Anda di halaman 1dari 8

UANG PERSEDIAAN

Dasar Hukum
1.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan
Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
2.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah.
3.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah.
4.Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-12/PB/2022 tentang Tata Cara
Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan
Menggunakan Kartu Kredit Pemerintah Domestik.
Uang Persediaan adalah
uang muka kerja dari Kuasa BUN (KPPN) kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). UP
digunakan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak
mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS).
Ketentuan penggunaan UP :

1. Untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari.


2. Untuk membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
3. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan
dibayarkan melalui UP.
4. Diberikan untuk pengeluaran : Belanja Barang dan Jasa (52); Belanja Modal (53); dan Belanja Lain-lain (58)
5. Pembayaran kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.200.000.000,-.
Jenis Uang Persediaan
diberikan dalam bentuk uang tunai kepada Bendahara
Tunai Pengeluaran/BPP melalui rekening Bendahara
(60%) Pengeluaran/BPP yang sumber dananya berasal dari rupiah
murni maupun PNBP.
UP diberikan dalam bentuk :

KKP (RM) uang muka kerja yang diberikan dalam bentuk batasan
(40%) belanja (limit) kredit kepada Bendahara Pengeluaran/BPP
yang penggunaannya dilakukan dengan kartu kredit
pemerintah untuk membiayai kegiatan operasional sehari-
hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat
dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme
Pembayaran LS yang sumber dananya berasal dari rupiah
murni.
Pengajuan Usulan Besaran UP Tunai
• Permohonan Persetujuan Besaran UP Tunai dapat diajukan setelah Satuan Kerja menyelesaikan
kewajiban, antara lain sebagai berikut:
1. UP dan TUP Tahun Anggaran sebelumnya telah nihil (sudah dipertanggungjawabkan sebelumnya) atau
Sisa UP dan TUP Tunai Tahun Anggaran sebelumnya telah disetor ke Kas Negara;
2. Telah menyampaikan LPJ Bendahara bulan Desember Tahun Anggaran sebelumnya dengan benar;
3. Telah melakukan upload Capaian Output bulan Desember Tahun Anggaran sebelumnya dengan benar;
4. Telah menyelesaikan rekonsiliasi laporan keuangan Tahun Anggaran sebelumnya;
5. Telah menyampaikan SK Pengelola Keuangan Tahun Anggaran berjalan;
6. Telah menyampaikan Spesimen Tanda Tangan Tahun Anggaran berjalan.
Dalam hal LPJ Bendahara bulan Desember, upload Capaian Output bulan Desember, dan rekonsiliasi laporan
keuangan Tahun Anggaran sebelumnya belum diselesaikan oleh Satuan Kerja, pengajuan SPM UP tahun
anggaran berikutnya dilampiri dengan Surat Pernyataan KPA yang berisi Satuan Kerja akan
segera menyelesaikan LPJ Bendahara bulan Desember, upload Capaian Output bulan Desember, dan
rekonsiliasi laporan keuangan Tahun Anggaran sebelumnya.

Satuan Kerja mengajukan Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP bersamaan dengan SPM-UP ke KPPN
disertai dokumen sebagai berikut:
1. Surat Pernyataan UP;
2. Daftar rincian yang menyatakan jumlah UP yang dikelola masing-masing BPP (bagi BP yang
dibantu BPP);
3. Kertas Kerja yang memuat rincian rencana kebutuhan per jenis belanja (51, 52, 53, 58)
dan mekanisme pembayarannya (UP, LS, KKP).
4. Surat Pernyataan KPA sebagaimana dimaksid pada angka 2 (dalam hal kewajiban sebagaimana
dimaksud pada angka 1 huruf b, c dan d belum terpenuhi).

Anda mungkin juga menyukai