Anda di halaman 1dari 34

PENGELOLAAN UANG

PERSEDIAAN
Diklat Penyegaran (Refreshment) Bendahara dalam rangka Ujian
Sertifikasi Bendahara
Jakarta, …… Januari 2019
TUJUAN MATERI 2

Peserta memahami :
1. Model pencairan anggaran
dalam rangka pelaksanaan
APBN
2. Dasar hukum pengelolaan uang
persediaan
3. Perhitungan Uang Persediaan
dan mekanisme pengajuannya
4. Pertanggungjawaban dan
penatausahaan Uang
Persediaan
SISTEMATIKA MATERI 3

1 Definisi UP Aktivitas Pengelolaan UP pada


11 Bendahara
Mekanisme Pembayaran UP kepada
2 Ketentuan UP 12 Pihak Ketiga
Mekanisme Pembayaran Panjar dengan
3 Dasar Pengelolaan UP 13 UP
Penatausahaan dan
4 Model Pencairan Anggaran 14 Pertanggungjawaban UP

5 Peruntukan UP 15 Tambahan UP

6 Besaran UP 16 Penggantian UP

7 Proses Penyusunan Kebutuhan UP 17 Penggantian UP Nihil

Kelengkapan SPP UP dan Pengajuan SPM


8 UP 18 Pengelolaan UP untuk Dana PNBP

9 Pengajuan UP di Atas Batas Ketentuan 19 Pengelolaan UP untuk Dana PHLN

10 Siklus Pengelolaan UP pada Bendahara


DEFINISI UP 4

“Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah


uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan
kepada bendahara pengeluaran untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari satker atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme
pembayaran langsung”

-PMK Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 1 angka 17-


KETENTUAN UP 5
Dikelola oleh bendahara
Diberikan kepada
pengeluaran dan dapat
PA/KPA selaku
didistribusikan ke
pimpinan satker
beberapa BPP atau PUM
Diberikan untuk
membiayai Dapat ditempatkan
kegiatan pada rekening
operasional kantor pengeluaran pada
sehari-hari bank
Bendahara Pengeluaran
Merupakan uang
harus melakukan
muka yang harus
pengujian terhadap setiap
dipertanggungjaw
perintah bayar dari
abkan
PA/KPA
Bersifat revolving Sisa UP di akhir
(dapat diganti/diisi tahun anggaran
kembali) jika telah harus di setor ke
digunakan minimal Rekening KUN.
50%
DASAR PENGELOLAAN UP 6

UU Nomor 1 Tahun 2004, Pasal 21 ayat (2) s.d. ayat (5)


1. Untuk kelancaran tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan
uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran
2. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran,
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran,
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
3. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan tersebut di atas tidak
dipenuhi
4. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran
yang dilaksanakannya
MODEL PENCAIRAN ANGGARAN 87

Langsung (LS)

Rekening Kas Umum Supplier


Negara

Uang Uang
Persediaan Persediaan
(UP) (UP)

Bendahara
PERUNTUKAN UP 8

UP diberikan hanya untuk klasifikasi jenis


5
belanja :
Belanja
2
5 Barang
3 Belanja Modal
5
Belanja Lain-lain
8
UP untuk ketiga jenis belanja tersebut adalah yang tidak
direncanakan dicairkan dengan mekanisme LS

Penerbitan SPM-UP/TUP dibebankan pada kode kegiatan


dan MAK transito sebagai berikut :
• Dana RM : 0000.0000.825111
• Dana PHLN : 9999.9999.825112
• Dana PNBP : 0000.0000.825113
PERUBAHAN KETENTUAN UP 9

Pengaturan Perubahan
Awal Pengaturan
UP dalam bentuk tunai
UP dalam bentuk tunai
dan kartu kredit
UP tunai disimpan dalam
Disimpan pada rekening rekening bendahara /
bendahara / brankas brankas
UP Kartu kredit berupa
UP digunakan untuk limit belanja kartu kredit
operasional dan kegiatan- yang dipegang oleh
kegiatan yang tidak bisa pemegang KKP
dibayarkan dengan LS
Besaran UP merupakan
total UP Tunai dan UP KKP

UP KKP digunakan untuk


kegiatan operasional dan
kegiatan yang tidak dapat
dibayarkan dengan LS
yang sumber dananya RM
PERUBAHAN KETENTUAN UP 1
0
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Pagu UP Pagu UP
Max. Rp50 juta
Terbagi dalam 3 (tiga)
Terbagi dalam 4 < Rp900 jutau < Rp2,4 M Max. Rp100 juta
kelompok pagu belanja yang
kelompok pagu Rp900 juta s.d. Rp2,4 M Max. Rp100 juta dapat dibayarkan dengan UP
belanja yang PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dapat dibayarkan
PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dengan UP > Rp6 M Max. Rp500 juta > Rp6 M Max. Rp500 juta

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
memberikan dispensasi terhadap perubahan UP
melampaui besaran UP

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan dispensasi terhadap


perubahan UP melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP
PROSES PENYUSUNAN KEBUTUHAN UP 11
1 Kebutuhan 2
UP SPP UP

Bendahara Pengeluaran menyusun dan


menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK
Bendahara PPK
Pengeluara
n

PPK melakukan
pengujian atas
kebutuhan UP,
kemudian
3 menerbitkan dan
menyampaikan
SPM UP
SPP UP kepada
PPSPM, paling
lambat 2 hari
PPSPM melakukan pengujian atas SPP UP sejak bendahara
yang disampaikan PPK, kemudian menyampaikan
PPSPM menerbitkan SPM UP paling lambat 2 hari kebutuhan UP
kerja sejak diterimanya SPP UP
KELENGKAPAN SPP-UP & PENGAJUAN SPM UP 12
SPP dan SPM UP dilampiri dengan Daftar Rincian UP pada setiap
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) atau Pemegang Uang Muka
(PUM):
1. Dilampiri hanya bagi Bendahara Pengeluaran yang memiliki
BPP/PUM
2. Berisi rencana distribusi Uang Persediaan kepada para BPP/PUM
3. Digunakan untuk memudahkan pengawasan kepada para BPP/PUM
SPM UP dilampiri dengan Surat Pernyataan KPA yang menyatakan
bahwa:
1. UP digunakan untuk membiayai operasional kantor, bukan untuk
LS
2. Kesanggupan memotong UP (25%) jika 3 bulan sejak terbitnya
SP2D UP tidak mengajukan SPP GU
3. Kesanggupan memotong UP (50%) jika 1 bulan sejak terbitnya
peringatan KPPN tidak melakukan pemotongan UP
Sebelum menerbitkan SPM-UP harus dipastikan kebenaran terkait hal-
hal berikut:
1. SK pengangkatan KPA, PPK, dan Bendahara Pengeluaran
2. Spesimen tanda tangan
3. Cap dinas satker
PENGAJUAN UP DI ATAS BATAS KETENTUAN 13

KPA dapat mengajukan persetujuan UP melampaui besaran


sebagaimana diatur pada PMK Nomor 190/PMK.05/2012 kepada
Kanwil DJPb
Berdasarkan permintaan dari KPA, Kanwil DJPb dapat
menyetujui pemberian UP melampaui besaran yang telah diatur
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Frekuensi penggantian UP tahun lalu yang rata-rata lebih dari
1 kali dalam 1 bulan selama 1 tahun;
2. Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 bulan
melebihi besaran maksimal UP yang dapat diberikan
Contoh:
Satker ABC dengan total pagu belanja operasional yang dibayarkan dengan UP
pada DIPA Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp 10 Miliar, maka berdasarkan
ketentuan Satker tersebut hanya dapat mengajukan UP maksimal Rp 600 juta.
Jika dalam setahun pengajuan GU rata-rata per bulan hanya 1 kali, maka belanja
operasional yang dapat direalisasikan melalui mekanisme pembayaran UP hanya
Rp 7,2 Miliar. Dan berdasarkan perhitungan kebutuhan UP oleh Bendahara dalam
1 bulan lebih dari Rp 600 juta. Sehingga dengan pertimbangan efektivitas dan
efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan, Satker ABC dapat mengajukan pemberian
UP lebih dari Rp 600 juta.
PERUBAHAN PENGATURAN DISPENSASI 14

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan
persetujuan UP melampaui besaran Dispensasi atas:
mempertimbangkan: Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:
frekuensi penggantian UP tahun lalu
lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 1 1 frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
(satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan

perhitungan kebutuhan penggunaan UP 2 perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan

dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran 2 melampaui besaran UP

UP Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:

1 Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui


besaran UP dan

2 tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang


menerima pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin
Electronic Data Capture (EDC) yang dibuktikan dengan surat
pernyataan dari KPA.
Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa dispensasi,
mempertimbangkan:

1 tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima


pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA; dan

2 memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan


melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliar
empat ratus juta rupiah).
PENGENDALIAN UP 15

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

• Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila


• Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila 1
2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan
(satu) bulan sejak SP2D-UP Tunai diterbitkan
belum dilakukan pengajuan penggantian
belum dilakukan pengajuan penggantian UP
UP (GUP)
(GUP) Tunai
• Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulan
• Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulan
setelah surat pemberitahuan ke-1 tidak
setelah surat pemberitahuan ke-1 tidak GUP
GUP
Tunai
• Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan
• Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan
setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak
setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak GUP
GUP
Tunai
SIKLUS PENGELOLAAN UP PADA BENDAHARA 16

Menerima

01

Mempertangg 05 02 Menyimpan
ungjawabkan

Menatausahakan 04 03 Membayarkan
AKTIVITAS PENGELOLAAN UP PADA
17
BENDAHARA

I. PENGELOLAAN REKENING BENDAHARA PENGELUARAN


1. Digunakan untuk mengelola UP yang diterima oleh satker dari
KPPN.
2. Dibuka oleh KPA dengan persetujuan Kepala KPPN selaku Kuasa
BUN.
3. Rekening ini digunakan oleh Bendahara Pengeluaran untuk
menerima, menyimpan, ataupun membayarkan UP yang
dikelolanya.
4. Pembukaan rekening pelaksanaan APBN tanpa persetujuan Kuasa
BUN merupakan pelanggaran.
II. PENERIMAAN UP KE REKENING BENDAHARA PENGELUARAN
1. Diterima dari Rekening Kas Umum Negara (KPPN)
2. Diterima secara giral di Rekening Bendahara Pengeluaran
3. Tidak ada penerimaan UP secara tunai dari KPPN
4. Penerimaan UP bisa berasal dari SP2D UP ataupun SP2D GU isi.
AKTIVITAS PENGELOLAAN UP PADA
18
BENDAHARA

III. PENYIMPANAN UP
1. Di Rekening Bendahara Pengeluaran (dalam jumlah yang tidak
terbatas)
2. Di brankas Bendahara Pengeluaran (maksimal Rp50 juta pada
setiap akhir hari kerja)
3. Penyimpanan melebihi ketentuan merupakan kesalahan dan
Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab jika hilang
IV. PEMBAYARAN DENGAN UP
1. Pembayaran didasarkan pada Surat Perintah Bayar (SPBy) yang
diterbitkan PPK
2. Pembayaran kepada 1 penerima maksimal Rp50 juta (kecuali
untuk honor dan perjalanan dinas)
3. Pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran:
a. Pembayaran pada pihak ketiga
b. Pembayaran uang muka (panjar/perskot)
4. Pembayaran dapat dilakukan dengan:
a. Tunai
b. Transfer dari rek Bend Pengeluaran ke rek penerima
MEKANISME PEMBAYARAN UP KEPADA PIHAK
19
KETIGA

PPK menyusun
SPBy & dan
PPK Dokumen menyampaikan Bendahara
Pendukung SPBy beserta Pengeluara
dokumen
n
pendukung
kepada
Bendahara
2
Jika tolak bayar maka Bendahara
mengembalikan SPBy dan dokumen pendukung
kepada PPK
3b
3a
Tolak
Bayar
Jika setuju bayar maka Bendahara melakukan Setuju
pembayaran kepada pihak ketiga Bayar
Pihak Proses Uji
Ketiga
Bendahara melakukan pengujian
atas SPBy beserta dokumen
MEKANISME PEMBAYARAN PANJAR DENGAN
20
UP

PPK menyusun dan menyampaikan SPBy beserta


SPBy Panjar dokumen pendukung kepada Bendahara, berupa :
PPK & Dokumen 1. Rencana kegiatan Bendahara
Pendukung 2. Rincian kebutuhan dana
a.n. KPA 3. Batas waktu pertanggungjawaban Pengeluara
4. SPTJM n

2
Jika tolak bayar maka Bendahara
mengembalikan SPBy dan dokumen
pendukung kepada PPK
3b
3a
Tolak
Bayar
Jika setuju bayar maka Bendahara melakukan Setuju
pembayaran kepada pihak ketiga
Bayar
Penerima Proses Uji
Panjar
Bendahara melakukan pengujian
atas SPBy beserta dokumen
PENATAUSAHAAN DAN
21
PERTANGGUNGJAWABAN UP

Penatausahaan UP
• Bendahara Pengeluaran wajib membukukan UP yang dikelolanya
• Pembukuan dilakukan berdasarkan Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014
• Buku yang digunakan adalah Buku Kas Umum (BKU) dan buku-
buku pembantu
• Pembukuan dapat secara manual ataupun elektronik
• Pada pembukuan secara elektronik, BKU dan buku-buku pembantu
harus dicetak minimal sebulan sekali
Pertanggungjawaban UP
• Bendahara Pengeluaran menyusun Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ) atas UP yang dikelolanya
• Setiap bulan wajib dilakukan pemeriksaan fisik UP
• Pengajuan SPP GU merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
UP yang diterima oleh satker
TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN 22

“Tambahan Uang Persediaan adalah uang muka yang diberikan kepada


Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam
1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telah ditetapkan”
-PMK Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 1 angka 19-

Ketentuan TUP

1. Permintaan TUP dapat diajukan meskipun penggunaan UP


belum mencapai 50%.
2. TUP diberikan jika UP tidak mencukupi
3. Mendapatkan persetujuan dari Kepala KPPN
4. Diperuntukkan bagi pengeluaran yang mendesak (satu bulan
sejak terbitnya SP2D)
5. Sisa TUP harus disetor kembali ke Rekening Kas Negara.
MEKANISME PENGAJUAN TUP 23
1
Permintaan KPA mengajukan
TUP permintaan TUP
kepada KPPN

KPPN melakukan penilaian, dan 2 Persetujuan


jika telah sesuai dengan
KPA ketentuan, KPPN akan TUP
menerbitkan surat persetujuan
TUP
Berdasarkan
persetujuan TUP
dari KPPN, KPA
memerintahkan PPK
untuk menyusun
dan mengajukan
SPP TUP

3 4
SPP TUP SPM TUP

PPK menyusun dan PPSPM menguji SPP TUP


menyampaikan SPP yang disampaikan oleh PPK,
PPK TUP kepada PPSPM kemudian menyusun dan PPSPM
mengajukan SPM TUP ke
KPPN
KELENGKAPAN PENGAJUAN TUP & PTUP 24

TUP Pertanggungjawaban TUP


1. Rincian penggunaan dana 1. Pertanggungjawaban berupa SPP
(ditandatangani oleh PPK a.n. KPA PTUP (diterbitkan oleh PPK)
dan Bendahara Pengeluaran) 2. SPP PTUP diterbitkan paling lambat
2. Persetujuan TUP dari Kepala KPPN 5 hari kerja sebelum batas akhir
3. Surat Pernyataan KPA/PPK yang pertanggungjawaban TUP
menyatakan bahwa: 3. SPP PTUP diterbitkan terpisah
a. TUP digunakan dan dengan SPP lainnya
dipertanggungjawabkan paling 4. SPP PTUP dilampiri:
lama 1 (satu) bulan sejak terbit a. Daftar rincian penggunaan dana
SP2D b. Bukti-bukti pengeluaran
b. Tidak digunakan untuk kegiatan c. SSP yang telah dikonfirmasi
yang harus dilaksanakan dengan KPPN
pembayaran LS
d. SSBP (jika ada penyetoran sisa
c. Jika terdapat sisa TUP, maka TUP)
disetor kembali ke rek kas
negara
d. Pencairan, pembayaran,
penggunaan,
pertanggungjawaban dan
pelaporan menjadi tanggung
PENGGANTIAN UP 25

KETENTUAN UMUM
1.Diajukan dengan SPP-GUP (revolving)
2.SPP-GUP (revolving ) juga berfungsi sebagai SPJ
3.Penggunaan UP telah mencapai 50%
4.SPP-GUP (revolving) disampaikan sebelum 1 bulan sejak UP diterima.
5.Paling lambat 1 bulan sejak SP2D UP, satker harus mengajukan SPM
GUP sebagai bentuk pertanggungjawaban dan permintaan
penggantian
DOKUMEN PERSYARATAN GUP OLEH PPK
1.Surat Permintaan Pembayaran
2.Daftar rincian permintaan pembayaran
3.Bukti-bukti pembayaran (kuitansi/bukti pembayaran lainnya)
4.SSP yang telah dikonfirmasi KPPN (jika ada pemotongan/penyetoran
pajak)
PENYELESAIAN GUP PADA PPSPM
1.Paling lambat 5 hari kerja setelah bukti pendukung lengkap
2.PPSPM menyampaikan SPM ke KPPN paling lambat 2 hari kerja sejak
SPM diterbitkan
PENGGANTIAN UP NIHIL 26

KETENTUAN UMUM
1. Uang persediaan dan tambahan uang persediaan belum diakui
sebagai belanja dalam APBN
2. Untuk dapat diakui sebagai belanja, maka UP dan TUP tersebut
harus diajukan SPP-GUP-nya walaupun pengajuan SPP tersebut
tidak diikuti dengan pencairan dana.
3. Dana UP harus diajukan SPP-GUP-nihilnya pada akhir tahun
anggaran atau pada saat habisnya pagu anggaran.
4. Dana TUP harus diajukan SPP-GUP-nihilnya paling lambat satu
bulan sejak terbitnya SP2D TUP berkenaan
5. Apabila SPP-GUP nihil tidak diajukan, maka Bendahara
Pengeluaran dianggap masih menyimpan dana UP/TUP.
6. Sehingga, dana UP/TUP tersebut harus disetor kembali ke Rek Kas
Negara.
7. Dokumen/lampiran SPP-GUP nihil sama dengan SPP-GUP
(revolving)
PENGELOLAAN UP - PNBP 27

DEFINISI
“PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak
berasal dari penerimaan perpajakan”
-UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP-

JENIS PNBP
1. Penerimaan umum  PNBP yang pada umumnya terdapat pada
semua kementerian dan lembaga.
2. Penerimaan fungsional  PNBP yang diterima kementerian dan
lembaga dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

PENYETORAN PNBP
1. Penyetoran PNBP ke Rek. Kas Negara dilakukan secara terpusat.
Misal: Kantor Administrator Pelabuhan, Kemenhub atau Kantor
Kementerian KLH
2. Penyetoran PNBP ke Rek. Kas Negara dilakukan sendiri oleh satker
bersangkutan.
Misal: Kantor Pertanahan, BPN atau Kantor Kepolisian Negara RI
PENYUSUNAN SPP UP - PNBP 28
KETENTUAN UMUM
1. SPP UP dan TUP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya
2. Dalam hal MP belum terbit, UP diberikan 20% dari Realisasi PNBP, maks Rp
500 juta
3. Satker yang belum memiliki realisasi PNBP, UP yang dapat diberikan adalah
1/12 dari Pagu Dana PNBP, maks. Rp 200 juta
4. Satker Pengguna yang setorannya dilakukan terpusat diatur secara khusus
(pagunya sesuai dengan SE Dirjen Perbendaharaan)
5. Satker Pengguna yang setorannya dilakukan masing-masing harus
melampirkan SSBP yang telah dikonfirmasikan ke KPPN
6. Proporsi Pengeluaran terhadap Pendapatan diatur berdasarkan SK Menkeu
yang berlaku
7. Besarnya pencairan tidak boleh melampaui pagu DIPA
8. Pertanggungjawaban ke KPPN berupa SPM yang dilampiri dengan:
• Dokumen pendukung (UP dilampiri SP KPA, TUP dilampiri Surat Persetujuan
Kepala KPPN, LS dilampiri dengan SSP)
MP = (PPP X JS) – JPS
• Bukti setor PNBP (SSBP) yang telah dikonfirmasi KPPN
• Daftar Perhitungan Maksimal Pencairan MP : Maksimal Pencairan
PPP : Proporsi Pagu pengeluaran thd
RUMUS PERHITUNGAN Pendapatan (nilai besarannya
MAKSIMUM PENCAIRAN berdasar SK Menteri Keuangan)
JS : Jumlah Setoran
JPS : Jumlah Pencairan dana
Sebelumnya
PENGELOLAAN UP - PHLN 29

DEFINISI
1. Pinjaman Luar Negeri  Sumber pembiayaan negara dalam
bentuk devisa, barang/jasa yang diterima dari
negara/badan/lembaga asing atau dari pasar internasional dan harus
dibayar kembali sesuai persyaratan yang disepakati.
2. Hibah Luar Negeri  Sumber penerimaan negara yang diperoleh
dari luar negeri dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan,
barang/jasa yang dapat dinilai dengan uang dan tidak perlu dibayar
kembali.
JENIS PHLN BERDASARKAN SUMBERNYA
1. PHLN dari Pemerintah Negara Asing
2. PHLN dari badan/lembaga keuangan internasional

JENIS PHLN BERDASARKAN SYARAT PENGEMBALIANNYA


1. Pinjaman lunak (soft loan)
2. Pinjaman kredit ekspor (export credit facilities)
3. Pinjaman komersial
PENGELOLAAN UP - PHLN 30

DAFTAR ISTILAH
1. Rupiah HLN: HLN yang digunakan untuk pembiayaan kegiatan
2. Pendamping non-porsi (local cost): beban pemerintah untuk
memenuhi kewajiban sesuai NPHLN.
3. Eligible expenditure: pengeluaran yang disetujui pemberi PHLN
4. Ineligible expenditure: pengeluaran yang tidak disetujui
pemberi PHLN.
5. Initial deposite: uang muka yang dapat ditarik setelah NPHLN
ditandatangani
6. Initial deposite: uang muka yang dapat ditarik setelah NPHLN
ditandatangani
7. Effektif date: tanggal mulai efektifnya NPPHLN dan penarikan
PHLN.
8. Closing date: batas akhir penarikan PHLN dari Rekening Kas
Negara
TATA CARA PENARIKAN PHLN 31

1. Pembukaan Letter of Credit (L/C)


Berdasarkan L/C dari BI, Letter of Comitment dari PPHLN, bank
koresponden melakukan pembayaran kepada pihak ketiga &
selanjutnya mengajukan tagihan ke PPHLN
2. Pembayaran Langsung (Direct Payment)
Melalui penarikan dana oleh KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah
(KPH) dengan mengajukan aplikasi ke PPHLN untuk membayar
pada pihak ketiga
3. Rekening Khusus (Special Account)
Penarikan PHLN melalui fasilitas Reksus pada BI atau Bank
Pemerintah lain yang ditunjuk Menteri Keuangan. Dana reksus
yang telah dipakai diisi kembali dengan mengajukan aplikasi
replenishment kepada PPHLN
4. Hibah Langsung dalam bentuk Barang/Jasa untuk
melakukan kegiatan
TATA CARA PENARIKAN PHLN (REKSUS) 32

PERSIAPAN
1. Pembukaan Reksus
2. Pengisian Initial Deposit
3. Penerbitan Perdirjen Petunjuk Pelaksanaan

PELAKSANAAN
1. Mekanisme pembayaran LS
2. Mekanisme pembayaran UP (berlaku
ketentuan UP sumber RM atau PHLN)

PERTANGGUNGJAWABAN
1. Replenishment
2. Financial Statement of Special Account (FISSA)
KELENGKAPAN UP, GUP, TUP - PHLN 33
DOKUMEN KELENGKAPAN SPP UP DANA PHLN
1. Surat Pernyataan KPA
2. Perhitungan Porsi Pendanaan
3. No Objection Letter (NOL) atau Approval (jika dipersyaratkan)

DEFINISI KELENGKAPAN SPP TUP DANA PHLN


1. Rincian RPD
2. Perhitungan Porsi Pendanaan
3. No Objection Letter (NOL) atau Approval (jika dipersyaratkan)
4. Surat Pernyataan TUP
5. Surat Persetujuan TUP dari Kepala KPPN
DEFINISI KELENGKAPAN SPP GUP DANA PHLN
1. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran
2. Kuitansi/bukti pembayaran
3. Bukti pembayaran/kuitansi/SPK/kontrak (sesuai ketentuan PBJ)
4. Perhitungan Porsi Pendanaan
5. No Objection Letter (NOL) atau Approval (jika dipersyaratkan)
6. SSP yg telah dikonfirmasi KPPN (jika dikenakan pajak)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai