Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Administrasi Negara adalah hukum untuk mengatur Pemerintah

atau penyelenggaraan pemerintahan, sebagian dibuat atau berasal dari

Pemerintah, dan hukum itu digunakan dalam mengatur hubungan dengan

Pemerintah atau untuk memengaruhi terhadap tindakan Pemerintah.1 Hukum

administrasi dalam praktiknya menempati posisi dominan dalam penanganan

tindak pidana korupsi, oleh karena hakekat hukum administrasi adalah hukum

yang berkaitan dengan wewenang Pemerintah, dan kontrol terhadap penggunaan

wewenang yang tujuannya untuk melindungi individu dan masyarakat.

Konsep wewenang dalam kajian hukum khususnya hukum administrasi

dan tindak pidana korupsi merupakan dua aspek hukum yang saling terkait.

Menurut tradisi ilmu hukum, titik-taut “hukum administrasi” berada di antara

norma hukum pemerintahan dan hukum pidana, sehingga dapat dikatakan sebagai

“hukum antara”. Hukum pidana berisi norma-norma yang begitu penting bagi

kehidupan masyarakat sehingga penegakan norma-norma tersebut dapat

ditegakkan sanksi pidana. Karena itu, hampir setiap norma hukum pemerintahan

berdasarkan Hukum Administrasi diakhiri “in cauda venenum” dengan sejumlah

ketentuan pidana (“in cauda venenum” secara harfiah berarti: ada racun di

ekor/buntut setiap tindak kebijakan). Oleh karena itu, konsep hukum administrasi

menyangkut norma wewenang Pemerintah, penggunaan wewenang oleh

Pemerintah dan perlindungan hukum oleh Pemerintah baik preventif maupun


1
Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 38.
represif terhadap individu dan masyarakat.2 Kewenangan Pemerintah dalam

melaksanakan tugas pembangunan khususnya yang berkaitan dengan kebijakan

pengelolaan keuangan negara, Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara optimal, transparan dan akuntabel, dengan tujuan untuk

mewujudkan kesejahteraan umum dan pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan tugas pembangunan tentunya diperlukan anggaran

yang harus dikelola dengan baik. Berdasarkan Pasal 23 Ayat (4) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa hal keuangan negara diatur

dengan Undang-Undang. Sebagaimana yang disebutkan juga di dalam Pasal 23

Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Kebijakan umum tata pemerintahan yang baik dan bersih di

bidang pengelolaan keuangan negara adalah seluruh aspek yang terkait dengan

kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

Tentang Keuangan Negara bahwa, keuangan negara adalah semua hak dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara

berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Adapun asas-asas

pengelolaan keuangan negara sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 17

2
Abdul Latif, 2014, Hukum Administrasi (Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi), Prenada Media
Group, Jakarta, hlm. 1.
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yaitu, asas kesatuan, asas universalitas,

asas tahunan, dan asas spesialitas. Kemudian, setelah berlakunya Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, terdapat lagi asas-asas yang

bersifat baru dalam pengelolaan keuangan negara yaitu:

1. Asas akuntabilitas

2. Asas profesionalitas

3. Asas proporsionalitas

4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara

5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan

mandiri

Pengelolaan keuangan negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, menentukan bahwa Presiden (Kepala

Pemerintahan) memegang kekuasaan Pemerintah. Pengelolaan keuangan negara

itu, dikuasakan kepada Menteri atau pimpinan lembaga yang menggunakan

anggaran negara, serta kepala pemerintahan daerah. Pasal 34 Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 diatur, bahwa Menteri/Pimpinan

Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan

kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN

dan Perda tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, di dalam Pasal 35 dinyatakan pula

bahwa setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang

melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya, baik langsung atau tidak

langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian

tersebut. Penegasan ketentuan di atas, menunjukkan bahwa dalam pengelolaan


keuangan dapat terjadi penyimpangan, dalam bentuk penyalahgunaan wewenang,

atau perbuatan melanggar hukum yang berakibat timbulnya kerugian keuangan

negara.

Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat

pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban3.

Kemudian dipertegas lagi di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara bahwa, Perbendaharaan Negara

adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk

investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan

APBD. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan

keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel 4. Untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan

Pemerintah yang dibiayai APBN/APBD, dapat dipertanggungjawabkan baik dari

segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan

pelayanan masyarakat.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan salah satu bagian penting

dalam mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang baik. Pemenuhan

kebutuhan barang/jasa merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah Pasal 1 Angka 1 disebutkan bahwa, Barang Milik Negara adalah

3
Muhammad Djafar Saidi, 2014, Hukum Keuangan Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 21.
4
Abdul Latif, Op.cit., hlm. 217.
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Kemudian dalam

Pasal 1 Angka 2 disebutkan bahwa, Barang Milik Daerah adalah semua barang

yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Tersedianya barang/jasa, disamping

merupakan bagian dari tugas dan tanggungjawab Pemerintah dalam upaya

memenuhi kebutuhan rakyat, sekaligus kebutuhan Pemerintah dalam

menjalankan roda pemerintahan.5

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa, Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan

untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan

kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh

Barang/Jasa. Kemudian, para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 6

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan

Barang/Jasa.

b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan

Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus

5
Purwosusilo, 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Prenadamedia Group, Jakarta,
hlm. 1.
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan

Barang/Jasa.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

berakibat terjadinya persaingan tidak sehat.

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para

pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses Pengadaan Barang/Jasa.

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi

dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan negara.

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk

memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa

saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan

dengan Pengadaan Barang/Jasa.

Agar etika dari pengadaan barang dan jasa dapat terlaksana dengan baik maka

semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan harus mengikuti ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, penyimpangan bisa terjadi

dalam tahap-tahap proses pengadaan barang dan jasa publik. Hal ini bisa

disebabkan oleh kelalaian dan inkompetensi pelaksana serta peserta pengadaan.


Namun, tak jarang penyimpangan ini juga merupakan tindakan yang disengaja

pelaksana dan/atau peserta pengadaan dalam rangka kolusi dan korupsi.6

Pengawasan dalam pengadaan barang dan jasa wajib dilakukan instansi

pemerintah sebagai upaya mewujudkan keadilan, transparansi, dan

pertanggungjawaban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik

(good governance). Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk

menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas

tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu

melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta

suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai

sejauh mana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat

mendeteksi sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja

tersebut7.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat penyimpangan terhadap

Pengadaan Barang dan Jasa Pembangunan Turap di Rumah Sakit Prof. HB.

Saanin Padang. Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)

menjatuhkan hukuman pidana kepada mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

HB Saanin Padang, selama satu tahun dan dua bulan pidana penjara. Terdakwa

yang merupakan Pengguna Anggaran (PA) dinilai terbukti bersalah dalam kasus

korupsi pembangunan fisik, berupa turap dan penguat tebing lahan RSJ. HB.

Saanin Padang. Tidak hanya mantan Direktur RSJ HB Saanin Padang yang

dijatuhi hukuman, namun lima rekannya yakni Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
6
Adrian Sutedi, 2010, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai
Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 125.
7
Adrian Sutedi, 2012, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 171
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Konsultan Pengawas, dan rekanan

yang mengerjakan proyek, masing-masing dihukum sama oleh majelis hakim.

Selain hukuman kurungan penjara, para terdakwa juga diwajibkan membayar

denda sebesar Rp.50 juta dan subsider dua bulan penjara. “Para terdakwa terbukti

bersalah melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat

(1) KUHP," kata Sri Hartati, selaku ketua majelis hakim saat membacakan amar

putusanya di Pengadilan Tipikor Padang, Jumat (26/4).8

Sebagaimana dakwaan yang disampaikan JPU, diketahui kasus tersebut

merugikan negara sebesar Rp. 124.044.739, berdasarkan Laporan Hasil

Pemeriksaan investigatif BPK Nomor : 42/LHP/XVIII.PDG/08/2017 tertanggal

2017. Proyek yang dikerjakan adalah pekerjaan pembangunan turap dan

penguatan dinding atau tebing lahan pada Rumah Sakit Jiwa HB Saanin tahun

anggaran 2013. Diketahui kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp. 316.231.561,

pekerjaan tidak sesuai kontrak senilai Rp. 16.939.852, dan pekerjaan yang tidak

dikerjakan senilai Rp. 16.300.000. Namun demikian jumlah kerugian tersebut

dikalkulasikan dengan kelebihan volume pekerjaan sebesar Rp. 225.426.673,

sehingga tersisa Rp. 124.044.739 yang dihitung sebagai kerugian keuangan.9.

Berdasarkan uraian kasus pembangunan turap tersebut, perbuatan yang

dilakukan oleh para pihak Pengadaan Barang dan Jasa Pembangunan Turap di

8
https://www.harianhaluan.com/news/detail/73581/mantan-direktur-rsj-hb-saanin-padang-
divonis-satutahun-dua-bulan-penjara. (Diakses Pada Pukul 20:16 Tanggal 03-07-2019)
9
Ibid.
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tidak sesuai dengan Etika Pengadaan

Barang dan Jasa yang terdapat di dalam Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan mengangkat

judul, “Kajian Hukum Administrasi Pengadaan Barang dan Jasa

Pembangunan Turap Di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Kota Padang”.

Alasan penulis mengangkat judul tersebut karena, penulis ingin melihat

kesesuaian antara hukum yang berlaku dengan realisasi pelaksanaan yang terjadi

di lapangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan Turap di

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Kota Padang?

2. Bagaimana Pengawasan terhadap Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan

Turap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Kota Padang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan

Turap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Kota Padang.

2. Untuk mengetahui Pengawasan terhadap Pengadaan Barang/Jasa

Pembangunan Turap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Kota Padang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dirasakan manfaatnya baik bagi

penulis sendiri maupun bagi masyarakat luas.

A. Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas khasanah ilmu

pengetahuan penulis di bidang Hukum Administrasi, khususnya

mengenai peranan Pemerintah, dan tanggungjawab para pihak dalam

pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

B. Praktis

Memberikan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan informasi

mengenai topik yang diangkat oleh penulis juga membuka mata dan

pikiran masyarakat agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam

melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Metode Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang diteliti, maka diperlukan suatu

metode yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan penulisan, yaitu:

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian

hukum yuridis empiris, yakni dalam menganalisis permasalahan dilakukan

dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data

sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan10. Dalam

penelitian ini pendekatan mengacu kepada bagaimana mekanisme dan

pengawasan terhadap Pengadaan Barang dan Jasa Pembangunan Turap di

Rumah Sakit Jiwa Prof. H.B. Saanin Kota Padang.

2. Sifat Penelitian

10
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 31.
Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

menggambarkan secara jelas dan seteliti mungkin tentang mekanisme dan

pengawasan terhadap pengadaan barang dan jasa pembangunan turap di

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang sesuai dengan penulis

dapatkan di lapangan11.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi:

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dan

dari sumber pertama12. Dalam penelitian ini data yang diperoleh

berupa hasil wawancara dengan Bapak Drs. Erizal, MM selaku

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bapak Taufik Hidayat selaku

Ketua Panitia Lelang Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan Turap

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun Anggaran 2013.

2) Data Sekunder

Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil penelitian berupa laporan dan sebagainya 13. Yang

menjadi data sekunder antara lain:

a) Bahan hukum primer yaitu bahan yang isinya mengikat karena

dikeluarkan oleh Pemerintah14, antara lain:

11
Amirudin dan Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003, hlm. 25.
12
Ibid., hlm. 30.
13
Ibid., hlm. 31.
14
Ibid., hlm. 33.
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa

Kontruksi

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara

5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang

Administrasi Pemerintahan

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

8) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

9) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah


11) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan

Bangunan Gedung Negara

12) Surat Perjanjian (Kontrak) Nomor: TU.00.07.13.3.PBJ

Tanggal: 3 April 2013 Pekerjaan Perencanaan

Pembangunan Turap dan Penguatan Tebing antara Kuasa

Pengguna Anggaran Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin

Padang dengan Konsultan Perencana.

13) Laporan Hasil Pemeriksaan Tim Inspektorat Provinsi

Sumatera Barat Nomor : 34/INSP-KH/VII-2014 pada

tanggal 03 Juli 2014

14) Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif BPK Dalam

Rangka Penghitungan Kerugian Negara Atas Pekerjaan

Pembangunan Turap dan Penguatan Dinding Lahan/Tebing

Lahan pada Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Tahun

Anggaran 2013 di Padang Nomor :

42/LHP/XVIII.PDG.08.2017 tanggal : 16 Agustus 2017

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti, hasil

penelitian atau pendapat para pakar di bidang hukum. Dalam

melakukan penelitian ini sebagai bahan hukum sekunder,

penulis menggunakan buku-buku, artikel maupun hasil


penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Diantaranya bahan dari media internet yang

relevan dengan penelitian ini.

b. Sumber data

1) Penelitian Kepustakaan

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini bersumber dari

buku-buku yang terdapat di Perpustakaan, yaitu:

a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas

b. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas

2) Penelitian Lapangan

Selain dari buku-buku yang terdapat di Perpustakaan, data-data yang

digunakan dalam penelitian juga bersumber dari lapangan berupa

wawancara.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh

keterangan lisan melalui tanya jawab dengan Bapak Drs. Erizal,

M.M., selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bapak Taufik

Hidayat, selaku Ketua Panitia Lelang Pengadaan Barang/Jasa

Pembangunan Turap di Rumah Sakit Jiwa Prof. H.B. Saanin Padang.


Wawancara yang dipakai adalah semi-terstruktur yakni disamping

menyusun pertanyaan, penulis juga mengembangkan pertanyaan lain

yang berhubungan dengan masalah terkait.

b. Studi Dokumen

Penulis melakukan identifikasi berdasarkan dokumen-dokumen yang

ada untuk pengumpulan data sekunder.

5. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Kegiatan merapikan hasil pengumpulan data dilapangan agar

diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji sehingga

siap dipakai untuk dianalisis.

b. Teknik Analisa Data

Setelah didapatkan data-data yang diperlukan maka peneliti

melakukan analisis secara kualitatif, yakni dengan menggambarkan

data yang ada untuk menjawab pertanyaan berdasarkan teori-teori

yang ada sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai