ketiga
• Materi pengujian:
Mekanisme Pembayaran untuk memastikan apakah belanja tersebut dapat
dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan atau harus dengan LS;

Kebenaran Pembebanan pada akun yang tepat;

Kelengkapan dokumen-dokumen atau bukti perikatan/bukti pembelian yaitu:


• Surat Perintah Bayar (SPBy);
• Kuitansi/tanda bukti pembelian;
• SSP yang telah dilegalisir
Pembayaran Belanja Barang pada Pegawai

Ketersediaan dana dalam DIPA dan rincian dalam POK


• SK yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan
pada DIPA;
Materi pengujian • Keterangan yang menyatakan pekerjaan telah selesai dan
pembayaran Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
HONOR: sedikit : nama orang, besaran honorarium, dan nomor
rekening masing-masing penerima honorarium yang
ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
• SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.

• Harus memastikan apakah dokumen-dokumen telah


Materi pengujian
pembayaran SPD: lengkap dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
(Peraturan Menteri Keuangan No. 113/PMK.05/2012)
Pembayaran Tagihan Langganan Daya & Jasa

• Mekanisme UP → Kuitansi pembayaran langganan daya &


jasa
• Mekanisme LS:
• Bukti Tagihan Langganan Daya dan Jasa
• Nomor Rekening Bank Pihak Ketiga
• Tunggakan TA sebelumnya dapat dibayarkan
setelah mendapat dispensasi/persetujuan dari
Kanwil DJPb sepanjang dananya tersedia dalam
DIPA berkenaan.
Kelengkapan Dokumen Pengujian (Mekanisme LS)

PPK (hasilnya berupa SPP) PPSPM (hasilnya berupa SPM)


1. Kontrak/SPK SSP (manual)
2. Kuitansi dan faktur
3. Faktur pajak (e-faktur) & SSP (manual) Kartu Pengawasan Kontrak
4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Register Realisasi Kontrak
5. Berita Acara Serah Terima (BAST) SPM LS
6. Surat Tagihan dari Rekanan
7. Berita Acara Pembayaran (BAP)
8. Ringkasan kontrak
9. Kartu Pengawasan Kontrak (optional internal PPK)
10 . Register Realisasi Kontrak (optional internal PPK)
Kelengkapan Dokumen Pengujian (SPP GU)

PPK (hasilnya berupa SPP) PPSPM (hasilnya berupa SPM)


1. SPP GU + DRPP SPM GU
2. Kuitansi dan faktur barang
3. Faktur pajak (e-faktur) & SSP
(elektronik)
4 Surat Perintah Bayar (SPBy)
Tanda Bukti Perjanjian
Bukti
Pembelian
(s/d 10 juta)
• E-Purchasing
• Pembelian secara online

Surat Kuitansi
Pesanan (s/d 50 juta)
Bukti
Perjanjian

• Jasa Konsultansi • Jasa Konsultansi


di atas Rp 100 juta Surat Surat s.d Rp 100 juta
• Barang/Pek. Konstruksi/Jasa Perjanjian Perintah • Barang/Pek. Konstruksi/ Jasa
Lainnya (kontrak) Kerja (SPK) Lainnya
di atas Rp 200 juta s.d Rp 200 juta
Tanda Bukti Perjanjian (2)
• Identitas penyedia
Bukti • Nilai pembelian
Pembelian • Jenis dan jumlah barang/jasa
• Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui

• Identitas para pihak


• Nilai pembelian
Kuitansi • Jenis dan jumlah barang/jasa
• Tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang berlaku
• Tanda tangan PPK sebagai tanda menyetujui dan Bendahara tanda lunas

• Identitas para pihak


Surat • Nilai pembelian/nilai kontrak
• Jenis dan jumlah barang/jasa
Perintah • Hak dan kewajiban melekat dalam surat perjanjian
Kerja (SPK) • Kata penutup dan ruang tanda tangan para pihak di atas materai
sesuai ketentuan yang berlaku
Lingkup Pengujian Belanja
-
• Pengujian Kuitansi UP dan LS

-
• Pengujian Surat Perintah Kerja (SPK)

-
• Pengujian Berita Acara Serah Terima (BAST) Pekerjaan/Barang

-
• Pengujian Setoran Perpajakan

-
• Pengujian Surat Perintah Bayar (SPBy)
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
SPK = biasanya utk pekerjaan yang sederhana;
Kontrak = biasanya utk pekerjaan yang lebih kompleks.
SPK minimal memuat:
Pejabat yang memerintahkan/mempunyai kewenangan;
SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang menerima perintah;
Pokok pekerjaan, ruang lingkup, dan uraian pekerjaan yg disepakati;
Harga serta syarat pembayaran;
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
Sanksi dalam hal kedua belah pihak melakukan wanprestasi;
Meterai Rp 10.000,-
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
• Dalam Surat Perjanjian/Kontrak memuat seperti pada SPK ditambah dengan:
Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan;

Penyelesaian perselisihan;

Hak dan kewajiban kedua belah pihak;

Penggunaan produksi DN secara tegas dan terinci dlm lampiran kontrak;

Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak;

Ketentuan mengenai pemberian uang muka.


BAST Barang/Pekerjaan
• BAST Barang/pekerjaan minimal memuat:
Nama, jabatan, dan alamat kedua belah pihak;

Prestasi fisik pekerjaan yang diserahkan;

Hari dan tanggal pembuatan berita acara;

Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan;

Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan;

Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.


BA Pembayaran
BA Pembayaran minimal memuat:
1. Nama, jabatan, dan alamat kedua belah pihak;
2. Hari dan tanggal pembuatan berita acara;
3. Dasar pembuatan BA Pembayaran;
4. Harga kontrak;
5. Perhitungan pembayaran:
a) Jumlah yang telah dibayarkan;
b) Jumlah angsuran dalam BAST;
c) Perhitungan uang muka & potongan lainnya;
d) Jumlah yang berhak diterima pd pembayaran ini
Surat Perintah Bayar (SPBy)
1. SPBy adalah dokumen yang menjadi dasar bagi Bendahara
Pengeluaran untuk melakukan pembayaran dari Uang Persediaan.
2. SPBy disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
3. SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri dgn bukti pengeluaran :
a) kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan
SSP;
b) nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
telah disahkan PPK.
c) Dalam hal penyedia barang/jasa tidak dapat menerbitkan kuitansi/bukti
pembelian karena jumlahnya yang terlalu kecil/receh Bendahara
Pengeluaran/BPP dapat membuat bukti pembayaran dan disetujui PPK.
Pengujian Belanja Non Pegawai Sumber Dana
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan
Sumber Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).
Pembagian Instansi Pengguna PNBP
Instansi pengguna PNBP dibagi dua, yaitu:
1. Instansi Pengguna yang terpusat;
Setoran PNBP → disetor ke pusat → setor ke Kas Negara
2. Instansi pengguna PNBP yang tidak terpusat
Setoran PNBP langsung disetor ke Kas Negara
Ketentuan UP/TUP/GUP/LS untuk PNBP
1. UP/TUP/GUP Dipisahkan Dengan UP/TUP/GUP yang bersumber dari Rupiah Murni;
2. UP Dapat Diberikan 20% Dari Pagu PNBP Dlm DIPA Maks 500 Jt Dilampiri Daftar Realisasi PNBP Ta Lalu;
3. Apabila UP Tdk Mencukupi atau telah habis dapat diajukan TUP atau GUP atau LS Dgn Memperhatikan MP;
MP=(PPP x JS) - JPS
• MP = Maksimum Pencairan Dana
• PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran Terhadap Pendapatan;
• JS = Jumlah Setoran;
• JPS = Jumlah Pencairan Dana Sebelumnya S.D SPM Terakhir Yg Diterbitkan

4. Besaran MP Untuk Setoran Yg Terpusat Diatur Khusus Dgn SE DJPBN dan dalam pengajuan SPP/SPM tidak
perlu dilampiri SSBP;
5. Untuk Setoran Yang Tdk Terpusat Pencairannya Dilampiri SSBP Yg Sdh Dikonfirmasi KPPN;
6. Penggunaan dan Pertanggungjawaban PNBP dilakukan dengan Mengajukan SPP dan SPM serta SP2D;
7. Ketentutuan lain terkait pengujian atas SPP UP/TUP/GUP/LS tidak jauh berbeda dengan sumber dana Rupiah
Murni
Ketentuan Sisa Dana PNBP

Sisa Dana PNBP yang disetorkan ke rekening Kas Negara pada akhir tahun
anggaran merupakan realisasi penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya, dan
dapat dipergunakan setelah menerima DIPA;

Sisa UP/TUP yang tidak disetorkan sampai akhir tahun anggaran, akan
dperhitungkan pada saat pengajuan pencairan UP tahun anggaran berikutnya;

Penyetoran PNBP harus menggunakan formulir SSBP.


Pengujian Belanja yang Bersumber dari PNBP

• Kesesuaian penerimaan PNBP dengan ketentuan maksimal pencairan dana

• Pengisian formulir Maksimal Pencairan

• Jumlah SSBP untuk Instansi pengguna yang tidak terpusat

• Maksimal Pencairan dalam SE untuk Instansi Pengguna yang terpusat

• Mekanisme Pencairan dana (apakah UP atau harus LS)

• Akun Belanja

• Bukti-bukti pembelian/kuitansi/SPK/Kontrak serta kewajiban perpajakan


Dokumen lampiran yang harus disertakan (tidak jauh berbeda dengan pencairan dana yang bersumber dari
Rupiah Murni)
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah)
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh
Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu

Hibah Pemerintah :
adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa,
devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau
surat berharga yang diperoleh dari Pemberi Hibah yang
tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam
negeri atau luar negeri.
Tata Cara Penarikan Pinjaman Dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
PMK 195 /PMK.05/2019 Tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri

Pembukaan Letter Of Credit (LC)


• Penarikan dana berdasarkan LC dari BI melalui Bank Korespondensi
• LC dengan pembayaran langsung;
• LC dengan pembebanan ke rekening khusus.

Pembayaran Langsung (Direct Payment)


• Penarikan dana oleh KPPN Khusus atas permintaan satker/pelaksana kegiatan dengan mengajukan Aplikasi
Penarikan Dana kpd PHLN utk membayar kpd pihak yang ditunjuk/rekanan
Pembiayaan Pendahuluan (reimbursement)
• Penarikan dana oleh KPPN Khusus atas permintaan satker/pelaksana kegiatan dengan mengajukan
penggantian dana kpd PHLN atas biaya yang telah dikeluarkan.
Rekening Khusus (Special Account)
• Penarikan melalui REKENING yang KHUSUS dibuka untuk menampung dana PHLNTransfer ke Rekening
Kas Umum Negara
Indikator Kinerja Pelaksaaan Anggaran
KEBIJAKAN IKPA TAHUN 2021

PERDIRJEN
PERBENDAHARAAN
NOMOR PER-4/PB/2021
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
PELAKSANAAN ANGGARAN

63
Pendahuluan
4
2
Simplifikasi Proses Penyesuaian Bobot 13 Indikator IKPA.
1
Bisnis Pelaporan
Reformulasi Indikator Capaian Output
Kinerja Capaian Output Kalibrasi bobot 13 indikator dalam IKPA untuk
dalam implementasi menyesuaikan dengan fokus kebijakan pelaksanaan
RSPP Alur pelaporan dan verifikasi anggaran 2021 (akselerasi belanja dan ketercapaian
yang panjang serta melalui output Satker)
beberapa aplikasi berpotensi
Pelaporan kinerja/output berada tinggi menyebabkan No. Indikator Bobot 2020 Bobot 2021
pada level yang lebih detil: 1) miskoordinasi dan 2) 1. Penyerapan Anggaran 15% 15%
Rincian Output (RO) mengurangi validitas data 2. Data Kontrak 15% 10%
3. Penyelesaian Tagihan 12% 10%
Penguatan monev kinerja
4. Capaian Output 10% 17%
melalui pengukuran kinerja
Capaian Output berdasarkan Perlunya periode pelaporan 5. Pengelolaan UP dan TUP 8% 8%
progres dan capaian riil di level yang lebih terjadwal untuk 6. Revisi DIPA 5% 5%
RO. memenuhi kebutuhan monev PA 7. Deviasi Halaman III DIPA 5% 5%
secara periodik 8. LPJ Bendahara 5% 5%
9. Renkas 5% 5%
10. Kesalahan SPM 5% 5%
11. Retur SP2D 5% 5%
12. Pagu Minus 5% 5%
13. Dispensasi 5% 5%
TOTAL 100% 100%
64
Bab I: Ketentuan Umum

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian


Keuangan selaku BUN untuk mengukur kualitas kinerja
pelaksanaan anggaran belanja Kementerian
Negara/Lembaga dari sisi:

KESESUAIAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN


PERENCANAAN ANGGARAN

EFISIENSI PELAKSANAAN KEPATUHAN TERHADAP


ANGGARAN REGULASI.

65
Bab II: Ruang Lingkup

Peraturan Direktur Jenderal ini mengatur


mengenai penilaian kinerja pelaksanaan
anggaran belanja K/L dengan menggunakan
IKPA.

Penilaian kinerja pelaksanaan anggaran


belanja K/L dilakukan dengan
menggunakan Aplikasi OM-SPAN.

66
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja

Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
anggaran pelaksanaan anggaran
merupakan penilaian kesesuaian antara pelaksanaan
merupakan penilaian terhadap kepatuhan Satker terhadap
anggaran dengan yang direncanakan dan ditetapkan
peraturan perundang-undangan di bidang pelaksanaan anggaran.
dalam DIPA.

Revisi DIPA Deviasi Halaman III DIPA Pagu Data Kontrak Pengelolaan UP dan LPJ Dispensasi
Minus TUP Bendahara SPM

Efektivitas pelaksanaan anggaran Efisiensi pelaksanaan anggaran

penilaian terhadap pencapaian output dan merupakan penilaian terhadap ketepatan Satker dalam
penyelesaian pelaksanaan pembayaran melakukan pembayaran atas beban DIPA.

Penyerapan Penyelesaian Capaian Retur Kesalahan SPM Perencanaan Kas


Anggaran Tagihan Output SP2D

67
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-1

Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan anggaran.

dihitung berdasarkan frekuensi revisi DIPA dalam hal kewenangan pagu tetap yang
1 Revisi DIPA dilakukan oleh Satker dalam satu triwulan.

dihitung berdasarkan rata-rata kesesuaian antara realisasi anggaran terhadap Rencana


2 Deviasi Hal Penarikan Dana (RPD) bulanan.
III DIPA pemutakhiran RPD pada Halaman III DIPA yang disampaikan oleh Satker paling lambat
pada hari kerja kesepuluh awal triwulan:

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Tw I Tw II Tw III Tw IV

dihitung berdasarkan rasio antara total nilai pagu minus terhadap pagu DIPA. Pagu
3 Pagu Minus minus merupakan realisasi anggaran yang melebihi pagu DIPA pada level akun

68
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-2

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pelaksanaan anggaran


dihitung berdasarkan rasio ketepatan waktu penyampaian data perjanjian/kontrak terhadap
4 Data seluruh data kontrak yang didaftarkan ke KPPN.
Kontrak Objek: data kontrak tahun tunggal dengan nilai di atas Rp50 juta, dan data kontrak tahun jamak
yang didaftarkan pada tahun pertama masa kontrak.
dihitung berdasarkan rasio ketepatan waktu pertanggungjawaban UP Tunai dan TUP Tunai
terhadap seluruh pertanggungjawaban UP Tunai dan TUP Tunai
5 Pengelolaan
UP dan TUP pada akhir tahun anggaran, memperhitungkan sisa UP Tunai dan TUP Tunai yang belum disetor
ke Rekening Kas Negara sebagai pengurang nilai kinerja.

dihitung berdasarkan rasio penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran yang dilakukan secara
6 LPJ Bend. tepat waktu terhadap seluruh kewajiban penyampaian LPJ.

Dispensasi dihitung berdasarkan jumlah SPM yang mendapatkan dispensasi keterlambatan penyampaian
7 SPM SPM melebihi batas waktu penyampaian SPM yang ditentukan pada akhir tahun anggaran.

69
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-3

Efektivitas pelaksanaan anggaran 10 Capaian Output


dihitung berdasarkan rasio antara total nilai kinerja Rincian Output (RO)
8 Penyerapan Anggaran terhadap jumlah RO yang dikelola oleh Satker.

dihitung berdasarkan rata-rata nilai Nilai kinerja RO dihitung berdasarkan rasio antara capaian atau realisasi
kinerja penyerapan anggaran pada setiap RO terhadap target RO.
triwulan. Satker menyampaikan data capaian output paling lambat 10 hari kerja
60%
90% pada bulan berikutnya, a.l. Realisasi Volume Rincian Output (RVRO),
40%
15% Progres Capaian Rincian Output (PCRO).
Tw I Tw II Tw III Tw IV

Target Penyerapan

9 11 Retur SP2D
Penyelesaian Tagihan
dihitung berdasarkan rasio antara jumlah SP2D yang mengalami retur
dihitung berdasarkan rasio ketepatan terhadap jumlah SP2D yang telah diterbitkan.
waktu penyelesaian tagihan dengan
mekanisme SPM-LS Kontraktual
terhadap seluruh SPM-LS Kontraktual
yang diajukan ke KPPN

70
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-4

Efisiensi pelaksanaan anggaran

12 Pengembalian/Kesalahan SPM
dihitung berdasarkan rasio antara pengembalian/kesalahan SPM oleh
KPPN terhadap seluruh SPM yang diajukan oleh Satker ke KPPN.

merupakan SPM yang ditolak atau dikembalikan berdasarkan:


data PMRT atau kesalahan formal; dan
validasi tagihan oleh KPPN atau kesalahan substantif

13 Renkas
Merupakan rasio antara Renkas/Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian
yang disampaikan secara tepat waktu terhadap kewajiban Renkas/RPD
Harian yang diajukan ke KPPN

71
Bab IV: Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran

IKPA K/L
hasil perhitungan
berdasarkan data transaksi
IKPA pada seluruh Unit Kategori Nilai
Eselon I dalam lingkup K/L
nilai IKPA≥ 95 Sangat Baik

IKPA Eselon I 89 ≤ nilai IKPA < 95 Baik


hasil perhitungan
berdasarkan data transaksi
IKPA pada seluruh Satker 70 ≤ nilai IKPA < 89 Cukup
dalam lingkup Eselon I.
nilai IKPA < 70 Kurang
IKPA Satker
hasil perhitungan
berdasarkan data
transaksi IKPA pada
Satker.

72
BAB V: Penyesuaian Perhitungan dan Data

Kronologis

Bukti Dukung Reviu dan Penelitian

1 KANWIL DJPb Dit. PA


• Gangguan sistem
informasi; Penetapan
• Force majeur.

Dit. SITP
Satker KPPN

Kronologis Kronologis

Bukti Dukung Bukti Dukung


OM-SPAN

Perubahan kebijakan di bidang


2 penganggaran dan pelaksanaan anggaran

73
Bab VI: Penggunaan

monitoring dan
evaluasi belanja K/L

pemberian
penghargaan

74
Bab VII: Ketentuan Peralihan

Khusus penilaian IKPA Tahun Anggaran 2021, penilaian


indikator kinerja:

Deviasi Halaman III DIPA Capaian Output

dimulai pada periode triwulan II.

75
FORMULA IKPA

13
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑰𝑲𝑷𝑨 = ෍ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒏 𝒙 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒏 ∶ 𝑲𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕
𝒏=1

INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN


1. Revisi DIPA 7. Dispensasi Penyampaian SPM
2. Deviasi Halaman III DIPA 8. Penyerapan Anggaran
3. Pagu Minus 9. Penyelesaian Tagihan
4. Penyampaian Data Kontrak 10. Capaian Output
5. Pengelolaan UP dan TUP 11. Retur SP2D
6. Penyampaian LPJ Bendahara 12. Pengembalian/Kesalahan SPM
13. Renkas
Keterangan:
1. Konversi bobot bernilai 100% apabila Satker/Eselon I/K/L memiliki seluruh data transaksi atas indikator yang dinilai.
2. Konversi bobot bernilai di bawah 100% apabila pada Satker tidak terdapat data transaksi untuk indikator tertentu.

76
Terima Kasih

Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai