Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT HUKUM

Materi 6 : Hubungan Filsafat Hukum dengan


Ilmu lainnya

Magister Hukum Universitas Janabadra


Dr. Suryawan Raharjo, S.H., LL.M
1. Filsafat Hukum dengan Sosiologi Hukum.
• August Comte dalam bukunya “Cours De Philosophie Positive” (1798-1857), dalam
Bahasa Latin Socius berarti Kawan dan Logos berarti Ilmu Pengetahuan. Sosiologi :
ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
• Masyarakat : sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki
kepentingan bersama dan memiliki budaya.
• Sosiologi mempelajari : masyarakat, perilaku dan manusia, dengan mengamati
perilaku kelompok yang dibangunnya.
• August Comte, membedakan keberadaan Sosiologi Statis yang pusat perhatiannya
pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan Sosiologi
Dinamis yang mencermati perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
• Ilmuwan di bidang Sosiologi : Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tonnies, Georg
Simmel, Max Weber dan Pitirim Sorokin.
• Sosiologi Hukum merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang secara analitis dan empiris mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dan gejala sosial lainnya. Istilah Sosiologi Hukum pertama kali
diperkenalkan oleh Anzilolti (1882).
• Sosiologi diartikan ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan bersama / ilmu tentang tata cara
manusia berinteraksi dengan sesamanya, sehingga tercipta hubungan timbal-balik serta pembagian tugas
dan fungsinya masing-masing.
• Sosiologi Hukum memadukan 2 istilah yaitu : Sosiologi dan Hukum. Hukum diartikan bukan sebagai ilmu
hukum, tapi hukum diartikan berbagai bentuk kaidah sosial / norma, etika berperilaku, peraturan, undang-
undang dan kebijakan, yang berfungsi mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, bertindak untuk
dirinya / orang lain, dan berperilaku yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Sosiologi Hukum merupakan kajian ilmu sosial terhadap hukum yang berlaku di masyarakat
dan perilaku serta gejala sosial yang menjadi penyebab lahirnya hukum di masyarakat.
• Soerjono Soekanto, menyampaikan tentang penyebab lahirnya hukum di masyarakat :
1. Kaidah-kaidah hukum yang dibentuk akibat adanya gejala sosial dapat menjadi hukum
yang tertulis / tidak tertulis. Hukum tertulis berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan pengadilan, inpres, dll. Sedangkan hukum tidak tertulis
merupakan perbuatan masyarakat yang bersifat tradisional-normatif, seperti Hukum
Adat ;
2. Secara substansial hadirnya hukum tidak dapat dilepaskan dari gejala sosial dan
dinamikanya. Setiap tindakan masyarakat yang mengandung unsur-unsur hukum menjadi
bagian dari kajian Sosiologi Hukum.
• Ruang lingkup sosiologi Hukum:
1. Proses pembentukan hukum di lembaga legislatif ;
2. Proses penyelesaian hukum di institusi hukum yakni Kepolisian, Kejaksaaan dan
Pengadilan ;
3. Penetapan hukum oleh pengadilan ;
4. Tingkah laku masyarakat dan aparat hukum.
• Disiplin ilmu didalam Sosiologi hukum :
1. Eksistensi masyarakat sebagai obyek sosiologi hukum ;
2. Berbagai gejala sosial dan dinamikanya ;
3. Stratafikasi dan kelas-kelas sosial ;
4. Demografi dan perkembangan masyarakat kota dan desa ;
5. Norma sosial yang dianut sebagai pandangan hidup masyarakat.
• Studi kritis yang dibangun dalam Sosiologi Hukum :
1. Bukan sekedar studi normatif, melainkan memahami hukum secara filosofis tentang
efektivitas hukum di masyarakat karena hukum yang erat hubungannya dengan
kaidah sosial lebih populer dibandingkan dengan hukum legal formal berupa pasal-
pasal yang dibacakan majelis hakim di pengadilan ;
2. Reaksi sosial terhadap berbagai rancangan perundang-undangan yang didasarkan
alasan-alasan kultural, hak asasi manusia dan norma agama.
• Secara Filosofis, pengetahuan yang diakumulasikan menjadi ilmu dalam kajian
sosiologis harus didasarkan pada pendekatan empiris dan observatif. Bahwa Empiris
mempelajari pengetahuan yang bersumber dari pengalaman dan Observatif
menyatakan pengetahuan bersumber dari kenyataan.
• Secara Epistemologis, Sosiologi Hukum mengkaji 2 hal :
1. Gejala sosial dan hubungan timbal-balik dalam kehidupan masyarakat, yang
melahirkan norma / kaidah sosial guna memagari perilaku manusia yang diluar
batas. Dalam hal ini Hukum Adat / living law / hukum yang hidup sebagai budaya
lokal masyarakat yang menjadi barometer moralitas sosial ;
2. Hukum yang berlaku sebagai produk pemerintah / penyelenggara negara /
lembaga yudikatif dan lembaga yang memiliki wewenang untuk itu, kemudian
menjadi hukum positif / peraturan yang mengikat kehidupan masyarakat dalam
aktifitas sosial, ekonomi, politik, beragama dan hukum, yang mencegah /
mengendalikan potensi terjadinya tindakan kriminal / mengatur hubungan
keperdataan.
2. Filsafat Hukum dan Antropologi Hukum.
• Antropologi berasal dari kata Yunani, Anthropos berarti Manusia dan Logos berarti
Ilmu Pengetahuan. Antropologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari
budaya masyarakat etnis tertentu.
• Antropologi secara khusus mempelajari ciri-ciri fisik, adat-istiadat dan budaya.
Antropologi memusatkan perhatian pada penduduk sebagai masyarakat tunggal.
• William A. Havilland (1988), Antropologi adalah studi mengenai umat manusia yang
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya,
serta memperoleh pengertian yang lengkap tentang keragaman manusia.
• David Hunter (1979), Antropologi adalah ilmu yang muncul dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
• Obyek Antropologi : manusia, masyarakat, suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya.
• Antropologi Hukum : ilmu hukum yang mempelajari pola-pola sengketa dan cara
penyelesaiannya, baik pada masyarakat yang sederhana / pada masyarakat yang mengalami
modernisasi.
• Antropologi Hukum melihat norma sosial sebagai hukum, apabila terjadi pelanggaran terhadap
norma sosial maka orang yang melanggar tersebut diberikan sanksi berupa sanksi fisik, sanksi
sosial dan sanksi denda.
• Antropologi Hukum bertugas :
1. Mengali norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat ;
2. Menganalisa dan memberikan pemahaman hukum bukan undang-undang / nonstate law ;
3. Antropologi Hukum memberikan telaah kontemplatif yang akan menjadi sistem kajian
referensi pembuat undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai