Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BISNIS

Kelompok 8 :
Anita (18507354)
Claudia Permata Sari (18507384)
Firlinda (18507418)
Hanny Oktavia Yolandasari (18507429)

MANAJEMEN 7A
TOKOPEDIA
Kasus kecurangan yang berujung pada pemecatan beberapa karyawan Tokopedia ini, kepentingan konsumen memang harus
dilindungi sesuai amanat UU Perlindungan Konsumen. Pemecatan tersebut buntut dari dugaan tindakan curang atau fraud sejumlah
karyawan Tokopedia saat perusahaan tersebut menggelar program promosi flash sale pada 15-17 Agustus 2018. Dalam
rangka merayakan ulang tahun ke-9 Tokopedia di perusahaan jual beli online tersebut. Dikabarkan, beberapa karyawan tersebut
“menahan” dengan cara membeli untuk kepentingan pribadi sebanyak 49 produk promo yang seharusnya ditawarkan kepada konsumen
secara bebas saat masa flash sale.   pemecatan tersebut merupakan keputusan yang tepat sebagai salah satu komitmen perusahaan
memberi perlindungan kepada konsumennya. Dia meyakini tidak ada niatan buruk dari perusahaan melakukan tindakan penipuan
kepada masyarakat.

Tindakan beberapa karyawan yang menahan produk promosi untuk kepentingan diri sendiri juga bertentangan dengan Pasal 12
UU Perlindungan Konsumen. Dalam pasal itu disebutkan, pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud
melaksanakannya sesuai waktu dan jumlah (produk) yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.
KASUS INDOMIE DI TAIWAN
Kasus penarikan indomie di Taiwan dikarena pihak Taiwan menuding mie dari produsen indomie mengandung bahan pengawet
yang tidak aman bagi tubuh yaitu bahan Methyl P-Hydroxybenzoate pada produk indomie jenis bumbu Indomie goreng dan saus
barberque. Hal ini disanggah oleh Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang berdasarkan rilis resmi Indofood CBP
Sukses Makmur, selaku produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari
Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan. BPOM juga telah menyatakan Indomie tidak berbahaya.

Berikut adalah pasal-pasal dalam UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang berhubungan dengan kasus diatas

 Pasal 2 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

 Pasal 3 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

 Pasal 4 (c) UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

 Pasal 7  ( b dan d )UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


KASUS INDOMIE DI TAIWAN
Kedua belah pihak harusnya mengambil jalan tengah dari masalah penarikan tersebut dengan melakukan pembicaraan mendalam
mengenai jalan keluar yang harus ditempuh dengan tujuan agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan karna masalah tersebut.
Mengenai zat pengawet yang dilarang di Taiwan tersebut alangkah lebih baik jika produsen indomie yaitu PT.Indofood menyesuikan
dengan Taiwan dengan tujuan sesuai dengan asas keselamatan konsumen dan pasal 7(b) UU PK.dan tentu saja agar exspor tetap
berlangsung karena komoditi yang besar. Dijelaskan, Indomie sangat disukai di Taiwan, terutama warga Indonesia di Taiwan karena
mudah didapat, enak, dan harganya murah.”Sehingga bagi eksportir pun pengiriman mi instant ke Taiwan merupakan komoditas besar
dan untung besar, dimana rata-rata harganya 50 NT$ (New Taiwan Dollar) untuk 7 bungkus Indomie.
PRUDENTIAL
 PT Prudential Life Assurance (Prudential) pailit. Padahal aset yang dikelola perusahaan asuransi yang berpusat di Inggris ini
nilainya triliunan. Bahkan, pada tahun 2003 mereka berhasil membukukan kenaikan premi lebih dari Rp1 triliun.

 Dalam pertimbangan hukumnya, Prudential terbukti secara sederhana memiliki utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
serta dua kreditur. Menurut Majelis PN Niaga yang diketuai Putu Supadmi, bonus konsistensi sejumlah Rp1,4 miliar yang belum
dibayar oleh Prudential kepada Lee Boon Siong, merupakan utang sebagaimana didefiniskan Pasal 1 ayat(1) Undang-undang
Kepailitan (UUK). Lee Boon Siong adalah mantan agen Prudential dan seorang warga negara Malaysia. Prudential juga terbukti
memiliki utang kepada kreditur lain, yaitu Hartono Hojana. Berdasarkan kesaksian Hartono di persidangan, majelis beranggapan
Prudential belum membayar sisa kewajibannya kepada Hartono. Bukti-bukti yang diajukan Prudential untuk membantah dalil
Hartono, dinilai majelis tidak cukup sahih.

 Dalam kasus kepailitan ini memberi dampak buruk bagi nasabah (konsumen), dimana Pernyataan pailit, mengakibatkan debitur
demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak
pernyataan putusan kepailitan. Sehingga ini tidak adil bagi kreditur. Dalam kasus ini berhubungan dengan UU No.37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU yang diterapkan terkait dengan perlindungan hokum nasabah asuransi.
Kasus Cream ROSE
Dengan adanya permintaan kosmetik yang cukup tinggi di pasaran, saat ini telah banyak produk-produk kosmetik yang beredar di
pasaran. Hal tersebut banyak dimanfaatkan oleh para pelaku usaha yang beritikad buruk dengan memperdagangkan bahkan
memproduksi produk-produk kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan di masyarakat, tidak sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah, serta tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Terkait dengan hal tersebut, telah ditemukan korban kosmetik illegal yang bernama Fitri. Impian memiliki wajah cerah dan
kenyal bak bayi gagal total 76 karena penggunaan krim wajah bermerek “Cream Rose” yang ia beli di online shop. Wajahnya kini
malah penuh dengan jerawat. Awalnya Fitri berpikir jerawat yang muncul karena efek penggunaan krim untuk mengeluarkan kotoran
seperti yang dikatakan oleh penjual cream tersebut. Ia juga baru menyadari bahwa krim wajah yang ia pakai tidak terdaftar di BPOM.
Fitri mengatakan bahwa produk yang dibelinya belum BPOM, kata penjualnya ngurus BPOM itu mahal terus ribet. Kemudian ia
melihat story Dokter Mita (dokter kecantikan) dan ia baru menyadari kalau dia salah satu korban kosmetik abal-abal.

Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan , ada hak konsumen yang dilanggar dan tidak sesuai dengen Pasal 4 UUPK.
Dimana pelaku usaha dalam melakukan praktik jual beli produk kosmetik “Cream Rose” ini tidak memberikan hak-hak kepada
konsumen secara utuh, sehingga konsumen merasa dirugikan akibat kurangnya informasi yang benar, jelas, dan jujur terkait produk
kosmetik yang dibelinya. Hal tersebut terkait dengan Pasal 4 UUPK huruf c.

Anda mungkin juga menyukai