PENDAHULUAN
terbesar (the largest buyer) di suatu negara (Simamora, 2013). Pada saat ini
barang, jasa, sarana dan prasarana, dan lainnya. Selain itu dalam
yang ada.
Pengadaan Barang dan Jasa ialah kasus korupsi megaproyek penerapan Kartu
50% dari dana proyek KTP Elektronik itu sendiri yaitu sebesar RP. 2,3
1
Triliun dari total dana proyek yang telah dianggarkan sebesar Rp. 5,9 Triliun.
sebesar Rp. 702 Milliar dan melibatkan beberapa nama seperti Anas
tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa sangat besar, hal ini
dengan praktek tindak pidana korupsi, semua ini terjadi disetiap tahunnya, di
jasa juga dapat menjadi salah satu aspek timbulnya tindak pidana korupsi.
2
Pemerintahan. Hal ini agar proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan ini
Perpres Nomor 54, hingga saat ini terdapat beberapa kali perubahan yang
peraturan-peraturan perubahannya.
3
Pada implementasinya, terkadang proses Pengadaan Barang/Jasa
Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat pada bagian ketiga, yang terdiri dari 3
pasal yaitu:
mendapatkan informasi.
4
Saat ini, tindakan korupsi menjadi topik pembicaraan yang hangat
dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain, secara salah
lebih baik, akan tetapi Keppres ini memiliki kekuatan layaknya Undang-
Soeharto.
5
menjadi Extra Ordinary crime atau kejahatan luar biasa, bukan saja karena
teknik dan juga modusnya yang sistematis akan tetapi dampak yang
ditimbulkan tindak pidana korupsi bersifat pararel dan dapat merusak sistem
mewujudkan keadaan yang efisien, efektif, terbuka dan juga kompetitif dalam
ada 7 prinsip yang ditekankan dalam proses pengadaan barang dan jasa yaitu
akuntabel.
Dengan peraturan yang ada, pada saat ini partisipasi dan responsivitas
yang harus dijalankan oleh Pemerintah dalam proses pengadaan barang dan
jasa. Secara umum, partisipasi berasal ari bahasa inggris yaitu “participation”
Nomor 20 Tahun 2001 dalam Bab V yang mengatur tentang peran serta
6
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Peran serta masyarakat sangat
korupsi.
namun juga harus menjadi subjek. Hal ini dilakukan agar partisipasi
kebijakan Negara yang besih dan bebas dari tindakan KKN, namun hal
tersebut harus tetap sesuai dengan aturan-aturan moral, hukum, serta undang-
undang yang berlaku. Selain itu, ada tiga esensi yang harus dimuat dalam
7
Sedangkan, Responsivitas juga penting kaitannya dalam hal urusan
yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ada. Rendahnya tingkat
Pemerintah.
pencegahan tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi di negara sangat
8
responsivitas masyarakat yang tinggi, maka fungsi masyarakat tidak hanya
penerima kebijakan namu secara langsung memegang kuasa untuk ikut dalam
Tabel 1.1
Pemetaan Korupsi berdasarkan Provinsi
Nilai Urutan
Jumlah
No Provinsi Kerugian Nilai Suap di
Kasus
Negara Indonesia
1. Kalimantan 13 Rp102,9 miliar Rp740 juta 10
Tengah
2. Kalimantan 13 Rp24,8 miliar Rp1,8 miliar 11
Selatan
3. Kalimantan 6 Rp15,7 miliar - 24
Timur
4. Kalimantan 5 Rp2,3 miliar - 30
Barat
5 Kalimantan 3 Rp801,5 juta - 33
Utara
Sumber: Indonesia Corruption Watch
Kabupaten Sintang. Salah satu contoh yang baru-baru ini terjadi ialah kasus
9
korupsi Dana Panwaslu yang dilakukan oleh 3 ASN. Tiga ASN tersebut
tersebut merugikan kurang lebih 1,5 milliar. Modus yang digunakan oleh
Sintang yang terjadi pada tahun 2012 lalu. Menurut Kepala Seksi Pindana
hand tractor sebanyak 50 unit tersebut menelan anggaran sebesar Rp. 2,2
Milliar yang dana tersebut bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yag
http://pontianak.tribunnews.com/2015/05/11/kejari-Sintang-tetapkan-dua-
Anna pada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sintang yang merugikan
negara sekitar Rp. 800 Juta dari anggaran Rp. 1 Milliar. Beberapa contoh
oleh para aparatur negara yang telah merugikan demi untuk mendapatkan
keuntungan pribadinya.
10
Peran serta masyarakat di Kabupaten Sintang sangat dibutuhkan untuk
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berada pada pasal 1 ayat (1)
yang berbunyi :
hukum dan juga Pemerintah, masyarakat juga harus lebih peka terhadap
11
masyarakat juga harus mengetahui ciri-ciri pelanggaran yang terjadi agar
dapat ikut mengawasi kinerja Pemerintah dengan baik dan sesuai dengan
perlindungan hukum yang di mana terdapat dalam pasal 5 dan pasal 6 yang di
dugaan tindakan korupsi harus mendapatkan rasa aman dan juga kerahasiaan
identitas pelapor yang harus dilindungi oleh pihak penegak hukum yang
Hal ini agar adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah, penegak hukum
serta masyarakat.
Procurement. Proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik akan lebih
12
transparan dan diharapkan mampu memenuhi prinsip dasar dalam pengadaan
barang dan jasa tersebut. Hal ini dapat juga mempermudah masyarakat untuk
13
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Manfaat Teoritis
penelitian lanjutan yang terkait topik pembahasan yang sama, serta sebagai
14
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
wawasan yang telah di dapat atau dipelajari selama ini. Selain itu,
b. Bagi Pemerintah
c. Bagi Masyarakat
15
1.5 TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1.2
Tinjauan Pustaka
Nama dan
Judul dan Jenis
No Tahun Hasil
Penelitian
Penelitian
1. Devi Partisipasi Masyarakat fokus penelitian yaitu: 1) partisipasi
Hernawati, Dalam Pengelolaan masyarakat dalam perencanaan
Choirul Saleh, Sampah Berbasis 3R pembangunan TPST, partisipasi
Suwondo (Reduce, Reuse dan dalam melaksanakan pembangunan
Reycycle) (Studi Pada TPST, partisipasi dalam meliharaan
Tempat Pengelolaan dan memanfaatkan banguna TPST,
Sampah Terpadu Di 2) partisipasi masyarakat dalam
Desa Mulyoagung pengelolaan ampah berbasis 3R,
Kecamatan Dau meliputi pra pengelolaan, dan paska
Kabupaten Malang). pengelolaan.
Judul Penelitian Hasil penelitian menunjukkan
Kualitatif dengan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pendektan deskriptif. pembangunan TPST dan
pengelolaan sampah sudah baik.
Karena masyarakat terlibat langsung
baik dalam pembangunan mapun
pengelolaan sampah.
2. (Rahmanto, Partisipasi Masyarakat Kasus-kasus yang di analisis ialah
2013) Desa Talun kasus yang dapat mewakili
Kecamatan Ngebel penjelasan partisipasi dari
Kabupaten Ponorogo masyarakat desa dalam pemilihan
dalam Pemilihan Kepala Desa tahun 2012di Desa
Kepala Desa di Desa Talun. Hasilnya ialah bahwasanya
Talun Kecamatan ditemukan tiga faktor yang
Ponorogo, Provinsi mempengaruhi partisipasi dari
Jawa Timur. masyarakat yang memilih, yaitu :
Penelitian Kualitatif figur, uang, dan tim sukses.
dengan pendektan
Deskriptif
3. Upaya Pencegahan Penerapan pembelian melalui sistem
Tindak Pidana Korupsi katalog elektronik (E-Purchasing)
Pengadaan Barang berpengaruh dalam upaya
Dan Jasa Pemerintah pencegahan tindak pidana korupsi.
16
Melalui Penerapan E-Purchasing dapat mengatasi tiga
Pembelian Langsung permasalahan yang sering terjadi
Berdasarkan Sistem dalam proses Pengadaan
Katalog Elektronik (E- Barang/Jasa. Pertama, lambatnya
Purchasing). proses Pengadaan Barang/Jasa
mengakibatkan lambat pula dalam
Penelitian Kualitatif penyerapan anggaran. Kedua, fraud
dengan pendektan dan kelalaian mengakibatkan
deskriptif kerugian negara di sektor
pengadaan. Akses pasar pengadaan
yang masih eksklusif. Akan tetapi,
dalam prakteknya terdapat faktor-
faktor penghambat dalam penerapan
E-Purchasing dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi,
khususnya yang terjadi di
Pemerintah Kabupaten Pesawaran,
4. Drs. Chrisna Analisis Survey Hasil dari pembahasan ini ialah
Suhendi & Faktor-faktor yang bahwasanya korupsi baik dari jenis
Zaenuddin mempengaruhi Tindak state cature, influence corruption
(2015) Pidana Korupsi Aparat and administrative corruption akan
Pemerintah Daerah terjadi kapanpun. Disini hal yang
dan Pencegahannya di menjadi fokus dari Pemerintah ialah
Provinsi Jawa Tengah korupsi dengan jenis administrative
corruption karena, Pemerintah di
Jenis penelitian daerah harus menerapkan sistem E-
Kuantitatif. Governance. Dengan menerapkan
sistem teknologi informasi ini akan
mendukung implementasi sistem
tata kelola pemerintahan daerah
yang baik. hal ini juga memerlukan
komitmen dari seluruh aparat di
dalam pemerintahan daerah.
5. Warjio, Partisipasi Masyarakat Perencanaan partisipatif dalam
(2014) dalam Perencanaan pembangunan daerah belum
Pembangunan (Studi dilaksanakan dengan baik ditandai
Kasus Pada dengan keengganan masyarakat ikut
Kecamatan Sidikalang berpartisipasi, kemampuan aparat
Kabupaten Dairi) dan masyarakat dalam
melaksanakan perencanaan
17
Jenis Penelitian partisipatif belum memadai dan tim
Kualitatif dengan delegasi desa dan kelurahan belum
Pendekatan Deskriptifmempunyai kemampuan untuk
negosiasi pada musrenbang
kecamatan maupun kabupaten
sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa masyarakat dan Pemerintah
mempunyai peran terkait rendahnya
partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan.
6. Ika Widianati Responsivitas Terdapat beberapa kekurangan dari
dan Dra. Pelayanan Publik penggunaan enam indikator yaitu
Meirinawati, Dalam Menangani komunikasi dan sikap yang
M.AP. (2016) Keluhan Pelanggan ditunjukkan petugas dalam berbagai
Publik Dalam kondisi masih kurang komunikatif
Menangani Keluhan dan belum ramah. Kesigapan
Pelanggan Di petugas dalam memberikan
Perusahaan Daerah Air pelayanan masih kurang baik.
Minum (Pdam) Kemudian seringnya terjadi
Kabupaten Gresik. kesalahpahaman terkait cara
penyampaian petugas kepada
Jenis penelitian pelanggan dan tidak adanya standar
Kualitati dengan pelayanan untuk memberikan
pendekatan deskriptif. kepastian waktu pelayanan.
Kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini bahwa responsivitas
pelayanan publik di PDAM
Kabupaten Gresik dikatakan cukup
baik, meski masih terdapat beberapa
kekurangan.
7. Retno Responsivitas IMB di BPM-P2TSP Kabupaten
Tanjung Pelayanan Izin Kediri dalam segi responsivitas
Anggraini Mendirikan Bangunan pelayanan sudah baik, meskipun
Dan Fitrotun (IMB) di Badan masih terdapat beberapa
Niswah, Penanaman Modal dan kekurangan. BPM-P2TSP merespon
S.Ap., M.Ap. Pelayanan Perizinan setiap pelanggan atau pemohon yang
(2016) Terpadu Satu Pintu, ingin mendapatkan pelayanan,
Kabupaten Kediri. respon yang cepat dari petugas,
melakukan pelayanan dengan tepat,
Jenis Penelitian petugas melakukan pelayanan
18
Kuantitafi. dengan cermat dan tepat waktu serta
mampu merespon seluruh keluhan
dari pelanggan dengan sebaik
mungkin.
8. Triyastuti Mempertanyakan Adanya kelemahan responsivitas
Setianingrum Responsivitas Pemerintah Kota Yogyakarta
dan Yam’ah Pelayanan Publik Pada terhadap keluhan masyarakat,
Tsalatsa Pengelolaan terutama menyangkut tindak lanjut.
(2016) Pengaduan Kasus Mekanisme yang ada selama ini
Upik di Kota tidak dapat memantau tindak lanjut
Yogyakarta. yang dilakukan oleh setiap
Jenis penelitian SKPD/unit kerja. Keluhan yang
Kuantitatif. bersifat lintas sektoral dan lintas
level Pemerintahan dapat dikatakan
tidak ada tindak lanjutnya.
9 Yakobus Korupsi Dalam Sejak diberlakukannya E-
Tefa, Sh Pengadaan Procurement masih adanya
(2013) Barang/Jasa Secara penyimpangan yang terjadi, yaitu
Elektronik adanya diskriminatif dalam
Corruption In The persyaratan pada proses lelang, hal
Electronic ini menimbulkan adanya para pelaku
Government usaha yang berminat dan memenuhi
Procurement. kualifikasi yang ada namun tidak
Jenis penelitian dapat mengikutinya, persyaratan
Kuantitatif. tender yang memiliki kualifikasi
yang mengarah pada pelaku usaha
tertentu sehingga menghambat
pelaku usaha lain, adanya
persaingan yang dikenal dengan
tender arisan yang dimana
pemenang telah ditentukan sejak
awal. Persekongkolan ini sering
terjadi antara satu atau beberapa
pelaku usaha dengan panitia
lelang/tender yang bertugas.
10 I Md. Partisipasi Kontraktor karakteristik kontraktor yaitu faktor
Suciptapura, I di Kota Denpasar ketersedian sumber daya manusia
G. A. dalam Lelang proyek yang dilengkapi dengan
Adnyana Pengadaan Barang sertifikat ahli terampil dan
Putera, Dan Jasa Pemerintah ketersediaan alat berat secara
19
Mayun Secara Elektronik. bersama-sama dapat meningkatkan
Nadiasa Jenis penelitian partisipasi dan perolehan proyek
(2013) Kuantitatif. dalam lelang. Kurangnya peralatan
lelang dan koneksi internet yang
buruk merupakan faktor elektronik
yang dapatmenurunkan partisipasi
dan perolehan proyek dalam lelang
elektronik. Faktor yang
mempengaruhi kontraktor untuk
mengikuti lelang terdiri dari 9 faktor
utama antara lain : sumber daya
manusia dan kepercayaan diri
perusahaan, lokasi proyek dan
musim, Sistem kontrak dan sistem
lelang, Tingkat Kompetisi lelang,
Modal dan waktu, Pengalaman,
Kebijakan Pemerintah dan kondisi
ekonomi, Jenis dan jumlah
Peralatan, Kondisipasar konstruksi
secara terpisah. Fokusnya juga tidak berada pada kabupaten yang ingin
diteliti.
20
1.6 KERANGKA TEORI
sebagai berikut:
1.6.1 Partisipasi
21
sosial, pola-pola tindakan bersama, serta institusi-institusi
22
Bagan 1.1
Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat (Arnstein)
Citizen Contol 8
Citizen Control
Delegate Power 7
Patnership 6
Tokenism Placation 5
Consultation 4
Informing 3
Non
Therapy 2
Participation Manipulation 1
Sumber: Jurnal
23
yaitu dengan menjalankan kemitraan (patnership) yang
partisipasi yaitu:
keputusan Pemerintah.
24
dengan Pemerintah. Hal ini menghasilkan kesepakatan untuk
keputusan.
25
umpan balik untuk negosiasi dari masyarakat. Informasi yang
masyarakat.
26
Ada empat macam tipe partisipasi masyarakat, yaitu
(Subakti, 1992):
a) Partisipasi Aktif
b) Partisipasi Militan-Radikal
c) Partisipasi Pasif
27
cendung tidak mempermasalahkan apapun kebijakan politik
d) Partisipasi Apatis
cenderung apatis.
lingkup sosial.
28
b) Faktor Eksternal merupakan faktor yang meliputi hubungan
kegiatan.
berikut:
pengorganisasian.
29
1.6.2 Responsivitas
dalam undang-undang.
kepada masyarakat yang telah ada dalam misi dan tujuan sebuh
30
organisasi dalam pemenuhan kebutuhan publik. Secara singkat
Pemerintah
31
3. Petugas atau aparatur melekukan pelayanan dengan tepat. hal
merasa dirugikan.
2013):
indikator berikut:
1. Akses
2. Kesopanan
3. Komunikai
32
1.6.3 Pencegahan Korupsi
(Tuanakotta, 2007).
33
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
tujuan kelompok.
Korupsi meliputi:
34
1. Bribely (Penyuapan), mencakup tindakan memberi dan
mengelola.
adalah salah satu jalan untuk memberantas pelaku tindak pidana korupsi agar
negara tidak berani untuk melakukan perbuatan tindak pidana korupsi (Salain,
35
1.7 DEFINISI KONSEPTUAL
1.7.1 Partisipasi
1.7.2 Responsivitas
dibutuhkan.
36
1.8 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 1.3
Definisi Operasional
No Variabel Indikator
1. Partisipasi Masyarakat dalam 1. Adanya kontribusi dari
pencegahan korupsi masyarakat, meliputi sikap, peran
dan aksi dari masyarakat.
2. Adanya pengorganisasian
masyarakat, meliputi model
pengorganisasian yang sesuai
dengan fungsi pengorganisasian
yang ingin dicapai.
37
1.9 METODE PENELITIAN
38
1.9.3 Jenis Data dan Sumber Data
1. Data Primer
39
Indonesia Cabang Kabupaten Sintang. Adapun narasumber
Tabel 1.4
Data Primer Penilitian
Jumlah
No Instansi Nama Narasumber
Informan
1 Bagian Pengadaan Bapak Helmi, S.Sos., M.Si
Sekretariat Daerah (Kepala Bagian Pengadaan
1
Kabupaten Sintang Sekretariat Daerah Kabupaten
Sintang)
2 Laskar Anti Korupsi Bapak Ginidie, S.Sos.,M.Si
Indonesia (Ketua Laskar Anti Korupsi
Cabang Kabupaten Sintang)
Bapak Sopian, S.Sos., M.Si 2
(Sekretaris Laskar Anti
Korupsi Cabang Kabupaten
Sintang)
3 Masyarakat Bapak Agus 1
2. Data Sekunder
40
data-data berkas yang berkaitan tentang jumlah tidak pidana
41
Menurut (Hadari,1995) ada tiga fungsi
yaitu:
dibutuhkan.
Tabel 1.4
Daftar Narasumber Wawancara
Waktu
No Instansi Nama Narasumber
Wawancara
1 Bagian Pengadaan Bapak Helmi, S.Sos., M.Si 4, 10, 11,
Sekretariat Daerah (Kepala Bagian Pengadaan 14, 18
Kabupaten Sintang Sekretariat Daerah Kabupaten Februari
Sintang) 2019
2 Laskar Anti Korupsi Bapak Ginidie, S.Sos.,M.Si
4 Februari
Indonesia (Ketua Laskar Anti Korupsi
2019
Cabang Kabupaten Sintang)
3 Laskar Anti Korupsi Bapak Sopian, S.Sos., M.Si
4 Februari
Indonesia (Sekretaris Laskar Anti Korupsi
2019
Cabang Kabupaten Sintang)
4 Masyarakat Bapak Agus 28 Januari
2019
42
1.9.4.2 Teknik Dokumentasi
di Kabupaten Sintang.
43
narasumber terkait, yang selanjutnya mengaitkan dengan fakta-
44