Anda di halaman 1dari 6

BAB III

TINJAUAN KASUS
Dalam tinjauan kasus makalah penulis mengambil kasus yang berasal dari sumber
“https://www.kompasiana.com/romariopangaribuan/5a17a27f5169956286659282/terjerat-kasus-
kartel-yamaha-honda-hancurkan-business-ethic-perusahaan-jepang “
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengindikasikan dua jenama motor asal Jepang,
Yamaha dan Honda, bersengkongkol melakukan praktik kartel dan monopoli di Indonesia.
Menurut Ketua KPPU M. Syarkawi Rauf persengkongkolan besar terjadi di mana industri
dikuasai pemain besar. Honda menguasai pasar lebih dari 67 persen dan Yamaha 29 persen lebih
"Kalau digabungkan keduanya menguasai 96 persen pasar (skutik 110-125cc). Dengan dua
pemain besar kemungkinan terjadinya persengkongkolan sangat tinggi,". Sebagai industri yang
strategis dan berpengaruh pada masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bahwa, KPPU,
lanjut Syarkawi melakukan investigasi.

Temuan

Hasilnya, mereka menemukan sejumlah alat bukti yang memperkuat bahwa PT Astra Honda
Motor (AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) melakukan praktik
kartel dan monopoli. "Dalam proses (investigasi 2 tahun tepatnya pada tahun 2013-2014) ada
alat bukti yang menunjukkan bahwa mereka melakukan persengkongkolan. Kami menemukan
dokumen komunikasi email di internal perusahaan yang menunjukkan bahwa mereka
berkordinasi dengan perusahaan lainnya, dalam hal ini Yamaha dan Honda," ujar Syarkawi.

Pada Yamaha tahun 2012, ditemukan kenaikan dua kali dengan total Rp200 ribu, 2013 kenaikan
maksimal tiga kali dengan total Rp300 ribu. Yang menarik di 2014, total kenaikannya sebanyak
empat kali, total yang paling besar Rp620 ribu," katanya.

Sementara itu, Executive Vice President YIMM, Dyonisius Beti, menilai tudingan kerjasama
YIMM dengan AHM dalam menetapkan harga jual sepeda motor skutik di Indonesia tak
berdasar. Sebab, Tim Investigator KPPU tidak memiliki bukti yang kuat. Hal itu disampaikan
sebagai bagian dari kesimpulan persidangan. "Yamaha Indonesia sama sekali tidak pernah
melakukan perbuatan yang melanggar undang-undang. Kami taat kepada undang-undang
persaingan usaha yang sehat," kata Dyon, di Kantor KPPU

Selain itu, KPPU juga memanggil sejumlah pihak untuk menggali lebih dalam kemungkinan
persengkongkolan dua pabrikan tersebut. "Berdasarkan bukti itu kami panggil beberapa pihak
yang terkait. Diperkuat juga dengan ahli dan saksi yang menunjukkan ada persengkongkolan,"
tutur dia. Ketika ditanya soal berapa saksi yang dilibatkan dalam proses investigasi, Syarkawi tak
bisa menyebutkan. "Saya nggak tahu persisnya berapa jumlah saksi," ia menambahkan.

Kemudian, temuan tersebut diperkuat dengan harga skutik yang dijual dengan harga tinggi.
"Keterangan yang kami peroleh, ongkos pembuatan skutik 110-125 cc untuk skutik hanya
kurang lebih Rp 7-8 juta. Tetapi dijual ada yang dipasarkan di atas Rp 15 juta. Penjualan Rp 15
juta itu kan sudah separuh dari produksi. Artinya harga yang dibayar konsumen sangat tinggi,"

"Kondisi ini hanya terjadi di industri yang pemain-pemainnya itu berkordinasi atau
bersengkongkol melakukan praktek kartel dan monopoli."

Sebagai contoh Honda BeAT POP eSP CBS (110 cc) dipatok seharga Rp 14,6 juta, sementara
lawannya dari Yamaha yakni Mio M3 yang punya mesin 125 cc dibanderol Rp 14,1 juta.
Kemudian contoh lainnya, Honda eSP Scoopy (108,2 cc) harganya Rp 16,750 juta, sedangkan
Yamaha Mio Fino (113,7 cc) Rp 14,590 juta. Sementara lawannya, Suzuki Adress harga
termurahnya mulai Rp 14,895 juta dan TVS Dazz DFI Rp Rp 12,6 juta.

Persidangan

kasus dugaan kartel atau penetapan harga untuk membatasi kompetisi skuter matik (skutik) 110-
125cc yang membelit dua raksasa otomotif sepeda motor, Honda-Yamaha di Indonesia, kini
masuk babak akhir. Investigator Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akhirnya
membacakan kesimpulan berdasarkan fakta persidangan yang sudah digelar sejak beberapa bulan
lalu.

Dalam sidang terakhir yang digelar Senin, 9 Januari 2017, di markas KPPU, Jakarta Pusat,
disimpulkan bila PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda
Motor (AHM) terbukti telah melakukan pelanggaran. Pelanggaran yang dimaksud KPPU yakni,
kedua agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia itu telah melakukan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dengan mengatur harga skutik 110-125cc-nya
menjadi mahal dari harga sewajarnya.

Anggota Tim Investigator KPPU, Helmi Nurjamil, mengatakan, berdasarkan fakta persidangan,
mantan Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Yoichiro
Kojima, mengakui pernah berikirim surat elektronik kepada bawahannya untuk mengkaji ulang
harga motor skutik Yamaha. "KPPU menemukan bukti e-mail, di mana dalam e-mail tersebut
berbunyi 'We need send message to Honda that Yamaha follow up price'. Kami sudah klarifikasi
Mr. Kojima, dia mengaku pernah mengirimkan e-mail itu," kata Helmi saat
pembacaan kesimpulan di Kantor KPPU, Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan itu, Tim Investigator menyimpulkan jika pihak terlapor yakni Yamaha dan
Honda terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 5
Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Adapun bunyi
Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 5/1999 adalah pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. Tim Investigator
kemudian merekomendasikan kepada Majelis Komisi untuk memberikan hukuman pada Yamaha
dan Honda berdasarkan Pasal 47 UU Nomor 5/1999, dengan memberikan sanksi kepada mereka.
Rencananya, putusan sidang yang digelar KPPU akan dilakukan selambat-lambatnya 20 Februari
2017 mendatang.

Bantahan dan Keberatan Atas Tuduhan KPPU terhadap Yamaha-Honda

Deputy Head of Corporate Communication AHM Ahmad Muhibbuddin keberatan dengan


tuduhan KPPU. Ini didasarkan pada dua hal, pertama, Honda dan Yamaha justru saling bersaing
keras untuk meraih market share. Caranya, mereka mengalokasikan dana besar untuk kegiatan
promosi.
"Faktanya pangsa pasar kami meningkat, dan pangsa pasar Yamaha menyusut. Ada pergeseran
pangsa pasar dan itu membuktikan ada persaingan yang sehat di market," tutur pria yang karib
disapa Muhib itu. Alasan kedua, katanya, bila ada praktik kartel pasti akan menghambat pemain
baru. Tapi, AHM justru melihat banyak pemain baru termasuk di merek motor skutik yang
masuk ke Indonesia. "Kalau benar ada kartel dan monopoli mereka akan memikirkan seribu
kali," imbuh dia.

Proses investigasi yang dilakukan Tim Investigator KPPU juga dinilai tak sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Di mana saat melakukan penggeledahan kantor Yamaha di Pulogadung,
Jakarta Timur, tim dari KPPU tak membawa surat pemberitahuan resmi dari pengadilan ataupun
pemberitahuan kepada Yamaha sebelumnya. Apalagi, kata Dyon, dokumen yang diambil dari
markas Yamaha kemudian diubah dan dimanipulasi oleh KPPU untuk kemudian dijadikan bukti.
Sehingga, tudingan yang dialamatkan kepada YIMM dan Honda terlalu sumir dan dipaksakan.

"Kami harap keputusan nanti akan memberikan iklim investasi yang sehat dan baik untuk
Indonesia. Kami percaya bahwa majelis akan bertindak seadil-adilnya untuk perkara ini,"
ujarnya.

Di kesempatan sama, General Manager of Corporate Secretary and Legal AHM, Andi Hartanto
mengharapkan, Majelis Komisi bisa memutus perkara secara adil. "Menurut saya, proses
persidangan tidak bisa membuktikan adanya tuduhan kartel," ungkapnya. AHM, kata dia, tak
melakukan kerjasama dengan YIMM dalam menetapkan harga jual sepeda motor skutik 110-
125cc di Indonesia. Dirinya berharap KPPU bisa memberikan keputusan yang adil dan bijaksana.
"Sehingga, kondusif bagi situasi perekonomian. Perusahaan yang sudah memiliki reputasi yang
lama, tentu tidak akan bermain-main dengan kartel.

Terkait rekomendasi dari Tim Investigator KPPU yang meminta pabrikan motor tak boleh
menetapkan harga on the road, General Manager Aftersales Department YIMM, Muhamad
Abidin, tak mempersoalkan bila konsumen ingin membeli motor dengan status off the road.
Namun, kata dia, biasanya pembelian sepeda motor dengan status off the road lebih merepotkan.
"Beli motor status off the road ngurusnya susah. Kalau (on the road) di diler itu kan ada biro
jasa, mereka yang urus itu. Itu kebijakan diler, kami enggak ikut campur. Yamaha hanya
mengumumkan status on the road Jakarta. Begitu di daerah harga jadi beda, tergantung
daerahnya," kata Abidin.

Jika membeli sepeda motor dengan status on the road, konsumen juga diberi kemudahan, yakni
tinggal menerima surat-surat kendaraan seperti STNK, BPKB dan pelat nomor kendaraan.
Sehingga konsumen tak perlu lagi repot-repot untuk mengurus dokumennya. "Kadang ada juga
yang membeli di Jakarta mereka bawa ke daerah, contohnya konsumen tidak tinggal di Jakarta,
tapi di daerahnya indent terus. Kadang gitu dia bawa unitnya dan dia urus sendiri," ujarnya.

Sementara itu, AHM akan menggunakan hak hukum untuk menjelaskan dan membantah temuan
KPPU. Sementara YIMM, melalui Asisten GM Pemasaran Mohammad Masykur mengatakan
tengah mempelajari tuduhan. Sementara itu, sidang perdana dengan agenda Pemeriksaan
Pedahuluan Perkara Nomor 04/KKPU-I/2016 terkait Dugaan Pelanggaran Pasal 5 Ayat (1)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat dalam industri sepeda motor jenis skuter matik 110-125 cc di Indonesia yang
melibatkan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda Motor
(AHM) telah digelar pada Selasa (19/7).

Perusahaan Jepang di Indonesia

Perusahaan Jepang di Indonesia memang bukan menjadi hal yang baru lagi, YMII dan AHM
menjadi bukti perjalanan panjang bisnis perusahaan Jepang di Indonesia yang juga membantu
maupun kesempatan bagi tenaga kerja professional. Dengan keterbukaan lapangan pekerjaan
yang luas, orang-orang Indonesia dapat memasuki berbagai jabatan teknis dan non-teknis
maupun strategis dalam perusahaan Jepang, tetapi bukan berarti dapat mengubah budaya jepang
yang mengakar dalam perusahaan tersebut, sama halnya dengan ruang lingkup dan histori
perusahaan yang sudah terjalin lama dengan Indonesia tidak serta merta dapat menjadi barometer
berubahnya budaya perusahaan Jepang di Indonesia.

Dalam putusan perkara YMII dan AHM, persetujuan mengenai price fixing merupakan murni
hasil kesepakatan antara presiden direktur YMII dan AHM yang keduanya berkewarganegaraan
Jepang, termasuk saksi atas kesepakatan harga tersebut. Code of Conduct yang seringkali
menjadi momok sakral bagi para pemimpin perusahaan Jepang dalam melakukan tindak tanduk
bisnis, kini mulai luntur ke-sakralannya akibat dua competitor otomotif terlama dan terbesar di
Indonesia tersebut. Perusahaan Jepang sangat menghargai hukum yang berlaku di Negara
manapun mereka melakukan bisnis, jika hal ini terus dapat dilakukan dan juga ditularkan kepada
perusahaan lokal yang bekerjasama dengan perusahaan Jepang baik sebagai vendor atau supplier,
maka besar harapan jika kasus korupsi di Indonesia dapat kembali diturunkan.

Anda mungkin juga menyukai