Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

1. Hubungan Perusahaan dengan Konsumen dalam Etika Bisnis


Perusahaan Ajinomoto terkait kasus yang menimpanya, yaitu terkait
penggunaan enzim porcine atau bactosoytone (zat yang berasal dari pancreas babi)
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dikeluarkan oleh
Ajinomoto tidak dapat dipercaya lagi. Padahal dalam pelaksanaannya, sebuah
kepercayaan yang ditanamkan oleh konsumen sangatlah berpengaruh bagi
perusahaan. Untuk itu, dalam menjalankan sebuah usaha terutama memasarkan
produk, etika bisnis harus sangat diperhatikan. Sebagai perusahaan terkenal yang
sudah memiliki label halal dan BPOM, PT Ajinomoto tidak seharusnya
menggunakan produk yang jelas-jelas dilarang seperti kandungan enzim porcine,
karena di Indonesia mayoritasnya beragama Islam.
Kandungan yang dicantumkan dalam kemasan seharusnya berdasarkan
keadaan yang sebenarnya, tidak menutupi bagian apapun. Ini adalah kejujuran yang
merupakan kunci utama yang yang dilakukan perusahaan. Hal ini berarti PT
Ajinomoto telah melanggar etika bisnis karena tidak memberikan informasi yang
benar terhadap produk yang dijualnya.

2. Hak Konsumen yang Dilanggar oleh Perusahaan


a. Hak katas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsusmsi
barang dan atau jasa.
b. Hak dan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa.
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh pakar hukum perlindungan konsumen,
AZ Nasution, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bahwa
telah terjadi pelanggaran hak konsumen dalam kasus ajinomoto. Pelanggaran yang
dimaksud adalah pelanggaran terhadap pasal 4 huruf C Undang-Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK).
Dalam pasal tersebut berisi bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan
informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang kondisi dan jaminan barang dan atau
jasa. Kondisi di maksud, termasuk kondisi kehalalan produk dan jaminan halal pada
label produk.

1
Pelanggaran lain yang terjadi adalah pelanggaran pada kewajiban pelaku usaha
sebagaimana tercantum dalam pasal 7 huruf B UUPK. Pasalnya, terdapat larangan
bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau
jasa tidak sesuai standard an perundang undangan, tidak sesuai janji sebagaimana
tercantum dalam label, dan tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal
sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan pada label.
Pelanggaran yang bisa dikatakan sebagai penipuan terhadap konsumen adalah
pelanggaran yang dilakukan oleh pihak ajinomoto selaku pelaku usaha yang
mengiklankan dan mempromosikan ajinomoto. Padahal dalam pasal 9 huruf F
UUPK terdapat larangan untuk mengiklankan atau mempromosikan barang seolah-
olah tidak ada cacat tersembunyi (tentang kehalalan produk).

3. Kewajiban Produsen yang Tidak Dilaksanakan


Adapun kewajiban produsen yang tidak dilaksanakan oleh PT Ajinomoto adalah
sebagai berikut:
a. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi jaminan
barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
c. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu dan atau jasa yang berlaku.

4. Perbuatan yang Dilarang Produsen yang Dilakukan Perusahaan


Kasus pemakaian lemak babi dalam produk penyedap rasa yang diproduksi
PT. Ajinamoto Indonesia sangatlah memprihatinkan, karena etika bisnis
perusahaan sangatlah buruk, bisnis dan moral tidak saling berhubungan. Etika dan
morallitas yang berlaku tidak digunakan dalam menjalankan bisnis perusahaan,
sehingga kegiatan bisnis yang dilakukan menyimpang dan membuat rugi konsumen
dan perusahaan. Perusahaan hanya mementingkan keuntungan dibandingkan moral
perusahaan, mungkin perusahaan ini beranggapan jika memperhatikan moral
perusahaan berada diposisi yang tidak menguntungkan dikondisi persaingan yang
ketat.

2
Adapun pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan oleh PT Ajinomoto
berdasarkan Undang-Undang diantaranya:
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen:
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang diisyaratkan yang disyaratkan
dari ketentuan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan mutu, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan atau jasa tersebut.
3. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan
atau promosi barang dan atau jasa tersebut.
4. Tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal, sebagaimana dinyatakan halal
yang dicantumkan dalam label.

5. Opini Perusahaan
a. Menemukan Masalah

KASUS AJINOMOTO
JAKARTA, KOMPAS.com – pesan berantai mengenai kandungan babi
dalam produk makanan di Indonesia kerap kali kerap beredar. Terakhir beredar
pesan berantai yang mencantumkan daftar bumbu dan bahan pangan yang
mengandung babi. Pesan ini turut mencantumkan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sebagai pengirim pesan. MUI telah menegaskan bahwa pesan tersebut
hoaks
Salah satu produk yang disebut mengandung babi adalah penyedap rasa
Ajinomoto produksi PT. Ajinomoto Indonesia. Menanggapi hal tersebut, PT
Ajinomoto Indonesia menyatakan bahwa semua produk yang mereka keluarkan
adalah produk aman dan halal. Hal itu disampaikan oleh PR depepartemen
manager PT.Ajinomoto Indonesia, M,Fachrurozy,kepada kompas.com,
Selasa(24/07/2018).’’Pasti, produk kami halal dan tentu aman’’,ujar Fachrurozy.
Ia menyebutkan tidak meengandung unsur yang dilarang,seperti babi.
Sementara aman artinya tidak berbahaya untuk di konsumsi.’’Iya,kan
sudah ada MD BPOM-RI’’ kata Fachrurozy. MD merupakan kode izin yang
diberikan oleh BPOM bagi industri yang berskala besar dan bersifat lokal yang
memproduksi sendiri produk mereka,

3
Terkait keluhan,pernyataan,atau informasi terkait produk PT Ajinomoto
bisa menghubungi layanan konsumen bebas pulsa di 0800-1-886688. Pondok
wali barokah,yang namananya juga di catut dalam pesan berantai itu, sudah
mengeluarkan klarifikasi bahwa pihak nya tidak pernah mengirim pesan itu.
Sementara itu, badan pengawas obat dan makanan (BPOM) juga menegaskan
produk yang diisukan mengandung babi sudah di cek dan masih ter registrasi
sebagai produk yang halal berdasarkan data Lembaga Pengkajian Pangan,obat-
obatan,dan Kosmetika (LPPOM) MUI.

Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul “PT Ajinomoto Indonesia


Pastikan Produknya Halal dan Aman”
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/25/13195762/ptajinomoto-indonesia-
pastikan-produknya-halal-dan-aman.

Penulis : Luthfia Ayu Azanella


Editor :Inggried Dwi Wedhswary

b. Menemukan Opini yang Berkembang


Terkait kasus PT Ajinomoto mengenai penggunaan enzim porcine, opini
publik terhadap perusahaan menjadi kurang baik. Masyarakat menjadi resah
terlebih fatwa MUI yang menyatakan bahwa produk Ajinomoto mengandung
lemak babi. Masyarakat selalu was-was apabila membeli makanan di luar karena
takut pedagang itu menggunakan produk Ajinomoyo. Contoh kasusnya adalah
mulai dari penjaga bakso hingga warung nasi harus memberikan penjelasan
bahkan memasang papan pengumuman bahwa makanan yang mereka jual tidak
menggunakan Ajinomoto agar para pengunjungnya yakin.
Hal ini berarti opini publik terhadap perusahaan Ajinomoto menjadi negatif
disebabkan kepercayaan konsumennya sudah tercoreng. Sehingga akan sulit saat
akan mengembalikan citra perusahaan di mata konsumen.

c. Menganalisis Opini
1) Ruang Lingkup Internal dan Eksternal
Terkait kasus lemak babi dalam produk Ajinomoto secara internal,
Dirjen POM di Jawa Timur terpaksa menyita produk Ajinomoto yang masih
4
beredar di masyarakat. Kemudian di Nusa Tenggara Barat, sedikitnya ada 3,
5 ton bumbu penyedap MSG merk Ajinomoto yang ditarik di pasaran.
Dalam lingkup eksternal penarikan produk Ajinomoto ternyata tidak
hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di Singapura yang produknya
menginpor dari Indonsesia. Ajinomoto Singapura terpaksa menarik menarik
bumbu masak kemasan 1 kg dari pertokoan di negera tersebut.
2) Kompetensi yang Mengeluarkan Opini
Awal mula dari kasus adanya kandungan lemak babi dalam produk
Ajinomoto adalah bermula dari masa berlaku label halal Ajinomoto habis,
MUI mengatakan bahwa Ajinomoto mengandung lemak babi. Setelahnya
diadakan pengujian ulang oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan,
dan Kosmetik (LPPOM).
3) Mutu Produk
Produuk Ajinomoto tidak sesuai dengan mutu produk karena tidak
mencantumkan bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
4) Kadar
Karena kasus mengenai kandungan minyak babi dalam produknya, sudah
pasti mempengaruhi PT Ajinomoto. Sebab setelah kejadian tersebut, opini
publik pada perusahaan menjadi negatif.

d. Menentukan Strategi untuk Mengubah Opini Perusahaan


PT Ajinomoto mendatangkan ahli permentasi dari Jepang untuk meneliti
produk vetsin yang dinyatakan MUI mengandung lemak babi tersebut, dimana
akan diadakan pengujian dengan diadakan unsur MUI di Kantor Bupati, bahwa
produk Ajinomoto tidak mengandung unsur porcine. Sehingga konsumen tidak
perlu khawatir lagi karena sudah dijamin halal oleh MUI.

e. Membuat Program
Untuk menaikan kembali citra Ajinomoto, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menarik produk tersebut dari pasar, lalu perlu membangun
kembali hubungan baik dengan distributor, penjual dan pedagang eceran, serta
memasang iklan permintaan maaf di media massa. Ajinomoto juga perlu

5
membentuk pusat informasi 24 jam. Gunanya mendengar pengaduan dari
masyarakat.

f. Pesan untuk Perusahaan


PT Ajinomoto Indonesia dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya seharusnya mempunyai budaya perusahaan atau corporate culture,
agar kegiatan yang dilakukan perusahaan dari generasi ke generasi menganut
prinsip - prinsip etika bisnis supaya perusahaan berjalan dengan baik dan tidak
menyimpang. Prinsip-prinsip etika bisnis tersebut diantaranya:
 Prinsip kejujuran, PT Ajinomoto seharusnya transparan akan komposisi atau
kandungan yang dipakai produk tersebut agar semua pihak mengetahui dan
dapat memilih mana yang baik dikonsumsi dan mana yang tidak baik.
 Prinsip otonomi, langkah penarikan produk penyedap rasa yang memakai
lemak babi adalah keputusan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Prinsip keadilan, setiap konsumen mempunyai keyakinan agama masing-
masing dan norma yang berlaku di dalamnya, ada yang memperbolehkan dan
tidak memperbolehkan suatu zat. Seperti agama Islam yang mengharamkan
babi dan di agama lain yang memperbolehkan babi, sebaiknya PT Ajinomoto
tidak memakai lemak babi dalam produknya agar semua konsumen muslin
atau non-muslim dapat menggunakan penyedap rasa tersebut.
 Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle), jika produk yang
diproduksi tidak layak itu akan membuat kerugian bagi konsumen, PT
Ajinomoto tidak memperhatikan hal tersebut dalam kegiatan bisnisnya
sehingga banyak yang dirugikan.
 Prinsip integritas moral, saat kasus seperti ini sudah terjadi meski produk
telah ditarik dari peredaran namun tetap saja nama baik perusahaan jadi
buruk dimata konsumen.

Jadi, meskipun betapa sulitnya menjalankan usaha untuk dapat memperoleh


keuntungan sangat penting mempunyai dan menghayati etika bisnis, norma dan
moralitas serta penerapan prinsip-prinsip etika bisnis supaya terbentuk
kepercayaan dari konsumen.

6
g. Menciptakan Opini Positif

Akal sehat kita benar-benar diuji oleh kasus Ajinomoto saat itu, sebuah merek
bumbu masak yang membuat negeri ini heboh. Pihak kepolisian pun ikut sibuk
menangkap pimpinan perusahaan dan mereka ditahan termasuk seorang warga
negara Jepang. Perusahaan yang sudah lama berdiri saat itu juga harus disegel
rapat dan seluruh karyawan/buruhnya diberhentikan. Di pasarpun heboh, berton-
ton bumbu masakan ini ditarik sementara dari pasaran.
Kasus inipun akhirnya terdengar ke istana negara, bahkan sampai telinga
Presiden Abdurahman Wahid saat itu. Bahwa bumbu masak Ajinomoto
mengandung bahan yang tidak layak dikonsumsi, khususnya umat muslim.
Kasus ini sempat membuat ketegangan antara Istana dengan Senayan. Saat itu
pemerintah membuat suatu tim khusus untuk menyelidiki, memeriksa dan
menyelesaikan kasus ini yang terdiri dari LPPOM, MUI dan Institut pertanian
Bogor. Setelah diselidiki lebih lanjut dan mendalam, terutama dalam proses
pembuatan bumbu masak tersebut, maka terjawab sudah. Ajinomoto
menggunakan sebuah bahan yang disebut porcine untuk kebutuhan dalam
menyempurnakan bumbu masakan, dan itupun hanya di awal-awal saja,
kemudian diolah kembali.

Jadi, tentunya untuk masyarakat Indonesia walau dulu sempat terjadi sebuah
kasus di bumbu masak Ajinomoto, tapi sekarang tidak perlu khawatir. Karena
semua sudah clear dan beres, bahwa pemerintah yang didukung oleh MUI dan
LPPOM menyatakan bahwa bumbu mamak Ajinomoto tidak mengandung bahan
yang berbahaya dan haram, terutama untuk umat muslim. Sekarang bumbu
masak Ajinomoto sudah dikemas dengan cara baru dan lebih memperhatikan
konsumen, dan aman dikonsumsi oleh umat muslim.

Jadilah konsumen yang cerdas, dimana kita sebagai pemakai bisa teliti dan tahu
bahan apa yang kita pakai. Bijak dalam pembelian keperluan, khususnya bahan
makanan. Perhatikan tanda tanggal kadaluarsa dan logo halal dari MUI. Dan
jangan pernah beli produk yang asing bagi kita, terlebih produk yang bertuliskan

7
bahasa asing yang tidak dimengerti dan belum memiliki sertifikat halal dari
MUI.

Kesimpulan

Dari keterangan kasus perusahaan Ajinomoto, dapat disimpulkan bahwa kasus


ini termasuk kedalam jenis resiko reputasi, karena kesalahan dari manajemen
perusahaan Ajinomoto tersebut. Sebenarnya Ajinomoto sudah mengantungi sertifikat
‘halal’ dari MUI. Namun itu hanya berlaku dua tahun, dan berakhir sejak Juni 2000.
Setelah tanggal itu, pihak Ajinomoto tak melakukan pemeriksaan lagi ke MUI. Mereka
malah mengubah bahan bakunya, yang disebut MUI mengandung ekstrak lemak babi.
Karena kesalahan itulah konsumen Indonesia yang mayoritas Islam, jadi takut untuk
menggunakan produk Ajinomoto sebagai bumbu masak. Namun untuk menghilangkan
keresahan dan menjaga ketenangan masyarakat dalam mengkonsumsi produk
Ajinomoto maka pihaknya akan menarik secara serentak di seluruh Indonesia produk
MSG Ajinomoto dan meminta maaf akan kejadian ini.

Anda mungkin juga menyukai