Anda di halaman 1dari 3

BAHAN PENGAYAKAN PERKULIAHAN

- Pelajari Kasus ini dan Berikan komentar/Jawaban sesuai perintah :

Kasus Kartel Motor

PK Ditolak MA, Kartel Harga Sepeda Motor Matik Terbukti


NEWS - Ferry Sandi , CNBC Indonesia
29 April 2021 13:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali (PK) yang
diajukan dua pabrikan sepeda motor asal Jepang yaitu PT Astra Honda Motor (AHM) dan PT
Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Indonesia (YIMM). Artinya kedua produsen sepeda
motor ini terbukti sah melakukan kartel harga penjualan sepeda motor matik periode 2013-
2015.

"Amar putusan Tidak Dapat Diterima," demikian bunyi amar putusan PK yang dilansir website-
nya, Kamis (29/4/2021) dikutip dari detikcom.

Duduk sebagai ketua majelis MA Prof Takdir Rahmadi dengan anggota Dr Nurul Elmiyah dan Dr
Rahma Yuliati. Duduk sebagai panitera pengganti Selviana Purba dan diputus pada 21 Februari
2021.

KPPU kemudian menggelar serangkaian sidang untuk memeriksa dugaan praktik kartel tersebut.
Akhirnya, pada 20 Februari 2017, KPPU memutuskan bahwa benar terjadi praktik kartel antara
Honda dan Yamaha. Sebagai hukumannya, Yamaha dihukum denda Rp 25 miliar, sedangkan
Honda dihukum Rp 22,5 miliar.

Sesuai dengan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No 5 Tahun 1999, pelaku kartel dapat dikenai sanksi
tindakan administratif berupa pengenaan denda minimal Rp 1 miliar dan maksimal Rp 25 miliar.

"Majelis Komisi memberikan penambahan denda kepada Terlapor I (Yamaha-red) sebesar 50


persen dari besaran proporsi denda karena Terlapor I dalam proses persidangan ini telah
memberikan data yang dimanipulasi," demikian bunyi putusan KPPU Nomor 04/KPPU-I/2016.

KPPU meyakini Yamaha-Honda melakukan kartel harga dengan tiga bukti, yaitu pertemuan
petinggi Yamaha-Honda di lapangan Golf serta dua e-mail dari petinggi Yamaha-Honda di
Indonesia pada 28 April 2014 dan 10 Januari 2015. Meski antara Yamaha dan Honda tidak ada
bukti tertulis soal kesepakatan harga, KPPU menilai hal itu bukan syarat mutlak adanya kartel.

"Concerted dipersyaratkan bahwa action ada tidak suatu perjanjian tertulis yang mensyaratkan
pihak-pihak yang melakukan concerted action tidak perlu dibuktikan seperti itu. Dalam
concerted action itu, yang penting terjadi komunikasi," ujar majelis KPPU

Yamaha-Honda tidak terima dan mengajukan permohonan banding ke PN Jakut. Pada 5


Desember 2017, PN Jakut menolak upaya banding tersebut. PN Jakut memutuskan menguatkan
keputusan KPPU
Yamaha-Honda tidak terima dan mengajukan kasasi. Pada 23 April 2019, MA menolak kasasi
Honda-Yamaha, Perkara Nomor 217 K/Pdt.Sus-KPPU/2019 itu diadili oleh ketua majelis Yakup
Ginting dengan anggota Ibrahim dan Zahrul Rabain.

Dua tahun berselang, keduanya memilih mengajukan PK tapi usaha itu tidak membuahkan hasil
alias ditolak.

KOMPAS TV BISNIS EKONOMI DAN BISNIS

MA Tolak PK Yamaha-Honda Soal Kartel Harga Skutik, KPPU Minta Denda Dibayar

Jumat, 30 April 2021 | 14:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV- KPPU mengapresiasi putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak
peninjauan kembali (PK) perkara kartel penjualan sepeda motor skuter matik (skutik) oleh Astra
Honda Motor (AHM) dan Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).

Putusan yang dikeluarkan pada 24 Februari 2021, ini menegaskan, jika kedua pabrikan itu
memang terbukti melakukan kartel harga dengan bersekongkol dalam mengatur harga jual
skutik 110 cc sampai 125 cc.

"Ini menunjukkan bahwa kami telah melaksanakan proses pembuktian dan berperkara sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Diharapkan para terlapor mematuhi putusan tersebut dan tidak
melakukan perbuatan serupa di masa mendatang," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan
Kerja Sama KPPU, Deswin Nur, kepada media, Jumat (30/04/2020).

Deswin menegaskan, kedua perusahaan itu juga harus menaati denda yang telah dijatuhkan.
Yaitu sebesar Rp25 miliar untuk YIMM serta Rp22,5 miliar bagi AHM.

Kasus bermula saat KPPU mengendus adanya praktik kartel sepeda motor skuter matik 110-125
cc di Indonesia. Praktik kartel itu mengakibatkan harga jual ke konsumen melambung tinggi.

KPPU kemudian menggelar serangkaian sidang untuk memeriksa dugaan praktik kartel tersebut.
Akhirnya, pada 20 Februari 2017, KPPU memutuskan bahwa benar terjadi praktik kartel antara
Honda dan Yamaha. Sebagai hukumannya, Yamaha dihukum denda Rp 25 miliar, sedangkan
Honda dihukum Rp 22,5 miliar.

Atas hal itu, Yamaha-Honda tidak terima dan mengajukan permohonan banding ke PN Jakut.
Pada 5 Desember 2017, PN Jakut menolak upaya banding tersebut. PN Jakut memutuskan
menguatkan keputusan KPPU.

Yamaha-Honda pun mengajukan kasasi. Pada 23 April 2019, MA menolak kasasi Honda-Yamaha.
Kemudian Honda sebagai pemohon 1 dan Yamaha pemohon 2 mengajukan PK pada 7 Januari
2021 dengan nomor registrasi 7PK/Pdt.Sus-KPPU/2021. Namun MA menolak PK tersebut.
Tugas :
Berikan salah satu komentar/ tanggapan atas pertanyaan berikut :
1. Apa yang menjadi pokok perkara dalam Putusan KPPU tersebut ?
2. Mengapa dalam Putusan KPPU dalam pemberian sanksi terhadap PT Astra Honda Motor
(AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Indonesia (YIMM), dengan
jumlah besaran denda yang berbeda ?
3. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis KPPU terhadap putusan tersebut ?.
4. Bagaimana Putusan tingkat akhir dalam perkara tersebut ?
Berikan tanggapan/ jawaban Salah satu saja diketik langsung dalam menu yang tersedia

Anda mungkin juga menyukai