Peraturan di Bidang
Pelaksanaan
Anggaran
PA
Delegasi
KPA .
Kepala
Kantor
Mandat
Pejabat Pejabat Bendahara Bendahara
Pejabat
Pembuat Penanda- Pengeluaran Penerimaan
Lainnya
Komitmen tangan SPM * *
Pejabat Petugas
BPP PPABP PPHP
Pengadaan Akuntansi
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3)
PENYEMPURNAAN SISTEM PENERIMAAN NEGARA
Petugas
Biller
Pungut
Pihak-
Pihak
Lembaga Yang Bendahara
Persepsi Terkait Penerimaa
Lainnya n
Pos Bank
Persepsi Persepsi
Cara Penyetoran Penerimaan Negara
PENYETORAN PNBP
1. WB → Petugas Pungut → Bendahara Penerimaan
→ Kas Negara
2. WB → Bendahara Penerimaan → Kas Negara
3. WB → Kas Negara
PENYETORAN Pajak
1. WP → Kas Negara
2. WP → Bendahara Pengeluaran → Kas Negara
(Pembayaran tagihan dengan UP)
Pembayaran Dan Penyetoran PNBP
✓Prinsip : Seluruh PNBP wajib disetor ke Kas Negara.
• Wajib Bayar wajib membayar PNBP Terutang paling lambat pada saat
jatuh tempo sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Wajib Bayar yang tidak melakukan pembayaran PNBP Terutang
sampai dengan jatuh tempo dikenai sanksi administratif.
• Sanksi administratif berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari jumlah PNBP Terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu)
bulan penuh
• Sanksi administratif berupa denda dikenakan untuk waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan.
Ketentuan Penyimpanan PNBP oleh Bendahara Penerima
• Lamanya penyimpanan tidak melampaui batas waktu yang ditentukan
Seandainya uang PNBP tersebut disetorkan pada hari kerja berikutnya, maka penyimpanan uang
PNBP cukup dilakukan dalam brankas
• Uang PNBP tidak disimpan atas nama pribadi pada bank/kantor pos; namun harus disimpan
atas nama jabatan
Seandainya uang PNBP dapat disetorkan secara berkala, maka sebelum disetorkan, uang PNBP
harus disimpan pada rekening bendahara penerimaan pada bank atau kantor pos
• Apabila PNBP diterima secara tunai • Seluruh PNBP yang Terutang wajib
oleh BPen/Petugas Pungut disetor secepatnya ke Kas Negara.
• PNBP disimpan di: • Penyetoran PNBP, dilaksanakan oleh
– Brankas Bendahara Penerimaan setiap akhir hari
– Rekening bendahara kerja saat PNBP diterima. (PMK 3/2013)
penerimaan 12
Penyetoran Di Luar Ketentuan
Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP diterima dapat
dilakukan dalam hal:
a. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;
b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan tidak
tersedia; atau
c. Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat kedudukan
Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, sepanjang memenuhi kondisi sebagai
berikut:
• Kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap hari;
• Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan
melampaui waktu 2 jam; dan/atau
• Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar daripada penerimaan yang
diperoleh;
Penyetoran secara berkala
Kepala satuan kerja dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penyetoran secara berkala atas
PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan disertai dengan penjelasan perlunya penyetoran
PNBP dilakukan secara berkala.
Pendaftaran
Internet Banking
Pembayaran
Electronic
Device Circuit
ATM
Alur Pembayaran Penerimaan Negara
Penerimaan Negara
NTB
Pengesahan
Melalui Pos NTPN
NTP
Lembaga NTPN
Persepsi
Lainnya NTL
Melalui NTPN
Potongan
SPM NPP
KPPN PPK
Pengeluaran
Tim/
PPSPM
Pokja
PIC
KPA
Kegiatn
Bendahra
BPP Pengelu-
aran
Mekanisme Penatausahaan Pengeluaran Negara
Metode LS Melalui UP
Pencatatan
3
Tagihan Tagihan
SPM-LS SPM-LS
4a
4b
SPP-LS SPP-LS
SPBy SPBy
Rp. SP2D-LS
Penyelesaian Tagihan Melalui Mekanisme Pembayaran LS
No Uraian Penyedia PPK PPSPM
Barang/Jasa
1 Mengajukan tagihan atas
Kontrak/Bukti
penyelesaian Pekerjaan, Pendukung
disertai dengan bukti
pendukung
4 PPSPM melakukan
pengujian SPP dan bukti
pendukung
Uji
3 Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pengujian;
Uji
4 Setelah memenuhi syarat SPBy
dibayar oleh Bendahara Bayar
Kartu Kredit Pemerintah
Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah untuk belanja pemerintah difokuskan pada belanja keperluan
operasional yang Merupakan bagian terbesar dari penggunaan Uang Persediaan.
23
Mekanisme Pembayaran Tagihan APBN
Mekanisme Pembayaran Tagihan
Pada Prinsipnya semua Jenis Belanja berapapun besarnya dapat dibayarkan dengan
mekanisme LS, sepanjang pembayaran tersebut telah jelas dan pasti: Barang/jasa
yang diterima negara, Siapa penerimanya, Nomor Akunnya, jumlah uangnya ketika
uang keluar dari Kas Negara.
27
Pengaturan Dispensasi
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan
29
Lingkup Pengujian Tagihan
- Bukti Pendukung
- Bukti perjanjian - Kelengkapan dokumen pendukung SPP
- Referensi Bank - Kebenaran perhitungan - Kesesuaian penandatangan SPP
- BAPP - Kebenaran data pihak yang - Kebenaran pengisian SPP
- BAST berhak menerima - Kesesuaian BAS
- BAP - Kesesuaian Spek dan - Ketersediaan Pagu
- Kuitansi volume - Kebenaran formal
- Faktur dan SSP - Ketepatan Jangka waktu - Kebenaran pihak yang menerima
- Jaminan Bank - Kebenaran perhitungan tagihan dan pajak
- Dokumen lain - Kepastian terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
- Kesesuaian Prestasi
SPBy DRPP
Corporate
Corporate Card
Card
Belanja Belanja
Keperluan Keperluan
Operasioanl Perjadin
Contoh: PPK, Contoh: Pegawai/
Kasubag TU Pejabat Pelaksana
Perjadin
Transaksi
dengan Kartu
Kredit
Bukti Transaksi No
Pengujian Disetujui Tanggung jawab Pribadi
? Pemegang Kartu Kredit
oleh PPK
Tagihan Bank
Yes
Setor Pajak
Verifikasi
Pengajuan
SPBy oleh
Bendahara GUP KKP
Pertanggung
jawaban UP
SPP-GUP SPM GUP
SPP-GUP SP2D GUP
KKP KKP
melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai
pelaksanaan APBN. DIPA Petikan : DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem, yang berisi
mengenai informasi Kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satuan
DIPA yang telah disahkan kerja. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
oleh Menteri Keuangan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa BUN. Dalam DIPA akun belanja
dirinci sampai Jenis Belanja (2 digit)
disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga,
Kuasa BUN, dan Badan POK: adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Dalam
Pemeriksa Keuangan. POKakun belanja dirinci sampai 6 digit
Pengujian Belanja Pegawai
Pengertian & Dasar Hukum Belanja Pegawai
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedelapan Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
• Belanja Pegawai adalah KOMPENSASI, dlm bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di DN maupun LN sebagai imbalan atas
pekerjaan yang dilaksanakan.
• Dalam materi ini kita asih focus terkait Belanja Pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil.
• Sedangkan terkait dengan peraturan belanja bagi Aparatur Sipil Negara
sebagaimana diatur dalam UU No. 5 tahun 2017 sampai saat ini masih terus disusun
aturan pelaksanaannya.
Pengujian Pembayaran Belanja Pegawai
Gaji induk;
Uang Muka Gaji;
Penghasilan PNS yang berupa GAJI
terdiri atas: Kekurangan Gaji;
Uang Duka Wafat/Tewas;
Honor kepanitiaan
Honorarium/Vakasi:
Honor vakasi
Uang lembur
Non Gaji
Uang makan
Uang tunggu
Kegiatan Belajar 3
Pengujian Pembayaran Belanja
Non Pegawai Sumber Dana Rupiah
Murni
Lingkup Pengujian Belanja Non Pegawai
Pembayaran belanja dengan akun Jenis Belanja Diluar 51 (akun Belanja Pegawai);
Dalam Materi ini Fokus pada akun 52 (Jenis Belanja Barang), dan Akun 53 (Jenis Belanja modal)
Sedangkan Jenis Belanja yang lain (Akun 54,55,56,57, dan 58) tidak dibahas. Aturan pengujian dan
pencairan belanja akun-akun ini bersifat spesifik dan diatur sesuai dengan kebutuhan, meskipun secara
umum tidak jauh berbeda dengan akun Jenis Belanja 52 dan 53
Perbedaan Belanja Barang & Modal
Belanja Barang Bersifat habis pakai sedangkan
Belanja Modal:
a. Untuk peralatan dan mesin
1. Nilai barang per unit Rp.1.000.000 atau lebih untuk peralatan dan mesin;
2. Berumur lebih satu tahun;
3. Memerlukan biaya perawatan
b. Untuk bangunan dan gedung
• Bangunan dan gedung masuk kategori belanja modal dan Pengeluaran untuk
perawatan/perbaikan bangunan dan gedung dikelompokkan dalam belanja modal apabila:
1. Nilai pengeluaran Rp.25.000.000 atau lebih;
2. Menambah masa manfaat;
3. Menambah kapasitas, kualitas, peningkatan standar kinerja atau volume aset.
Pembayaran Belanja Barang pada Pihak Ketiga
• Materi pengujian:
Mekanisme Pembayaran untuk memastikan apakah belanja tersebut dapat
dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan atau harus dengan LS;
Surat Kuitansi
Pesanan (s/d 50 juta)
Bukti
Perjanjian
-
• Pengujian Surat Perintah Kerja (SPK)
-
• Pengujian Berita Acara Serah Terima (BAST) Pekerjaan/Barang
-
• Pengujian Setoran Perpajakan
-
• Pengujian Surat Perintah Bayar (SPBy)
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
SPK = biasanya utk pekerjaan yang sederhana;
Kontrak = biasanya utk pekerjaan yang lebih kompleks.
SPK minimal memuat:
Pejabat yang memerintahkan/mempunyai kewenangan;
SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang menerima perintah;
Pokok pekerjaan, ruang lingkup, dan uraian pekerjaan yg disepakati;
Harga serta syarat pembayaran;
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
Sanksi dalam hal kedua belah pihak melakukan wanprestasi;
Meterai Rp 10.000,-
Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak
• Dalam Surat Perjanjian/Kontrak memuat seperti pada SPK ditambah dengan:
Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan;
Penyelesaian perselisihan;
4. Besaran MP Untuk Setoran Yg Terpusat Diatur Khusus Dgn SE DJPBN dan dalam pengajuan SPP/SPM tidak
perlu dilampiri SSBP;
5. Untuk Setoran Yang Tdk Terpusat Pencairannya Dilampiri SSBP Yg Sdh Dikonfirmasi KPPN;
6. Penggunaan dan Pertanggungjawaban PNBP dilakukan dengan Mengajukan SPP dan SPM serta SP2D;
7. Ketentutuan lain terkait pengujian atas SPP UP/TUP/GUP/LS tidak jauh berbeda dengan sumber dana Rupiah
Murni
Ketentuan Sisa Dana PNBP
Sisa Dana PNBP yang disetorkan ke rekening Kas Negara pada akhir tahun
anggaran merupakan realisasi penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya, dan
dapat dipergunakan setelah menerima DIPA;
Sisa UP/TUP yang tidak disetorkan sampai akhir tahun anggaran, akan
dperhitungkan pada saat pengajuan pencairan UP tahun anggaran berikutnya;
• Akun Belanja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah)
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh
Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu
Hibah Pemerintah :
adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa,
devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau
surat berharga yang diperoleh dari Pemberi Hibah yang
tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam
negeri atau luar negeri.
Tata Cara Penarikan Pinjaman Dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
PMK 195 /PMK.05/2019 Tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri
PERDIRJEN
PERBENDAHARAAN
NOMOR PER-4/PB/2021
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
PELAKSANAAN ANGGARAN
63
Pendahuluan
4
2
Simplifikasi Proses Penyesuaian Bobot 13 Indikator IKPA.
1
Bisnis Pelaporan
Reformulasi Indikator Capaian Output
Kinerja Capaian Output Kalibrasi bobot 13 indikator dalam IKPA untuk
dalam implementasi menyesuaikan dengan fokus kebijakan pelaksanaan
RSPP Alur pelaporan dan verifikasi anggaran 2021 (akselerasi belanja dan ketercapaian
yang panjang serta melalui output Satker)
beberapa aplikasi berpotensi
Pelaporan kinerja/output berada tinggi menyebabkan No. Indikator Bobot 2020 Bobot 2021
pada level yang lebih detil: 1) miskoordinasi dan 2) 1. Penyerapan Anggaran 15% 15%
Rincian Output (RO) mengurangi validitas data 2. Data Kontrak 15% 10%
3. Penyelesaian Tagihan 12% 10%
Penguatan monev kinerja
4. Capaian Output 10% 17%
melalui pengukuran kinerja
Capaian Output berdasarkan Perlunya periode pelaporan 5. Pengelolaan UP dan TUP 8% 8%
progres dan capaian riil di level yang lebih terjadwal untuk 6. Revisi DIPA 5% 5%
RO. memenuhi kebutuhan monev PA 7. Deviasi Halaman III DIPA 5% 5%
secara periodik 8. LPJ Bendahara 5% 5%
9. Renkas 5% 5%
10. Kesalahan SPM 5% 5%
11. Retur SP2D 5% 5%
12. Pagu Minus 5% 5%
13. Dispensasi 5% 5%
TOTAL 100% 100%
64
Bab I: Ketentuan Umum
65
Bab II: Ruang Lingkup
66
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja
Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
anggaran pelaksanaan anggaran
merupakan penilaian kesesuaian antara pelaksanaan
merupakan penilaian terhadap kepatuhan Satker terhadap
anggaran dengan yang direncanakan dan ditetapkan
peraturan perundang-undangan di bidang pelaksanaan anggaran.
dalam DIPA.
Revisi DIPA Deviasi Halaman III DIPA Pagu Data Kontrak Pengelolaan UP dan LPJ Dispensasi
Minus TUP Bendahara SPM
penilaian terhadap pencapaian output dan merupakan penilaian terhadap ketepatan Satker dalam
penyelesaian pelaksanaan pembayaran melakukan pembayaran atas beban DIPA.
67
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-1
dihitung berdasarkan frekuensi revisi DIPA dalam hal kewenangan pagu tetap yang
1 Revisi DIPA dilakukan oleh Satker dalam satu triwulan.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Tw I Tw II Tw III Tw IV
dihitung berdasarkan rasio antara total nilai pagu minus terhadap pagu DIPA. Pagu
3 Pagu Minus minus merupakan realisasi anggaran yang melebihi pagu DIPA pada level akun
68
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-2
dihitung berdasarkan rasio penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran yang dilakukan secara
6 LPJ Bend. tepat waktu terhadap seluruh kewajiban penyampaian LPJ.
Dispensasi dihitung berdasarkan jumlah SPM yang mendapatkan dispensasi keterlambatan penyampaian
7 SPM SPM melebihi batas waktu penyampaian SPM yang ditentukan pada akhir tahun anggaran.
69
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-3
dihitung berdasarkan rata-rata nilai Nilai kinerja RO dihitung berdasarkan rasio antara capaian atau realisasi
kinerja penyerapan anggaran pada setiap RO terhadap target RO.
triwulan. Satker menyampaikan data capaian output paling lambat 10 hari kerja
60%
90% pada bulan berikutnya, a.l. Realisasi Volume Rincian Output (RVRO),
40%
15% Progres Capaian Rincian Output (PCRO).
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Target Penyerapan
9 11 Retur SP2D
Penyelesaian Tagihan
dihitung berdasarkan rasio antara jumlah SP2D yang mengalami retur
dihitung berdasarkan rasio ketepatan terhadap jumlah SP2D yang telah diterbitkan.
waktu penyelesaian tagihan dengan
mekanisme SPM-LS Kontraktual
terhadap seluruh SPM-LS Kontraktual
yang diajukan ke KPPN
70
Bab III: Aspek Pengukuran dan Indikator Kinerja-4
12 Pengembalian/Kesalahan SPM
dihitung berdasarkan rasio antara pengembalian/kesalahan SPM oleh
KPPN terhadap seluruh SPM yang diajukan oleh Satker ke KPPN.
13 Renkas
Merupakan rasio antara Renkas/Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian
yang disampaikan secara tepat waktu terhadap kewajiban Renkas/RPD
Harian yang diajukan ke KPPN
71
Bab IV: Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
IKPA K/L
hasil perhitungan
berdasarkan data transaksi
IKPA pada seluruh Unit Kategori Nilai
Eselon I dalam lingkup K/L
nilai IKPA≥ 95 Sangat Baik
72
BAB V: Penyesuaian Perhitungan dan Data
Kronologis
Dit. SITP
Satker KPPN
Kronologis Kronologis
73
Bab VI: Penggunaan
monitoring dan
evaluasi belanja K/L
pemberian
penghargaan
74
Bab VII: Ketentuan Peralihan
75
FORMULA IKPA
13
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑰𝑲𝑷𝑨 = 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒏 𝒙 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒏 ∶ 𝑲𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕
𝒏=1
76
Terima Kasih
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan