Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT HUKUM

Materi 13 : Asas-Asas Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan

Magister Hukum Universitas Janabadra


Dr. Suryawan Raharjo, S.H., LL.M
A. Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

• Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan : pedoman /


rambu-rambu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik, berupa :
1. Isi peraturan ;
2. Bentuk dan susunan peraturan ;
3. Metode pembentukan peraturan ;
4. Prosedur dan proses pembentukan peraturan.
• Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan :

1. Gaya penuturannya padat dan sederhana ;

2. Istilah-istilah yang dipilih bersifat mutlak dan tidak relatif sehingga memperkecil kemungkinan munculnya perbedaan

pendapat yang individual ;

3. Hukum membatasi diri pada hal-hal yang nyata dan aktual dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat metaforis

dan hipotesis ;

4. Hukum tidak dirumuskan dalam bahasa yang tinggi karena ditujukan kepada masyarakat yang memiliki tingkat kecerdasan

rata-rata. Bahasa hukum adalah penalaran sederhana yang bisa dipahami oleh rata-rata orang, bukan latihan penggunaan

logika ;

5. Hukum tidak merancukan pokok masalah dengan pengecualian, pembatasan atau pengubahan (gunakan semua itu hanya

apabila benar-benar diperlukan) ;

6. Hukum tidak bersifat debatable / argumentatif, berbahaya memerinci alasan-alasan karena dapat menimbulkan konflik ;

7. Pembentukan hukum dipertimbangkan secara mendalam dan mempunyai manfaat praktis dan tidak mengoyahkan sendi-

sendi pertimbangan dasar, keadilan dan hakikat permasalahan.


• Selanjutnya ditambah, hukum positif yang berlaku harus memenuhi 8 (delapan) persyaratan :
1. Aturan sebagai pedoman dalam pembuatan keputusan memerlukan sifat persyaratan dan
sifat keumuman ;
2. Aturan yang menjadi pedoman bagi otoritas tidak boleh dirahasiakan, tetapi diumumkan ;
3. Aturan dibuat untuk menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan dikemudian hari (hukum
berlaku pasang) ;
4. Aturan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh rakyat ;
5. Aturan tidak boleh saling bertentangan antara satu dengan yang lain ;
6. Aturan tidak boleh mensyaratkan perilaku diluar kemampuan pihak-pihak yang terkena ;
7. Aturan harus ada ketegasan, tidak boleh diubah-udah sewaktu-waktu ;
8. Aturan harus konsisten sebagaimana yang diatur dan dalam pelaksanannya.
• Asas-asas formal dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan :
1. Asas tujuan yang jelas ( beginsel van duidelijke doelstelling ) ;
2. Asas organ / lembaga yang tepat ( beginsel van het juiste
organ ) ;
3. Asas perlunya pengaturan ( het noodzakelijkheids beginsel ) ;
4. Asas dapatnya dilaksanakan ( het beginsel van uitvoerbaarheid ) ;
5. Asas konsensus ( het beginsel van consensus ).
• Asas-asas materiil dalam pembentukan peraturan perundang-undangan :
1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar ( het beginsel van
duidelijke terminologi en duidelijke systemetiek ) ;
2. Asas tentang dapat dikenali ( het beginsel van de kenbaarheid ) ;
3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum ( het rechtsgelijkheids
beginsel ) ;
4. Asas kepastian hukum ( het rechtzekerheids beginsel ) ;
5. Asas pelaksanaan sesuai dengan kemampuan individual ( het beginsel
vam de individuele rechtsbedeling ).
B. Prinsip-Prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan.
• Prinsip-prinsip yang harus dijadikan bahan pijakan :
1. Segala jenis peraturan perundang-undangan merupakan satu kesatuan sistem hukum yang bersumber pada
Pancasila dan UUD Tahun 1945 ;
2. Tidak semua aspek kehidupan masyarakat dan bernegara harus diatur dengan peraturan perundang-undangan,
berupa berbagai tatanan yang hidup dalam masyarakat yang tidak bertentangan dengan cita hukum dan asas
yang terkandung dalam Pancasila dan UUD Tahun 1945 ;
3. Pembentukan peraturan perundang-undangan selain mengatur keadaan yang ada, harus mempunyai jangkauan
masa depan ;
4. Pembentukan peraturan perundang -undangan bukan sekedar menciptakan instrumen kepastian hukum, tetapi
instrumen keadilan dan kebenaran ;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan harus didasarkan pada partisipasi langsung/tidak langsung dari
masyarakat.
C. Kekuatan Berlakunya Undang-undang.

1. Kekuatan Berlaku Yuridis ( Juristische Geltung ).


 Terpenuhinya persyaratan formal ;
 Penetapan didasarkan atas kaidah yang lebih tinggi tingkatannya,
kaidah hukum harus punya system hierarchies (Sudikno Mertokusumo)
;
 Berpondasi pada grundnorm ;
 Das Sollen mengenai berlakunya kaidah hukum, Das Sein berkaitan
dengan pengertian hukum.
2. Kekuatan Berlaku Sosiologis.
 Kekuatan berlakunya hukum di dalam masyarakat ;
 Ada 2 (dua) teori kekuatan berlakunya hukum secara sosiologis :
a. Teori Kekuatan ( Matchtheori ) : hukum mempunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila
dipaksakan oleh penguasa, terlepas dari diterima ataupun tidak oleh warga masyarakat ;
b. Teori Pengakuan ( Anerkennugstheorie ) : apabila diterima dan diakui oleh warga masyarakat.
3. Kekuatan Berlaku Filosofis.
 Apabila kaidah hukum sesuai dengan cita-cita hukum ( rechtsdee ), sebagai nilai positif yang tertinggi
( uberpositiven werte : Pancasila, masyarakat adil dan makmur).
 Sesuai dengan nilai filosofis yang dianut oleh suatu negara, seperti : grundnorm,
staatsfundamentalnorm, yang dinyakini sebagai sumber dari segala sumber nilai luhur dalam
kehidupan kenegaraan.
4. Keberlakuan Politis.
 Apabila berlakunya didukung oleh faktor-faktor kekuatan politik yang nyata
( riele macthsfactoren ).
 Meskipun norma yang bersangkutan di dukung oleh masyarakat lapisan akar
rumput, sejalan dengan cita-cita filosofis negara dan memiliki landasan yuridis
yang kuat, tetapi tanpa dukungan kekuatan politik, norma hukum yang
bersangkutan tidak mungkin diberlakukan sebagai hukum.
 Keberlakuan politik berkaitan dengan teori kekuasaan ( power theory ) yang
memberikan legitimasi pada berlakunya norma hukum dari sudut pandang
kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai