HIDAYAH ARTHA
INDONESIA
Pada tahun 2010, reformasi birokrasi memasuki gelombang kedua dimana dalam caku
pan pelaksanaanya bukan hanya bersifat instansional namun juga nasional. Reformasi bukan
hanya dilaksanakan di kementerian atau lembaga yang berada di pusat namun juga pada gilira
nnya dilaksanakan di daerah, baik provinsi maupun kabupaten-kota. Reformasi birokrasi gel
ombang kedua ini diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 81/2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi dan Permanpan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Refor
2
Gatot Sugiharto, “Reformasi Birokrasi Menuju Pemerintahan Kelas Dunia Tahun 2025”, dalam Jurnal Pendayagunaan
Aparatur Negara Edisi 1 Th. 2011 (Jakarata: Biro Hukum & Humas Kementerian PAN,2011), halaman 8.
masi Birokrasi 2010 – 2014 sebagai penyempurna Permenpan No. PER/15/M.PAN/7/2008. P
enerbitan Perpres dan peraturan-peraturan (yang akan diuraikan pada bagian landasan yuridis
nanti) di bawahnya ini menjadi pedoman umum dan pelaksana dalam penataan aspek penday
agunaan aparatur negara yang professional, akuntabel, efektif, dan efiesien dalam memberika
n pelayanan prima pada masyarakat serta bebas dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharua
n dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyang
kut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber da
ya manusia aparatur (Kemenpan RB, 2009). Berdasarkan lampiran Permanpan No. 25 Tahun
2020, reformasi birokrasi juga medorong setiap kementerian/lembaga/pemerintah daerah agar
manfaat keberadaannya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Di tengah tuntutan masya
rakat yang semakin tinggi, Reformasi Birokrasi mendesak kementerian/lembaga/pemerintah
daerah untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga pada akhirnya terwujud
suatu sistem lembaga dan personil birokrasi yang profesional, transfaran, akuntabel, efektif, e
fisiensi, bersih bebas dari KKN serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya.
Oleh karena itu, Pemerintah melakukan berbagai upaya terlaksananya tujuan dari refo
rmasi birokrasi melalui berbagi upaya dan inovasi salah satunya adalah dengan pemanfaatan t
eknologi informasi dan komunikasi (TIK) melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektonik (SPBE). Penguatan pemanfaatan TIK dalam menunjang pelayanan publik, baik di
pusat maupun daerah, dituangkan melalui kebijakan dan strategi nasional pengembangan
SPBE melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003.
SPBE merupakan instrumen yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing negar
a melalui pemberdayaan pembangunan aparatur negara yang berkesinambungan. Terintegras
inya proses bisnis antara pusat dan daerah sehingga akan menciptakan keutuhan pemerintaha
n yang pada gilirannya nanti mampu memberikan pelayanan publik yang berkinerja tinggi de
ngan karakteristik integratif, dinamis, transparan, dan inovatif.
Pelaksanaan SPBE perlu memperhatikan tata kelola keamanan informasi SPBE
seperti termaktub dalam Inpres No. 3 Tahun 2003 yang mengatur kebijakan pengamanan
informasi serta pembakuan otentikasi dan public key infrastructure untuk menjamin
keamanan informasi dalam penyelenggaraan transaksi. Ancaman terhadap keamanan inform
asi SPBE bisa berupa hilangnya data, pengaksesan sistem dan informasi secara ilegal, pencuri
an data dan informasi masyarakat oleh pihak-pihak yang beritikad tidak baik, terhentinya laya
nan sistem aplikasi, kejahatan siber (serangan phising, spam, cracking password, sistem otent
ifikasi, serangan malware, dst.) terhadap fasilitas SPBE, dan juga kerusakan infrastruktur SP
BE.
Mengutip Achmad Farid (Oktober 2022)3 terdapat beberapa kasus keamanan informas
i yang terjadi di Indonesia dan menyerang portal-portal milik lembaga-lembaga negara dianta
ranya: Informasi aneh di situs web KPU (2004), situs web DPR RI down dan berganti nama
(2020), penyerangan terhadap portal Sekretariat Kabinet RI (2020), peretasan terhadap portal
BPJS Kesehatan (2021), pembobolan database Polri (2021), database Kejaksaan Agung Repu
blik Indonesia rusak (2021). Tentu hal menimbulkan kerugian baik secara material terlebih
menurunnya nilai kepercayaan terhadap keamanan data pada lembaga-lembaga negara yang b
isa menjadi bumerang dalam penegakan reformasi birokrasi yang dicanangkan.
Pada akhirnya perlu dilakukan langkah-langkah terukur dan terarah dalam menjamin
kemanan informasi baik dari segi sisi infrastruktur SPBE, seperti spesifikasi perangkat yang d
igunakan, konfigurasi perangkat dalam pengelolan SPBE. Selain itu dari sisi non-infrastruktu
r terutama terkait ketersedian sumber daya manusia di bidang TIK yang memiliki kualifikasi
yang dibutuhkan dan peraturan-peraturan pemerintah yang mendukung pada penjaminan kea
manan informasi masyarakat pengguna SPBE secara luas.
3
Achmad Farid, “14 Kasus Cyber Crime di Indonesia Yang Menggemparkan Warganet”, diakses dari:
https://www.exabytes.co.id/blog/kasus-cyber-crime-di-indonesia/, pada 8 Maret 2023.
Design Reformasi Birokrasi dan Permanpan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Refor
masi Birokrasi 2010 – 2014.
Reformasi birokrasi gelombang kedua ini menyasar delapan area perubahan yaitu:
organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur,
pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture
set) aparatur negara. Adapun sasaran yang diharapkan adalah terwujudnya pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat,
dan menigkatnya kapasitas dan akuntabilitas aparatur. Adapun perubahan yang diharapkan
seperti dikutip dari Gatot Sugiharto (2011)4 adalah sebagai berikut:
Area Perubahan yang diharapkan
Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien,
terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance
Peraturan perundang- Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif
undangan
Sumber daya manusia SDM aparatur yang berintegritas, netral , kompeten, capable,
aparatur profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN
Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat
Pola pikir dan budaya kerja Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
aparatur
4
Gatot Sugiharto, “Reformasi Birokrasi Menuju Pemerintahan Kelas Dunia Tahun 2025”, dalam Jurnal Pendayagunaan Apar
atur Negara Edisi 1 Th. 2011 (Jakarata: Biro Hukum & Humas Kementerian PAN,2011), halaman 10.
5) Permen PAN dan RB No. 11/2011 Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi
Birokrasi.
6) Permen PAN dan RB No. 12/2011 Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process).
7) Permen PAN dan RB No. 13/2011 Pedoman Pelaksanaan Quick Wins.
8) Permen PAN dan RB No. 14/2011 Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen
Pengetahuan (Knowledge Management).
9) Permen PAN dan RB No. 15/2011 Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dan Tunjangan Kinerja bagi Kementerian/Lembaga.
KAJIAN TEORITIS
8
Weber, Max, “The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalsm, translated by Talcott Parsons, (Georgle Allen &
Unwin Ltd.: London, 1930).
9
Gerth, H. H., and C. Wright Mills, “From Max Weber: Essays in Sociology”, (Oxford University Press: New York,
1946).
4) Pemisahan kehidupan aparatur sebagai bagian birokrasi dengan kehidupan aparatur
sebagai pribadi.
5) Adanya rantai pengaturan penugasan dari atas ke bawah yang jelas.
6) Penugasan bersifat impersonal artinya aparatur tidak mengikutkan kepentingan pribadi
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehingga birokrasi dapat dijalankan tanpa
kolusi dan nepotisme antara pribadi dengan kerabat atau kolega dekatnya.
Birokrasi memiliki cara kerja dalam sebuah sistem tertutup yang berarti setiap sistem
dimaksudkan menjadi formal dan kaku untuk menjaga ketertiban. Hal ini ditujukan agar
keteraturan dan pengelolaan dalam sebuah organisasi dapat diidentifikasi dengan prosedur
hierarkis (Raharja, 2022).10 Birokrasi dianggap tepat untuk menggantikan keputusan otonom
atau perorangan tradisional karena birokrasi membuat sistem tertutup menjadi lebih terarah
dan keputusan dapat diambil secara bertingkat. Sistem tertutup dioperasikan agar mudah
dilakukan peninjauan dan rasionalisasi atas keputusan-keputusan dan penerapan kebijakan
dimana hal ini akan lebih sulit bila dilakukan dengan sistem terbuka.
Dalam sebuah birokrasi, relasi dilakukan secara hierarkis dengan tugas dan kewajiban
masing-masing seperti bagian relasi publik, manajemen, sekretaris, dan lainnya. Bandingkan
dengan pengaturan dalam komunitas informal yang bersifat terbuka misalnya dimana
seseorang bisa menempati posisis manajer sekaligus sekretaris tanpa sekat yang jelas untuk
mengambil keputusan.
Dalam tradisi Weberian birokrasi, meskipun bekerja di bawah tatanan politik,
merupakan kelompok sosial yang vital dengan kekuasaan dan hak istimewa (Akbar et. al.,
2021).11 Birokrasi dengan posisi, kewenangan, keahlian, dan hak yang dimilikinya
mempunyai akses untuk menguasai aspek-aspek yang sangat luas dan strategis seperti sumber
daya alam, anggaran, pegawai, proyek-proyek, serta akses pengetahuan dan informasi yang
tidak dimiliki pihak lain. Birokrasi juga memiliki akses untuk membuat kebijakan yang tepat
secara teknis, tetapi juga untuk memperoleh dukungan yang kuat dari masyarakat dan dunia
usaha. Sehingga dapat dibayangkan betapa pentingnya birokrasi dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Birokrasi menjadi ujung tombak dalam semua tahapan
kebijakan publik mulai dari tahap perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan serta dalam
evaluasi kinerjanya.
10
Raharja, Algonz D.B., “Birokrasi: Pengertian, Cara Kerja, Fungsi, Ciri, dan Jenisnya”, 11 April 2022, diakses dari
https://www.ekrut.com/media/birokrasi-adalah.
11
Akbar, Gungun Geusan et. al., “Reformasi Birokrasi Di Indonesia, Sebuah Tinjauan Literatur”, Transparansi : Jurnal
Ilmiah Ilmu Administrasi Vol 4 , No. 2, Desember 2021, pp. 187-199.
Keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakan pembangunan
tidak lepas dari peran besar birokrasi. Birokrasi yang buruk akan menyebaban upaya
pembangunan akan mengalami banyak hambatan. Sebaliknya, jika birokrasi bekerja secara
baik, maka program-program pembangunan akan berjalan lebih lancar. Proses birokrasi
dituntut untuk dikelola secara profesional, efektif, efisien, dan transparan namun tetap dengan
pengelolaan yang terencana dan simultan. Dalam konteks ini, birokrasi diartikan sebagai alat
kelengkapan negara, terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
kepegawaian, yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-
hari.
Secara umum, pembangunan birokrasi mencakup berbagai aktivitas terencana yang
berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dalam
menjalankan fungsi-fungsinya (Adi Suryanto, 2012).12
Seperti apa yang dituliskan Lord Acton (1834 - 1902) dalam suratnya kepada Bishop
Mandell Creighton pada 1887: "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely. Great men are almost always bad men." Kenyataan inilah yang pernah Indonesia
alami selama rentang sebelum era reformasi yang puncaknya ditandai dengan krisis
multidimensi pada tahun 1998. Pada masa tersebut birokrasi mengalami pengkerdilan
sebagai alat yang digunakan untuk memenuhi kepentingan penguasa dan kroninya alih-alih
digunakan sebagai alat untuk mensejaterakan rakyat. Untuk mengembalikan peran birokrasi
dalam penyelenggaran clear government dan good governance maka dilakukan upaya
perubahan menyeluruh dan bertahap melalui apa yang disebut dengan reformasi birokrasi.
(Kemenpan RB, 2009) meyebutkan bahwa reformasi birokrasi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia aparatur seperti dinukil dari
(Akbar et. al., 2021).13 Lebih lanjut Gungun menuliskan bahwa reformasi birokrasi
melibatkan kegiatan-kegiatan yang berupaya memperbaiki administrasi publik secara
struktural, secara fungsional dan perilaku, meningkatkan efisiensi dan efektivitas melalui
inisiatif secara sistematis, norma-norma demokrasi, pembangunan konsensus dan kesetaraan
12
Sitorus, Thiar Y. T., “Makalah Reformasi Birokrasi pada Administrasi Publik”, (Fakultas Ilmu Sosial: Universitas
Negeri Manado, 2019).
13
Akbar, Gungun Geusan et. al., Op. cit
dalam lembaga layanan publik (Denhardt & Denhardt, 2000).14 Reformasi birokrasi
merupakan desain yang dirancang untuk membawa perubahan substantif (Savoie, 2012).15
17
Ibid.
18
Winarni, L. Pengembangan Birokrasi Digital Di Indonesia. INTELEKTIVA : Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora:
30 Septermer 2019.
19
Ibid
Pemerintah menyadari pentingnya pemanfaatan TIK dalam reformasi birokrasi
sehingga salah satu lima aspek tematik reformasi birokrasi Indonesia adalah transformasi
digital birokrasi melalui penerapan e-government. Pemerintah meyakini bahwa reformasi
birokrasi tidak akan terwujud apabila tidak dibarengi oleh transformasi digital birokrasi.
Strategi percepatan transformasi digital telah dituangkan dalam Perpres No. 95/2018 tentang
Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) yang ditujukan untuk untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik
yang berkualitas dan terpercaya. Tata kelola dan manajemen sistem pemerintahan berbasis
elektronik secara nasional juga diperlukan untuk meningkatkan keterpaduan dan efisiensi
sistem pemerintahan berbasis elektronik (dilansir dari laman portal Kemenpan RB).
Terkait digitilisasi reformasi birokrasi kita perlu lebih dulu memahami beberapa
istilah-istilah yang terkait di dalamnya yaitu, digitasi, digitalisasi, dan transformasi digital.
Mengutip portal laman www.shiftindonesia.com, istilah digitasi mengacu pada proses
mengkonversi informasi dan data dari analog atau bersifat manual dan konvensional
dipindahkan dalam format digital. Sementara itu istilah digitalisasi menekankan pada saling
terhubungnya atau terintegrasinya semua proses atau bahkan mesin pengolah proses
(komputer, red) dalam satu rantai sistem. Adapun transformasi digital merupakan rumah
besar dari proses digitasi dan proses digitalisasi yang dilakukan secara bersamaan yang pada
gilirannya menciptakan pergeseran budaya yang dominan dalam organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
PUBLIK INTERNAL
NO
Pos IP Address Grup User Grup IP
1 Outbound 222.127.16.218 Kerja 192.168.15.0/24
2 Server Aplikasi LPSE 222.127.16.219 Digitasi 192.168.22.0/24
3 Hop 222.127.16.220 Pelatihan 192.168.77.0/24
4 Server Pendukung 222.127.16.221 Pokja 192.168.69.0/24
5 CCVT 222.127.16.222 Mikrotik 192.168.15.0/24
Dari kondisi perangkat dan konfigurasi yang diatur ternyata kinerja yang dihasilkan
tidak optima, berupa:
1. Kendala kecepatan akses antar klien internal: koneksi yang berat.
2. Kendala kecepatan akses dari klien internal ke server: koneksi yang berat.
3. Kendala kecepatan akses dari klien external ke server: koneksi yang berat.
4. Pengaturan akses user di jaringan yang belum terakomodir dengan kondisi konfigurasi
saat ini.
5. Terdapat looping dan collision traffic yang mengakibatkan performa network terganggu.
6. Perangkat Server membutuhkan 1000 mbps namun perangkat yang ada saat ini
kemampuannya di 10/100mbps.
Kondisi ini bisa menimbulkan resiko terkait keamanan dan inefisiensi pada server
yang ada di pusat data. Secara garis besar mitigasi resiko yang mungkin timbul dari kondisi
dan pengaturan perangkat di Sekda/LPSE KBB
1. Routing Network WAN yang belum optimal dan beresiko, dimana akses dari public (W
AN) ke server langsung dari modem/gateway ke fisik server. Akses langsung ke server
dari public (WAN) dapat meningkatkan resiko keamanan karena server dapat terkena
serangan dari luar jaringan.
2. Teridentifikasi looping yg disebabkan oleh pengkonfigurasian jaringan yang belum tepat.
Looping pada jaringan terjadi ketika terdapat switch yang menghubungkan kabel dengan
dirinya sendiri atau menghubungkan dua switch atau lebih. Hal ini bisa menyebabkan
lonjakan paket data pada kedua switch tersebut yang jika perangkat tersebut tidak
mengetahui tujuan datanya maka switch akan mengirimkan paket data ke semua port.
Hal ini tentu akan membahayakan apabila data yag terkirim bocor kepada pengguna
yang seharus tidak menerima data tersebut.
3. Teridentifikasi Network Collision dikarenakan dalam satu network terdapat banyak Gro
up IP namun masih belum menggunakan Perangkat Manageable Switch yang mendukun
g Pengaturan VLAN (Grouping). Collision atau tabrakan data terjadi ketika pada sebuah
jaringan ethernet terdapat lebih dari satu Station/Host yang mengirimkan data pada saat
yang bersamaan yang bisa menimbulkan crash sistem.
Tentu resiko-resiko yang ditimbulkan di atas pada akhirnya bisa menimbulkan isu
keamanan data dan juga inefisiensi pada pelayanan birokrasi di lingkungan Sekda/LPSE
KBB. Oleh karena itu, Sekda/LPSE KBB perlu melakukan langkah-langkah solutif untuk
menghindari resiko yang ditimbulkan oleh adanya pengelolaan perangkat dan konfigurasi
yang sekarang terpakai. Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi
jaringan Sekda/LPSE KBB diantaranya: pengaturan ulang konfigurasi perangkat Firewall;
pemasangan dan konfigurasi perangkat switch managed 10/100/1000 mbps; pengaturan
kembali penamaan dan grouping user; pengaturan fungsi core, distribution, access switch;
penataaan pemasangan dan penggantian kabel; pengaturan ulang konfigurasi perangkat-
perangkat server/client. Tentu ini merupakan sebagian perbaikan yang bisa dilakukan
sebagai upaya meningkatkan nilai keamanan data dan efisiensi birokrasi di Sekda/LPSE
KBB.
Lebih jauh diperoleh data berdasarkan waktu pembelian perangkat-perangkat yang
digunakan di lingkungan Sekda/LPSE KBB seperti pada tabel berikut:
Jumlah
No Nama Tipe, Merk, Jenis Pembel ian
(Unit)
1 Server Utama Oracle Sparc T4 3 Novem ber 2014
2 Server Latihan IBM X3550 1 Novem ber 2014
3 PC Dell 3020MT 6 Novem ber 2014
4 Manageable Switch Huawei S5700-52P-LI-AC 1 Februa ri 2019
5 Switch TP-LINK TL-SF1048 2 Novem ber 2014
6 Router Mikrotik Router RB1100AHx2 1U Rack mount 1 Novem ber 2014
7 NAS SERVER HP StoreEasy 1630 [B7D95A] 1 Novem ber 2014
8 Rak Server Abba rack 19" 45U 1150mm 1 Novem ber 2014
9 Rak Jaringan Prisma Wallmount 15U 600m m Sing 2 Novem ber 2014
le Door
10 UPS APC SUA3000RMXLi3U 4 Novem ber 2014
11 Air Conditioner LG S18LFG 3 Novem ber 2014
12 Monitor ACER S235HL 10 Novem ber 2014
13 PC Acer Aspire All In One AZ3- 605 To 11 Novem ber 2014
uch Screen
14 Access Point LevelOne WAP- 3000 : W 5 Novem ber 2014
ireless- G Access Point
15 Door Lock Digital Fingerspot FL- 3 Novem ber 2014
500 Akses Kontrol System
16 CCTV Cat Eye CCTV with Infra Red 8 Cam 1 November 2014
+ Recorder Set
17 Notebook ACER ASPIRE E1-470- 33212 7 Novem ber 2014
G50Mnkk-
18 Raised Floor Server Unstrike 1 Novem ber 2014
Dari data di atas hampir semua pernngkat keras sudah hampir sepuluh tahun masa
penggunaanya, tentu hal ini perlu menjadi perhatian mengingat setiap perangkat memiliki
umur penggunaannya untuk tetap menghasilkan output yang optimal, selain kehandalan
terkait keamanan perangkat yang digunakan dari sisi autentitas dan integrasi informasi
elektronik yang dikelolanya. Oleh karena itu, pemeliharaan atau bahkan penggantian
perangkat keras yang digunakan perlu dikaji untuk bisa tetap mempertahankan tingkat
kehandalan dan keamanan pengelolaan informasi pada data center.
Perangkat keras (hardware) yang sudah melebihi usia pemakaiannya dapat
meningkatkan risiko keamanan data selain dapat memperlambat kinerja sistem aplikasi ata
perangkat lunak (software) yang dijalankan pada perangkat keras tersebut. Demikian juga
pada perangkat lunak (software) yang tidak diperbarui lisensinya bisa menimbulkan
kerawanan keamanan karena perangkat lunak ini tidak menerima pembaruan keamanan yang
biasanya melekat pada versi mutakhir yang dikeluarkan oleh pihak pemgembang perangkata
lunak yang bersangkutan. Tentu pemukhtahiran lisensi dari perangkat lunak (software) atau
aplikasi. Oleh karena itu, sangat diperlukan tata kelola yang baik melalui kebijakan yang
dibakukan sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta penganggaran terkait
perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan di lingkungan Sekda/LPSE KBB.
Sebagai contoh kebijakan terkait batas masa pakai perangkat, kebijakan penggantian dan
peremajaan perangkat-perangkat yang dipakai, selain pemeliharaan dan perawatan
perangkat-perangkat tersebut yang kesemuanya bisa dikemas sebagai kebijakan keamanan
informasi di Sekda/LPSE KBB.
BAB IV