Anda di halaman 1dari 5

Diskusi 5 Perekonomian Indonesia

Silakan rekan-rekan mahasiswa berdiskusi dalam forum diskusi 5 ini, dengan memilih salah
satu topik berikut:

1. Apakah kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi korupsi? Support


dengan data atau literatur pendukung lainnya.

2. Analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pandemi covid seperti ini. Anda
bisa menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.

Jawab:
Saya menanggapi,Apakah kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi korupsi?
Support dengan data atau literatur pendukung lainnya.

Korupsi yang saat ini terjadi justru dilakukan oleh Lembaga Pemerintahan,para koruptor
justru banyak berasal dari para wakil rakyat yang notabene adalah Pejabat yang
terhormat.Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa arah kebijakan
pemerintah di bidang pemberantasan korupsi adalah jelas yakni dengan diundangkannya
berbagai peraturan perundang-undangan khusus di bidang pemberantasan korupsi.Sebagai
bentuk komitmen moral dalam berupaya menciptakan pemerintahan yang bersih (clean
governance) Penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur seperti Subtansi
hukum,Struktur hukum dan Budaya hukum,unsur yang paling dominan mempengaruhi tidak
efektifnya penegakan hukum di bidang korupsi di Indonesia adalah unsure
strukturhukum,terkait dengan aparat penegak hukum.

Menurut kamus bahasa Indonesia kebijakan secara leterlite dapat dijelaskan sebagai
kepandaian,kemahiran,kebijaksanaan.Sementara secara bahasa kebijakan dapat dijelaskan
sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu perkerjaan,kepemimpinan,cara bertindak berkaitan dengan pemberantasan
korupsi,pemerintah telah merumuskan kebijakan yang diwujudkan dalam beberapa peraturan
perundang – undangan antara lain UU. No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.UU.No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo UU.No. 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas UU. No. 31 tahun 1999,Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 15 Tahun 2002, tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang; sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.25 Tahun 2003, UU
No. 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, serta UU No. 7 tahun 2004
tentang Pengesahan United Natoins Convention Against Cooruption 2003.Serta upaya
meningkatkan peran Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Mencermati peraturan perundang-undang yang begitu memadai secara kualitas maupun
kuantitasnya,maka dari sisi Infrastruktur hukum hampir dapat dipastikan bahwa negara kita
merupakan salah satu Negara yang paling banyak memiliki regulasi yang berkaitan dengan
pemberantasan korupsi,tentunya dengan harapan agar dapat mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih sebagai salah dari sekian banyak kriteria kepemerintahan yang baik
(Good Governance) Jadi bila di lihat dari konteks kebijakan publik maka regulasi yang ada
merupakan bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam upaya memberantas tindak
pidana korupsi.

Arah kebijakan pemerintah di bidang pemberantasan korupsi adalah jelas yakni dengan
diundangkannya berbagi peraturan perundang-undangan khusus di bidang pemberantasan
korupsi.Sebagai bentuk komitmen moral dalam berupaya menciptakan pmerintahan yang
bersih ( clean governance ).Penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur seperti
subtansi hukum,struktur hukum dan budaya hukum. Unsur yang paling dominan
mempengaruhi tidak efektifnya penegakan hukum di bidang korupsi di indonesia adalah
unsur struktur hukum,terkait dengan aparat penegak hukum,tetapi tentunya dengan tetap tidak
mengabaikan pengaruh dua unsur lainnya atau dengan kata lain dua unsur lain bukan tidak
berpengaruh,tetapi tidak sesignifikan unsur struktur hukum ( penegak hukum)bahwa untuk
lebih mengefektifkan penegekan hukum di bidang korupsi perlu kerjasama antar negara.

Strategi Cara Pemberantasan Korupsi:

1.Represif

Melalui strategi represif,KPK menjerat koruptor ke meja hijau,membacakan tuntutan,serta


menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan. Inilah tahapan yang dilakukan:

a) Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat

b) Penyelidikan

c) Penyidikan

d) Penuntutan
e) Pelaksanaan Putusan Pengadilan

2.Perbaikan Sistem

Tidak dapat disangkal bahwa banyak sistem di Indonesia yang justru menyisakan celah bagi
terjadinya praktik korupsi.Misalnya,prosedur kepegawaian menjadi lebih rumit, sehingga
menimbulkan suap,dll.Tentu saja,ada banyak lagi.Tidak hanya terkait dengan utilitas,tetapi
juga terkait dengan perizinan,pembelian barang dan jasa,perbaikan diperlukan.Karena sistem
yang baik dapat meminimalisir terjadinya korupsi.Misalnya,melalui layanan publik online,
sistem pemantauan terintegrasi,dll.KPK juga telah melakukan berbagai upaya untuk
membenahi sistem tersebut.Berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan,KPK memberikan
rekomendasi kepada kementerian/lembaga terkait untuk melakukan tindakan
perbaikan.Selain itu,juga dengan penataan pelayanan publik melalui koordinasi dan
pemantauan preventif (korsupgah),serta dengan mendorong transparansi otoritas publik
(PN).Sedangkan untuk mendorong transparansi dari Penyelenggara Negara (PN),KPK
menerima laporan dan bonus dari LHKPN.Untuk LHKPN,setiap penyelenggara negara wajib
melaporkan harta kekayaannya kepada KPK.

Kasus korupsi di Indonesia 2022

Hingga Juni 2022,tercatat sejumlah upaya penanganan tindak pidana korupsi yang telah
dilakukan KPK.Dilansir dari laman resmi KPK,dalam semester pertama tahun 2022 KPK
telah melakukan 66 penyelidikan,60 penyidikan,71 penuntutan,59 perkara inkracht, dan
mengeksekusi putusan 51 perkara.Dari total perkara penyidikan, KPK telah menetapkan
sebanyak 68 orang sebagai tersangka dari total 61 surat perintah penyidikan (spirindik) yang
diterbitkan.Jika dirinci,perkara yang sedang berjalan pada semester pertama sebanyak 99
kasus yang terdiri dari 63 kasus carry over dan 36 kasus baru dengan 61 sprindik yang
diterbitkan.Carry over merupakan kasus yang sudah berlangsung lama namun kemudian
dikembangkan oleh KPK dan ditemukan dugaan tindak pidana korupsi lain.Tak hanya
itu,KPK juga telah melakukan 52 kali penggeledahan dan 941 penyitaan dalam proses
penyidikan perkara.

Pada Semester I 2022,KPK telah memulihkan kerugian keuangan negara yang timbul akibat
tindak pidana korupsi atau asset recovery sebesar Rp313,7 miliar.Total asset recovery ini
terdiri dari Rp248,01 miliar yang merupakan pendapatan uang sitaan hasil korupsi, Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU), dan uang pengganti yang telah diputuskan atau ditetapkan
oleh pengadilanLalu Rp41,5 miliar berasal dari pendapatan denda dan penjualan hasil lelang
korupsi dan TPPU, serta Rp24,2 miliar berasal dari penetapan status penggunaan dan
hibah.Capaian asset recovery ini meningkat 83,2% jika dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Pada Semester I 2021, angka asset recovery KPK senilai
Rp171,23 miliar.

Ada sejumlah kasus korupsi yang menjadi perhatian publik di tahun 2022.Salah satunya
adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi LNG di PT Pertamina. Kasus ini termasuk dalam
kasus prioritas untuk diselesaikan.Sebelumnya,kasus dugaan korupsi tersebut ditangani oleh
Kejaksaan Agung. Namun, kasus ini kemudian dilimpahkan ke KPK.Hingga saat ini,KPK
belum mengumumkan tersangka dalam kasus LNG di PT Pertamina.Sebanyak empat saksi
telah diperiksa, yakni Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto, mantan Dirut PT PLN Nur Pamudji,
Dewan Komisaris PT Pertamina periode 2010-2013 Evita Herawati Legowo, dan Dosen IPB
Anny Ratnawati.KPK juga telah melakukan pencekalan ke luar negeri kepada empat orang
tersebut.Selain itu, di tahun 2022, KPK juga melakukan pengungkapan sejumlah kasus
dugaan korupsi yang melibatkan kepala daerah, yakni Bupati Memberamo Tengah Ricky
Ham Pagawak dan Bupati Bogor Ade Yasin.Ricky Ham Pagawak hingga saat ini masih
masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).Kasus termutakhir yang menarik perhatian
adalah kasus dugaan korupsi yang melibatkan Rektor Universitas Negeri Lampung (Unila),
Prof Dr Karomani.Ia terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK, Sabtu (20/08/2022)
dinihari. Dalam OTT tersebut, Karomani ditangkap bersama sejumlah pejabat kampus
dengan barang bukti berupa uang sekitar Rp 2 miliar.Karomani dan beberapa pejabat kampus
diduga mengatur proses seleksi penerimaan mahasiswa baru. Ia disebut mematok tarif
beragam mulai dari Rp100 hingga Rp 350 juta per mahasiswa yang ingin lolos lewat jalur
mandiri.Total uang yang diterima Karomani dan kroninya sebesar Rp5 miliar.Selain
Karomani,tersangka lain yang telah ditetapkan KPK, yaitu Wakil Rektor I Bidang Akademik
Unila Heryadi, Ketua Senat Unila Muhammad Basri, dan Andi Desfiandi yang merupakan
penyuap.

Referensi:

-BMP ESPA4314

-https://www.gramedia.com/best-seller/strategi-cara-pemberantasan-korupsi/
-https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/09/21/01000051/data-kasus-korupsi-di-
indonesia-tahun-2022

Anda mungkin juga menyukai