Peserta memahami :
1. Model pencairan anggaran dalam rangka
pelaksanaan APBN
2. Dasar hukum pengelolaan uang
persediaan
3. Perhitungan Uang Persediaan dan
mekanisme pengajuannya
4. Pertanggungjawaban dan penatausahaan
Uang Persediaan
SISTEMATIKA MATERI 2
5 Peruntukan UP 15 Tambahan UP
6 Besaran UP 16 Penggantian UP
Langsung (LS)
Bendahara
PERUNTUKAN UP 7
53 Belanja Modal
58 Belanja Lain-lain
UP untuk ketiga jenis belanja tersebut adalah yang tidak direncanakan dicairkan
dengan mekanisme LS
Pagu UP Pagu UP
Terbagi dalam 3 (tiga)
Terbagi dalam 4 < Rp900 jutau Max. Rp50 juta < Rp2,4 M Max. Rp100 juta kelompok pagu belanja yang
kelompok pagu Rp900 juta s.d. Rp2,4 M Max. Rp100 juta dapat dibayarkan dengan UP
belanja yang PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dapat dibayarkan PaRp2,4 M s.d. Rp6 M Max. Rp200 juta
dengan UP > Rp6 M Max. Rp500 juta
> Rp6 M Max. Rp500 juta
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
memberikan dispensasi terhadap perubahan
UP melampaui besaran UP
PPK melakukan
pengujian atas
kebutuhan UP,
kemudian
3 menerbitkan dan
menyampaikan SPP
SPM UP
UP kepada PPSPM,
paling lambat 2 hari
sejak bendahara
PPSPM melakukan pengujian atas SPP UP yang menyampaikan
disampaikan PPK, kemudian menerbitkan SPM UP kebutuhan UP
PPSPM paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya SPP UP
KELENGKAPAN SPP-UP & PENGAJUAN
11
SPM UP
SPP dan SPM UP dilampiri dengan Daftar Rincian UP pada setiap Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP) atau Pemegang Uang Muka (PUM):
1. Dilampiri hanya bagi Bendahara Pengeluaran yang memiliki BPP/PUM
2. Berisi rencana distribusi Uang Persediaan kepada para BPP/PUM
3. Digunakan untuk memudahkan pengawasan kepada para BPP/PUM
Contoh:
Satker ABC dengan total pagu belanja operasional yang dibayarkan dengan UP pada DIPA Tahun
Anggaran 2018 sebesar Rp 10 Miliar, maka berdasarkan ketentuan Satker tersebut hanya dapat
mengajukan UP maksimal Rp 600 juta.
Jika dalam setahun pengajuan GU rata-rata per bulan hanya 1 kali, maka belanja operasional yang dapat
direalisasikan melalui mekanisme pembayaran UP hanya Rp 7,2 Miliar. Dan berdasarkan perhitungan
kebutuhan UP oleh Bendahara dalam 1 bulan lebih dari Rp 600 juta. Sehingga dengan pertimbangan
efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan, Satker ABC dapat mengajukan pemberian UP lebih
dari Rp 600 juta.
PERUBAHAN PENGATURAN DISPENSASI 13
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan
persetujuan UP melampaui besaran Dispensasi atas:
mempertimbangkan:
Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:
frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih
dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) 1 1 frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
bulan selama 1 (satu) tahun; dan
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan
perhitungan kebutuhan penggunaan UP 2 melampaui besaran UP
dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran 2
UP Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:
Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui
1 besaran UP dan
Menerima
01
Mempertangg
05 02 Menyimpan
ungjawabkan
Menatausahakan 04 03 Membayarkan
AKTIVITAS PENGELOLAAN UP PADA
16
BENDAHARA
III. PENYIMPANAN UP
1. Di Rekening Bendahara Pengeluaran (dalam jumlah yang tidak terbatas)
2. Di brankas Bendahara Pengeluaran (maksimal Rp50 juta pada setiap akhir hari kerja)
3. Penyimpanan melebihi ketentuan merupakan kesalahan dan Bendahara Pengeluaran
bertanggung jawab jika hilang
IV. PEMBAYARAN DENGAN UP
1. Pembayaran didasarkan pada Surat Perintah Bayar (SPBy) yang diterbitkan PPK
2. Pembayaran kepada 1 penerima maksimal Rp50 juta (kecuali untuk honor dan
perjalanan dinas)
3. Pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran:
a. Pembayaran pada pihak ketiga
b. Pembayaran uang muka (panjar/perskot)
4. Pembayaran dapat dilakukan dengan:
a. Tunai
b. Transfer dari rek Bend Pengeluaran ke rek penerima
MEKANISME PEMBAYARAN UP KEPADA
18
PIHAK KETIGA
2
Jika tolak bayar maka Bendahara mengembalikan SPBy dan
dokumen pendukung kepada PPK
3b
3a
Tolak Bayar
2
Jika tolak bayar maka Bendahara mengembalikan SPBy dan
dokumen pendukung kepada PPK
3b
3a
Tolak Bayar
Jika setuju bayar maka Bendahara melakukan pembayaran Setuju Bayar
kepada pihak ketiga
Penerima Proses Uji
Panjar
Bendahara melakukan pengujian atas SPBy beserta
dokumen pendukung
PENATAUSAHAAN DAN
20
PERTANGGUNGJAWABAN UP
Penatausahaan UP
• Bendahara Pengeluaran wajib membukukan UP yang dikelolanya
• Pembukuan dilakukan berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-
3/PB/2014
• Buku yang digunakan adalah Buku Kas Umum (BKU) dan buku-buku pembantu
• Pembukuan dapat secara manual ataupun elektronik
• Pada pembukuan secara elektronik, BKU dan buku-buku pembantu harus dicetak
minimal sebulan sekali
Pertanggungjawaban UP
• Bendahara Pengeluaran menyusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) atas UP yang
dikelolanya
• Setiap bulan wajib dilakukan pemeriksaan fisik UP
• Pengajuan SPP GU merupakan bentuk pertanggungjawaban atas UP yang diterima
oleh satker
TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN 21
Ketentuan TUP
Berdasarkan persetujuan
TUP dari KPPN, KPA
memerintahkan PPK
untuk menyusun dan
mengajukan SPP TUP
3 4
SPP TUP SPM TUP
KETENTUAN UMUM
1. Diajukan dengan SPP-GUP (revolving)
2. SPP-GUP (revolving ) juga berfungsi sebagai SPJ
3. Penggunaan UP telah mencapai 50%
4. SPP-GUP (revolving) disampaikan sebelum 1 bulan sejak UP diterima.
5. Paling lambat 1 bulan sejak SP2D UP, satker harus mengajukan SPM GUP sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan permintaan penggantian
KETENTUAN UMUM
1. Uang persediaan dan tambahan uang persediaan belum diakui sebagai belanja
dalam APBN
2. Untuk dapat diakui sebagai belanja, maka UP dan TUP tersebut harus diajukan
SPP-GUP-nya walaupun pengajuan SPP tersebut tidak diikuti dengan pencairan
dana.
3. Dana UP harus diajukan SPP-GUP-nihilnya pada akhir tahun anggaran atau pada
saat habisnya pagu anggaran.
4. Dana TUP harus diajukan SPP-GUP-nihilnya paling lambat satu bulan sejak
terbitnya SP2D TUP berkenaan
5. Apabila SPP-GUP nihil tidak diajukan, maka Bendahara Pengeluaran dianggap
masih menyimpan dana UP/TUP.
6. Sehingga, dana UP/TUP tersebut harus disetor kembali ke Rek Kas Negara.
7. Dokumen/lampiran SPP-GUP nihil sama dengan SPP-GUP (revolving)
PENGELOLAAN UP - PNBP 26
DEFINISI
“PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan”
-UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP-
JENIS PNBP
1. Penerimaan umum PNBP yang pada umumnya terdapat pada semua kementerian dan
lembaga.
2. Penerimaan fungsional PNBP yang diterima kementerian dan lembaga dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
PENYETORAN PNBP
1. Penyetoran PNBP ke Rek. Kas Negara dilakukan secara terpusat.
Misal: Kantor Administrator Pelabuhan, Kemenhub atau Kantor Kementerian KLH
2. Penyetoran PNBP ke Rek. Kas Negara dilakukan sendiri oleh satker bersangkutan.
Misal: Kantor Pertanahan, BPN atau Kantor Kepolisian Negara RI
PENYUSUNAN SPP UP - PNBP 27
KETENTUAN UMUM
1. SPP UP dan TUP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya
2. Dalam hal MP belum terbit, UP diberikan 20% dari Realisasi PNBP, maks Rp 500 juta
3. Satker yang belum memiliki realisasi PNBP, UP yang dapat diberikan adalah 1/12 dari Pagu Dana
PNBP, maks. Rp 200 juta
4. Satker Pengguna yang setorannya dilakukan terpusat diatur secara khusus (pagunya sesuai dengan
SE Dirjen Perbendaharaan)
5. Satker Pengguna yang setorannya dilakukan masing-masing harus melampirkan SSBP yang telah
dikonfirmasikan ke KPPN
6. Proporsi Pengeluaran terhadap Pendapatan diatur berdasarkan SK Menkeu yang berlaku
7. Besarnya pencairan tidak boleh melampaui pagu DIPA
8. Pertanggungjawaban ke KPPN berupa SPM yang dilampiri dengan:
• Dokumen pendukung (UP dilampiri SP KPA, TUP dilampiri Surat Persetujuan Kepala KPPN,
LS dilampiri dengan SSP)
• Bukti setor PNBP (SSBP) yang telah dikonfirmasi KPPN
• Daftar Perhitungan Maksimal Pencairan MP = (PPP X JS) – JPS
MP : Maksimal Pencairan
PPP : Proporsi Pagu pengeluaran thd
RUMUS PERHITUNGAN Pendapatan (nilai besarannya
MAKSIMUM PENCAIRAN berdasar SK Menteri Keuangan)
JS : Jumlah Setoran
JPS : Jumlah Pencairan dana
Sebelumnya
PENGELOLAAN UP - PHLN 28
DEFINISI
1. Pinjaman Luar Negeri Sumber pembiayaan negara dalam bentuk devisa,
barang/jasa yang diterima dari negara/badan/lembaga asing atau dari pasar
internasional dan harus dibayar kembali sesuai persyaratan yang disepakati.
2. Hibah Luar Negeri Sumber penerimaan negara yang diperoleh dari luar negeri
dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan, barang/jasa yang dapat dinilai
dengan uang dan tidak perlu dibayar kembali.
PERSIAPAN
1. Pembukaan Reksus
2. Pengisian Initial Deposit
3. Penerbitan Perdirjen Petunjuk Pelaksanaan
PELAKSANAAN
1. Mekanisme pembayaran LS
2. Mekanisme pembayaran UP (berlaku
ketentuan UP sumber RM atau PHLN)
PERTANGGUNGJAWABAN
1. Replenishment
2. Financial Statement of Special Account (FISSA)
KELENGKAPAN UP, GUP, TUP - PHLN 32
DOKUMEN KELENGKAPAN SPP UP DANA PHLN
1. Surat Pernyataan KPA
2. Perhitungan Porsi Pendanaan
3. No Objection Letter (NOL) atau Approval (jika dipersyaratkan)