Anda di halaman 1dari 3

1.

Kasus pelanggaran PB Djarum

Pada beberapa tahun silam, PB Djarum mendapatkan peringatan keras sebab terdapat indikasi
bahwa perusahaan ini menggunakan buruh anak-anak untuk melakukan kegiatan di dalam pabrik.

Kasus ini pada awalnya diketahui pertama kali ketika KPAI melaporkan PB Djarum pada Komisi
Perlindungan Anak. Mereka melaporkan perusahaan tersebut sebab mereka menemukan bahwa
terdapat anak-anak yang menggunakan kaos bertuliskan merk Djarum di area pabrik.

Tanggapan dan penyelesaian :

Seharusnya KPAI tidak perlu membawa kasus ini ke ranah hukum, dengan adanya kasus ini audisi PB
Djarum pun di hentikan pada tahun 2020. Padahal dari audisi PB Djarum ini banyak atlet-atlet yang
lahir dari audisi tersebut. Kalau soal eksploitasi anak, malah Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam
Nahrawi sendiri berkata "Audisi badminton Djarum mestinya jalan terus karena tak ada unsur
eksploitasi anak. Bahkan, audisi Djarum sudah melahirkan juara-juara dunia," "Lagi pula olahraga itu
butuh dukungan sponsor. Ayo lanjutkan audisi badminton".

Dan menurut Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin menegaskan
Djarum Foundation bukanlah produk rokok. Ia menolak penilaian KPAI yang selama ini sering
mengasosiasikan Djarum Foundation dengan brand rokok Djarum.

Jadi, menurut saya seharusnya KPAI tidak perlu membawa kasus ini ke ranah hukum karena selama
ini PB Djarum lah sponsor terbesar dalam olahraga bulu tangkis ini. Dan tentunya dari audisi PB
Djarum ini juga sudah melahirkan atlet-atlet bulu tangkis yang berbakat.

Penyelesaian dari kasus ini dilakukan mediasi, PB Djarum dan KPAI kemudian menghasilkan tiga
kesepakatan sebagai berikut:

1) PB Djarum sepakat untuk mengubah nama yang semula Audisi Umum Beasiswa PB Djarum 2019
menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image
Djarum.

2) KPAI sepakat untuk mencabut surat KPAI tanggal 29 Juli 2019 tentang permintaan pemberhentian
Audisi Djarum.

3) Kemenpora, KPAI, dan PBSI sepakat memberikan kesempatan kepada PB Djarum untuk
konsolidasi secara internal guna melanjutkan audisi di tahun 2020 dan seterusnya dengan mengacu
pada kesepakatan yang telah diambil pada pertemuan hari ini tanggal 12 September 2019
bertempat di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga yang dipimpin oleh Menpora.

2. Kasus perebutan merk dagang antara PS Glow dengan MS Glow

Kasus sengketa merek dagang MS Glow vs PS Glow belakangan sempat menjadi perbincangan
hangat. Kasus tersebut bermula pada 13 Agustus 2021 lalu ketika pemilik MS Glow, yakni Juragan 99
dan Shandy Purnamasari melaporkan Putra Siregar selaku pemilik PS Glow ke Bareskrim Polri
wilayah Medan atas dugaan kejahatan merek dan rahasia dagang.
Meskipun laporan kasus tersebut sempat dihentikan pada Maret 2022 lalu karena dinilai tidak cukup
alat bukti, namun ternyata pihak MS Glow kemudian melaporkan pengajuan pembatalan merek PS
Glow ke Pengadilan Negeri Medan dengan alasan merek PS Glow menyerupai merek miliknya.

Merasa pihaknya tak menyalahi aturan, pihak PS Glow mengajukan gugatan balik pemilik MS Glow
ke Pengadilan Negeri Surabaya dan mengklaim bahwa PS Glow dan merek dagang MS Glow berada
di merek kelas yang berbeda.

Tanggapan dan penyelesaian :

Penyelesaian kasus ini yaitu dilakukannya mediasi, akhirnya kasus sengketa merek dagang ini
dimenangkan oleh PS Glow karena disebutkan bahwa mereknya berbeda dari yang digugatkan.
Dalam putusannya, majelis hakim Pengadilan Negeri Surabaya menyatakan bahwa PT Pstore Glow
Bersinar Indonesia mengantongi hak eksklusif atas merek dagang PS Glow dan merek dagang
tersebut telah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham.

Akibat kasus sengketa merek dagang tersebut, pihak MS Glow harus membayar ganti rugi dengan
nilai yang cukup fantastis, yakni Rp37 miliar karena masalah hak cipta merek dagang.

Belajar dari kasus MS Glow vs PS Glow yang terjadi, penting bagi pemilik bisnis maupun pihak yang
sedang merintis usaha untuk mendaftarkan merek dagang yang mereka miliki ke Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI). Dari kasus bisnis dua crazy rich ini, kita juga dapat melihat apa saja
kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan jika pemilik bisnis tidak mendaftarkan merek dagangnya.

Tidak mendaftarkan merek dagang dapat menimbulkan beberapa kerugian bagi para pemilik bisnis
seperti misalnya muncul banyak kompetitor di bidang yang sama dengan nama yang sama atau
mirip, krisis kepercayaan konsumen terhadap produk yang dijual karena merek dinilai pasaran,
hingga membuka peluang merek disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

3. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Albothyl oleh Perusahaan PT.PHAROS

Setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl,
oleh profesional kesehatan , per 15 Februari 2018 izin edar produk albothyl ditarik oleh BPOM
karena tidak sesuai ketentuan. Kasus Albothyl kali ini, tentunya dianggap sangat serius karena
berkaitan dengan keselamatan pasien. Dalam 38 laporan kasus tersebut menunjukkan bahwa
adanya efek samping Albothyl yang malah memperparah sariawan yang diderita pasien dan
menyebabkan infeksi.

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis dilihat dari sudut
pandang ekonomi yaitu perusahaan di untungkan tetapi banyak orang yang di rugikan dan
perusahaan tidak memenuhi dari prinsip dari etika bisnis yaiu prinsip kejujuran. Perusahaan tidak
terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis dan mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan
membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya. Albothyl yang beredar di pasaran saat ini
mengandung zat bernama Policresulen dengan konsentrasi 36%. Policresulen yang diaplikasikan
pada sariawan akan menyebabkan jaringan pada sariawan menjadi mati. Itulah alasan kenapa saat
albothyl digunakan pada sariawan akan terasa sangat perih, namun kemudian rasa perih hilang dan
sakit pada sariawan pun tidak lagi terasa.
Tanggapan dan penyelesaian :

Banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih banyak nya
produsen produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan dampak apa yang telah
diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti terhadap pengawasan peredaran barang barang yang
beredar dan harus lolos uji seleksi. Dan untuk masyarakat kita mengajak untuk selalu peduli
terhadap apa yang di nilai kurang baik.

Sebaiknya badan pengawas obat dan makanan lebih memperhatikan kembali dan tidak kecolongan
kembali atas kasus yang dinilai merugikan banyak pihak ini, dan selalu tegas dan menindak oknum
nakal nakal tersebut, untuk masyarakat harus lebih selektif dalam pemilihan barang.

Anda mungkin juga menyukai