Hak atas
foto : CCNIndonesia
Tim investigasi gabungan BBC dan Tempo memperoleh sejumlah dokumen, surat elektronik
atau email, dan foto-foto dari seorang mantan petinggi di Sriboga Food Group yang
menunjukkan itu. Sumber yang sudah bekerja lama di grup itu berbicara kepada tim BBC
Indonesia dan Tempo dengan syarat identitasnya tidak dibuka. Menurutnya, praktik
memperpanjang masa kedaluwarsa secara tidak sah ini terjadi secara sistematik, melibatkan
manajemen tinggi perusahaan itu di Indonesia, dan sudah berlangsung bertahun-tahun.
Ditambahkannya upayanya selama ini untuk menghentikan praktik itu sia-sia
Dokumen yang diperoleh tim investigasi BBC-Tempo, tim tak punya alasan untuk meragukan
keasliannya menunjukkan dilakukannya perpanjangan masa pakai bahan-bahan yang
digunakan untuk Marugame Udon, Pizza Hut Indonesia dan Pizza Hut Delivery. Dalam berkas
berjudul Summary Extension Shelflife 2015-2016 dengan kop surat Sriboga Food
Group itu dicantumkan, produk yang diperpanjang sendiri masa kedaluwarsanya itu antara
lain produk berbahan daging : Veggie Chicken Sausage (sosis ayam dan sayuran), dan produk
berbahan susu, Carbonara Sauce Mix -adonan saus karbonara. Produk lain yang diperpanjang
masa kedaluwarsanya adalah Puff Pastry bahan pembuatan kue, Brownies Mix -adonan
brownies, bahan marinade Citrus Marinade, dan saus sate, Satay Sauce dan saus XO -XO
Sauce.
Bahan-bahan makanan itu, berdasarkan berkas tersebut, diperpanjang masa kedaluwarsanya
selama satu bulan, diperuntukkan bagi Pizza Hut dan Pizza Hut Delivery (PHD). Selain itu ada
juga beberapa makanan yang digunakan untuk restoran Marugame, seperti bubuk bonito, saos
tempura dan sukiyake. Sejumlah foto yang diambil sumber kami menunjukkan antara lain
bahan untuk kuah ikan udon Marugame, bubuk Bonito, yang diperpanjang masa simpannya
selama tiga bulan dari tanggal kedaluwarsa yang dikeluarkan produsen di Shanghai. Pada
kemasan bubuk Bonito tersebut ditempel stiker berisi keterangan: nama perusahaan eksportir,
berat bersih produk, kode produksi, tanggal produksi dan tanggal kedaluwarsa. Tetapi di
kemasan itu ditempel juga stiker tambahan, yang menginstruksikan agar dilakukan
perpanjangan waktu selama tiga bulan sejak masa kedaluwarsa yang seharusnya. Berdasarkan
keterangan di stiker, instruksi ini diberikan lewat email oleh bagian pembelian (purchasing).
Lepas dari itu, dokumen yang diperoleh tim investigasi BBC Tempo memperlihatkan bahwa
perpanjangan masa simpan di Pizza Hut Indonesia telah diinformasikan ke Pizza Hut Asia di
Singapura. Pankaj Batra, Direktur Marketing Pizza Hut Asia, lewat surat elektronik, tidak
menyangkal pernah terjadi perpanjangan masa simpan yang dilakukan pemegang franchise
Indonesia, namun menurutnya, itu dilakukan secara sah. Perpanjangan masa simpan dapat
disetujui oleh bagian QA dari pemegang franchise lokal, hanya setelah mereka menerima
rekomendasi tertulis dari produsen atau pemasok untuk mengkonfirmasi bahwa masa simpan
dapat diperpanjang, dan tidak ada resiko keamanan. Bagian R&D atau QA juga diharapkan
melakukan uji sensorik internal, tulis Pankaj Batra. Pemegang waralaba kami di Indonesia
telah mengkonfirmasi bahwa proses tersebut telah dilakukan, tandasnya.
Dari hasil penyitaan di gudang Bekasi, ditemukan bubuk Bonito dalam kemasan 8x250gram,
diproduksi 24 Agustus 2015. Dan di labelnya, tanggal kedaluwarsa seharusnya jatuh pada 23
Februari 2016 namun bagian tersebut ditutup label baru bertanggal 23 Agustus 2016. Menurut
polisi, temuan ini sudah dibawa ke laboratorium independen.
Terlepas dari persoalan hukum, perusahaan Jepang yang memasok bubuk bonito kepada
Marugame Udon menyebut, rasa makanan bisa terpengaruh, namun tidak membuatnya jadi
tidak aman atau tidak layak konsumsi. Menurut Presiden Direktur Marukei, Nobuyasu Sawairi
dalam penjelasan kepada BBCTempo melalui surel, masa simpan bubuk bonito pada
umumnya adalah setahun. Untuk kasus Marugame Udon, disebutkannya, masa simpan hanya
diberikan enam bulan akibat peraturan pemerintah Cina. Marugame mengimpor bubuk bonito
dari pabrik Marukei di Shanghai, Cina.
Ahli teknologi pangan Institut Pertanian Bogor, Dr Joko Hermanianto memapar, untuk
makanan berbasis protein perlu diperhatikan level mikroba di makanan tersebut- karena bisa
membuatnya tidak aman dikonsumsi. Betapa pun, ahli teknologi pangan IPB, Prof Purwiyatno
Hariyadi mempertanyakan langkah itu (perpanjangan masa kadaluwarsa). Ia mengakui, tes
mikroba dengan yang disebutnya rapid test seperti yang dilakukan SFG, memang cukup untuk
mengetahui kandungan mikroba dan memprediksi berapa lama suatu produk dapat bertahan.
Namun ini menurutnya tetap problematik. Secara teori, (tes itu) cukup kalau mereka memiliki
orang yang mengerti di area itu. Tapi itu kan misleading, ada masalah etika disitu, kata Prof
Purwiyatno.
Analisis kasus :
Penggunaan bahan kadaluwarsa jelas dilarang dalam praktik usaha, hal tersebut jelas sudah
melanggar UU tentang pangan No 18 tahun 2012 pasal 143, yaitu Setiap Orang yang dengan
sengaja menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel kembali, dan/atau
menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa Pangan yang diedarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 99 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Tidak hanya itu jika kabar
menganai kasus ini benar perusahaan juga telah melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen secara tegas telah menjamin keselamatan para
konsumen, dengan mewajibkan kepada setiap produsen untuk menyajikan makanan
berkualitas.
Kasus ini juga seakan menggambarkan kelonggaran pengawasan atas penggunaan bahan-
bahan yang akan diolah menjadi makanan. Pada hakikatnya memang belum tentu makanan
yang sudah kadaluawsa jika dikonsumsi akan berbahaya, belum tentu seperti itu. Namun,
sudah pasti kadar gizinya berubah dan rasanya pun tidak sama lagi. Meskipun dalam berita
diatas perusahaan juga telah menjelaskan sekalipun ada perpanjangan masa kadaluawsa
perusahaan tidak melakukannya dengan tanpa pertimbangan dan penelitian terhadap
produknya, perusahaan hanya berani melakukan perpanjangan masa kadaluwarsa jika
mendapat izin dari kendali mutu dan rekomendasi dari pemasokterlebih dahulu, namun tetap
saja jika dilakukan ada pelanggaran etika di dalamnya, karena sebagai produsen dan pelaku
usaha sangat jelas telah diatur dalam Undang-Undang untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan konsumennya.