sebagai berikut :
Perpres tentang pengadaan barang/jasa tidak mengatur secara detail tentang PPTK. Dalam Perpres 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 54 tahun 2010 hanya dijumpai aturan tentang PPTK
dalam penjelasan pasal 7 ayat (3). Pasal 7 ayat (3) yang berbunyi “PPK dapat dibantu oleh tim pendukung
yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa”. Penjelasan pasal tersebut berbunyi :
Tim pendukung adalah tim yang dibentuk oleh PPK untuk membantu pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
Tim pendukung antara lain terdiri atas Direksi Lapangan, Konsultan Pengawas, Tim Pelaksana
Swakelola, dan lain-lain.
PPK dapat meminta kepada PA untuk menugaskan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dalam
rangka membantu tugas PPK.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 1 ayat
(16) menyebutkan bahwa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program
sesuai dengan bidang tugasnya.
Dari pasal ini beberapa kata kunci yang dapat dicermati. Pertama, PPTK melekat pada jabatan
struktural. Ini menegaskan bahwa jabatan sebagai PPTK adalah bagian dari tugas, pokok dan fungsi
(tupoksi), oleh karena itu selayaknyalah penghargaan sebagai PPTK sudah melekat pada gaji dan
tunjangan jabatan. Kedua, PPTK bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan dari satu program.
Adapun tugas PPTK dijelaskan dalam Pasal 12 ayat (2) PP 58 Tahun 2005, yaitu: mengendalikan
pelaksanaan kegiatan; melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan menyiapkan dokumen
anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Pengadaan barang/jasa merujuk pada diperolehnya barang/jasa sebagai bagian pemenuhan tugas kepala
satuan kerja perangkat daerah (SKPD), baik sebagai pengguna angaran (PA) sekaligus pengguna barang.
Dengan demikian, kegiatan pengadaan barang/jasa adalah tanggungjawab kepala SKPD yang dalam
Perpres 70/2012 disebut sebagai pengguna anggaran (PA). Definisi PA disini sama dengan definisi yang
ada dalam PP 58/2005.
Tugas kepala SKPD seperti amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
adalah sebagai pengguna anggaran (PA) berujung pada kegiatan. Sementara itu, sebagai pengguna barang
berujung hingga ke paket pekerjaan. Dalam wilayah pengguna anggaran sesuai amanat PP 58/2005, PA
dapat menunjuk pejabat dibawahnya sebagai PPTK pada batas kegiatan. Sementara itu dalam tujuan
memperoleh barang/jasa, PA dapat menetapkan seorang PPK pada batas pelaksanaan pekerjaan.
Pengelolaan keuangan dan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bidang pekerjaan yang
berbeda. Demikian juga proses pengadaan barang/jasa dan proses pembayaran atas pengadaan barang
dan jasa merupakan lingkup pekerjaan yang berbeda.
Begitu juga, PPTK dan PPK tidak bisa dipahami secara struktural karena keduanya memang memiliki
tugas yang berbeda. PPK memiliki tugas fungsional sebagai pelimpahan kewenangan dari PA disisi
memperoleh barang/jasa. Sementara itu, PPTK memiliki tugas struktural yang juga pelimpahan
kewenangan PA disisi pembayaran.
PPTK bersifat admnistratif, sedangkan PPK bersifat teknis operasional. PPTK bertanggung jawab terhadap
kegiatan, sedangkan PPK bertanggung jawab terhadap paket pekerjaan. PPTK bertanggung jawab atas
adminsitrasi pembayaran, sedangkan PPK bertanggung jawab atas perolehan barang/jasa. Jelas tidak ada
yang harus dipertentangkan.
Alur proses yang harusnya dipahami PPTK sebagai pembantu PA memastikan secara administratif
anggaran telah tersedia. Sejalan dengan itu, PPK mempersiapkan pelaksanaan pengadaan sejak
penyusunan spesifikasi, HPS, dan rancangan kontrak.
Setelah penyedia ditetapkan, PPK menunjuk penyedia dan menandatangani kontrak bersama. Kemudian
PPK mengendalikan kontrak hingga didapatkannya barang/jasa yang ditandai dengan berita acara serah
terima (BAST). Setelah itu, PPK tidak punya kewenangan untuk menjalankan administrasi pembayaran.
Untuk itu, PPTK mendukung PPK dalam proses admnistrasi pembayaran.
Tahap inilah yang diataur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan disempurnakan dengan Permendagri 21/2011. Secara rinci, tugas PPTK bisa dilihat
sebagai berikut:
SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian
kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.
Menurut penulis, dari ketentuan diatas dapat dilihat bahwa kontrak kerja atau surat perintah kerja
lainnya merupakan tanggung jawab PPK untuk kemudian diserahkan kepada PPTK sebagai bagian
kelengkapan dari dokumen yang disiapkan untuk kepentingan pembayaran. Jadi, bukan PPTK yang
menandatangani kontrak atau surat perjanjian di wilayah pengadaan barang/jasa.
1. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara
pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK;
Menurut penulis, dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa PPTK mendukung proses pembayaran atas
pelaksanaan kontrak oleh PPK dan penyedia dengan mengetahui/menyetujui kelengkapan dokumen yang
diperlukan dalam SPP-LS. Sekali lagi PPTK bertugas diwilayah admnistratif pembayaran.
Pasal 205
Ayat (1)
PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untuk disampaikan
kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran.
Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan
mengalami keterlambatan;
Ayat (5)
Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa
kepada PPTK untuk dilengkapi.
Ayat (6)
Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
pengguna anggaran setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
1. PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS yang di dalamnya termasuk kelengkapan pertanggung jawaban
pelaksanaan kontrak oleh PPK.
2. Klausul adanya keterlambatan dan denda keterlambatan berasal dari PPK, kemudian disampaikan
pada PPTK untuk diproses secara administratif oleh PPTK dengan membuat surat pemberitahuan
potongan denda sebagai kelengkapan SPP-LS.
KESIMPULAN :
1. Pengelolaan keuangan dan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bidang pekerjaan yang
berbeda. Demikian juga proses pengadaan barang/jasa dan proses pembayaran atas pengadaan
barang dan jasa merupakan lingkup pekerjaan yang berbeda.
2. Prosedur pengadaan barang/jasa diatur dalam Pereturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang
telah diubah dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012. Sedang Prosedur pembayaran atas pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dari APBD diatur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
3. Pihak yang berperan dalam proses pengadaan barang/jasa adalah: PA/KPA, PPK, Panitia/Pejabat
Pengadaan/ULP, dan PPHP. Pihak yang berperan dalam proses pembayaran adalah PA/KPA, PPK,
PPK-SKPD, PPTK, Pejabat Penanda Tangan SPM, dan Bendahara pengeluaran.
4. Dalam hal PPK memerlukan bantuan PPTK dalam pelaksanaan tugasnya, PPK dapat mengusulkan
kepada PA untuk menugaskan PPTK dalam rangka membantu tugas PPK.
5. Hanya PPTK yang ditetapkan oleh PA sebagai pembantu PPK yang dilibatkan dalam tugas PPK.
6. Keterlibatan PPTK dalam membantu tugas PPK tidak membebaskan PPTK dari tugas pokoknya
yaitu: Mengendalikan pelaksanaan kegiatan, Melaporkan perlembangan pelaksanaan kegiatan, dan
Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.