sarana teknologi, informasi dan komunikasi berbasis internet. Sebelum adanya penerapan e-procurement dalam
dunia PBJ, proses pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan cara konvensional, yaitu langsung
mempertemukan pihak-pihak terkait dalam pengadaannya yang dapat memunculkan berbagai penyimpangan
dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya, terbentuknya sistem e-procurement telah mentransformasi proses
pengadaan menjadi lebih baik.
Untuk lebih jelasnya kami akan membahas apa sih sebenarnya eProcurement itu, apa saja jenis eProcurement
yang ada di Indonesia, apa saja manfaatnya, dan bagaimana prosedur pelaksanaannya. Selain itu, informasi
mengenai sejauh mana e-procurement dapat mencegah fraud dalam dunia pengadaan barang/jasa, serta
hubungan antara e-government dan e-procurement juga kami bahas di bawah ini.
Pengertian e-Procurement
e-procurement adalah aplikasi perangkat lunak berbasis internet yang dirancang khusus untuk memfasilitasi
proses perolehan barang ataupun jasa oleh organisasi komersial atau pemerintah ".
Sistem e-procurement sendiri tidak hanya sebatas dengan proses pembelian barang/jasa, akan tetapi juga bisa
dikembangkan ke dalam proses negosiasi-negosiasi elektronik dan pengambilan keputusan atas kontrak-
kontrak dengan Penyedia barang/jasa.
e-tendering, yaitu tata cara atau metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia yang terdaftar pada sistem pengadaan
secara elektronik (SPSE) dengan cara sistem akan menjadwalkan proyek pekerjaan dan
kemudian Penyedia dapat menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah
ditentukan;
e-catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar,
jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari penyedia barang dan jasa pemerintah.
Sedangkan prosesnya lebih dikenal dengan e-purchasing, yaitu tata cara pembelian barang
dan jasa melalui sistem katalog elektronik.
Manfaat Eprocurement
Manfaat e-procurement dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, adalah:
Pengadaan barang dan jasa di organisasi pemerintahan telah melewati sejarah panjang dan berbagai bentuk
penyimpangan yang telah teridentifikasi, adapun bentuk-bentuk penyimpangan, yaitu:
Adanya kick-back selama proses pengadaan, yaitu penggelapan dana. Contohnya Panitia PBJ
memenangkan perusahaan yang bukan merupakan penawar terbaik, dan mengalokasikan dana
lebih dari yang seharusnya diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
memperoleh keuntungan dan sebagai pertukaran atas nilai kontrak pekerjaan, pejabat yang
berwenang memperoleh pembayaran balik dari perusahaan, yang merupakan bagian dari
jumlah kontrak yang diterima perusahaan;
Adanya praktik suap untuk memenangkan pengadaan;
Proses pengadaan yang tidak transparan;
Pengelola proyek tidak mengumumkan rencana pengadaan;
Adanya kongkalikong untuk melakukan mark-up harga perkiraan sendiri (HPS);
Memenangkan perusahaan saudara, kerabat, atau kelompok tertentu;
Mencantumkan spesifikasi teknis yang hanya dapat dipasok oleh satu Penyedia tertentu;
Adanya Penyedia yang tidak memenuhi kelengkapan administrasi namun tetap dapat ikut
pengadaan dan bahkan menang;
Menggunakan metoda pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah yang tidak seharusnya
untuk mencapai maksud tertentu seperti menggunakan metoda penunjukan langsung dengan
tidak menghiraukan ketentuan yang telah ditetapkan; dan
Pengaturan spesifikasi barang/jasa dengan niatan menurunkan kualitas barang/jasa untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Untuk mengatasi segala persoalan penyimpangan tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No.
16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menindaklanjuti Perpres tersebut pemerintah
bersama dengan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah) terus berupaya untuk membuat suatu
sistem baru untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu melalui e-procurement.
Adapun LPSE (Lembaga Pengadaan Secara Elektronik) sebagai pihak yang menjadi mediator antara penyedia
barang dan jasa (rekanan) dan pihak pengguna (instansi pemerintah), serta sebagai pengelola sistem e-
procurement. Melalui Perpres tersebut diharapkan pengadaan barang dan jasa bisa berjalan lancar bebas kolusi,
korupsi, dan nepotisme (KKN).
Implementasi Sistem Informasi (SI) memiliki peran penting tidak hanya di bidang bisnis tetapi juga di
pemerintahan. Pemanfaatan sistem informasi dalam sebuah organisasi salah satunya adalah untuk membantu
suatu organisasi agar pekerjaan didalamnya menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, dengan teknologi
tersebut sebauh organisasi dapat dengan mudah memberikan layanan yang prima kepada publik.
Salah satu bentuk implementasi dari teknologi di dalam dunia pemerintahan adalah e-procurement. E-
procurement merupakan sebuah sistem berbasis internet yang dirancang guna memfasilitasi proses pengadaan
barang ataupun jasa oleh organisasi sektor privat atau publik.