Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS JANABADRA

FAKULTAS HUKUM
PRODI MAGISTER HUKUM

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AK 2022/2023

NAMA : MUSLIM
NIM : 22120002
MATA UJIAN : MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
DOSEN : DR. R. MURJIYANTO, SH., M.Kn
SIFAT UJIAN : TERBUKA
___________________________________________________________________________
Perintah :
- Dikerjakan diketik dalam bentuk file word (jangan PDF atau Scan) dan diuplout melalui
menu assegnment yang ada pada LMS pada waktu yang telah ditentukan.
- Tidak diperkenankan meng copy paste jawaban lain
- Beri Nama dan NIM pada lembar pekerjaan

SOAL :

01. Berikan penjelasan apa yang membedakan penggunan istilah “monopoli” dan “Praktek
Monopoli” yang digunakan dalam Undang-Undang ? Jelaskan

Jawaban:
• Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
• Praktek monopoli adalah pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dan merugikan kepentingan
umum.

02. Apakah menurut Undang-Undang persaingan usaha itu dilarang ? Berikan penjelasan
sesuai tujuan UU.
Jawaban:
Kata monopoli adalah kata yang bermakna netral. yaitu penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran. Penguasaan demikian tidak harus berarti negatif. Ada jenis monopoli tertentu yang
tidak bisa dihindari demi alasan efisiensi atau karena dilindungi oleh undang-undang.
Pada dasarnya monopoli hanya salah satu jenis kegiatan yang dilarang dalam undang-undang
ini. Di samping ada bentuk-bentuk kegiatan yang dilarang, juga ada bentuk-bentuk perjanjian yang
dilarang, termasuk posisi dominan yang dilarang.
Yang dilarang adalah praktek monopoli, yang oleh undang-undang ini diartikan sebagai
monopoli yang mengakibatkan terjadinya pemusatan kekuatan ekonomi dan menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Hanya saja dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak konsisten dalam menggunakan pembedaan
istilah monopoli dan praktek monopoli. Hal itu terlihat dari ketentuan tentang Kegiatan yang
Dilarang, yang dicantumkan istilah “monopoli” sebagai salah satu jenis kegiatan yang dilarang,
yang seharusnya tertulis “praktek monopoli”.
Persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Sehingga:
a. Pada dasarnya tidak semua monopoli dilarang, seperti monopoli yang lahir secara
alamiah karena didukung oleh iklim dan lingkungan alam setempat, monopoli yang
dibolehkan oleh Undang-Undang, tidak dilarang.
b. Monopoli yang dilarang adalah monopoli yang dilakukan dengan sengaja demi
keuntungan sendiri/ golongan, sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak
sehat dan dapat merugikan pihak lainnya (praktek monopoli)
Hal ini bertujuan:
a. Agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dan berpartisipasi dalam proses
produksi dan pemasaran (usaha)
b. Berusaha dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar

03. Apa yang dimaksud dengan Kartel, dan berikan gambaran dalam hal bagaimana
terjadinya sebuah Kartel yang dilarang menurut UU ? Jelaskan dengan memberikan
contoh kasus.
Jawaban:

Menurut Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) dalam Pedoman Pasal 11 tentang Kartel
berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, kartel adalah:
Kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengoordinasi kegiatannya sehingga
dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan atau jasa untuk
memperoleh keuntungan di atas tingkat keuntungan yang wajar.
Suatu kartel terjadi apabila suatu kelompok perusahaan dalam suatu industri tertentu yang
seharusnya bersaing satu sama lain, tetapi mereka setuju untuk melakukan koordinasi kegiatannya
dengan mengatur harga, produksi, pembagian wilayah (termasuk yang terbentuk karena faktor
geografis dan infrastruktur), kolusi tender dan kegiatan-kegiatan anti persaingan lainya, sehingga
mereka dapat menaikkan harga dan memperoleh keuntungan di atas harga yang kompetitif.

Contoh Kasus:
Putusan KPPU Nomor lOIKPPU-L/2005 mengenai kartel garam bahan baku di Sumatra Utara.
Kronologinya:
Kasus ini bermula dari adanya laporan masyarakat tentang adanya kesulitan melakukan
pengiriman garam bahan baku ke Sumatera Utara. Selain daripada itu juga ada kesulitan
melakukan pembelian garam bahan baku di Sumatera Utara. Adapun yang menjadi Terlapor
dalam kasus ini adalah PT. G, PT B, dan PT GA dengan PT GR, PT SP, UD JW, dan UD SS.

Dari hasil pemeriksaan didapat fakta yaitu adanya kesepakatan secara lisan yang dilakukan PT
G, PT B dan PT GA (G3) dengan PT GR, PT SP, UD JW dan UD SS (G4) untuk menetapkan
harga produk PT Glebih tinggi dibandingkan dengan harga produk PT B dan PT GA. Adanya
pemberian harga yang lebih tinggi untuk garam bahan baku yang dibeli oleh perusahaan di luar
G3 dan G4.

Penguasaan pemasaran garam bahan baku oleh G3 dan G4 di Sumatera Utara mencerminkan
struktur pasar yang bersifat oligopolistik dimana terjadi koordinasi antara PT G, PT B, dan PT
GAdengan PT GR, PT SP, UD JW, dan UD SS untuk bersama-sama melakukan pengontrol an
pasokan dan pemasaran garam bahan baku di Sumatera Utara. Hal ini tercermin dari:
1. Persaingan semu diantara G3 dalam bentuk pengontrolan jumlah pasokan dan kebijakan
penetapan harga jual garam bahan baku.
2. Sistem pemasaran yang menciptakan hambatan bagi pelaku usaha selain G3.
3. Konsumen harus menanggung harga yang relatif tinggi dan tidak wajar karena sistem
pemasaran dimana jumlah pasokan garam belum tentu sama dengan permintaan konsumen.
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, maka para terlapor dinyatakan secara sah dan meyakinkan
melanggar UU Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, diantaranya terbukti melanggar Pasal II UU Nomor 5 tahun 1999 yang dikenakan
kepada PT G, PT B, PT GA. Para terlapor ini seperti dinyatakan oleh KPPU adalah merupakan
pelaku usaha yang menguasai pasokan dan pemasaran garam di Sumatera Utara dan terbukti
telah mengontrol pasokan dan pemasaran garam bahan baku di Sumatera Utara.

04. Perubahan tentang apa saja yang terjadi pada Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999
dengan lahirnya UU Cipta Kerja? Sebutkan.

Jawab:
Beberapa perubahan dengan lahirnya UU Cipta Kerja pada UU No. 5 Tahun 1999 adalah:
a. Pasal 44 ayat (2):
Dimana dalam upaya hukum pelaku usaha dapat melakukan keberatan kepada Pengadilan
Niaga-14 hari
b. Pasl 47 ayat (2) g:
Pengenaan denda paling sedikit 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah)
c. Pasal 48:
Pelanggaran UU dipidana denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah)
atau pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun sebagai pengganti pidana denda.
d. Pasal 49:
- Pasal ini dihapus
- Penambahan pengaturan mengenai sanksi administratif bagi pelaku usaha yang
melanggar ketentuan UU Persaingan Usaha. Dalam hal ini, KPPU dapat memberikan
sanksi administratif berupa denda dan tindakan lainnya bagi pelaku usaha yang
melanggar ketentuan UU Persaingan Usaha. Sifat administrasi kewenangan KPPU

05. Apa yang dimaksud dengan “Persekongkolan” yang dilarang menurut UU? Jelaskan dan
berikan contoh.
Jawaban:
Persekongkolan atau konspirasi usaha, adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku
usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi
kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
Persekongkolan:
a. mengatur dan atau menentukan pemenang tender
b. mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaing ttng rahasia perusahaan
c. menghambat produksi dan atau pemasaran
Contoh: Pelaku usaha bersekongkol dengan pimpinan proyek agar dimenangkan dalam tender.
Atau, pelaku usaha yang satu dibayar oleh pelaku usaha yang lain untuk sengaja mengalah
dalam tender.

06. Dalam hal bagaimana perusahaan yang melakukan aksi korporasi seperti Penggabungan
(merger), Peleburan (konsolidasi) atau Pengambilalihan Saham Perusahaan (akuisisi)
berkewajiban memberikan Notifikasi/Pemberitahuan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU)? Jelaskan

Jawaban:

Kewajiban Notifikasi/Pemberitahuan Atas Penggabungan Dan Peleburan Badan Usaha Serta


Pengambilalihan Saham Perusahaan kpd KPPU (PP No. 57 Tahun 2010) :
Berdasarkan Nilai Aset atau Nilai Penjualan :
(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah
tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan.
(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah);
dan/atau
b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah.
(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang perbankan kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud berlaku jika nilai aset melebihi Rp 20.000.000.000.000,00 (dua
puluh triliun rupiah).
 Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis sebagaimana
dimaksud, Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan
ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
 Tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham antar perusahaan yang terafiliasi.

Anda mungkin juga menyukai