Anda di halaman 1dari 3

UANG PERSEDIAAN

1. Uang Persediaan dapat diartikan sebagai uang muka kerja yang diberikan oleh KPPN selaku
Kuasa BUN di daerah, kepada satuan kerja K/L melalui bendahara pengeluaran, yang
diperuntukkan untuk membiaya belanja satker dengan nilai sampai dengan Rp50 juta. UP ini
diberikan setelah satker K/L tersebut menerima DIPA.
2. Besaran UP Normal yang diajukan oleh satuan kerja K/L untuk pertama kali setelah menerima
DIPA adalah: a. Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) b.
Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP
diatas Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000
(enam miliar rupiah) c. Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
3. Untuk mendapatkan pembayaran UP dari KPPN, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) satuan
kerja K/L harus menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP). Akun
yang digunakan untuk permintaan UP RM adalah 825111.

Rangkuman

1. Penggantian (GUP) Isi, merupakan dana UP yang diisi kembali (revolving) dari KPPN
selaku Kuasa BUN, kepada rekening bendahara pengeluaran, secara otomatis dari
pertanggungjawaban yang diajukan. Jumlah total SPP atau SPM-GUP Tunai merupakan
akumulasi dari jumlah bukti pembayaran/kuitansi yang dihasilkan dari UP Normal atau
Perubahan UP. Jumlah total SPP atau SPM-GUP Tunai, minimal harus 50% dari UP
Normal atau Perubahan UP. 2. Penerbitan permintaan pembayaran penggantian Uang
Persediaan (GUP) Nihil dilakukan dalam hal: a. sisa dana pada DIPA yang dapat
dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan; b. sebagai
pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; c. UP tidak
diperlukan lagi. 3. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran
Uang Persediaan.
Rangkuman

1. Permintaan pembayaran UP untuk DIPA yang bersumber dari dana PNBP, merupakan SPP
permintaan uang muka kerja, yang dapat diajukan pertama kali setelah satker menerima DIPA.
Seperti halnya DIPA yang bersumber dari Rupiah Murni, satker K/L juga dapat memperoleh
Tambahan UP dari DIPA yang bersumber PNBP. Akan tetapi, tambahan UP ini dapat diberikan
oleh KPPN setelah menghitung proporsi penarikan dari PNBP yang sudah disetorkan ke kas
negara oleh satker.
2. Uang Persediaan dapat diberikan kepada satker pengguna sebesar 20% dari pagu dana PNBP
pada DIPA maksimal sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah), dengan melampirkan
Daftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA (PNBP) Tahun Anggaran sebelumnya.
Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil satu bulan dengan
memperhatikan Maksimum Pencairan (MP).
3. Seperti halnya DIPA yang bersumber dari Rupiah Murni (RM), penarikan dana UP pada DIPA
PNBP juga dapat dilakukan sesuai kebutuhan, baik UP Normal, Tambahan UP, Perubahan UP,
dan Dispensasi. Penarikan dana UP dan TUP tersebut dilakukan sesuai kebutuhan dan
menggunakan ketentuan yang berlaku

Rangkuman

1. Sebagaimana kita ketahui, beberapa satuan kerja selain memperoleh DIPA dari sumber Rupiah
Murni dan PNBP, juga dapat memperoleh dana dari Pinjaman atau Hibah dari Luar Negeri. Bagi
satker seperti ini, untuk membiayai kegiatan pelaksanaan tupoksi atau kegiatan penunjang,
bendahara pengeluaran dimungkinkan menarik dana UP dari sumber dana PHLN tersebut.
2. Salah satu cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh satker penerima PHLN melalui reksus
KPPN di BI tersebut, adalah dengan cara menarik Uang Persediaan (UP). Uang Persediaan dana
yang bersunber dari PHLN, dapat berupa UP Normal, Perubahan UP, Tambahan UP, Dispensasi
UP, dan Penggantian UP. Dana UP tersebut diajukan dan dikelola oleh bendahara pengeluaran
masing-masing satker. Tata cara penarikan dana PHLN dengan rekening khusus ini paling sering
digunakan karena banyak keuntungannya walau masih ada juga kekurangannya.
3. Kelebihan dari cara pembayaran melalui rekening khusus antara lain tersedianya dana setiap
saat (dengan adanya initial deposit), menghindari pembiayaan pendahuluan (prefinancing), dapat
dilaksanakan oleh KPPN di daerah baik KPPN KBI maupun KPPN non-KBI, serta lokasi
pembayaran yang dekat dengan proyek, sehingga dapat diharapkan penarikan dana oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Satker dapat lebih cepat, sedangkan
kekurangannya antara lain jika penyerapan dana oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran/Satker rendah, kita sudah terkena kewajiban pembayaran bunga atas dana initial
deposit yang telah disediakan lender, banyak pengeluaran yang dinyatakan ineligible oleh lender
yang disebabkan karena pembebanan porsi PHLN tidak sesuai dengan loan agreement, pengisian
BAP yang tidak benar, salah mencantumkan nomor rekening khusus, dan lain-lain. Oleh karena
itu, pengelola kegiatan/proyek (executing agency), harus memperhatikan halhal tersebut agar
PHLN dapat ditarik tepat waktu dan benar, sehingga dana pembiayaan kegiatan/proyek siap
setiap saat dan tidak memberatkan pemerintah Indonesia dalam membayar commitment fee

Anda mungkin juga menyukai