Anda di halaman 1dari 20

BAB III

PARA PIHAK DALAM KONTRAK KERJA

Para pihak dalam kontrak kerja pengadaan barang/jasa


pada dasarnya hanya ada 2 penandatangan kontrak. Pihak
pemerintah dengan pihak pelaku usaha sebagai penyedia.
Pihak pemerintah melalui K/L/PD diwakili oleh
PA/KPA/PPK sebagai pejabat penandatangan kontrak.14
Sedangkan pelaku usaha diwakili oleh Direktur Utama/
Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang disebutkan
namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah
didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
Penyedia perorangan. Selain pihak tersebut di atas, pihak lain
yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari
Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau
pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar
untuk menandatangani Kontrak sepanjang pihak lain tersebut
merupakan pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi
yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap.15
Berikut rincian penjelasan terkait klausula para pihak
dalam kontrak kerja pengadaan barang/jasa pemerintah.

1. Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
pemerintah. Kewenangan penggunaan anggaran termasuk di
dalamnya kewenangan pembuatan komitmen dan
penandatanganan kontrak.
Kewenangan pembuatan komitmen meliputi :
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
c. menetapkanspesifikasiteknis/KerangkaAcuanKerja(KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;

14
Perlem LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia bagian 2.3.2.3 Naskah Perjanjian
15
Perlem LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia bagian 7.3.3 Pelaksanaan Penandatanganan
Kontrak

15
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah);
i. mengendalikan Kontrak;
j. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan;
k. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada
PA/KPA;
l. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahan;
m. menilai kinerja Penyedia.
n. menetapkan tim pendukung;
o. menetapkan tim atau tenaga ahli; dan
p. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;16
PA adalah pemilik seluruh kewenangan kontraktual
dalam pengadaan barang/jasa. Kewenangan adalah kekuasaan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik17.
Kewenangan PA dalam ranah kontrak mencakup
pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan tanggung gugat
kontraktual. Untuk itu PA tidak memerlukan proses administratif
pelimpahan wewenang ketika bertindak sebagai PPK. Bahkan
tidak layak jika seorang PA kemudian disebut PPK ketika
menjalankan tugas ke-PPK-an, karena sudah jelas sedang
menjalankan kewenangannya sendiri.
Kewenangan PA melekat pada Kepala Kementerian,
Lembaga dan Perangkat Daerah (K/L/PD). Sebagai pemegang
seluruh kewenangan penggunaan anggaran, bahkan secara
hukum berdasarkan undang-undang perbendaharaan negara,
Kepala K/L/PD sekaligus juga Pengguna Barang18.

16
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 11 ayat (1)
17
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 1 angka
6.
18
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 4. ayat (1)
Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi

16
Atas sebab amanat undang-undang maka PA adalah jenis
kewenangan atribusi19. Kepala K/L/PD menjadi pelaksana tugas,
tanggung jawab sekaligus tanggung gugat dalam perbendaharaan
negara berdasarkan amanah undang-undang. Didalam lingkup
kewenangan tersebut termasuk juga kewenangan pengelolaan
kontrak.
Sebagai pengingat dalam pengelolaan keuangan daerah,
PA/KPA setiap kali menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
atas transaksi pengadaan barang/jasa dipastikan telah
menandatangani Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM)20. Hal serupa juga diatur dalam tata cara pembayaran
dilingkungan pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Untuk itu PA sebagai pemilik kewenangan dalam
melimpahkan tugas dan/atau tanggung jawab wajib memastikan
penerima kewenangan memiliki kesesuaian kompetensi baik
kompetensi jabatan maupun kompetensi teknis dalam
melaksanakan kewenangan sesuai peraturan perundang-
undangan.

2. Kuasa Pengguna Anggaran


Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA
adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan
APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan
APBD.
KPA untuk pengelolaan APBN mendapatkan pelimpahan
seluruh kewenangan pengadaan barang/jasa di lingkup satuan
kerja yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan KPA untuk pengelolaan APBD
mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan pengadaan
barang/jasa dari PA21.

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya dan Pasal 6 ayat (1) (1) Kepala satuan
kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya.
19
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 12.
20
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 bagian Q. PERINTAH PENCAIRAN
DANA.
21
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 9 ayat 2 dan 3.

17
Dalam ranah kontrak KPA memiliki kewenangan yang
tidak berbeda dengan PA, yaitu kewenangan pembuatan
komitmen dan penandatanganan kontrak. Umumnya rincian
pelimpahan kewenangan ini tertuang dalam Surat Keputusan
Kepala K/L/PD berdasarkan rekomendasi/penunjukan dari PA.

3. Pejabat Pembuat Komitmen


Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/ anggaran
belanja daerah.
Definisi tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja oleh PPK tidak akan sulit dipahami bagi PPK
pelaksana anggaran belanja negara. Karena PPK APBN memiliki
tugas hingga wilayah pembayaran. Agak berbeda dengan APBD,
dimana wilayah tugas PPK hanya sampai tahapan serah terima
hasil pekerjaan saja, selebihnya menjadi tugas PA/KPA diwilayah
pengelolaan keuangan daerah.
Untuk itu diwilayah kontraktual tugas PPK di APBD harus
dibatasi sesuai kewenangan pengadaan barang/jasa yaitu sampai
dengan serah terima hasil pekerjaan. Secara rinci jika diambil
tugas pada pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021 maka kewenangan dalam pelaksanaan kontrak oleh
PPK adalah sebagai berikut:
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
c. menetapkan spesifikasi teknis/ Kerangka Acuan Kerja (KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. mengendalikan Kontrak;
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahan;

18
k. menilai kinerja Penyedia.
l. menetapkan tim pendukung;
m. menetapkan tim atau tenaga ahli; dan
n. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).
Tentang kewenangan penandatanganan kontrak. PPK
meskipun memiliki tugas mengendalikan kontrak dan
menetapkan SPPBJ, tidak serta merta otomatis memiliki
kewenangan menandatangani kontrak. PPK baru diperbolehkan
bertandatangan kontrak apabila diberikan tugas tambahan
bersifat mandat22 dari PA/KPA untuk menandatangani kontrak.
Pemberian mandat penandatanganan kontrak dapat
menyatu dengan Surat Keputusan PA/KPA tentang Penetapan
sebagai PPK atau hanya berupa surat tugas penandatanganan
kontrak dari PA/KPA untuk paket pekerjaan yang ditugaskan.

4. Pejabat Penandatangan Kontrak


Pejabat Penandatangan Kontrak adalah pejabat yang
berwenang untuk mengadakan ikatan perjanjian atau
menandatangani Kontrak dengan Penyedia setelah dokumen
pelaksanaan anggaran disahkan.
Mencermati Perpres 16/2018 pasal 58 secara regulatif
pihak yang berkontrak dapat disimpulkan adalah PA/KPA dengan
Penyedia. Maka kemudian menjadi beralasan bahwa dalam
standar umum kontrak selalu disebutkan Pejabat Penandatangan
Kontrak bukan Pejabat Pembuat Komitmen. Sementara secara
akronim keduanya sama disebut PPK, ini yang kadang dilapangan
cukup membingungkan.
Kembali kepada makna pasal 58 maka yang memiliki
kewenangan penandatanganan kontrak adalah PA/KPA dengan
Penyedia. Sehingga kalau ada pertanyaan yang paling tepat
disebut sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak adalah PA/KPA.
Konsep ini selaras dengan attribusi kewenangan
administratif sebagaimana tertuang dalam UU 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara.

22
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 1 angka
24 Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan
tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat.

19
Kewenangan administratif meliputi melakukan perikatan
atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya
penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan
pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian
negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan
tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih
penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.23
Salah satu kewenangan yang dimiliki oleh PA adalah
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban anggaran belanja. Dalam kewenangan tersebut PA secara
delegatif melalui peraturan turunan diberi kewenangan untuk
melimpahkan tugas penandatanganan kontrak kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) yang ditetapkannya. Perpres 16/2018
menyebutkan dengan tegas dalam pasal 11 ayat (2).
"selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA,
meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja; dan
b. mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan."
Yang membedakan antara PA/KPA bertandatangan
kontrak dengan PPK bertandatangan kontrak adalah:
• PA/KPA yang bertandatangan kontrak sifatnya melaksanakan
tugasnya sendiri sebagai bagian dari kewenangan pokok yang
ada padanya atributif atau delegatif24.
• PPK bertandatangan kontrak sebagai penerima mandat25 dari
PA/KPA, untuk itu secara tugas PPK bertanggung jawab

23
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
angka 3 tentang Pejabat Perbendaharaan Negara.
24
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 1
angka 22 dan 23:
22. Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau Undang-Undang.

23. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya
kepada penerima delegasi.
25
idem

20
kepada PA/KPA. Sedangkan tanggung jawab dan tanggung
gugat atas risiko yang muncul dalam perikatan, yang
ditandatangani PPK, kepada pihak lain adalah PA/KPA.
Tanda tangan kontrak merupakan bagian pelaksanaan
tugas pengendalian kontrak yang dimiliki oleh PA/KPA/PPK.
Sehingga hanya PA/KPA/PPK dari sisi pemerintah yang dapat
bertandatangan kontrak. PA/KPA/PPK yang bertandatangan
dalam dokumen kontrak disebut Pejabat Penandatangan
Kontrak.
Untuk itu dalam pokok kontrak ditegaskan dalam
klausula para pihak, PA/KPA/PPK yang bertandatangan pada
Surat Perjanjian disebut sebagai "Pejabat Penandatangan
Kontrak".
"SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya adalah
Kontrak Kerja Konstruksi Gabungan Lumsum dan Harga Satuan,
yang selanjutnya disebut “Kontrak” dibuat dan ditandatangani di
........... pada hari .......... tanggal ….... bulan ................. tahun ..............
[tanggal, bulan dan tahun diisi dengan huruf], berdasarkan Surat
Penetapan Pemenang Nomor.…… tanggal ……., Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor ……. tanggal ……., [jika
kontrak tahun jamak ditambahkan surat persetujuan pejabat yang
berwenang, misal: “dan Surat Menteri Keuangan (untuk sumber
dana APBN) Nomor ..... tanggal ..... perihal .....”], antara:
Nama : ………….. [nama PA/KPA/PPK]
NIP : ………….. [NIP]
Jabatan : ........... [sesuai SK Pengangkatan]
Berkedudukan di : ………….. [alamat Satuan Kerja]
yang bertindak untuk dan atas nama ….. [diisi nama
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah] berdasarkan Surat
Keputusan ……. Nomor ……. tanggal ……. tentang ……. [SK
pengangkatan PA/KPA/PPK] [jika ditandatangani oleh PPK
ditambahkan surat tugas dari PA/KPA] selanjutnya disebut
“Pejabat Penandatangan Kontrak”,..."26
Untuk itu konsepsi Pejabat Penandatangan Kontrak
bukan entitas baru sebagai pelaku pengadaan, tetapi sebuah
identitas para pihak dalam perjanjian. Dan identitas ini digunakan

26
Model Dokumen Pemilihan V.17 Perlem LKPP Nomor 12 Tahun 2021.

21
untuk seluruh dokumentasi terkait dengan pengendalian dan
pelaksanaan kontrak.

5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya
disebut PPTK adalah pejabat pada Unit Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa
Kegiatan dari suatu Program sesuai dengan bidang tugasnya.27
PPTK hanya dikenal pada pengadaan barang/jasa
pemerintah di daerah. Peranan PPTK sebelum terbitnya
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 menjadi area abu-abu
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Setelah terbit maka
posisi PPTK dalam pengadaan barang/jasa pemerintah daerah
menjadi lebih tegas. Termasuk dalam pelaksanaan kontrak
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pelimpahan tugas pelaksanaan kontrak hanya dapat
dilimpahkan kepada PPTK yang memiliki sertifikat kompetensi
sebagai PPK. Untuk menjadi seorang PPTK tidak wajib memiliki
sertifikat kompetensi sebagai PPK, namun untuk menjalankan
tugas-tugas PPK wajib memiliki sertifikat kompetensi PPK.
PPTK, bersertifikat kompetensi PPK, melaksanakan tugas
pelaksanaan kontrak meliputi:
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
c. menetapkan spesifikasi teknis/ Kerangka Acuan Kerja (KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. mengendalikan Kontrak;
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahan;
k. menilai kinerja Penyedia.

27
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
pasal 1 angka

22
Dalam struktur organisasi para pihak dalam kontrak,
PPTK besertifikat kompetensi PPK, dapat ditunjuk menjadi wakil
para pihak disisi Pejabat Penandatangan Kontrak. Ini jika PPTK
diberi kewenangan melaksanakan sebagian kewenangan Pejabat
Penandatangan kontrak. Seperti hal nya tim teknis pejabat
penandatangan kontrak.
Peranan PPTK lebih kepada pengendalian administratif
pelaksanaan kontrak, terutama administrasi keuangan/
pembayaran. Pada aspek teknis pelaksanaan pekerjaan, Pejabat
Penandatangan Kontrak didukung oleh tim/tenaga pendukung
atau tim/tenaga ahli baik internal maupun eksternal, salah
satunya Pengelola Teknis Kegiatan.

6. Pengelola Teknis Kegiatan


Pengelola Teknis adalah tenaga teknis kementerian
dan/atau organisasi perangkat daerah yang bertanggung jawab
dalam pembinaan Bangunan Gedung Negara, yang ditugaskan
untuk membantu kementerian/lembaga dan/atau organisasi
perangkat daerah dalam pembangunan Bangunan Gedung
Negara.28
Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam
pengelolaan kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara di
bidang teknis administratif, karena itulah personil pengelola
teknis ini sering juga disebut Petugas Pengelola Teknis Kegiatan,
jika disingkat sama dengan PPTK.
Pengelola Teknis hanya diatur dalam pekerjaan
konstruksi untuk bangunan gedung negara. Namun praktik baik
ini juga diterapkan untuk bangunan lain seperti bangunan sipil.
Keberadaan Pengelola Teknis sering dipersamakan
dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Padahal
secara regulatif keduanya memiliki kompetensi yang berbeda.
PPTK adalah bagian pengelolaan keuangan daerah, sedangkan
Pengelola Teknis adalah bagian pengelolaan teknis kegiatan
konstruksi/pekerjaan.
Memang betul keduanya adalah tim pendukung
administratif pengelolaan kontrak, sebagai wakil para pihak disisi
Pejabat Penandatangan Kontrak, namun kompetensi dan

28
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

23
konsekwensi tugasnya berbeda. Pengelola Teknis dapat menjadi
salah satu anggota dari Direksi dalam hal pengendalian kontrak.
Pengelola Teknis Bangunan Gedung Negara harus mempunyai
Sertifikat Pengelola Teknis yang diterbitkan oleh Badan
Pembinaan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.29
Kepala K/L/PD menugaskan Pengelola Teknis dalam
kewenangannya sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasinya30,
dengan tujuan menempatkan personil sesuai keahlian atau
kompetensi yang dimiliki.

7. Direksi lapangan
Direksi lapangan adalah tim pendukung yang
dibentuk/ditetapkan oleh PPK. Terdiri dari 1 (satu) orang atau
lebih berasal dari personel pejabat penandatangan kontrak, yang
ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak untuk
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.
Mengingat Direksi lapangan bertugas sebagai Personil
yang ditunjuk sebagai pengelola administrasi kontrak dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan teknis, personil yang
ditunjuk bukan berdasar kompetensi struktural namun berdasar
kompetensi teknis pekerjaan.
Misal untuk pekerjaan bangunan gedung, menunjuk
personil yang kebetulan adalah PPTK dari unsur pengelola
keuangan daerah, tanpa kompetensi tata bangunan adalah hal
yang tidak tepat. Akan sangat tepat jika yang ditunjuk sebagai
anggota tim direksi lapangan adalah personil berlatar belakang
teknik sipil dan/atau tata bangunan.
Direksi lapangan juga dimaknai sebagai bagian struktur
organisasi pengendalian pelaksanaan pekerjaan, khususnya
dalam pekerjaan konstruksi. Meski demikian struktur organisasi
seperti ini tentu juga akan sangat bermanfaat jika diterapkan
pada pengadaan barang/jasa lainnya disesuaikan dengan tingkat
kompleksitas pekerjaan yang dikendalikan.

29
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang RI Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Pembangunan Gedung Negara Pasal 69 ayat (4).
30
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Paragraf 12 Pengelolaan Teknis
Bangunan Gedung Negara.

24
Dalam hal Direksi Lapangan diangkat dan ditunjuk
menjadi Wakil Sah Pejabat Penandatangan Kontrak, maka selain
melaksanakan pengelolaan administrasi kontrak dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan, Direksi Lapangan juga
melaksanakan pendelegasian pengendalian pelaksanaan kontrak
sesuai dengan pelimpahan dari Pejabat Penandatangan Kontrak.

8. Direksi Teknis
Direksi teknis adalah tim pendukung yang
dibentuk/ditetapkan oleh PPK. Terdiri dari 1 (satu) orang atau
lebih berasal dari personel pejabat penandatangan kontrak, yang
ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Kewenangan dan tanggung jawab pengawasan pekerjaan
konstruksi, oleh Pejabat Penandatangan Kontrak atau PPK, dapat
didelegasikan kepada Pengawas Pekerjaan yang dapat dilakukan
oleh staf PPK sebagai Direksi Teknis dalam hal tidak dibutuhkan
Penyedia Jasa Konsultansi yaitu Konsultan Pengawas.

9. Organisasi Kerja Pejabat Penandatangan Kontrak


Dalam pengendalian kontrak, sebagai contoh kontrak
pekerjaan konstruksi, terdapat pola struktur organisasi. Salah
satunya seperti gambar 1.
Para pihak pejabat penandatangan kontrak yang lazim
dilibatkan sebagai wakil para pihak adalah Direksi Lapangan dan
Direksi Teknis.
Penyelenggara Pekerjaan meliputi Kepala Satuan Kerja,
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengendali Pekerjaan (Direksi
Lapangan atau Konsultan MK), Pengawas Pekerjaan (Direksi
Teknis atau Konsultan Pengawas), dan Penyedia.31
Yang juga sering menjadi bahan diskusi dan pertanyaan,
untuk kontrak pekerjaan konstruksi, adalah tentang Panitia
Peneliti Pelaksanaan Kontrak. Panitia Peneliti Pelaksanaan
Kontrak ditetapkan oleh PA sebelum pelaksanaan tahapan
pengukuran/pemeriksaan bersama.32

31
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, C.2.
Tanggung Jawab Dan Wewenang Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa.
32
idem

25
Gambar 1:Struktur Organisasi Para Pihak yang terlibat pada Pekerjaan Konstruksi
Permenpupr 21/PRT/M/2019
Beberapa klausul dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak
(SSUK) pekerjaan konstruksi yang menunjukan peran dari Panitia
Peneliti Pelaksanaan Kontrak adalah:
1. Pada tahapan rapat persiapan pelaksanaan Kontrak,
PA/KPA dapat membentuk Pejabat/Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
2. Untuk kepentingan perubahan Kontrak, Pejabat
Penandatangan Kontrak dapat meminta pertimbangan dari
Pengawas Pekerjaan dan Pejabat/Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
3. Pejabat/Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak meneliti
kelayakan perubahan kontrak.
4. Pejabat Penandatangan Kontrak berdasarkan pertimbangan
Pengawas Pekerjaan dan Pejabat/Panitia Peneliti

26
Pelaksanaan Kontrak harus telah menetapkan ada tidaknya
perpanjangan dan untuk berapa lama.
Dari potongan SSUK ini dapat tergambar bahwa Panitia
Penelitia Pelaksanaan Kontrak adalah kepanitiaan yang dapat
dibentuk oleh PA/KPA dalam rangka membantu pejabat
penandatangan kontrak mengambil keputusan terkait perubahan
kontrak dan/atau perpanjangan pelaksanaan kontrak.
Kepanitiaan ini dibentuk PA/KPA dapat terdiri dari
unsur:
1. Perencanaan teknis
2. Pelaksanaan lapangan
3. Pengawasan lapangan
4. Administrasi kontrak
5. Keuangan
6. Pengujian
7. PA/ KPA
8. Terkait lainnya33
Dari sini dapat dipahami bahwa Pantia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak bukanlah sebuah organisasi
tambahan/baru melainkan gugus tugas yang terdiri dari tim
internal pengguna jasa.

10. Penyedia
Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan
barang/jasa berdasarkan Kontrak34. Penyebutan penyedia tidak
bisa disamaratakan untuk seluruh pelaku usaha. Hanya pelaku
usaha yang telah sah melakukan tindakan berdasarkan kontrak
dengan pemerintah yang layak menyandang gelar sebagai
penyedia.
Jika dipahami dari urutan proses maka identitas pelaku
usaha dapat dirunut sebagai berikut:
• sejak pengumuman hingga sebelum pendaftaran disebut
pelaku usaha;
• sejak pendaftaran hingga sebelum penetapan pemenang
disebut peserta;

33
Modul 07 Pengendalian Pengawasan Pada Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi,
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi, 2017
34
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 angka 28.

27
• sejak penetapan pemenang hingga sebelum penunjukan
penyedia disebut pemenang;
• sejak penunjukan penyedia hingga sebelum penandatanganan
kontrak disebut calon penyedia; dan
• sejak penandatanganan kontrak hingga serah terima hasil
pekerjaan disebut penyedia.
Disisi otoritas pembayaran sejak bertandatangan kontrak
penyedia disebut sebagai rekanan, pihak lain atau pihak ketiga.
Karena sejak menyandang gelar sebagai penyedia, pelaku usaha
resmi menjadi mitra pemerintah.

11. Subpenyedia
Subpenyedia atau subkontraktor adalah penyedia yang
mengadakan perjanjian kerja dengan penyedia penanggung
jawab kontrak (mainkontraktor), untuk melaksanakan sebagian
pekerjaan (subkontrak).
Istilah subkontraktor jauh lebih familiar dibanding
subpenyedia. Subkontraktor merujuk pada pelaku usaha,
sedangkan subkontrak merujuk pada bagian pekerjaan atau
bagian kontrak. Inilah yang membedakan antara
pemasok/supplier/vendor. Pemasok hanya menyediakan bahan,
material atau peralatan sedangkan subkontraktor bisa saja
bertindak sebagai supplier namun merangkap sekaligus sebagai
pelaksana bagian pekerjaan.
Pemasok material rangka baja maka disebut pemasok.
Namun jika penyedia rangka baja tersebut sekaligus yang
melakukan pemasangan dan pelaksanaan bagian pengerjaan
rangka baja maka pada saat itu berubah menjadi subkontraktor.
Penyedia/mainkontraktor bertanggung jawab penuh
terhadap tuntutan subkontraktor dan seluruh akibat dari
pelaksanaan bagian pekerjaan yang dilimpahkan kepada
subpenyedia/subkontraktor.

Penyedia Mandiri
Penyedia berdasarkan Kontrak ini bertanggung jawab
penuh terhadap Tenaga Kerja Konstruksi dan

28
Subkontraktornya (jika ada) serta pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka. 35

Subkontraktor wajib diberitahukan dan disetujui oleh


pihak Pejabat Penandatangan Kontrak.
1.2 Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan
adalah bagian pekerjaan utama atau bagian pekerjaan
bukan utama yang ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Dokumen Pemilihan yang pelaksanaannya
diserahkan kepada Penyedia lain (Subkontraktor) dan
disetujui terlebih dahulu oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak.36

Pemasok bentuk perikatannya tidak selalu dalam bentuk


perjanjian, namun bisa saja hanya berupa pernyataan dukungan.
Ini menandakan perikatan subkontraktor jauh lebih kuat
dibandingkan dengan pemasok/supplier/vendor.

12. Kemitraan/KSO
Kemitraan/KSO adalah kerja sama usaha antar penyedia,
baik penyedia nasional maupun penyedia asing, yang masing-
masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab
yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.
Kemitraan dalam kontrak kerja pengadaan barang/jasa
tidak hanya berupa subpenyedia/subkontraktor tetapi juga
kemitraan dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO).
Perbedaan antara subpenyedia/subkontraktor dengan KSO ada
pada dimulainya perikatan kemitraan. KSO mengikat sejak syarat
pemilihan. Artinya perjanjian KSO harus sudah ada sejak sebelum
batas akhir pemasukan penawaran dan menjadi bagian yang
dievaluasi pada saat pemilihan.
Perjanjian KSO harus menegaskan siapa yang akan
memimpin KSO (Leadfirm) dan siapa saja yang menjadi anggota.
Oleh karenanya KSO sepenuhnya disebut Para Pihak yang
berkontrak diwakili leadfirm.
Perjanjian KSO yang berakhir sebelum penyelesaian
pekerjaan, maka tanggung jawab penyelesaian pekerjaan
35
Model Dokumen Pemilihan V.17 Perlem LKPP Nomor 12 Tahun 2021
36
idem

29
dibebankan pada perusahaan yang menjadi leadfirm KSO atau
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam perjanjian KSO.

13. Aparat Pengawas Intern Pemerintah


Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya
disingkat APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan
melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
Pemerintah37. Inspektorat K/L/PD ataupun Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah bagian dari APIP.
Bagaimana APIP dapat menjadi bagian para pihak dalam
kontrak kerja pengadaan barang/jasa? Jika dicermati
kesepakatan mengakui kehadiran APIP dalam perikatan adalah
terdapat pada Pakta Integritas yang ditandatangani oleh pelaku
usaha sejak mendaftar pada paket pekerjaan dan sah menjadi
peserta.
Salah satu syarat kualifikasi adalah bersedia menyetujui
Pakta Integritas sebagaimana contoh berikut:
Menyetujui Pernyataan Pakta Integritas yang berisi:
1) tidak akan melakukan praktek korupsi, kolusi,
dan/atau nepotisme;
2) akan melaporkan kepada PA/KPA/APIP jika
mengetahui terjadinya praktik korupsi, kolusi
dan/atau nepotisme dalam proses pengadaan
ini.
3) akan mengikuti proses pengadaan secara bersih,
transparan, dan profesional untuk memberikan
hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
4) apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan
dalam angka 1), 2) dan/atau 3) maka bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.38

37
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 angka 22.
38
Perlem LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia bagian 3.4.1 Syarat Kualifikasi Administrasi/Legalitas Penyedia

30
Dengan adanya pakta atau pernyataan seperti ini maka
secara resmi penyedia menyepakati kehadiran APIP untuk
menjalankan tugas dan fungsinya dalam kontrak. Ini sebagaimana
klausula pernyataan bahwa jika mengetahui terjadinya praktik
korupsi, kolusi dan atau nepotisme maka mekanisme pelaporan
yang disepakati adalah kepada PA/KPA/APIP terlebih dahulu.
Disisi PA/KPA/PPK peran APIP ditegaskan pada bagian
penunjukan penyedia barang/jasa. Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ) ditembuskan melalui APIP. Langkah ini
sebagai bagian dari pengawasan terkait pemantauan terhadap
proses pelaksanaan kontrak.
Masuknya nomenklatur APIP dalam dokumen kontrak
menandakan bahwa APIP pun menjadi wakil para pihak disisi
penandatangan kontrak secara kelembagaan.

14. Wakil Sah Para Pihak


Kerancuan terjadi akibat nomenklatur wakil sah para
pihak yang dipahami secara beragam. Diranah hukum
kebingungan ini menimbulkan konsekwensi tidak jelasnya
pembagian tanggung jawab kontrak oleh pihak yang berkontrak.
Dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak pada bagian wakil sah para
pihak disebutkan beberapa hal berikut:
1. Setiap tindakan yang disyaratkan atau diperbolehkan untuk
dilakukan, dan setiap dokumen yang disyaratkan atau
diperbolehkan untuk dibuat berdasarkan Kontrak ini oleh
Pejabat Penandatangan Kontrak atau Penyedia hanya dapat
dilakukan atau dibuat oleh Wakil Sah Para Pihak atau
pejabat yang disebutkan dalam SSKK kecuali untuk
melakukan perubahan kontrak.
2. Kewenangan Wakil Sah Para Pihak diatur dalam Surat
Keputusan dari Para Pihak dan harus disampaikan kepada
masing-masing pihak.
3. Dalam hal Direksi Lapangan diangkat dan ditunjuk menjadi
Wakil Sah Pejabat Penandatangan Kontrak, maka selain
melaksanakan pengelolaan administrasi kontrak dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan, Direksi Lapangan juga
melaksanakan pendelegasian sesuai dengan pelimpahan dari
Pejabat Penandatangan Kontrak.

31
Dari ketiga kutipan ini jelas dalam kontrak ada yang
disebut para pihak dan ada yang disebut wakil para pihak. Para
pihak dapat melakukan seluruh tindakan yang tertuang dalam
dokumen kontrak termasuk melakukan perubahan kontrak.
Sedangkan wakil sah para pihak hanya boleh melaksanakan
ketentuan kontrak yang telah disepakati oleh para pihak. Untuk
itu wakil sah para pihak tidak dapat menyepakati perubahan
kontrak.
Para pihak merujuk pada para penandatangan kontrak
disisi pejabat penandatangan kontrak dan penyedia. Sedangkan
wakil sah para pihak adalah pihak yang diberikan tugas untuk
melaksanakan ketentuan kontrak.
Dengan konstruksi kewenangan seperti ini maka
finalisasi SSKK pada bagian korespondensi dan wakil sah para
pihak dapat diisi dengan benar.
Langkah pertama sebelum melakukan finalisasi SSKK
pada bagian korespondensi dan wakil sah para pihak adalah
menyusun struktur berdasarkan aliran kewenangan. Untuk itu
ada beberapa skenario yang mungkin terjadi disisi pejabat
penandatangan kontrak.
No Penandatangan Para Pihak Wakil Sah
1 PA PA KPA
2 PA PA PPK
3 PA PA Direksi Lapangan
4 PA PA kosongkan*
5 KPA KPA PPK
6 KPA KPA Direksi Lapangan
7 KPA KPA kosongkan*
8 PPK PPK Direksi Lapangan
9 PPK PPK kosongkan*
*) tidak ada penunjukan wakil sah para pihak.
Table 1: Skenario Isian bagian korespondensi dan wakil sah para pihak
Disisi penyedia pun dimungkinkan ditunjuknya
penanggungjawab pelaksanaan pekerjaan sebagai wakil sah
penyedia, sesuai struktur organisasi penyedia jasa yang
disepakati pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Pengisian form SSKK yang jamak terjadi adalah skenario
nomor 8 sebagaimana tabel 1. Misal Penandatangan Kontrak

32
adalah PPK atas nama Samsul Ramli, maka pengisian dilakukan
sebagai berikut:
4.1 & Korespon Alamat Para Pihak sebagai berikut:
4.2 densi
Satuan Kerja Pejabat Penandatangan Kontrak :
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten
Banjar [diisi nama satuan kerja Pejabat
Penandatangan Kontrak]
Nama : Samsul Ramli [diisi nama
Pejabat Penandatangan
Kontrak]
Alamat : Jl. P. Hidayatullah No. 2
Martapura [diisi alamat Pejabat
Penandatangan Kontrak]
Website : http://banjarkab.go.id [diisi
website Pejabat Penandatangan
Kontrak]
E-mail : xxx@banjarkab.go.id [diisi email
Pejabat Penandatangan
Kontrak]
Faksimili : 0511-47xxxxx [diisi nomor
faksimili Pejabat Penandatangan
Kontrak]

Penyedia : CV. Bangunan Nusantara [diisi nama


badan usaha/nama KSO]
Nama : Wanandi, ST [diisi nama yang
ttd surat perjanjian]
Alamat : Jl. xxxxxx [diisi alamat Penyedia]
E-mail : xxx@gmail.com [diisi email
Penyedia]
Faksimili : 0511-42xxxxx [diisi nomor
faksimili Penyedia]
4.2 & Wakil Wakil Sah Para Pihak sebagai berikut:
5.1 Sah Para
Pihak Untuk Pejabat Penandatangan Kontrak:
Nama : Fauzan Maududin,ST [diisi nama
yang ditunjuk menjadi Wakil Sah
Pejabat Penandatangan Kontrak]

Berdasarkan Surat Keputusan


Pejabat Penandatangan Kontrak
Pekerjaan Pembangunan
Gedung Kantor PUPR nomor 17
tanggal 12 Januari 2011 [diisi
nomor dan tanggal SK

33
pengangkatan Wakil Sah Pejabat
Penandatangan Kontrak]
Untuk Penyedia:
Nama : Rizali Fahmi,ST [diisi nama
yang ditunjuk menjadi Wakil Sah
Penyedia]
Berdasarkan Surat Keputusan
Direktur CV. Bangunan
Nusantara nomor 22 tanggal
22 Desember 2010 [diisi nomor
dan tanggal SK pengangkatan
Wakil Sah Penyedia]

Table 2: Contoh Pengisian SSKK MDP V.17 Perlem 12/2021


Tentu untuk skenario lain format pengisian harus
disesuaikan. Keragaman pengisian formulir SSKK pada bagian
korespondensi dan wakil sah para pihak ini tidak selalu
berdampak negatif terhadap pemetaan tanggung jawab
pelaksanaan kontrak, selama tidak terjadi pelampauan
kewenangan antara Para Pihak dan Wakil Sah Para Pihak.
ooo00ooo

34

Anda mungkin juga menyukai