Dikerjakan Oleh:
F 111 20 003
A. Pengertian
Tender adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaring pemberi jasa konstruksi
dengan tujuan untuk mendapatkan jasa konstruksi yang terbaik dalam melakukan
pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi. Selama ini pengadaan barang/jasa
dilakukan dengan langsung mempertemukan pihak-pihak yang terkait proyek yang
akan dilaksanakan namun seiring berkembangnya penggunaan teknologi informasi
dalam pengadaan barang/jasa ini membangun suatu sistem antara masyarakat dengan
pemerintahan yang dikenal dengan sebutan e-procurement. Penelitian ini membahas
mengenai analisa deskriptif antara sistem tender konvensional dan e-procurement
khususnya dibidang tender perkapalan. Hasilnya adalah sistem konvensional lebih
tepat untuk diterapkan pada pengadaan barang yang memiliki sistem rumit seperti
tender kapal baru sedangkan untuk produk yang sistemnya lebih simple dan memiliki
spesifikasi yang jelas bisa menggunakan e-procurement. Masing-masing sistem
memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari penerapan dan jenis produk.
Konvensional adalah pengadaan secara langsung atau tatap muka dan dilaksanakan
dalam suatu tempat dan semua administrasi yang dilaksanakan dengan langsung antara
pihak panitia dan pihak penyedia barang/jasa (kontak langsung) dalam bentuk fisik.
a. Keuntungan E-Purchasing
b. Kelemahan E-Purchasing
Dilihat dari tabel di atas dapat simpulkan bahwa hal yang membedakan dari sistem
lelang anatara konvensional dengan e-purchasing adalah sistem penawarannya
sedangkan untuk kelengkapan dokumen kedua sistem tersebut memiliki konten-konten
pengadaan yang sama. Meskipun jumlah kegiatannya sama yaitu ada 13 (tiga belas)
kegiatan tetapi ada perbedaan dari segi prosedurnya dan penjadwalannya.
F. Perbedaan Kinerja
1) Efisiensi adalah hubungan antara input dan output, dimana barang dan jasa yang
dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
2) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa dibeli
pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang dimungkinkan.
Pendapat serupa mengenai value for money dinyatakankan oleh Mardiasmo (2009)
yang menyatakan bahwa value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Adapun penjelasan ketiga unsur value for money menurut Mardiasmo
(2009) sebagai berikut:
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa value for money memiliki
tiga unsur penilaian yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Penilaian ekonomis
melalui penggunaan biaya yang paling menguntungkan untuk menghasilkan
barang/jasa terbaik, penilaian efisiensi dengan membandingkan barang/jasa yang
dihasilkan dari pelaksaanaan kegiatan dengan biaya yang digunakan, sedangkan
penilaian efektivitas dengan menilai tujuan atau target yang dicapai dari barang/jasa
yang dihasilkan.
1. Ekonomi
2. Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara output yang dihasilkan dengan input yang
digunakan dalam pelaksanaan lelang. Output dari pelaksanaan lelang meliputi hasil
bersih lelang, bea lelang, uang jaminan pembeli wanprestasi, serta PPh pasal 25,
sedangkan input lelang adalah komponen belanja yang diperlukan dalam
pelaksanaan lelang. Pelaksanaan lelang dapat dikatakan efisien bila mampu
menghasilkan output yang lebih besar dari input yang digunakan, atau dengan input
yang sama mampu menghasilkan output yang lebih besar. Selisih antara output
yang dihasilkan dari pelaksanaan lelang dengan input yang digunakan dalam
pelaksanaan lelang merupakan nilai efisiensi dari pelaksanaan lelang.
3. Efektivitas
1. Ekonomi
Pengukuran ekonomi dilakukan dengan mengukur biaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan lelang. Pengukuran dilakukan dengan melakukan identifikasi biaya
dan penghitungan biaya. Identifikasi biaya dilakukan untuk mengetahui komponen
biaya beserta faktor-faktor yang memicu terjadinya biaya. Dari hasil identifikasi
diketahui terdapat tiga komponen biaya lelang yaitu biaya pencetakan dokumen,
biaya pencetakan laporan lelang; dan biaya perjalanan dinas. Penghitungan biaya
dilakukan dengan mengalikan antara pemicu biaya dengan harga per satuan. Dari
hasil pengukuran ekonomi diperoleh perbandingan biaya sebagaimana Tabel 3.
Dilihat dari aspek ekonomi dengan membandingkan komponen biaya lelang yang
dikeluarkan oleh KPKNL dapat disimpulkan bahwa biaya untuk pelaksanaan lelang
konvensional dan lelang internet hampir sama namun lelang internet sedikit lebih
ekonomis dari lelang konvensional. Dari Tabel 1 terlihat bahwa perbedaan biaya
hanya terdapat pada biaya pencetakan dokumen lelang sedangkan komponen biaya
yang lainnya sama. Faktor yang menyebabkan lelang internet lebih ekonomis dari
lelang konvensional karena jumlah lembar dokumen yang digunakan pada lelang
internet lebih sedikit dari lelang konvensional. Perbedaan jumlah lembar dokumen
terjadi karena (i) tidak perlu mencetak kepala risalah lelang karena kepala risalah
lelang sudah ditampilkan di dalam aplikasi pada lelang internet, (ii) tidak
diperlukan lagi formulir surat penawaran lelang karena penawaran dilakukan
melalui online, (iii) tidak diperlukan lagi formulir daftar penyetoran dan
pengembalian uang jaminan lelang karena penyetoran dan pengembalian uang
jaminan menggunakan virtual account yang bekerjasama dengan pihak bank.
Apabila dilihat dari biaya yang dikeluarkan oleh peserta lelang, biaya untuk
mengikuti lelang internet lebih murah dibandingkan dengan biaya untuk mengikuti
lelang konvensional. Lebih murahnya biaya lelang internet karena peserta lelang
internet tidak perlu hadir ke tempat pelaksanaan lelang sedangkan untuk lelang
konvensional peserta lelang harus hadir ke tempat lelang. Dengan mengikuti lelang
internet peserta lelang akan lebih menghemat biaya perjalanan dan waktu karena
peserta lelang dapat mengikuti lelang dimanapun dan kapanpun berada.
2. Efisiensi
Dilihat dari aspek efisiensi dengan membandingkan antara penerimaan lelang
dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan lelang diperoleh hasil
pengukuran tingkat efisiensi pelaksanaan lelang konvensional dan lelang internet
sebagaimana Tabel 2 sampai dengan Tabel 3.
(satu) risalah lelang dari pelaksanaan lelang konvensional lebih besar dibandingkan
dengan penerimaan dari lelang internet sedangkan dari faktor rata-rata pengeluaran
per 1 (satu) risalah lelang antara lelang konvensional dengan lelang internet tidak
jauh berbeda. Pelaksanaan lelang konvensional pada tahun 2015 menghasilkan rata-
rata penerimaan per 1 (satu) risalah lelang sebesar Rp31.354.485,69 dan pada tahun
2016 sebesar Rp32.315.835,48. Penerimaan lelang konvensional tersebut jauh
melebihi penerimaan lelang internet yang hanya menghasilkan rata-rata penerimaan
per 1 (satu) risalah lelang sebesar Rp17.907.473,93 pada tahun 2015 dan sebesar
Rp18.585.899,13 pada tahun 2016. Dari faktor biaya pengeluaran, rata-rata
pengeluaran per 1 (satu) risalah lelang pada lelang konvensional sebesar
Rp287.609,50 pada tahun 2015 dan sebesar Rp342.970,10 pada tahun 2016,
sedangkan rata-rata pengeluaran per 1 (satu) risalah lelang pada lelang internet
sebesar Rp202.659,70 pada tahun 2015 dan sebesar 447.919,02 pada tahun 2016.
3. Efektivitas
Dilihat dari aspek efektivitas dengan mengukur tingkat kenaikan harga lelang
diketahui bahwa dari 696 frekuensi lelang konvensional sebanyak 171 risalah
lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata kenaikan sebesar 20,22%,
selanjutnya pada tahun 2016, dari 760 frekuensi lelang konvensional sebanyak 191
risalah lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata kenaikan sebesar 20,92%.
Tingkat kompetitif pelaksanaan lelang internet tahun 2015 diketahui bahwa dari 88
frekuensi lelang terdapat 31 risalah lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-
rata kenaikan sebesar 113,96%, selanjutnya pada tahun 2016, dari 121 frekuensi
lelang terdapat 20 risalah lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata
kenaikan sebesar 78,11%.
G. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1) Terdapat perbedaan antara Pelelangan Manual dan Pelelangan Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yaitu tahap-tahap pelelangan.
2) Pelelangan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) lebih efisien secara
waktu dan biaya dibandingkan Pelelangan Manual.
3) Dari Pelelangan Manual dan Pelelangan LPSE, masing-masing sistem
pelelangan mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun Pelelangan
LPSE lebih
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/konstruksia/article/download/5659/3828
http://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/jalasena/article/view/97
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12649/Lelang-konvensional-dan-
lelang-internet-manakah-yang-terbaik.html