SULAWESI TENGAH
*
Andi Asnudin*
Abstract
Electronic procurement is expected to be done in an efficient and effective, transparent, accountable and
provide equal opportunities for all contractors to be the winning bidder.
Descriptive analysis method used in this study, by using contractors who attended the auction on LPSE
UNTAD as respondents.
The results showed that various problems faced by portrait contractors, among others: the ability of the
limited human resources, hardware and software readiness is low, poor data base systems, supporting data
is incomplete.
The resulting recommendations, among others, (1) an increase in capacity building to all relevant parties,
(2) the availability of infrastructure to support electronic procurement system, and (3) allow all parties can
access the documents to see the complete contractors that has been in an effort to load up the procurement
process transparent and competitive so as to provide equal opportunities for contractors (4) continuously
shaped discussion forum involving all stakeholders.
Keywords: Electronic, rocurement contract
*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Lembaga Kebijakan Pengadaan pemerintah secara elektronik dapat dilakukan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) merupakan dengan e-Tendering atau e-Purchasing (LKPP,
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang 2010):
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada a E-Tendering merupakan tata cara pemilihan
Presiden dan dibentuk berdasarkan PERPRES No penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
106 tahun 2007. terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia
LKPP merupakan lembaga pemerintah barang/jasa yang terdaftar pada sistem
satu-satunya yang mempunyai tugas melaksanakan elektronik dengan cara menyampaikan satu kali
pengembangan dan perumusan kebijakan penawaran sampai dengan waktu yang telah
pengadaan barang/jasa Pemerintah, dan dalam ditentukan.
melaksanakan tugas dan fungsinya LKPP b E-Purchasing merupakan tata cara pembelian
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
Pembangunan Nasional.
2.3 Implementasi LPSE
2.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) LPSE setiap tahunnya mengalami
Pengadaan barang/jasa pemerintah pada peningkatan implementasi, yang tentunya semakin
pelaksanaannya dapat dilakukan secara elektronik tinggi tuntutan tingkat layanan, seperti (1)
mengingat hal ini telah dimungkinkan melalui kemudahan akses informasi, (2) kecepatan proses
Keppres No 80 Tahun 2003, dan terhadap semua upload dan download dokumen pelelangan,
informasi, transaksi elektronik pada pelaksanaan (3) penyempurnaan aplikasi pada sistem LPSE, (4)
pengadaan barang/jasa pemerintah secara update data dan informasi setiap saat.
elektronik mengacu pada Undang-undang nomor
11 tahun 2008 tentang ITE. Pengadaan barang/jasa
94
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah
96
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah
Kelemahan yang lain pada aplikasi LPSE, LPSE yang tahu mengenai IT mungkin
yaitu file dokumen penawaran yang di zip akan mudah dalam memilih server tapi
sebelum dilakukannya bundel file dengan bagi yang tidak tahu mengenai IT akan
program Apendo file kadang tidak terbaca. sulit, serta kemampuan jaringan
komunikasi digital masih sering
(4) Hardware mengalami gangguan sehingga sangat
Ketersediaan infrastruktur dasar belum menyulitkan penyedia jasa maupun panitia
sepenuhnya mampu melayani tingkat pelelangan/unit layanan pengadaan (ULP)
kebutuhan penyedia jasa dan pengguna Demikian juga dengan bandwidth sering
jasa (panitia pengadaan), seperti untuk menjadi kendala. Hal tersebut akibat dari
membentuk LPSE, LKPP belum pernah LKPP tidak menerapkan standar minimal
menerapkan standar minimal untuk server bandwidth yang harus dimiliki oleh setiap
yang dipakai, sehingga setiap daerah LPSE untuk menjalankan aplikasi SPSE
memiliki server yang beragam baik dari dengan lancar.
merk maupun speksifikasi. Bagi pengelola
98
Potret Pengadaan Jasa Konstruksi Secara Elektronik di Sulawesi Tengah
100