Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK | MINGGU KE-6

SULTON ARIFIN | 143221062 | KELAS P2

“SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH”

SISTEM AKUNTANSI PUSAT (Si-AP)


Sistem Akuntansi Pusat (Si-AP) adalah serangkaian prosedur yang mencakup tindakan
manual dan berbantuan komputer yang digunakan untuk mengumpulkan data, mencatatnya,
merangkumnya, dan menyajikan laporan keuangan serta mengelola operasi keuangan di
bawah Kementerian Keuangan, khususnya oleh Bendahara Umum Negara. Si-AP terbagi
menjadi dua komponen utama:

1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN): SAKUN menghasilkan Laporan Arus
Kas (LAK) dan neraca Kas Umum Negara (KUN). Prosesnya dimulai dengan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPA) yang bertindak sebagai Unit Akuntansi Kuasa
RUN (UAKBUN) dan memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran anggaran yang
berasal dari rekening Kas Umum Negara (KUN).
2. Sistem Akuntansi Umum (SAU): SAU menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan neraca SAU. Ini melibatkan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Unit
Akuntansi Koordinator Kuasa BUN (UAKKBUN) yang memproses data dari seluruh KPPN
di wilayahnya dan menyusun LKPP (Neraca KUN dan LRA) pada tingkat wilayah.

Mekanisme Si-AP dapat diuraikan sebagai berikut:


1. KPPA memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran anggaran dari rekening Kas
Umum Negara (KUN).
2. KPPN menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tingkat kuasa BUN KPPN.
3. Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan memproses data dari seluruh KPPN di
wilayahnya dan menyusun LKPP (Neraca KUN dan LRA) tingkat wilayah.
4. Direktorat Pengelolaan Kas Negara memproses data transaksi penerimaan dan pengeluaran
BUN, termasuk yang melalui rekening KUN, melalui kantor pusat.
5. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan menyusun Laporan Keuangan BUN berupa
Laporan Arus Kas (LAK) sebagai bahan penyusunan LKPP.
6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum
Negara (UAPBUN) yang melaksanakan Si-AP menyusun laporan keuangan berupa LAK,
neraca KUN, dan LRA yang merupakan hasil penggabungan laporan keuangan dari seluruh
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

SISTEM AKUNTANSI UTANG PEMERINTAH DAN HIBAH (SAUP&H)


Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP&H) adalah sistem yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai laporan yang berkaitan dengan penerimaan hibah, pembayaran
bunga utang, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, dan neraca. Sistem ini
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang bertindak sebagai Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAP-BUN). Transaksi yang dikelola oleh SAUP&H
mencakup berbagai jenis, seperti pembayaran bunga utang dalam dan luar negeri,
pembayaran cicilan utang luar negeri, pembayaran cicilan utang dalam negeri, penerimaan
utang luar negeri, penerimaan utang dalam negeri, dan penerimaan hibah.

Dalam prosesnya, dokumen-dokumen yang digunakan sebagai sumber informasi untuk


pengelolaan utang termasuk dokumen anggaran, dokumen pengeluaran, dokumen
penerimaan, dan dokumen lain yang digunakan untuk mengelola utang. Pemrosesan dokumen
sumber ini menghasilkan pengeluaran pembiayaan dan mengakibatkan pengurangan nilai
utang. SAUP&H membantu dalam melacak dan melaporkan transaksi utang pemerintah dan
hibah dengan akurat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH (SA-IP)


Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP) adalah bagian dari Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca terkait investasi pemerintah. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara
(UAP-BUN) bertanggung jawab untuk memproses data transaksi investasi permanen dan
menghasilkan Laporan Investasi, dengan Unit Fungsi Penatausahaan dan Pelaporan Investasi
Pemerintah (DJKN) sebagai pelaksana. SA-IP mencakup prosedur manual dan komputerisasi
yang mencakup pengumpulan data, pengakuan transaksi, pencatatan, pengikhtisaran, dan
pelaporan investasi pemerintah.

Ada tiga metode penilaian investasi pemerintah yang digunakan:


1. Metode Biaya: Metode ini mencatat nilai investasi berdasarkan harga perolehan awal.
Biasanya digunakan untuk kepemilikan kurang dari 20% dari suatu entitas.
2. Metode Nilai Bersih: Metode ini digunakan untuk kepemilikan yang akan dilepas atau
dijual dalam jangka waktu dekat. Tidak terlalu umum digunakan dalam konteks investasi
pemerintah.
3. Metode Ekuitas: Metode ini mengakui penurunan atau kenaikan nilai investasi
sehubungan dengan laba atau rugi dari badan usaha yang menerima investasi, berdasarkan
proporsi saham atau pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah. Metode ini umumnya
digunakan dalam situasi berikut:
- Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki
pengaruh yang signifikan.
- Kepemilikan lebih dari 50%.
Untuk kepemilikan yang bersifat nonpermanen dan akan direalisasikan, metode nilai bersih
biasanya digunakan. Ini berarti bahwa investasi tersebut akan dinilai berdasarkan nilai wajar
pada saat dijual atau direalisasikan.
Penggunaan metode penilaian tertentu tergantung pada tingkat kepemilikan dan sifat investasi
pemerintah yang bersangkutan.

SISTEM AKUNTANSI PENERUSAN PINJAMAN (SA-PP)


Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) merupakan subsistem dari
SA-BUN yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dengan pelaksana
yaitu Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman. Data transaksi penerusan pinjaman
menghasilkan Laporan Keuangan Penerusan Pinjaman oleh satuan kerja yang akan dikirim ke
UA-BUN. Direktorat PPP bertugas untuk menggabungkan Laporan Keuangan Penerusan
Pinjaman.

Subsidiary Loan Agreement (Pembayaran Langsung)


1. BUMN/Pemda sebagai KPA mengajukan SPP APD PL kepada KPPN Khusus;
2. KPPN menerbitkan APD PL/WA dan menyampaikan kepada DJPU Dit. PHLN atau
lender;
3. Atas dasar APD PL/WA rekanan menerima pembayaran langsung dari DJPU Dit.
PHLN;
4. Atas setiap transaksi pembayaran tersebut DJPU Dit. PHLN, KPPN dan Bank
Indonesia (BI) menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari DJPU Dit.
PHLN;
5. Dalam hal pinjaman diteruspinjamkan, DJPU Dit. PHLN menyampaikan salinan NoD
atau dokumen lain yang dipersamakan kepada DPPP Dit. Perbendaharaan;
6. Atas dasar NoD atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN menerbitkan SP3 dan
menyampaikannya kepada BI untuk dibukukan sebagai pencatatan realisasi penarikan
pinjaman/hibah luar negeri, serta kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI pada
tahun anggaran berjalan.

Subsidiary Loan Agreement (Rekening Khusus)


1. Atas dasar NPHLN, Dirjen Perbendaharaan (PBN) membuka reksus pada BI atau
bank;
2. Atas permintaan PA/KPA, Dirjen PBN mengajukan permintaan pengisian inisial
deposit kepada DJPU Dit. PHLN untuk kebutuhan pembiayaan selama periode
tertentu atau sejumlah yang ditentukan dalam NPHLN;
3. PA/KPA mengajukan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C dengan dilampiri dokumen
pendukungnya kepada KPPN;
4. Berdasarkan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C sebagaimana dimaksud, KPPN
mnenerbitkan SP2D atau SKM RK L/C dan selanjutnya menyampaikan kepada BI
atau bank;
5. Atas dasar SP2D, BI atau bank melakukan pembebanan kepada rekening khusus;
Untuk pengisian kembali rekening khusus, DJPBN mengajukan WA kepada DJPU
Dit. PHLN dengan dilampiri dokumen pendukung sebagaimana yang disyaratkan
dalam NPHLN;
6. DJPU dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari Dit. PHLN
sebagai realisasi penarikan pinjaman.

Subsidiary Loan Agreement (Pembiayaan Pendahuluan)


1. Berdasarkan NPHLN atau NPPP dan dokumen anggaran berlaku, PA/KPA
mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan pendahuluan dan penggunaan uang
kepada KPPN;
2. Atas dasar bukti pengeluaran tersebut pada butir 1, dan dokumen pendukung
sebagaimana disyaratkan oleh DJPU Dit. PHLN, KPPN mengajukan APD kepada Dit.
PHLN;
3. Dirjen PU, KPPN, dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari
Dit. PHLN untuk keuntungan rekening BUN atau rekening kas negara atau rekening
PPP;
4. Atas dasar NoD sebagaimana dimaksud, KPPN ditunjuk menerbitkan SP3 dan
mengirimkannya kepada PA/KPA untuk bahan SAI.

Subsidiary Loan Agreement (Letter of Credit L/C)


1. BUMN/Pemda mengajukan SPP-SKPD L/C sebesar bagian nilai KPBJ yang
memerlukan pembukaan L/C kepada KPPN yang ditunjuk;
2. Berdasarkan SPP-SKPD L/C, KPPN menerbitkan SKPD L/C dan mengirimkan
kepada BI;
3. Berdasarkan SKPD L/C, KPA memberitahukan kepada rekanan untuk mengajukan
pembukaan L/C kepada BI dengan melampirkan KPBJ;
4. Atas dasar L/C yang telah dibuka, BI mengajukan permintaan kepada DJPU Dit.
PHLN untuk menerbitkan surat pernyataan kesediaan melakukan pembayaran L/C;
5. Sebagai pemberitahuan realisasi L/C, DPPP menerima NoD atau dokumen lain yang
dipersamakan dari DJPU Dit. PHLN. NoD ini sebagai dasar tanggal dinyatakan
hutang pemerintah kepada BUMN/Pemda;
6. Berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari Bank Koresponden, BI
menerbitkan Nota Disposisi sebagai realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah
ke dalam Rekening Kas Negara dengan menerbitkan Nota Debet/Kredit sebagai
realisasi pencairan L/C;
7. Atas dasar SKPD L/C, Nota Disposisi L/C dan Nota Debet/Kredit, KPPN
menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi
APBN dan menyampaikannya kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI;
8. Dalam hal L/C dibuka di bank, berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari
Bank Koresponden, bank menerbitkan Nota Disposisi atau dokumen yang
dipersamakan dan menyampaikannya kepada KPPN.

Mekanisme Dana Bergulir


Dana yang dipinjamkan kepada sekelompok masyarakat, perusahaan negara/daerah, untuk
ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu, dan kemudian disalurkan kembali. Yang
dimaksud dana bergulir di sini adalah pemberian pinjaman dari Rekening Dana Investasi
(RDI) & Rekening Pembangunan Daerah (RPD).
● Penarikan pinjaman RDI dan RPD pada dasarnya langsung dicairkan dari rekening
RDI dan RPD. Dokumen pengakuan piutang didasarkan pada bukti transaksi
pengeluaran dana dari rekening RDI/RPD.
● Pelunasan piutang setelah diterimanya pembayaran peminjam ke rekening RDI/RPD
yang berada di BI.
● SA-PP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan
Penerusan Pinjaman.
● DPPP memproses data transaksi penerusan pinjaman dan menyampaikan laporan
beserta ADK kepada DAPK.

SISTEM AKUNTANSI TRANSFER KE DAERAH (SA-TD)


Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) menghasilkan LRA dan neraca,
serta dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Menteri Keuangan
menetapkan ketentuan terkait SA-TD melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
120/PMK.05/2009 yang berlaku mulai tanggal 7 Juli 2009. SA-TD merupakan subsistem
dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang menyusun dan
menyampaikan Laporan Keuangan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN)
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dengan menggunakan sistem aplikasi
terintegrasi. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memproses data transaksi dokumen
anggaran, pengeluaran, penerimaan, dan dokumen lain yang dipersamakan untuk transfer
kepada Pemerintah Daerah yang berupa Belanja Dana Perimbangan dan Belanja Otonomi
Khusus serta penyesuaian. Dengan data transaksi tersebut, DJPK akhirnya memiliki bahan
penyusunan Laporan Transfer ke Daerah yang kemudian akan dikirimkan kepada BUMN.

Kategori Transaksi SA-TD


Dalam pelaksanaannya, Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) memiliki
dua kategori transaksi yang disalurkan kepada Pemerintah Daerah, antara lain:
1. Belanja Dana Perimbangan. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Jumlah Dana
Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN, meliputi Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam
beberapa tahun terakhir, terdapat indikasi bahwa sebagian besar dana ini dibelanjakan
Pemda untuk belanja pegawai.
2. Belanja Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian. Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Penyesuaian adalah dana
yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan
pemerintah pusat dan membantu mendukung percepatan pembangunan di daerah.
(UU Nomor 26 Tahun 2009)

Peran dalam Pelaksanaan SA-TD


Dalam pelaksanaan SA-TD, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan bertindak
sebagai Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (PA-BUN), sedangkan Direktorat
Dana Perimbangan bertindak sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara
Umum Negara (UAKPA-BUN). UAKPA-BUN bertugas memproses dokumen sumber
transaksi keuangan atas penerimaan dan pengeluaran transfer ke daerah, melakukan
rekonsiliasi atas Laporan Keuangan dengan Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan KPPB
setiap triwulan, menyampaikan Laporan Realisasi Belanja kepada Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAP-BUN) setiap triwulan, serta menyampaikan Neraca, LRA,
dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada UAP-BUN setiap semesteran dan tahunan.
Laporan Keuangan Tahunan UAKPA-BUN disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab
(Statement of Responsibility).
SISTEM AKUNTANSI BAGIAN ANGGARAN PEMBIAYAAN & PERHITUNGAN
(SA-BAPP)
Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP)
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
atas transaksi keuangan pusat pada Kementerian Negara/Lembaga dan Menteri Keuangan
selaku Pengguna Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. SA-BAPP meliputi sistem untuk
transaksi keuangan yang dilakukan oleh BUN yang merupakan kewajiban pemerintah atas
suatu kegiatan dan tidak dilakukan pada kementerian negara/lembaga.
BAPP dan kementerian negara/lembaga serta pihak lain yang menggunakan anggaran
yang bersumber dari BAPP berupa Belanja Lain-Lain dan Belanja Transfer Lainnya wajib
menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan Laporan Keuangan dengan membentuk UAKPA.
Setiap UAKPA BAPP wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan
keuangan berupa LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Satuan Kerja. Laporan
tersebut wajib disampaikan oleh UAKPA pada KPPN setiap bulannya secara rutin.
UAPPA-EI melakukan proses penggabungan Laporan Keuangan UAKPA BAPP
yang digunakan oleh kementerian negara/lembaga. Berdasarkan penggabungan tersebut,
UAPPA-EI menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-EI dan menyampaikannya kepada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan. UAPA melakukan proses penggabungan
laporan keuangan UAPPA-EI Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yang digunakan oleh
kementerian negara/lembaga dan menyusun laporan keuangan tingkat UAPA serta
menyampaikannya pada Direktorat Jenderal Anggaran tiap triwulan. SA-BAPP mencatat
transaksi keuangan pusat pada kementerian negara/lembaga, pihak lain dan Departemen
Keuangan selaku Kuasa Pengguna APP. Khusus untuk belanja lain-lain dan belanja transfer
lainnya dapat dilakukan oleh kementerian negara/lembaga. Transaksi keuangan BAPP terdiri
atas:
1. Belanja Subsidi
2. Belanja Transfer Lainnya
3. Belanja Lain-Lain
4. Transfer kepada Pemerintah Daerah
a. Belanja Dana Perimbangan
b. Belanja Otonomi Khusus dan Penyesuaian
5. Pengelolaan Utang
a. Pembayaran Bunga Utang Dalam dan Luar Negeri
b. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri
c. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri
d. Penerimaan Pembiayaan
e. Penerimaan Hibah
6. Belanja Penerusan Pinjaman
7. Belanja Penyertaan Modal Negara
8. Belanja Penerusan Pinjaman sebagai Hibah
9. Belanja Penerusan Hibah
10. Transaksi Khusus
a. Pengeluaran Kerja Sama Internasional
b. Pengeluaran Perjanjian Hukum Internasional
c. Pengeluaran Koreksi dan Pengembalian
d. Pembayaran Jasa Perbendaharaan
e. Pembayaran PFK
f. Pendapatan Jasa Perbendaharaan dan Perbankan.

SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS (SA-TK)


Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK) diterapkan untuk menangani
transaksi yang bersifat khusus yang dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam subsistem SA-BUN lainnya, antara
lain:
1. Unit Akuntansi Koordinator Pembantu Bendahara Umum Negara Transaksi Khusus
(UAKP BUN TK);
2. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara Transaksi Khusus (UAPBUN
TK);
3. Unit Akuntansi Koordinator Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara
Transaksi Khusus (UAKKPA BUN TK)
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara Transaksi
Khusus (UAKPA BUN TK).
Dokumen sumber SA-TK terdiri dari dokumen anggaran; dokumen pengeluaran;
dokumen penerimaan; dokumen lainnya yang dipersamakan; memo penyesuaian. Dokumen
Sumber transaksi khusus dilakukan menggunakan sistem aplikasi terintegrasi untuk
menyusun Laporan Keuangan berupa: Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Operasional;
Laporan Perubahan Ekuitas; Neraca; Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Pengeluaran Kerjasama Internasional dan Perjanjian Hukum Internasional;
2. Pembayaran Dukungan Kelayakan;
3. PNBP yang dikelola oleh DJA kecuali Bagian Laba BUMN;
4. Aset Pemerintah yang berada dalam pengelolaan DJKN;
5. Pembayaran Belanja Pensiun, Belanja Asuransi Kesehatan, Belanja Program
Tunjangan Hari Tua, Belanja PPN RTGS BI, dan Belanja Selisih Harga Beras Bulog,
serta Pendapatan/Belanja terkait dengan Pengelolaan Kas Negara.

SISTEM AKUNTANSI BADAN LAINNYA (SA-BL)


Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Lainnya (SA-BL) adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan atas transaksi badan lainnya. Suatu organisasi yang telah ditetapkan sebagai Unit
Badan Lainnya mengirim Laporan Keuangan kepada Unit Akuntansi Pembantu Bendahara
Umum Pelaporan Badan Lainnya (UAPBUN PBL). SA-BL menyusun neraca dan ikhtisar
laporan keuangan badan lainnya, serta terdiri dari Unit Badan Lainnya yang berupa Satuan
Kerja dan Unit Lainnya yang bukan merupakan Satuan Kerja.
1. Laporan Posisi Keuangan Badan Lainnya dihasilkan dari Laporan Unit Badan
Lainnya yang bukan Satuan Kerja. Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Lainnya
dihasilkan dari Laporan Keuangan seluruh Unit Badan Lainnya. UAPBUN PBL
mengirim Laporan Posisi Keuangan dan Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Lainnya
kepada UABUN.
2. Laporan Posisi Keuangan akan dikonsolidasikan dalam LK-BUN sedangkan Ikhtisar
Laporan Keuangan disajikan sebagai lampiran LK-BUN. SAPBL dilaksanakan oleh
DJPBN Dit APK. Pengiriman Laporan Posisi Keuangan ke UABUN disertai deng an
Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan selaku Penanggung jawab UAPBUN PBL. Ketentuan mengenai
SAPBL diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI)


Sistem Akuntansi Instansi merupakan serangkaian prosedur manual dan
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian negara/lembaga. SAI terdiri dari
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang
menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan lainnya untuk penyusunan neraca dan
laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)


Prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan informasi neraca dan laporan BMN dan Manajerial atau dengan kata lain suatu
sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan lainnya. Unit Akuntansi
Barang dalam SIMAK-BMN, yaitu:
a. UAPB
Rekonsiliasi Laporan BMN dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap
semester (Daftar Pengguna Barang), Laporan Barang Pengguna Semesteran, dan
lain-lain).
b. UAPPB-E1
Penyusuna Daftar Barang Pembantu Pengguna Eselon 1 (DBPP-E1), Laporan Barang
Pembantu Pengguna Eselon I, hingga pelaksanaan rekonsiliasi internal dengan
UAPPA-E1.

Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)


a. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui
pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai
dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna
sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi
anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi
dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
SISTEM AKUNTANSI DAERAH
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi
Keuangan Daerah tahun 2004 menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan dan laporan
keuangan dalam wujud melaksanakan APBD, yang dilakukan dalam berbagai prinsip
akuntansi yang sudah diterima secara umum.
Diberlakukannya sistem akuntansi keuangan daerah telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintah, PP Nomor 58
Tahun 2005 tentang bentuk Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri nomor 13 Tahun
2006. Beberapa output yang dihasilkan oleh Akuntansi Keuangan Daerah, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas Dana,
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Akuntansi Pemerintah Daerah didesain sebagai sebuah
sistem yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan mengakomodasi arsitektur Pengelolaan Keuangan
Daerah yang dibangun oleh Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Pasal 185 sampai dengan Pasal 188, akuntansi
pemerintah daerah diatur sebagai berikut:
a. Akuntansi Pemerintah Daerah dilaksanakan berdasarkan:
1) Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;
2) SAPD;
3) Bagan Akun Standar (BAS) untuk Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Akuntansi Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh entitas akuntansi dan entitas
pelaporan.
c. Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah meliputi kebijakan akuntansi pelaporan
keuangan dan kebijakan akuntansi akun.
1) Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan memuat penjelasan atas unsur-unsur
laporan keuangan yang berfungsi sebagai panduan dalam penyajian pelaporan
keuangan.
2) Kebijakan akuntansi akun mengatur definisi, pengakuan, pengukuran, penilaian,
dan/atau pengungkapan transaksi atau peristiwa sesuai dengan SAP atas:
a) Pemilihan metode akuntansi atas kebijakan akuntansi dalam SAP;
b) Pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi dalam SAP.
d. SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi
transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam buku besar, penyusunan neraca
saldo, dan penyajian laporan keuangan. SAPD meliputi sistem akuntansi SKPKD dan
sistem akuntansi SKPD.
e. Penyajian laporan keuangan paling sedikit meliputi:
1) Laporan Realisasi Anggaran
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3) Neraca
4) Laporan Operasional
5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan atas Laporan Keuangan

AKUNTANSI PENDAPATAN
Akuntansi Pendapatan pada lingkup SKPD dilakukan hanya untuk mengakui,
mencatat, dan melaporkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berada dalam wewenang
SKPD. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan pajak, pendapatan retribusi, dan PAD
lain-lain yang sah. Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, dimana
pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan
pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai
pengurang pendapatan pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya
tidak berulang (non recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut. Tujuan dari Akuntansi Pendapatan adalah untuk
memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan
pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Pendapatan-LO
adalah Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LRA adalah
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan menjadi hak pemerintah yang
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Dokumen yang dibutuhkan, antara lain:
1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-D);
2. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR-D);
3. Surat Setoran Pajak Daerah (SPPD);
4. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);
5. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT);
6. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB);
7. Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP);
8. Surat Tanda Setoran (STS);
9. Nota Kredit dari Bank;
10. Surat Perjanjian;
11. Dokumen penetapan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan;
12. Hasil putusan pengadilan yang bersifat tetap; dan/atau
13. Bukti lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Pendapatan Wewenang SKPD terdiri atas pendapatan pajak, pendapatan retribusi,
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Pihak-pihak yang terlibat, yaitu Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA),
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD), Bendahara Penerimaan SKPD, Badan
Usaha Daerah (BUD), dan Pihak Ketiga.

AKUNTANSI ASET SKPD


Akuntansi Aset SKPD merupakan prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi
pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan
klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan SKPD.
Penambahan Nilai Aset Tetap berasal dari perolehan perolehan aset tetap melalui belanja
modal, bantuan, hibah, donasi, revaluasi aset dari hasil kegiatan sensus barang. Pengurangan
Nilai Aset Tetap berasal dari pelepasan atau penghapusan barang daerah,
depresiasi/penyusutan, dan pentransferan Aset tetap kepada SKPD lainnya. Pihak-pihak yang
terkait, yaitu Bendahara Barang atau Pengurus Barang; Bendahara Pengeluaran; Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan; PPK-SKPD. Beberapa dokumen yang termasuk dalam dokumen
sumber, yaitu Berita Acara Serah Terima Barang/Pekerjaan; SP2D LS; SPJ; Surat
Permohonan Kepala SKPD tentang Penghapusan Aset Tetap; Surat Keputusan Kepala Daerah
tentang Penghapusan Aset; dan Dokumen lain yang dipersamakan.

Penyusunan Laporan Keuangan SKPD


Penyusunan Laporan Keuangan SKPD memiliki tujuan umum yaitu untuk
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja
keuangan entitas yang bermanfaat bagi pengguna guna membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Laporan Keuangan yang harus dibuat oleh SKPD
adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
keuangan tersebut dibuat dua kali dalam satu tahun anggaran, yaitu semester pertama dan
semester kedua. Laporan keuangan semester kedua juga berisi data dan informasi keuangan
dari semester pertama. Proses pembuatan dari laporan keuangan yang dimaksud secara
manual pada dasarnya sama dengan pembuatan laporan keuangan pada akuntansi komersial,
yaitu (1) posting jurnal ke buku besar; (2) penyusunan neraca saldo; (3) pencatatan jurnal dan
penyesuaian neraca saldo yang telah disesuaikan; dan (4) pembuatan LRA dan neraca.

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH ATAU PPKD


Sistem Akuntansi Pemerintah atau PPKD merupakan entitas akuntansi yang
dijalankan oleh fungsi akuntansi di SKPD yang mencatat transaksi-transaksi level Pemda
sebagai pelaksanaan dari DPA PPKD. SPKD sendiri merupakan satuan kerja yang bertugas
secara khusus untuk mengelola keuangan daerah yang biasanya diolah oleh BPKD. Sistem
Akuntansi PPKD terdiri atas Akuntansi Pendapatan PPKD, Akuntansi Aset, Akuntansi
Belanja PPKD, Akuntansi Utang, Akuntansi Pembiayaan, dan Akuntansi Selain Kas.

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)


Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu sistem yang memproses
transaksi anggaran dan realisasi dimulai dari pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran data,
sehingga dapat menjadi suatu laporan keuangan. adalah bagian dari sistem akuntansi instansi
(SAI) yang memproses data keuangan menjadi laporan keuangan. SAK dilaksanakan oleh
unit akuntansi dan pelaporan keuangan kuasa pengguna anggaran (UAKPA). Dokumen yang
dibutuhkan dalam SAK dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu Transaksi Penerimaan
dan Transaksi Pengeluaran. Dokumen yang terdapat dalam Transaksi Penerimaan, yaitu
Estimasi Pendapatan (Pajak dan PNBP) yang dialokasikan, antara lain: DIPA, DIPA Revisi,
dan/ atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA; dan Realisasi Pendapatan, antara
lain: bukti penerimaan negara seperti SSBP, SSP, SSPCP, dan dokumen lain yang sah yang
dipersamakan. Sedangkan, dokumen yang terdapat dalam Transaksi Penjualan, antara lain:
● DIPA, DIPA Revisi, Petunjuk Operasional Kegiatan, dan sebagainya;
● Realisasi Pengeluaran: SPP, SPM, dan SP2D, SP3B-BLU dan SP2B-BLU;
● SP2HL dan SPHL, SP4HL dan SP3HL, MPHL-BJS, dan sebagainya;
● Memo penyesuaian untuk transaksi akrual dan jurnal aset;
● Transaksi piutang: kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, dan daftar umur piutang;
● Transaksi persediaan: kartu persediaan, buku persediaan, BAR Opname Fisik,
Laporan Hasil Opname Fisik (LHOF), dan laporan persediaan;
● Transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) , antara lain Kartu KDP, Laporan
KDP.
● Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/
Lembaga.

Anda mungkin juga menyukai