Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. Landasan Pendidikan Pancasila


Landasan pendidikan pancasila adalah :
1. Landasan historis yaitu Pancasila didasarkan pada sejarah Bangsa Indonesia sendiri.
2. Landasan Kulturil yaitu Pancasila didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri
3. Landasan Yuridis yaitu penyelenggaraan pendidikan Pancasila didasarkan di perguruan tinggi
didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
4. Landasan Filosofis yaitu : secara filosofis Bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang secara filosofis
merupakan filosofi Bangsa Indonesia.
B. Kajian Pancasila
Kajian pancasila melalui empat tinjauan secara holistic, yaitu :
1. Tinjauan filosofis : mengungkapkan Pancasila sebagai system filsafat Bangsa Indonesia, Ideologi
Nasional, dan pandangan hidup bangsa, serta etika bangsa, juga pandangan integralistik
mengenai Pancasila yang membedakan dengan ideologi lain di dunia.
2. Tinjauan historis : Memaparkan masa kejayaan nasional, asal mula pancasila, latar belakang
keberadaan pancasila baik secara etimologis, terminologis maupun kronologis sehingga akan
terlihat bentuk, susunan, sifat dan system Pancasila dalam wujud kebulatan yang utuh
menyeluruh dan sistematik.
3. Tinjauan Yuridis konstitusional : Menguraikan status dan kedudukan pancasila dalam tata
kehidupan Bangsa Indonesia, hubungan pancasila dengan norma-norma hukum yang ada dan
berlaku di Indonesia.
4. Tinjauan aktual dan etis : Merupakan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan kampus dan
masyarakat pada umumnya, Pancasila sebagai paradigm pembangunan Poleksosbudhankam,
pancasila sebagai dasar pembaharuan hukum dan HAM, sehingga nilai-nilai Pancasila menjadi
sumber moral dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
1. Pengertian Ideologi
Ideologi sebagai suatu konsep atau sebagai suatu system berfikir, pertama kali diperkenalkan
oleh Destutt de Tracy, filsuf Prancis tahun 1796. Istilah ideologi digunakan untuk menunjuk
suatu bidang ilmu yang otonom yang terpisah dari metafisika[1].
Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan
sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam negara. Ideologi mengandung nilai-nilai dasar
yang hidup dalam system kehidupan masyarakat dan mengandung idealism yang mampu
mengakomodasikan tuntutan perkembangan zaman[2].
Jorge Larrain dalam tulisannya tentang The Concept of Ideology (2002) memberikan pengertian
“ideology as a set of beliefs” yaitu suatu system kepercayaan mengenai sesuatu yang dipandang
bernilai dan menjadi kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok[3].
Pancasila sebagai ideologi nasional artinya pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat
nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk menata atau
mengatur masyarakat Indonesia.
2. Dimensi-dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi nasional, yaitu[4] :
- Dimensi idealitas artinya ideologi pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita yang
ingin dicapai oleh Bangsa Indonesia.
- Dimensi realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-
nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
- Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat berupa
norma-norma yang harus dipatuhi dan ditaati bersama.
- Dimensi fleksibilitas artinya ideologi Pancasila mampu mengikuti perkembangan jaman, dapat
menerima pemikiran-pemikiran baru sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
3. Ideologi Terbuka dan Tertutup[5]
Pembahasan dalam hal ini menyangkut pengertian ideologi terbuka dan ideologi tertutup dan
bagaimana sifat dari idedologi Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia dikaitkan dengan
pengertian tersebut.
Ideologi bersifat tertutup jika ideologi tersebut tidak dapat menerima dan mengembangkan
pemikiran-pemikiran baru, tidak berinteraksi dengan perkembangan jaman, hanya mengandung
dimensi normalitas yang dipaksakan dan dimensi idealitas semu, tidak demokratis dan lebih
bersifat otoriter.
Ideologi bersifat terbuka jika ideologi tersebut dapat menerima dan mengembangkan pemikiran
baru dari luar yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya, bersifat demokratis dan dapat
berinteraksi dengan perubahan dan perkembangan jaman.
Ideologi Bangsa Indonesia yaitu ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka berarti dapat
menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar, dapat berinteraksi dengan
perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis maka lebih dinamik
dan inovatif.
D. Perbandingan Pancasila dengan Ideologi Lain di Dunia[6]
1. Ideologi induvidualistik : memandang bahwa manusia sejak dilahirkan bebas dan dibekali
penciptanya sejumlah hak asasi, misalnya hak hidup, hak kebebasan, hak kesamaan. Nilai
kebebasan ialah yang utama. Metode berfikir ideologi ini liberalistic yang berwatak
individualistic.
2. Ideologi komunistik : mendasarkan diri pada premis bahwa semua materi berkembang mengikuti
hukum kontradiksi. Metode berfikirnya materialism dialektik. Ideologi ini didasarkan pada
ajaran Karl Marx, Frederick Engels, dan Lenin yang menyatakan bahwa negara ialah susunan
golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) yang lain.
3. Ideologi yang didasarkan pada Faham Agama : ideologi ini bersumber dari ajaran agama yang
termuat dalam kitab suci agama. Negara bersifat spiritual religious.

Pengertian Filsafat Pancasila Sebagai Filosofi Menurut Para Ahli

Dosenpendidikan.com – Pengertian filsafat pancasila adalah pancasila merupakan sebagai


filosofi bagi bangsa Indonesia. Pada kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat pancasila telah
diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila telah dijadikan
sebagai wacana sejak pada tahun 1945. Filsafat pancasila senantiasa selalu diperbarui sesuai
dengan ( permintaan ) rezim yang berkuasa sehingga pada pancasila ini selalu berbeda dari
waktu ke waktu.

Pengertian Filsafat Pancasila Sebagai Filosofi Menurut Para Ahli


Pengertian filsafah pancasila secara umum adalah hasil dari pemikiran yang paling dalam yang
dianggap, dipercaya dan sangat diyakini sebagai sesuatu ( norma-norma dan nilai-nilai ) yang
paling dianggap benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai untuk bangsa
Indonesia.

Filsafat pancasila versi Abdulgani

Menurut Abdulgani pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir sebagai collective ideologie (
cita-cita bersama ) dari seluruh bangsa Indonesia.

Filsafat pancasila versi Soekarno

Filsafat pancasila oleh Soekarno dikembangkan lagi sejak tahun 1955 hingga berakhirnya
kekuasaannya tahun 1965. Pada saat itu Soekarno selalu manyatakan bahwa pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya india ( hindu-budha ), Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ).

Menurut Soekarno ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia ( keadilan sosial ) terinpirasi
dari konsep ratu adil, Soekarno tidak pernah menyinggung atau memprogandakan ( persatuan ).

Filsafat pancasila versi Soeharto

Oleh Soeharto filsafat pancasila mengalami Indonesia, melalui filsuf-filsuf yang disponsori
Depdikbud semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia
sehingga menghasilkan ( pancasila truly Indonesia ). Semua sila dalam pancasila ialah asli
Indonesia dan pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci ( butir-butir pancasila ). Filsuf Indonesia
yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat pancasila ialah truly Indonesia antara lain :
sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam,
Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo dan Moerdiono.

Pancasila merupakan sebagai sistem filsafat yang memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis
dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.

Secara ontologis, dari kajian pancasila merupakan sebagai filsafata yang dimaksudkan sebagai
upaya untuk dapat mengetahui pada hakekat dasar dari sila-sila panacasila. Bahwa pada
hakekatnya dasar ontologism pancasila ialah manusia, sebab pancasila merupakan subjek hukum
pokok dari pancasila itu sendiri. Kemudian pada hakekatnya manusia itu ialah semua
kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk indivindu sekaligus juga sebagai makhluk
sosial.

Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha esa, yang
berkemanusian yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serat yang berkeadilan
sosial adalah manusia.
Dari bidang ilmu epistemologis filsafat pancasila dalam arti sebagai upaya untuk mencari
kebenaran pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dalam persoalan mendasar epistemologis
dibagi menjadi 3 yaitu :

 Tentang sumber pengetahuan manusia


 Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
 Dan tentang watak pengetahuan manusia

Bahwa tentang sumber pengetahuan pancasila, sebagaimana telah diketahui bahwa pancasila
digali dari nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia itu sendiri, serta dirumuskan secara bersama-
sama. Pancasila juga sebagai suatu sistem pengetahuan yang memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Selanjutnya
sila-sisla pancasila merupakan sebagai suatu sistem filsafat yang juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologinya yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga
merupakan suatu kesatuan.

NILAI,ETIKA,MORAL,NORMA DAN HUKUM

A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia


1. Pengertian Nilai, Etika, Moral, Norma dan Hukum
· Nilai
Merupakan prinsip umum tingkah laku abstrak yang ada dalam pikiran anggota-anggota
kelompok yang merupakan komitmen yang positif dan standar untuk mempertimbangkan
tindakan dan tujuan tertentu. Fungsi nilai adalah sebagai pedoman, pendorong tingkah laku
manusia dalam hidup.

· Etika
Berasal dari kata Ethos (Yunani) yang artinya adat kebiasaan. Istilah Etika digunakan untuk
menyebut ilmu dan prinsip dasar penilaian baik buruknya perilaku manusia atau berisi tentang
kajian ilmiah terhadap ajaran moral.

· Moral
Berasal dari kata Mos, Miros (Yunani) yang artinya adat kebiasaan. Istilah Mora digunakan
untuk menunjukan aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku
manusia. Ajaran moral berisi nasehat-nasehat konkret supaya manusia hidup lebih baik.

· Norma
Merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang tingkah laku yang harus atau
tidak boleh dilakukan oleh manusia dan bersifat mengikat, artinya seseorang wajib menaati
semua aturan yang berlaku di lingkungannya.

· Hukum
Adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurusi
tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Hukum berisi sanksi yang
tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.
Norma-norma dalam kehidupan :
1. Norma Agama
2. Norma Masyarakat/Sosial
3. Norma Kesusilaan
4. Norma Hukum

Ciri-ciri Nilai
1. Bersifat abstrak yang ada dalam kehidupan manusia
2. Memiliki sifat normative
3. Berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
2. Proses Terbentuknya Nilai, Etika, Moral, Norma, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara
Proses terbentuknya nilai, etika, moral, norma, dan hukum merupakan proses yang berjalan
melalui suatu kebiasaan untuk berbuat baik, suatu disposisi bathin untuk berbuat baik yang
tertanam karena dilatihkan, suatu kesiapsediaan untuk bertindak secara baik, dan kualitas jiwa
yang baik dalam membantu kita untuk hidup secara teratur.
3. Dialektika Hukum dan Moral dalam Masyarakat dan Negara
Hukum dapat dikatakan adil atau tidak tergantung dari wilayah penilaian moral. Hukum disebut
adil bila secara moral memang adil. Norma moral dan norma hukum bukan hanya ditentukan
oleh norma moral maupun hukum. Hukum tidak bisa menilai dirinya sendiri apakah hukum itu
adil atau tidak, namun hukum sendiri harus menilai bahwa semestinya sifat dari hukum itu
adalah adil.
4. Perwujudan Nilai, Etika, Moral, Norma dalam Kehidupan Masyarakat dan Negara
Perwujudan nilai-nilai, etika, moral dan norma dalam keyakinan iman bisa saja diterapkan
sebagai hukum bila norma moral yang terkandung di dalamnya bersifat universal. Oleh karena
itu, etika, moral, nilai dan norma sering menjadi tuntunan dalam kehidupan masyarakat supaya
kita dapat bertingkah laku dengan baik.
5. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat sebagai Wujud Masyarakat Bermoral dan
Menaati Hukum
Aristoteles memberikan contoh keutamaan moral, yaitu:
1). Keberanian, yaitu orang dihindarkan dari sifat nekat dan pengecut.
2). Ugahari (prinsip secukupnya, kesederhanaan, empan papan), yaitu orang dihindarkan dari
kelaparan dan kekenyangan.
3). Keadilan.
6. Nilai Moral sebagai Sumber Budaya dan Kebudayaan
Kebudayaan memiliki 3 dimensi, yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, dan manusia dengan Tuhan. Orang yang bermoral adalah orang yang berbudaya. Moral
diperlukan untuk memahami kehidupan yang baik, khususnya dalam hubungan horizontal antar
sesama.
7. Nilai Moral sebagai Sumber Budaya
Kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud :
a. Keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang berfungsi mengatur,
mengendalikan, dan memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat yang
disebut adat tata kelakuan.
b. Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat yang disebut sistem
sosial.
c. Benda hasil karya manusia, benda-benda hasil karya manusia disebut kebudayaan fisik,
misalnya pabrik baja, candi Borobudur.
8. Nilai Budaya sebagai Rujukan Nilai Budaya
9. Nilai Budaya sebagai Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa
10.Nilai Moral sebagai Hasil Penilaian
11. Nilai Moral sebagai Nilai Objektif dan Subjektif Bangsa
12. Nilai Moral sebagai Kebudayaan dan Peradaban sebagai Nilai Masyarakat
PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL
1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam pembinaan Nilai Moral
Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak. Hal ini karena dalam
keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak sebelum memasuki dunia pendidikan dan
masyarakat. Kehidupan keluarga yang baik akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan nilai
moral anak ke arah yang baik, begitu pula sebaliknya.
2. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya sangat mempengaruhi sikap dan perilaku
generasi muda dalam hal moralnya. Berteman dengan teman yang tidak baik sikap dan
perilakunya juga tutur katanya akan menyebabkan anak akan cepat meniru hal-hal negative,
sebaliknya jika berteman dengan orang yang senantiasa berbuat baik juga akan menyebabkan
anak meniru hal-hal positif tersebut.
3. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Figur otoritas harus memberi contoh yang baik bagi masyarakat, khususnya bagi generasi
muda. Pengaruh figure otoritas terhadap perkembangan nilai moral individu sangat besar
pengaruhnya. Figur masyarakat seperti presiden, pejabat pemerintah, maupun artis idola harus
memberi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari karena berpengaruh terhadap pembinaan
mental dan norma generasi muda.
4. Pengaruh Media Telekomunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pengaruh media telekomunikasi akhir-akhir ini memang cukup memprihatinkan di
kalangan generasi muda. Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan
sesuai fungsinya ini cukup mempengaruhi sikap dan generasi muda kita. Perilaku pergaulan
bebas dan seks bebas akhirnya merambah dengan begitu cepat di kalangan generasi muda.
5. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral
Media Elektronik dan internet menjadi sarana penyebarluasan globalisasi, yang
mengandung unsur negative di dalamnya. Pengaruh negatif tersebut dapat mempengaruhi sikap
dan pikiran generasi muda. Internet menjadi sarana utama penyebarluasan budaya luar yang
bertentangan dengan nilai dan moral bangsa Indonesia.
MANUSIA DAN HUKUM
Dalam hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari hukum. Setiap sikap dan perilakunya
termasuk tutur kata senantiasa ddiawasi dan dikontrol oleh hukum yang berlaku. Kehidupan
manusia sehari-hari berjaan sesuai dengan hukum yang berlaku. Bagi manusia yang mematuhi
yang tidak mematuhi hukum akan mendapat sanksi atau hukuman. Manusia yang sadar hukum
akan selalu bersikap dan bertindak sesua dengan hukum yang berlaku. Manusia tersebut tidak
akan main hukum sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah.

SEJARAH KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RI BERDASAR UUD 1945 (KURUN WAKTU I),


KONSTITUSI RIS, UUD SEMENTARA, UUD 1945 (KURUN WAKTU II), DAN UUD
1945 SESUDAH PERUBAHAN

1. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia maka dibentuk BPUPKI, yang telah berhasil
membuat Rancangan Dasar Negara pada tanggal 25 Mei s.d. 1 Juni 1945 dan Rancangan UU
Dasar pada tanggal 10 Juli s.d. 17 Juli 1945. Pada tanggal 11 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan
dan dibentuk PPKI yang melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh BPUPKI dan
berhasil membuat UUD 1945 yang mulai diberlakukan tanggal 18 Agustus 1945. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, maka hal-hal yang dilakukan adalah
:

 1. Menetapkan UUD Negara RI pada tanggal 17 Agustus 1945.


 2. Menetapkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
 3. Pembentukan Departemen-Departemen oleh Presiden.
 4. Pengangkatan anggota Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) oleh Presiden

Sistem pemerintahan negara menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah Sistem


Pemerintahan Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial), yang bertanggung jawab terhadap
jalannya pemerintahan adalah Presiden. Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Presiden adalah Mandataris Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan bertanggung jawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 telah terjadi "perubahan
praktik ketatanegaraan" Republik Indonesia tanpa mengubah ketentuan Undang-Undang Dasar
1945. Perubahan tersebut ialah dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden tanggal 16 Oktober
1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945 tersebut terjadi perubahan dari sistem pemerintahan
Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial) menjadi sistem pemerintahan Parlementer (Sistem
Kabinet Parlementer).
Sehingga dengan Maklumat-maklumat tersebut menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan
pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut Pasal 4 UUD 45 ditegaskan
bahwa “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “ Menteri
Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden,
system pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan menurut
Maklumat Pemerintah meletakana pertanggungjawaban Kabinet kepada KNIP yang merupakan
ciri dari system Parlementer.

2. Periode Konstitusi RIS 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus 1950.


Setelah Indonesia merdeka, ternyata Belanda masih merasa/ ingin berkuasa di RI, sehingga
sering terjadi konflik antara RI & Belanda, sehingga dilakukanlah beberapa kali perudingan,
perundingan terakhir adalah Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949 yang
menghasilkan kesepakatan antara lain :

 1. Mendirikan Negara Indoneis serikat


 2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS
 3. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.

Atas dasar KMB maka pada tanggal 27 Desember 1949 dibentuklah Negra RIS dengfan
Konstitusi RIS.

3. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959


Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kebali menjadi Negara Kesatuan RI
berdasarkan UUDS tahun 1950, yang pada dasarnya merupakan Konstitusi RIS yang sudah
diubah. Walaupun sudah kembali kepada bentuk Negara kesatuan, namun perbedaan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, adanya ketidakpuasan, adanya menyesal
dan ada pula yang setuju yang pada akhirnya timbul pemberontakan separatisme.
Pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara penyelenggaraan pemerintahan
negara menganut sistem pemerintahan Kabinet Parlementer (Sistem Pertanggungjawaban
Menteri). Sistem Kabinet Parlementer pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia
Serikat belum berjalan sebagaimana mestinya, sebab belum terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat
hasil pemilihan umum, sedangkan pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara,
Sistem Kabinet Parlementer baru berjalan sebagaimana mestinya, setelah terbentuk Dewan
Perwakilan Rakyat/ Badan Konstituante berdasarkan pemilihan umum tahun 1955. Tugas Badan
Konstituante adalah menyusun UUD untuk menggantikan UUDS 1950. Namun Badan
kostituante gagal merumuskan/ menyusun UUD, sehingga pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden, yang menyatakan membubarkan Badan Konstituante dan
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD Negara RI.

4. Periode 5 Juli 1959 s.d. 11 maret 1966 (Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin)
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem pemerintahan Negara yang dianut kembali
berdasar pada Undang-Undang Dasar 1945, yakni berdasar pada sistem pemerintahan
Presidensial. Sistem pemerintahan berdasar Undang-Undang Dasar
Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 - 11 Maret 1966), dalam praktik sistem
pemerintahan Negara Presidensial belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Sistem pemerintahan Presidensial dijalankan dengan berdasar Demokrasi
Terpimpin, semua kebijakan atas kehendak atau didominasi oleh Pemimpin sehingga terjadi
penyimpangan-penyimpangan atau Penyelewengan-penyelewengan terhadap Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan Pemimpin dalam hal ini oleh Presiden.
Sehingga banyak menimbulkan kekacauan social budaya dan tidak stabilnya politik dan
hukum ketata negaraan Indonesia yang kemudian dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden
Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto yaitu Surat Perintah 11 Maret 1966
(SUPERSEMAR), untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan dan
ketentraman masyarakat serta stabilitas jalannya pemerintahan (menjalankan tugas presiden).
5. Periode 11 Maret 1966 - 21 Mei 1998 (Masa Orde Baru/ Demokrasi Pancasila)
Atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), merupakan akar awal jatuhnya
Presiden Soekarno dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh Jenderal Soeharto.
Masa Orde Baru/Demokrasi Pancasila (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998), penyelenggaraan
pemerintahan negara dengan sistem pemerintahan Presidensial dengan berdasar pada Demokrasi
Pancasila pada awal pemerintahan Orde Baru mengadakan koreksi total atas penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Dengan demikian, sistem pemerintahan
presidensial sudah dilaksanakan sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, tetapi dalam
praktiknya Presiden Soeharto selama berkuasa kurang lebih 32 tahun cenderung melakukan
KKN.
Sehingga pada tahun1998 terjadi gejolak yang sangat luar biasa dari masyarakat, yang
menuntut mundurnya Soeharto sering disebut gerakan reformasi, yang kemudian memaksa
Presiden Soeharto turun dari jabatannya, dan akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto
menyatakan berhenti sebagai Presiden, dan melimpahkan kepada Wakil Presiden, yakni B. J.
Habibie sebagai Presiden Baru.

6. Masa Reformasi
Masa Orde Reformasi (21 Mei 1998 sampai sekarang), penyelenggaraan pemerintahan
masih tetap berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, yakni menganut sistem pemerintahan
presidensial. Namun, dalam pelaksanaannya dilakukan secara kristis (reformis) artinya peraturan
perundangan yang tidak berjiwa reformis diubah/diganti. Sistem Presidensial ini lebih dipertegas
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesudah Perubahan. Di
samping itu, dianut sistem pemisahan cabang-cabang kekuasaan negara yang utama dengan
prinsip checks and balances.

B. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA BERDASAR UUD 1945 SEBELUM


PERUBAHAN, KONSTITUSI INDONESIA SERIKAT DAN UUD SEMENTARA, UUD
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SESUDAH PERUBAHAN

Istilah Lembaga-lembaga Negara tidak diketemukan dalam Undang-Undang Dasar 1945


melainkan ditentukan dalam Ketetapan MPR No. III/ MPR/1978. Berbeda dengan Konstitusi
Republik Indonesia Serikat dan Undang-Undang Dasar Sementara, istilah Lembaga-lembaga
Negara tersebut disebut Alat-alat Perlengkapan Negara.

a) Lembaga-lembaga Negara menurut Undang-Undang Dasar 1945 Jo. Ketetapan MPR No.
III/MPR/1978 tersebut adalah berikut ini.

1. Lembaga Tertinggi Negara, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat.


2. Lembaga Tinggi Negara, yaitu:
1) Presiden dan Wakil Presiden; 2) Dewan Pertimbangan Agung; 3) Dewan Perwakilan Rakyat;
4) Badan Pemeriksa Keuangan; 5) Mahkamah Agung.

b) Lembaga-lembaga Negara yang merupakan Alat-alat Perlengkapan federal Republik Indonesia


Serikat ialah berikut ini.
1) Presiden. 2) Menteri-menteri. 3) Senat. 4) Dewan Perwakilan Rakyat. 5) Mahkamah
Agung Indonesia.
6)Dewan Pengawas Keuangan, (Bab 11 pada Ketentuan Umum Konstitusi Republik
Indonesia Serikat).

c) Adapun Alat-alat perlengkapan Negara menurut Undang-Undang Dasar Sementara, sebagai


berikut.
1) Presiden. 2) Menteri-menteri. 3) Dewan Perwakilan Rakyat. 4) Mahkamah Agung. 5)
Dewan Pengawas Keuangan, (Bab 11 pada Ketentuan Umum, Pasal 44 Undang-Undang Dasar
Sementara).

d) Sistem Pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945 pasca perubahan keempat
tahun 2002 telah menetapkan tentang pembentukan susunan dan kekuasaan/ wewenang badan-
badan kenegaraan adalah sebagai berikut :
1) Dewan Perwakilan Rakyat; 2) Dewan Perwakilan Daerah; 3) Majelis Permusyawaratan
Rakyat; 4) Badan Pemeriksa Keuangan; 5) Presiden dan Wakil Presiden; 6) Mahkamah Agung;
7) Mahkamah konstitusi; 8) Komisi Yudisial

Lembaga-lembaga daerah, terdiri: Pemerintah Daerah Provinsi, yakni Gubernur dan DPRD,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yakni Bupati/Walikota dan Perwakilan BPK Provinsi,
Lingkungan peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan peradilan militer dan
lingkungan Peradilan tata Usaha Negara.

Apabila ditelaah atau dibandingkan dari susunan lembaga-lembaga negara atau alat-alat
perlengkapan Negara berdasar keempat UUD tersebut di atas, terdapat persamaan dan perbedaan
yang prinsip di antara lembaga-lembaga negara tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut baik
mengenai penyebutan dalam susunan lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan
negara dari keempat UUD tersebut maupun mengenai tugas dan kewajiban dari lembaga-
lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara dari keempat UUD tersebut.

Anda mungkin juga menyukai