Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK 4

Mata Kuliah: Etika Bisnis dan TataKelola Perusahaan


Tugas: Perusahaan yang Melanggar Etika Bisnis
Anggota: 1. Ahmad Mustofa (01)
2. Harina Paramastri (15)
3. Rahmania Farah Nikmah (28)

PT. INDOFOOD (INDOMIE)

PENDAHULUAN

Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia, Indomie


diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Selaindipasarkan di Indonesia, Indomie
juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia,
berbagai negara Asia dan Afrika serta negara-negara Eropa, hal ini menjadikan Indomie
sebagai salah satu produk Indonesia yang mampu menembuspasar internasional . Di
Indonesia sendiri, sebutan "Indomie" sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk
kepada mi instan.Namun pemasaran Indomie ke luar negeri bukannya tanpa masalah, di
Taiwan sempat terjadi masalah ketika produk Indomie ditarik dari pasaran, berikut ini
penjelasannya “Pihak berwenang Taiwan pada tanggal 7 Oktober 2010 mengumumkan
bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet yang
terlarang, sehingga dilakukan penarikan semua produk mi instan "Indomie" dari pasaran
Taiwan. Selain di Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk
sementara waktu juga tidak menjual mi instan Indomie.

PERMASALAHAN:

Berdasarkan pendahuluan di atas ada dua sudut pandang yang muncul, yaitu:

 PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis


Karena pada produk indomie yang diproduksi oleh perusahaan mengandung dua zat
berbahaya yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) dimana dua
zat tersebut seharusnya hanya untuk kosmetik bukan untuk makanan. Perusahaan telah
melanggar prinsip etika dalam berbisnis yaitu prinsip keadilan, dan prinsip saling
menguntungkan, dimana perusahaan hanya mementingkan keuntungan semata tanpa
memikirkan para konsumen yang mengonsumsi mie instan yang mengandung zat berbahaya.

 PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk Tidak Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis

Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena


disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari
peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate
dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk
membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk
menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran.

Tanggal 9 Juni 2010, Food and Drugs Administration (FDA) Taiwan melayangkan surat
teguran kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan karena produk tersebut
tidak sesuai dengan persyaratan FDA. Dalam surat itu juga dicantumkan tanggal pemeriksaan
indomie dari Januari-20 Mei 2010 terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di
bumbu Indomie goreng dan saus barberque.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan
segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk
menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata
Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa
(12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa
terjadi, apalagi pihaknegara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya
yang terkandung di dalam produk Indomie.

A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang


terkandung didalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat) adalahbahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan
lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk
produk kosmetik sendiri pemakaian nipaginini dibatasi maksimal 0,15%.Ketua BPOM
Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus
Indomie ini.
Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada
di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam
Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjutKustantinah.Tetapi bila
kadar nipaginmelebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mgper kilogram
untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lainkecuali daging, ikan
dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkanmuntah-muntah dan
sangat berisiko terkena penyakit kanker.

Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius


Commision,produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang
regulasi mutu,gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan
anggota Codec.Produk Indomie yang dipasarkan diTaiwan seharusnya untuk dikonsumsi di
Indonesia.

Kesimpulan dari sudut pandang ini, perusahaan tidak melakukan pelanggaran etika bisnis
sebab perusahaan sudah mengikuti standar yang ditetapkan, sebab perusahaan dalam hal
penggunaan zat tersebut masih dalam tahap wajar.

PEMBAHASAN MASALAH

Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal Indonesia yang produk-produknya
banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan Indomie. Di
Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produk-produkmi
instant dari negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiripasar dalam
negeri Taiwan.Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari
harga indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai
Rp 5000 per bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai
varian rasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang
menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga
mereka sudah familiar dengan produk Indomie.Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan
bagi produk mi instan asal Taiwan, produkmereka menjadi kurang diminati karena harganya
yang mahal. Sehingga disinyalir pihak perindustrian Taiwan mengklain telah melakukan
penelitian terhadap produk Indomie, dan menyatakan bahwa produk tersebut tidak layak
konsumsi karena mengandung beberapa bahan kimia yang dapat membahayakan bagi
kesehatan.

Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie. Mereka
menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium denganhasil yang dapat
dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik
oleh konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahap-tahap
serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah memiliki
standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie dinyatakan
lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk
Indomie dari pasar dalam negeri Taiwan disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang
mereka anggap merugikan produsen lokal.Yang menjadi pertanyaan adalah mengapatidak
sedari dulu produk indomie dibahas oleh pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang
produk Indomie masuk pasar Taiwan?. Melainkan mengklaim produk Indomie berbahaya
untuk dikonsumsi padasaat produk tersebut sudah menjadi produk yang diminati di Taiwan.

Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa ada persainag bisnis yang telah melanggar etika
dalam berbisnis.Hal-hal yang dilanggar terkait kasus pelanggaran etika bisnis pada
perusahaan PT Indofood secara hukum :

 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 pasal 3 F yang berisi meningkatkan kualitas


barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang/jasa, kesehatan,
kenyamanan, dan keselamatan konsumen
 Undang-undang nomor 8 tahun1999 pasal 4 A tentang hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa·Undang-undang
nomor 8 tahun 1999 pasal 8 yang berisi “pelaku usaha dilarang untuk
memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar dengan atau
tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.

SOLUSI PERLINDUNGAN KONSUMEN

Solusi dalam pelanggaran akan etika bisnis dalam hal perlindungan konsumen pada
kasus yang dialami perusahaan :

 Dalam Undang-undang pasal 62 disebutkan bahwa pelaku usaha yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2),
Pasal 15, Pasal 17, ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e,, ayat (2), dan Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
 Terhadap sanksi pidana sebagaimana dalam pasal 62, dapat dijatuhkan
hukuman tambahan, berupa :
1. Perampasan barang tertentu;
2. Pengumuman putusan hakim;
3. Pembayaran ganti rugi;
4. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen;
5. Kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
6. Pencabutan izin usaha.

KESIMPULAN

Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam etika bisnis.
Dimana terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian Taiwan yang produknya kalah
bersaing dengan produk dari negara lain, salah satunya adalah Indomie yang berasal dari
Indonesia. Taiwan berusaha menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi
dengan cara yang berdampak buruk bagi perdagangan Global.

Tetapi jika dilihat dari sudut pandang lain, dapat disimpulkan bahwa PT.Indofood tidak
melakukan pelanggaran etika bisnis dan hanyalah kesalahpahaman antara pihak Taiwan dan
Indonesia. Masalah tersebut bertambah karena produk indomie yang di pasarkan di Taiwan
seharusnya untuk di konsumsi di Indonesia bukan di Taiwan, sehingga terjadilah kasus
penarikan produk Indomie di pasaran Taiwan karena standar yang di tetapkan Taiwan dengan
Indonesia berbeda.

Anda mungkin juga menyukai