Anda di halaman 1dari 2

Nama : Afifah Nur Rahma

NIM : 1902016088
Prodi : Administrasi Publik B
Mata Kuliah : Governansi Digital
Tugas : Review Salah satu aplikasi umum layanan pemerintah yang telah di terapkan
“Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Melalui Electronic
Procurement”
Sumber : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/kmp1c8e2bb16dfull.pdf

Merujuk pada Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30 Tahun 2006 pasal 1 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Daerah dengan Sistem E-
Procurement. E-Precurement diterapkan oleh pemerintah Kota surabaya pada tahun 2004.
Pelaksanaan E-Procurement diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 8 Tahun 2006
Tentang Perubahan keempat atas Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan diubah menjadi Perpres Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30
Tahun 2006 pasal 15 menjelaskan E-Procurement adalah sistem pengadaan barang/jasa
pemerintah yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik berbasis web dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi e-tendering dan e-
selection.
Dengana adanya e-procurement tersebut dapat meningkatkan transparansi pengelolaan
keuangan Kota Surabaya. Terbukti dengan tidak ada temuan BPK yang berasal dari proses
pengadaan barang dan jasa. dan juga adanya e-procurement ini, transparansi dan akuntabilitas
kerja aparat Pemerintah Kota Surabaya dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. E-
Procurement ini diharapkan menjamin proses pengadaan barang dan jasa pemerintah berjalan
lebih cepat dan akurat, serta persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi para
pihak pelaku pengadaan barang dan jasa; memudahkan sourcing dalam memperoleh data dan
informasi tentang barang dan jasa dan penyedia barang dan jasa; menciptakan situasi yang
kondusif agar terjadi persaingan yang sehat antar penyedia barang dan jasa juga bagi aparatur
pemerintah, sehingga mengurangi intensitas pertemuan langsung antara penyedia barang dan
jasa dengan panitia pengadaan dalam mendukung pemerintahan yang bersih dan bebas dari
KKN.
Kekurangan dari E-Procurument adalah menurut hasil yang didapatkan dari penelitian
Muhammad Kholis pada tahun 2006 yang menyimpulkan bahwa adanya sistem e-
procurement belum bisa dianggap sebagai sebuah media teknologi informasi yang
menjembatani dalam upaya membentuk Good Governance, serta belum bisa membentuk
sebuah hubungan interaksi yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Akan tetapi
dalam penelitian Hadiawan Kokoh Prasetyo, 2012, sarjana Ilmu Administrasi Negara
Universitas Airlangga dengan judul “Implementasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Electronic Procurement sebagai Upaya
Meningkatkan Akuntabilitas di Pemerintah Kota Surabaya” hasil yang didaptkan adalah E-
Procurument terasa lebih Akuntabel
Kesimpulan :
Layanan E-Procurument diterapkan oleh pemerintah Surabaya pada tahun 2004 dengan
tujuan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang bebas dari KKN. Terjadinya Layanan E-
Procurument dilatar belakangi oleh pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan
melalui proses sederhana sehingga dinilai negatif oleh kalangan masyarakat. Dan juga
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa cenderung mengarah pada tindak yang melakukan
penyelewengan seperti membri uang pada pemerintah agar pihak peserta elang dimenangkan
dalam proses lelang sehinga dapat melakukan persetujuan kontrak dengan pihak pemerintah.
Maka atas dasar tersebut, dibentukan layanan E-Procurument yang dimana dengan layanan
tersebut terbentuklah pemerintah yang tranparansi ketika melakukan proses pengadaan
barang dan jasa. terdapat beberapa kekurang layanan tersebut yaitu di anggap belum mampu
membentuk pemerintah yang good governance dan belum bisa membentuk hubungan yang
baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat, tapi di beberapa penelitia, menyatakan
layanan tersebut sudah akuntabel.

Anda mungkin juga menyukai