Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang


terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan
beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu
pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk
interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut
disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan
tertentu. Maka dilakukan pengukuran stratigrafi agar dapat mengetahui dengan jelas
gambaran umum tentang kondisi stratigrafi. Lokasi berada di Kali Ngalang, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batasan
Masalahnya adalah hanya untuk mengetahui Lingkungan Pengendapan berdasarkan
Litologi, struktur sedimen, arus purba, dan fosil pada daerah kali ngalang bawah dengan
ketebalan 100m. Manfaat dilakukan measuring section ini agar mengetahui penampang
stratigrafi untuk kemudian dianalisa sehingga dapat diinterpretasikan lingkungan
pengendapannya.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung dilapangan yaitu


pengukuran stratigrafi terukur ( measuring section) dari pada formasi sambipitu atas di
Kalingalang. Pengukuran stratigrafi ini menggunkan metode rentang tali dan pengambilan
sample batuan untuk dianalisis mikrofosil di Laboratorium.

Metode Penelitian

Pengamatan di Lapangan Pengamatan di Lab

Pengukuran Stratigrafi Deskripsi Analisis Fosil

Rentang Tali Warna


Struktur sedimen
tekstur

INTERPRETASI
Geologi Regional

Fisiografi

Daerah penelitian termasuk dalam wilayah fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa
(van Bemmelen, 1949) (Gambar 2) yaitu zona Pegunungan Selatan. Penelitian
dipusatkan pada daerah kali Ngalang, dusun Karanganyar.

Stratigrafi

Lokasi Penelitian termasuk dalam Formasi Sambipitu.


Pada formasi ini lebih didominasi pembentukan satuan-
satuan turbidit berupa batupasir berselang-seling dengan
batupasir tufan. Formasi ini juga banyak mengandung
fosil jejak yang terbentuk pada lingkungan bathyal di
bagian bawah dan berkembang ke Neritik di bagian atas
(Pandita, 2008).
Struktur Geologi Regional
Pola umum struktur geologi regional yang berkembang adalah sesar mendatar berarah
timurlaut-baratdaya dibagian barat, sesar mendatar berarah baratlaut-tenggara dibagian
timur, sesar turun bearah barat-timur di bagian selatan,dan sesar naik berarah barat-timur
dibagian utara. Secara umum daerah pegunungan selatan menunjukkan struktur homoklin
dengan kemiringan ke arah selatan.
DATA
UMUR
Oligosen Miosen Pliosen Plistosen
Plangtonik Aw al Tengah
Akhir Akhir
N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21 N22 N23
Globigerinoides trilobus (REUSS)
Globigerina Nepenthes (Todd,1957)
Globoquadrina Altispira
Orbulina universa D’ORBIGNY
Globigerina napenthes

Globoquadrina altispira
Orbulina universa
Globigerinoides sacculifer
Globigerinoides trilobus

Orbulina universa
Globigerinoides Trilobus
Orbulina Bilobata .

Berdasarkan hasil analisa fosil foraminifera plangtonik pada sample batuan Bottom-Middle-
Top ditemukan bahwa Batuan pada bagian Bottom berumur N6-N18 ( Miosen awal-Miosen
akhir). Batuan pada bagian Middle berumur N8-N23 ( Miosen awal-Plistose). Batuan pada
bagian Top berumur N9-N23 ( Miosen tengah-Plistosen).

Neritik Bathyal Abysal


Aw al tengah akhir aw al tengah akhir
Benthonik
kedalaman
30 100 200 500 1000 2000
Tortoplectella
Nodosaria raphanus
Uvigerina Sp

Nodosaria raphanus
Euloxostoma
Elphidium crispum
Uvigerina Sp

Elphidium crispum
Nodosaria raphanus

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa foraminifera bentonik yang terdapat dalam
sample bottom middle dan top terbentuk pada daerah dengan kedalaman sekitar 30-
130m yaitu daerah laut dangkal (neritik).
Ditemukan Litologi berupa batupasir dengan trace fossil ( fosil jejak ) berupa
Thallasinoides. Thalasinoides merupakan bagian dari fasies Skholites yang terbentuk
pada kedalaman 0 – 200 m.
Hasil dan diskusi

Pembagian Fasies yang digunakan pada didasarkan pada fasies Bouma dan Walker yang
dominannya terbagi atas Graded Interval ( Ta) yang Merupakan perlapisan bersusun dan
bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikilatau
kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali apabila
batupasir penyusun ini terpilah baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak dan
Lower Interval of Parallel Lamination (Tb) Merupakan perselingan antara batupasir
dengan batuan yang ukuran butirnya lebih halus, kontak dengan interval dibawahnya
umumnya secara berangsur. Kemudian dikorelasikan dengan fasies dari Walker yang
menghasilkan CGL dan CT2.

Asosiasi Fasies pada stratigrafi terukur berdasarkan Bouma karena adanya arus turbidit
dan pada Walker termasuk kedalam bagian Lingkungan Kipas Bawah Laut dilihat dari
ukuran butirnya.

Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada hasil penarikan fosil bentonik dan
fosil jejak. Pada analisis fosil bentonik ditemukan fosil Uvigerina Sp (Cusman,1923) ,
Euloxostoma, dll yang menunjukan lingkungan pengendapan di daerah neritik dengan
kedalaman relatif 30-100m. Sedangkan dari hasil fosil jejak ditemukan fosil Thalasinoides
yang merupakan bagian dari fasies Skolthos yang diendapkan pada daerah dangkal.

Anda mungkin juga menyukai