Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS DI PERUSAHAAN PT.

INDOFOOD

(TUGAS)

NAMA KELOMPOK 1 :

FUAD REZA.P 131201007

IKHWAN PANDU.H 1312010096

FAJAR AJIE DARMAWAN 1312010233

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2015-2016
ABSTRAK

Etika Bisnis merupakan sesuatu yang harus diperhatikan oleh perusahaan,karena


berkaitan dengan kepuasan konsumen maupun perlindungan konsumen. PT Indofood
merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia, perusahaan ini
memproduksi berbagai makanan olahan yang berada di sekitar masyarakat. Maka dari itu
perusahaan harus lebih memfokuskan kode etik dalam berbisnis karena menyangkut
perlindungan konsumen. Namun perusahaan ini pun tidak terlepas dari adanya pelanggaran
kode etik, berupa adanya beberapa komposisi bahan dalam makanan olahan yang
mengandung bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan konsumen. Maka dari itu PT
Indofood harus memperbaiki atau mengurangi komposisi bahan yang tidak baik untuk
kesehatan. Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku
bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi
kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri
dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar. Dalam persaingan antar perusahaan terutama
perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika
berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas
adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih
murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia, Indomie
diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk dari perusahaan
milik Sudono Salim ini mulai dibuat pertama kali pada tanggal 9 September 1970 dan
dipasarkan ke konsumen sejak tahun 1972, dahulu diproduksi oleh PT. Sanmaru Food
Manufacturing Co. Ltd., dan pertama kali hadir dengan rasaAyam dan Udang. Selain
dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara
lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai negara Asia dan Afrika serta negara-
negara Eropa, hal ini menjadikan Indomie sebagai salah satu produk Indonesia yang mampu
menembus pasar internasiona. Di Indonesia sendiri, sebutan "Indomie" sudah umum
dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Namun pemasaran Indomie ke luar negeri bukannya tanpa masalah, di Taiwan sempat
terjadi masalah ketika produk Indomie ditarik dari pasaran, berikut ini penjelasannya “Pihak
berwenang Taiwan pada tanggal 7 Oktober 2010 mengumumkan bahwa Indomie yang dijual
di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu natrium
benzoat dan metil p-hidroksibenzoat. Dua unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat
kosmetik. Sehingga dilakukan penarikan semua produk mi instan "Indomie" dari pasaran
Taiwan. Selain di Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk
sementara waktu juga tidak menjual mi instan Indomie. Menurut Harian Hong Kong, The
Standard, dalam pemberitaan Senin, 11 Oktober 2010, harian itu mengungkapkan bahwa dua
supermarket terkemuka di Hong Kong, Park n' Shop dan Wellcome, menarik semua produk
Indomie dari rak-rak mereka. Selain itu, Pusat Keselamatan Makanan di Hong Kong tengah
melakukan pengujian atas Indomie dan akan menindaklanjutinya dengan pihak importir dan
dealer.”
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh
keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang
berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari
Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah
dari produk-produk lainnya.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut, yaitu:
1. Apakah PT Indofood (Indomie) menggunakan etika dalam menjalankan bisnisnya?
2. Jika PT Indofood (Indomie) tidak menggunakan etika bisnis, apakah bentuk
pelanggarannya, faktor penyebab nya dan bagaimana cara mengatasinya?
1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis dalam
membuat jurnal atau tulisan tentang Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika bisnis pada PT Indofood
2. Untuk mengetahui pelanggaran, faktor penyebab dan cara antisipasi apabila PT
Indofood tidak menggunakan etika bisnis.

BAB II
LANDASAN TEOR I

2.1 Definisi Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan.
Etika mencakup analisis dan penerapan suatu konsep seperti misalnya baik,buruk, benar,
salah dan tanggung jawab. Di bawah ini merupakan definisi etika menurut para ahli: Menurut
Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah
Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau profesi”. Menurut White (1993) etika adalah cabang falsafah
yang berkaitan dengan kebaikan moral dan menilai tindakan manusia. Dari definisi-definisi
yang telah diutarakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etika merupakan suatu pedoman
yang mengatur dan menilai perilaku manusia, baik perilaku yang harus ditinggalkan, maupun
perilaku yang harus dilakukan. Namun, etika biasanya berkaitan erat dengan moral yang
berkaitan dengan cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik dan
menghindari tindakan yang buruk. Etika dan moral mengandung pengertian yang sama,
namun, dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral lebih kepada penilaian yang
dilakukan, sedangkan etika berarti mengkaji system nilai-nilai yang berlaku.

2.2 Definisi Bisnis

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Namun, secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Menurut Steinford ( 1979) : “Business is all those
activities involved in providing the goods and services needed or desired by people”. Dalam
pengertian ini bisnis sebagai aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen.

2.3 Definisi Etika Bisnis

Definisi menurut para ahli :


a) Menurut Brown dan Petrello (1976) Etika Bisnis: “Business is an institution which
produces goods and services demanded by people”. Yang berarti bahwa bisnis ialah suatu
lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila
kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.

b) Menurut Velasquez (2005) Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada di dalam organisasi

2.4 Etika Bisnis Yang Baik

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis adalah :

1) Pengendalian diri, pengendalian diri harus tertanam dalam jiwa-jiwa pebisnis yang baik.
Dengan adanya pengendalian diri, bisnis yang dijalankan akan sesuai dengan apa yang
diharapkan.

2) Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility), selain pengendalian diri,


tanggung jawab merupakan hal yang terpenting dalam dunia bisnis. Tanpa tanggung jawab,
bisnis tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan, keuntungan tidak maksimal dan
loyalitas konsumen akan semakin berkurang.

3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi.

4) Menciptakan persaingan yang sehat, sebagai pebisnis yang baik, tidak perlu melakukan
kecurangan ataupun tindakan-tindakan lain yang tidak sesuai dengan etika bisnis. Maka,
persaingan yang sehat sangat perlu dilakukan untuk setiap pebisnis.

5) Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)

7) Mampu menyatakan yang benar itu benar.

8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah.

9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.

10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan.

Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft
Criteria, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika kita, yaitu :

· Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.


Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
· Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut
harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
· Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

2.5 Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis


Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih lanjut
apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokoketika bisnis
yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis
yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering
ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara
mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.
2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah,
mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh – bodohi,
dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak
mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau
karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang
karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan
bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis tersebut.
2.6 Prinsip Dasar Etika Bisnis
Terdapat 2 prinsip dasar dalam etika bisnis yaitu :

· Tanggungjawab : tanggungjawab memiliki dua arah yakni tanggungjawab terhadap


mutu dan tanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkan bagi orang lain.

· Keadilan : adil berarti dalam menjalankan bisnis kita berusaha tidak mengganggu
pihak lain. Keadilan memang merupakan tuntutan etis murni dalam arti dia berlaku dengan
tidak bergantung dari pertimbangan untung-rugi.

2.7 Prinsip-prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis
tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut.
Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap
bentuk usaha.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.
3. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman
Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu :

1. Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi


mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci
keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan
bisnis.
2. Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada
karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan
keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak
mengambil untung yang merugikan konsumen.
3. Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam
mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk
bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki
kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak
sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna,
pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
4. Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di depan
klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang mendukung bisnis anda,
seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
5. Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang
memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari
berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan
bisnisnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT
Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP) merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman
yang bermarkas di Jakarta Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono
Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi Indofood.
Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia dan Eropa. Sejarah
dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dahulu mencapai kesepakatan denangan
perusahaan asal Swiss, Nestle S.A, untuk mendirikan perusahaan joint venture yang bergerak
di bidang manufaktur, penjualan, pemasaran, dan distribusi produk kuliner di Indonesia
maupun untuk ekspor. Kedua perusahaan sama-sama memiliki 50% saham di perusahaan
yang diberi nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Baik ISM maupun Nestle percaya,
mereka dapat bersaing secara lebih efektif di Indonesia melalui penggabungan kekuatan
dalam bentuk perusahaan dan tim yang berdedikasi untuk itu. Menurut Anthoni Salim, Dirut
& CEO ISM, pendirian usaha patungan ini akan menciptakan peluang untuk memanfaatkan
dan mengembangkan kekuatan yang dimiliki kedua perusahaan yang menjalin usaha
patungan tersebut. Dalam kerjasama ini, ISM akan memberikan lisensi penggunaan merek-
mereknya untuk produk kuliner, seperti Indofood, Piring Lombok, dan lainnya kepada
perusahaan baru ini. Sementara itu, Nestle memberikan lisensi penggunaan merek Maggi-
nya. Perusahaan patungan ini diharapkan akan memulai operasinya pada 1 April 2005.
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi
dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang
eceran

3.2 Permasalahan

Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebutmengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zatyang
terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid(asam
benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuatkosmetik, dan
pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menariksemua jenis
produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal jugauntuk sementara
waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segeramemanggil
Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskanmasalah
terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua KomisiIX DPR,
Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). KomisiIX DPR
akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihaknegara luar
yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandungdi dalam
produk Indomie. A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat
yang terkandung didalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat) adalahbahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan
lama. Zatberbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk
produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15% Ketua BPOM
Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini.
Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga
berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada
dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi,lanjut
Kustantinah.Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu
250 mgper kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan
lainkecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa
mengakibatkanmuntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker. Menurut
Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,produk
Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu,gizi dan
kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.Produk
Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dankarena
standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

3.3 Pembahasan Masalah

Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal Indonesia yang produk-
produknya banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan
Indomie. Di Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produk-
produk mi instant dari negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri
pasar dalam negeri Taiwan.
Harga yang ditawarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari harga
indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai Rp
5000 per bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai
varian rasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang
menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga
mereka sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan, produk
mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir pihak
perindustrian Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan
menyatakan bahwa produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa
bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie.
Mereka menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan
baik oleh konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahap-
tahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah
memiliki standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie
dinyatakan lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri Taiwan
disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk indomie dibahas oleh
pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar Taiwan?.
Melainkan mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk
tersebut sudah menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat dilihat
bahwa ada persainag bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.

Hal-hal yang dilanggar terkait kasus pelanggaran etika bisnis pada perusahaan PT
Indofood secara hukum :

o Undang-undang nomor 8 tahun 1999 pasal 3 F yang berisi meningkatkan kualitas barang
dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang/jasa , kesehatan,
kenyamanan, dan keselamatan konsumen.
o Undang-undang nomor 8 tahun1999 pasal 4 A tentang hak atas kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa.
o Undang-undang nomor 8 tahun 1999 pasal 8 yang berisi “pelaku usaha dilarang untuk
memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.
Solusi dalam pelanggaran akan etika bisnis dalam hal perlindungan konsumen pada kasus
yang dialami perusahaan P&G :

o Dalam Undang-undang pasal 62 disebutkan bahwa pelaku usaha yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2),
Pasal 15, Pasal 17, ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e,, ayat (2), dan Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

Terhadap sanksi pidana sebagaimana dalam pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan,
berupa :

1. Perampasan barang tertentu;


2. Pengumuman putusan hakim;
3. Pembayaran ganti rugi;
4. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;
5. Kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
6. Pencabutan izin usaha.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam etika bisnis.
Dimana terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian Taiwan yang produknya kalah
bersaing dengan produk dari negara lain, salah satunya adalah Indomie yang berasal dari
Indonesia. Taiwan berusaha menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi
dengan cara yang berdampak buruk bagi perdagangan Global.

4.2 Saran

Saran bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidah serta merta menyatakan bahwa
produkindomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila ingin melindungi produsen dalam
negeri,pemerintah bisa membuat perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum
prosesekspor-impor dilakukan. Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie
yangtelah dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain yang
negaranyamemperdagangkan Indomie asal Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://vtastubblefield.wordpress.com/2012/11/27/analisis-perusahaan-indomie-dengan-etika-
bisnis/

https://www.scribd.com/doc/178041813/Tugas-Makalah-Kasus-Pelanggaran-Etika-Bisnis

http://senjayakertiawan.wordpress.com/2013/10/07/etika-dalam-bisnis/

http://ismi-yuki.mhs.narotama.ac.id/2012/11/02/75/

http://indofood-getlucky2013.blogspot.com/p/blog-page_2358.html

Budiarta, Kustoro, 2010. Pengantar Bisnis Edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta

Wahjono, Sentot Imam, 2010. Bisnis Modern. Graha Ilmu, Yogjakarta

Anda mungkin juga menyukai