Anda di halaman 1dari 8

POTRET PENGADAAN JASA KONSTRUKSI SECARA ELEKTRONIK DI

SULAWESI TENGAH
*
Andi Asnudin*

Abstract
Electronic procurement is expected to be done in an efficient and effective, transparent, accountable and
provide equal opportunities for all contractors to be the winning bidder.
Descriptive analysis method used in this study, by using contractors who attended the auction on LPSE
UNTAD as respondents.
The results showed that various problems faced by portrait contractors, among others: the ability of the
limited human resources, hardware and software readiness is low, poor data base systems, supporting data
is incomplete.
The resulting recommendations, among others, (1) an increase in capacity building to all relevant parties,
(2) the availability of infrastructure to support electronic procurement system, and (3) allow all parties can
access the documents to see the complete contractors that has been in an effort to load up the procurement
process transparent and competitive so as to provide equal opportunities for contractors (4) continuously
shaped discussion forum involving all stakeholders.
Keywords: Electronic, rocurement contract

1. Pendahuluan Pengadaan sistem layanan elektronik di


Proses pelelangan (procurement process) Sulawesi Tengah umumnya telah menggunakan
yang efektif dan efisien, kompetitif, accountable sistem pelelangan secara elektronik untuk proyek
dan transparan menjadi keinginan semua pihak yang sumber pembiayaan dari APBN dan APBD di
dengan harapan penyedia jasa mempunyai setiap kabupaten dan kota. Untuk itu, dibutuhkan
kesempatan dan peluang untuk dapat bersaing telaah tentang implementasi layanan sistem
secara luas yang tidak hanya menguntungkan pengadaan secara elektronik di Sulawesi Tengah.
sekelompok penyedia jasa dan pengguna jasa
(owner). Untuk itu, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan beberapa regulasi tentang pengadaan 2. Kajian Literatur
barang/jasa dan telah pemberlakuan regulasi 2.1 Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
tentang sistem pelelangan secara elektronik yang SPSE merupakan aplikasi e-procurement
bertujuan untuk (1) meningkatkan transparansi dan yang dikembangkan oleh Direktorat e-Procurement
akuntabilitas; (2) meningkatkan akses pasar dan - LKPP untuk digunakan oleh LPSE di seluruh
persaingan usaha yang sehat; (3) memperbaiki K/L/D/I. Aplikasi ini dikembangkan dengan
tingkat efisiensi proses pengadaan; (4) mendukung semangat efisiensi nasional sehingga tidak
proses monitoring dan audit; dan (5) memenuhi memerlukan biaya lisensi, baik lisensi SPSE itu
kebutuhan akses informasi yang real time. sendiri maupun perangkat lunak pendukungnya.
Dengan sistem pengadaan secara SPSE dikembangkan oleh LKPP bekerja sama
elektronik tentunya berbagai faktor menjadi dengan:
kebutuhan penyedia jasa maupun pengguna jasa a Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG) untuk
untuk implementasi pada sistem tersebut, antara fungsi enkripsi dokumen
lain: kemampuan sumber daya manusia, b Badan Pengawasan Keuangan dan
ketersediaan hardware dan software, serta Pembangunan (BPKP) untuk sub sistem audit
ketersediaan infrastruktur pendukung. BPKP.

*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Lembaga Kebijakan Pengadaan pemerintah secara elektronik dapat dilakukan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) merupakan dengan e-Tendering atau e-Purchasing (LKPP,
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang 2010):
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada a E-Tendering merupakan tata cara pemilihan
Presiden dan dibentuk berdasarkan PERPRES No penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
106 tahun 2007. terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia
LKPP merupakan lembaga pemerintah barang/jasa yang terdaftar pada sistem
satu-satunya yang mempunyai tugas melaksanakan elektronik dengan cara menyampaikan satu kali
pengembangan dan perumusan kebijakan penawaran sampai dengan waktu yang telah
pengadaan barang/jasa Pemerintah, dan dalam ditentukan.
melaksanakan tugas dan fungsinya LKPP b E-Purchasing merupakan tata cara pembelian
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
Pembangunan Nasional.
2.3 Implementasi LPSE
2.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) LPSE setiap tahunnya mengalami
Pengadaan barang/jasa pemerintah pada peningkatan implementasi, yang tentunya semakin
pelaksanaannya dapat dilakukan secara elektronik tinggi tuntutan tingkat layanan, seperti (1)
mengingat hal ini telah dimungkinkan melalui kemudahan akses informasi, (2) kecepatan proses
Keppres No 80 Tahun 2003, dan terhadap semua upload dan download dokumen pelelangan,
informasi, transaksi elektronik pada pelaksanaan (3) penyempurnaan aplikasi pada sistem LPSE, (4)
pengadaan barang/jasa pemerintah secara update data dan informasi setiap saat.
elektronik mengacu pada Undang-undang nomor
11 tahun 2008 tentang ITE. Pengadaan barang/jasa

Tabel 1. Progress Implementasi LPSE 2008 - 2012


Deskripsi 2008 2009 2010 2011 2012
LPSE Sistem Provider 11 30 98 273 478
LPSE Service Provider 0 3 39 42 37
LPSE 11 33 137 315 515
Provinsi Terlayani 9 18 28 31 33
Instansi Terlayani 11 41 254 613 731
Sumber: LKPP, 2012

Tabel 2. Status Transaksi LPSE 2008 – 2012


Deskripsi 2008 2009 2010 2011 2012 Total
Jumlah Lelang 33 1.724 6.397 24.475 85.229 117.928
Nilai Pagu ( Rp. Juta) 52.500 3.372.032 13.424.756 53.286.540 142.048.082 212.183.910
Jumlah Lelang Selesai 33 1.720 6.370 24.076 73.449 105.648
Nilai Pagu Selesai (Rp.
42.898 3.137.595 12.971.803 38.163.399 111.151.374 165.467.069
Juta)
Hasil Nilai Lelang
(Rp. Juta) 36.286 2.618.650 11.585.138 33.688.791 98.733.810 146.662.675
Jumlah PPK 101 366 1.738 1.947 4.178 8.330

Sumber: LKPP, 2012

94
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah

Implementasi LPSE dari tahun 2008 s/d 3. Metode Peneleitian


2012 (tabel 1 dan tabel 2) menunjukkan bahwa 33 Metode penelitian merupakan cara
provinsi yang telah terlayani dengan jumlah ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data
instansi terlayani 731 dan jumlah lelang yang dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan
selesai sekitar 105.648 paket dan total anggaran itu dilandasi oleh metode keilmuan
sejumlah Rp. 146.662.675.000.000,00. Dengan (Sugiyono,1999). Metode keilmuan ini merupakan
kondisi tersebut, LKPP semakin dituntut untuk gabungan antara pendekatan rasional dan empiris
melakukan pengembangan dan peningkatan (Suriasumantri,1978). Pendekatan rasional
kapasitas (capacity building) pada semua pihak memberikan kerangka berpikir yang koheren dan
yang terkait, serta pembinaan terhadap LPSE yang logis, sedangkan pendekatan empiris memberikan
telah terbentuk di setiap provinsi, dan kabupaten kerangka pengujian dalam memastikan suatu
kota. kebenaran.

2.4 Dampak positif LPSE


3.1 Populasi dan sampel
Sistem layanan elektronik tentunya
Populasi yang digunakan dalam
memberikan dampak positif bagi penyedia jasa,
penelitian ini adalah penyedia jasa konstruksi yang
antara lain: (1) efisiensi biaya dan waktu, seperti
berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang
tidak dibutuhkan lagi penggandaan dokumen, (2)
pernah mengikuti proses pelelangan di LPSE
pemasukan penawaran dapat dilakukan setiap saat
Universitas Tadulako dengan menggunakan sampel
sampai pada batas waktu pemasukan penawaran,
20% dari 97 penyedia jasa sebagai jumlah populasi
dan (3) proses pelelangan dilakukan secara
yang ada. Pada umumnya, untuk penelitian dengan
transparan dan memberikan akses informasi bagi
metode analisa kualitatif deskriptif digunakan
semua pihak, (4) ramah lingkungan, seperti
sekitar 15 s/d 30% sampel dari total populasi
mengurangi penggunaan kertas, penghematan
(Asnudin, 2004).
energi, (5) kemudahan akses informasi sebagai
upaya untuk memberikan kesempatan bagi
penyedia jasa untuk mengikuti proses pelelangan
3.2 Analisa data
dimana saja.
Metode analisis kualitatif digunakan
apabila data primer dan sekunder yang diperoleh
2.5 Standar Minimal LPSE berupa kata, kalimat, skema dan gambar
(Sugiyono,1999). Dalam penelitian ini, data primer
Selama ini untuk membentuk LPSE,
yang diperoleh dan hasil jawaban responden
LKPP belum pernah menerapkan standar minimal
terhadap kuesioner, serta wawancara terstruktur dan
infrastruktur yang digunakan, seperti server yang
data sekunder berupa dokumen-dokumen yang
dipakai, sehingga setiap daerah memiliki server
berkaitan dengan aturan dan berbagai regulasi yang
yang beragam baik dari merk maupun spesifikasi.
digunakan dalam pengelolaan jasa konstruksi yang
Bagi pengelola LPSE yang tahu mengenai
diolah dengan metode analisis kualitatif.
informasi teknologi (IT) mungkin akan mudah
dalam memilih server tapi bagi yang tidak tahu Analisis data dengan pendekatan
mengenai IT akan sulit. kualitatif terdiri atas tiga proses kegiatan yaitu:
reduksi data, tampilan (display data) dan penulisan
kesimpulan. Analisis kualitatif dalam penelitian
2.6 Penyedia Jasa Konstruksi tentang Potret Pengadaan Barang/Jasa Sistem
Elektronik di Sulawesi Tengah dilakukan dengan
Kontraktor adalah pihak yang
cara berikut ini:
menyediakan jasa untuk menyelesaikan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan kesepakatan antara (1) Reduksi data dilakukan dengan cara membaca
pemilik proyek (project owner) dengan penyedia transkrip wawancara, jawaban atas kuesioner,
jasa (kontraktor). dan dokumen-dokumen yang dianalisis lalu
membuat catatan-catatan atas data tersebut.
Edmonds mendefinisikan kontraktor
Selain catatan, data juga dibuat menjadi
adalah sebagai pihak yang melaksanakan pekerjaan
ringkasan data (summary), dan menyajikan
fisik yang dituangkan dalam persetujuan kontrak.

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 3, SEPTEMBER 2012 95


tampilan data dengan bentuk teks naratif, Pada tahun 2011 Layanan Pengadaan
tabel dan grafik. Secara Elektronik Universitas Tadulako (LPSE
(2) Kemudian data hasil survey dianalisis dan UNTAD) telah melakukan pelelangan secara
didiskusikan. Hasil dari analisis dan diskusi elektronik untuk beberapa paket pekerjaan.
adalah memberikan gambaran dalam bentuk Kemudian pada tahun anggaran 2012
teks naratif tentang berbagai hal yang LPSE UNTAD telah melakukan 33 paket lelang
berkaitan dengan registrasi Badan Usaha serta secara elektronik dengan anggaran sekitar Rp.
registrasi sertifikasi keterampilan maupun 186.405.902.000,00 (tabel 3).
keahlian.
Pada tahapan awal pelelangan
(mendaftar) di setiap kegiatan pelelangan di LPSE
4. Potret Penyedia Jasa Konstruksi Dengan UNTAD rata-rata sekitar 26 penyedia jasa, akan
Aplikasi LPSE Universitas Tadulako tetapi jumlahnya yang memasukkan dokumen
Sejak dikeluarkan regulasi pengadaan penawaran jumlah hanya sekitar 3 sampai dengan 4
barang/jasa pemerintah pada tahun 2003 melalui penyedia jasa (gambar 1). Total jumlah penyedia
Keppres No. 80 tentang Sistem Pengadaan jasa yang mendaftar sekitar 97 penyedia jasa dari
Barang/jasa Pemerintah secara elektronik telah 33 paket lelang.
dapat digunakan untuk pelelangan barang dan jasa.

Tabel 3. Status Implementasi LPSE


LPSE
Provinsi
Provinsi
416 640 Sulawesi 148 134.956.961.341 44 94.919.236.000
Sulawesi
Tengah
Tengah
LPSE
Kabuaten
417 Kabupaten 641 52 47.737.500.000 0 0
Banggai
Banggai
LPSE
Kabupaten
418 Kabupaten 642 21 28.626.763.200 2 15.000.000.000
Donggala
Donggala
LPSE
Kabupaten
419 Kabuaten 643 0 0 0 0
Morowali
Morowali
LPSE
Kabupaten
Kabupaten
420 644 Parigi 10 17.340.805.000 0 0
Parigi
Moutong
Moutong
LPSE
Kabupaten
421 Kabupaten 645 32 24.083.301.099 0 0
Sigi
Sigi
LPSE
Kabupaten
Kabupaten
422 646 Tojo 57 70.614.618.000 0 0
Tojo Una
Unauna
una
LPSE
Kabupaten
423 Kabupaten 647 8 5.301.900.000 0 0
Toli Toli
Toli Toli*
LPSE Kota
424 648 Kota Palu 79 28.605.959.000 0 0
Palu
LPSE
Universitas
425 Universitas 649 33 186.405.902.000 0 0
Tadulako
Tadulako

96
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah

Potret proses pengadaan barang/jasa hardcopy dijadikan dalam bentuk softcopy


secara elektronik khususnya di LPSE UNTAD atau data digital.
Sulawesi Tengah, yaitu sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umumnya penyedia jasa konstruksi memiliki
a. Permasalahan terkait Sarana Manajemen
kelemahan pada sistem data base yang
Permasalahan yang dihadapi oleh penyedia jasa
berbasis softcopy. Dimana penyedia jasa
konstruksi terkait dengan sarana manajemen
seringkali tidak menyiapkan dokumen dalam
yang meliputi: (1) sumber daya
bentuk data digital/softcopy, sehingga pada
manusia, (2) data base, (3) perangkat keras
saat dibutuhkan atau upload dokumen
(hardware), dan (4) perangkat
penawaran timbul beberapa permasalahan,
lunak/aplikasi (software), serta (5) data
antara lain: (1) menghasilkan sistem
penunjang.
manajemen file dokumen yang buruk, (2)
(1) Sumber Daya Manusia beberapa file dokumen terlewatkan pada saat
upload dokumen pelelangan yang
Kapasitas dan kuantitas sumber daya mengakibatkan tidak memenuhi persyaratan
manusia sangat rendah yang ada pada yang telah ditentukan dalam lembar
penyedia jasa, seperti penguasaan dokumen lelang (LDK). Tentunya hal
penggunaan IT. Hal tersebut disebabkan tersebut, menyebabkan gagalnya penyedia
beberapa faktor, antara lain penyedia jasa jasa konstruksi (kontraktor) dalam proses
umumnya melakukan pelibatan tenaga ahli pelelangan yang diikuti.
maupun tenaga terampil pada pengelolaan
perusahaan masih sangat terbatas dan untuk Dokumen yang dipersyaratkan pada LDK
usaha jasa konstruksi yang masuk kategori yang sering terlewatkan pada saat upload
skala kecil dan menengah dominan tidak dokumen pelelangan penyedia jasa, antara
melibatkan tenaga ahli dalam pengendalian lain: (1) akte perusahaan, (2) laporan pajak
perusahaan secara berkelanjutan bulanan dan tahunan, (3) data tenaga ahli dan
(sustainable). peralatan, (4) pengalaman perusahaan, (5)
izin usaha (SBU, SIUP) yang ditentukan.
Kencenderungan penyedia jasa dalam
Ketidaklengkapan dokumen tersebut, yang
pelibatan tenaga ahli dalam bentuk part time
menggugurkan penyedia jasa dalam tahapan
atau pada saat pelaksanaan pekerjaan saja
pelelangan.
(sesuai periode kontrak pelaksanaan
pekerjaan). Hal tersebut, menunjukkan (3) Software
bahwa (1) pengelolaan usaha tidak Beberapa permasalahan terkait dengan
dilakukan secara optimal, (2) peningkatan penggunaan aplikasi, seperti sebagai berikut:
kapasitas (capacity building) tenaga kerja (1) setiap saat dilakukan penyempurnaan dan
tidak berjalan. pengembangan, (2) penggunaan aplikasi
tersebut belum sepenuhnya dikuasai oleh
Kemudian dalam pengendalian usaha
beberapa penyedia jasa, (3) tidak
dominan dijalankan dalam lingkungan
memberikan akses kepada penyedia jasa
keluarga.
untuk melihat kelengkapan dokumen
Beberapa penelitian juga menunjukkan administrasi penyedia jasa yang lain. Hal
bahwa secara umum kondisi perusahaan tersebut, memberikan peluang bagi panitia
jasa konstruksi skala kecil di Indonesia (ULP) untuk bertindak tidak obyektif dalam
masih lemah, terutama dalam hal proses pelelangan sehingga hanya akan
manajemen yang tidak efisien, keterbatasan menguntungkan sekelompok penyedia jasa
kemampuan finansial dan teknologi, serta saja.
kurangnya kualitas SDM. Kondisi ini Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
ditambah lagi dengan kurangnya akses pada permasalahan yang sering terjadi bagi
informasi dan permodalan (Asnudin, 2005). penyedia jasa adalah dokumen penawaran
yang di upload tidak dapat terbaca dalam
(2) Data Base
program Apendo (Aplikasi Pengaman
Layanan pengadaan secara elektronik adalah Dokumen) LPSE.
suatu sistem aplikasi yang membutuhkan
semua dokumen penawaran dalam bentuk

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 3, SEPTEMBER 2012 97


Gambar 1. Implementasi Proses Lelang LPSE UNTAD
Sumber: http://lpse.untad.ac.id/eproc, 2012

Kelemahan yang lain pada aplikasi LPSE, LPSE yang tahu mengenai IT mungkin
yaitu file dokumen penawaran yang di zip akan mudah dalam memilih server tapi
sebelum dilakukannya bundel file dengan bagi yang tidak tahu mengenai IT akan
program Apendo file kadang tidak terbaca. sulit, serta kemampuan jaringan
komunikasi digital masih sering
(4) Hardware mengalami gangguan sehingga sangat
Ketersediaan infrastruktur dasar belum menyulitkan penyedia jasa maupun panitia
sepenuhnya mampu melayani tingkat pelelangan/unit layanan pengadaan (ULP)
kebutuhan penyedia jasa dan pengguna Demikian juga dengan bandwidth sering
jasa (panitia pengadaan), seperti untuk menjadi kendala. Hal tersebut akibat dari
membentuk LPSE, LKPP belum pernah LKPP tidak menerapkan standar minimal
menerapkan standar minimal untuk server bandwidth yang harus dimiliki oleh setiap
yang dipakai, sehingga setiap daerah LPSE untuk menjalankan aplikasi SPSE
memiliki server yang beragam baik dari dengan lancar.
merk maupun speksifikasi. Bagi pengelola

98
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah

Begitupun juga dengan kesiapan penyedia b. Faktor-Faktor Menggugurkan Penyedia Jasa


jasa, seperti terjadi permasalahan bagi Beberapa faktor penyebab kontraktor dinyatakan
penyedia jasa konstruksi untuk kontraktor gugur pada tahap pelelangan, antara lain.
skala kecil memiliki keterbatasan sarana
(1) Unsur Administrasi
penunjang, seperti perangkat internet
Penilaian unsur administrasi, yaitu penilaian
akses.
syarat-syarat yang ditetapkan dalam
(5) Data Penunjang dokumen pelelangan, bila salah satu syarat
Pada proses pengadaan kelemahan pada tidak dipenuhi, maka penyedia jasa
data-data penunjang, seperti kelengkapan dinyatakan gugur dan yang memenuhi akan
brosur peralatan dan material dan standar dilanjutkan ke evaluasi teknis.
spesifikasi yang dimiliki penyedia jasa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam bentuk hardcopy dan softcopy. dominan penyedia jasa gugur pada tahapan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seleksi diakibatkan oleh beberapa faktor,
dalam tahapan penilaian teknis, beberapa antara lain: (1) tingkat ketelitian kerja yang
penyedia jasa tidak memiliki kemampuan rendah (pada saat upload dokumen), (2)
dalam memenuhi kelengkapan brosur dan interpretasi keliru terhadap persyaratan pada
standar spesifikasi yang dipersyaratkan, lembar dokumen pelelangan (LDP), (3)
tentunya hal ini mengurangi kemungkinan rendahnya tingkat kesiapan untuk mengikuti
menjadi pemenang dalam proses pelelangan (kelengkapan data dan
pelelangan yang diikuti. informasi), (4) kualitas administrasi yang
buruk.

Gambar 2. Tampilan Hasil Evaluasi Administrasi


Sumber: http://lpse.untad.ac.id/eproc, 2012

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 3, SEPTEMBER 2012 99


(2) Unsur Teknis a) Peningkatan kapasitas (capacity building) untuk
Faktor teknis mencakup metode semua pihak terkait, yang dapat dilaksanakan
pelaksanaan/kerja, perencanaan melalui, pelatihan secara berkala, training.
penjadwalan (pekerjaan, material, tenaga b) Dibentuk forum diskusi dengan pelibatan
kerja dan peralatan) , spesifikasi teknis, semua pihak terkait, yang dilaksanakan secara
kemampuan tenaga teknis dan peralatan. rutin.
Kewajiban penyedia jasa untuk memenuhi c) Ketersediaan dan peningkatan infrastruktur
beberapa persyaratan teknis dianggap secara berkelanjutan (sustainable) untuk
menjadi hambatan, terutama bagi penyedia menunjang sistem pengadaan secara elektronik
jasa dalam kategori skala kecil dan yang efektif dan efisien, transparan, serta
menengah. accountable.
Persyaratan teknis yang dianggap d) Aplikasi (software) yang digunakan
menyulitkan, antara lain seperti (1) memungkinkan semua pihak dapat mengakses
kuantitas dan kualitas tenaga ahli yang dokumen-dokumen penyedia jasa untuk melihat
dipersyaratkan, (2) metode kerja, dan (3) kelengkapan yang telah di up load sebagai
ketersediaan peralatan dan tenaga kerja, upaya proses pengadaan yang transparan dan
(4) rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan. kompetitif sehingga memberikan kesempatan
Penelitian menunjukkan bahwa dominan yang sama bagi penyedia jasa untuk bersaing
penyedia jasa tidak memiliki kemampuan secara luas (kompetitif).
dalam membuat metode pelaksanaan
pekerjaan, pembuatan perencanaan dan
pengendalian jadwal pekerjaan. 6. Daftar Pustaka
(3) Unsur Biaya Asnudin, Andi., 2004,”Tinjauan Proses Pengadaan
Proses penilaian unsur biaya ditekankan kontraktor skala kecil dalam Rangka
pada kewajaran harga yang ditawarkan Pengembangan Infrastruktur Perdesaan”,
dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang Institut Teknologi Bandung-Bandung.
ditetapkan dalam LDP.
Penilaian biaya mencakup koreksi Asnudin Andi, 2005, “Konsep Pengembangan
aritmatik, daftar kuantitas dan harga, Kontraktor Skala Kecil”, Jurnal
analisa harga satuan dan upah kerja, serta SMARTEK. Vol.4.No.2, Fakultas
preference harga atas penggunaan Teknik Universitas Tadulako, Palu.
produksi dalam negeri dan kewajaran Bentall P.H, November 2001. “Small Scale
harga yang ditawarkan. Contracting For Infrastructure Works In
Penelitian menunjukkan bahwa ketelitian Vietnam” , Socialist Republic Vietnam,
estimator yang dimiliki oleh penyedia jasa International Labour Organization,
sangat rendah, seperti perhitungan volume Hanoi.
pekerjaan lebih besar dari volume yang
ada pada dokumen lelang sehingga htpp//www.lkpp.go.id/v2/content.php, Oktober,
menyebabkan nilai penawaran melebihi 2012.
HPS. Aplikasi SPSE secara otomatis akan
memberikan tanda pada perusahaan yang http://lpse.untad.ac.id/eproc, Oktober, 2012.
penawaran biaya melewati nilai HPS.
Keputusan Presiden RI No. 18 tahun 2000 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
5. Rekomendasi Barang / Jasa Instansi Pemerintah
Berbagai faktor perlu menjadi perhatian Peraturan Presiden RI No. 70 tahun 2012 tentang
dalam pengembangan dan peningkatan layanan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
pengadaan secara elektronik sebagai upaya untuk Barang / Jasa Instansi Pemerintah.
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kemajuan
teknologi dan informasi di masa yang akan datang,
antara lain sebagai berikut.

100

Anda mungkin juga menyukai